Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN
|
|
- Hadian Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN
2 TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP 2 Menentukan elemen identitas yang memperkuat karakter visual koridor Jalan Mastrip dengan didukung oleh persepsi pengamat. TAHAP 3 Menyimpulkan permasalahan terkait aspek visual dari elemen identitas terpilih sebagai fakta empiris pada analisa sasaran 3
3 TAHAP 1: HASIL Ditemukanbeberapa identitas fisik kawasan elemen diantaranya: 1.Nilai kesejarahan: terkait dengan keberadaan kali surabaya yang mengapit di sisi timur karidor Jalan Mastrip sebagai sarana transportasi air dalam mendistribusikan komoditas perdagangan pada tahun Dan identitas non fisik kawasan (daerah Gunungsari) sebagai pintu masuk atau area penerima tamu pada masa itu. 2. Nilai keselarasan antara lingkungan buatan dengan potensi alam: terdapatnya pengolahan RTH taman di area sempandan Kali surabaya pada salah satu penggal Jalan Mastrip 3. Nilai arsitektur lokal: berupa bangunan rumah tinggal (sudah dialihfungsikan) yang menggunakan perpaduan gaya arsitektur kolonial dan lokal. 4. Nilai kekhasan setempat berupa: Path : karakteristikjalan Mastrip yang berbentuk linier District : berupa citra koridor dengan fungsi Industri & perdagangan Nodes : pergerakan:berupa persimpangandengan Jl.Bebekan, Jl.Raya ngelom & Jl.Wiyung. aktifitas : berupa Pasar Surya Karang Pilang & sentra PKL Landmark : berupa bangunan dan struktur dengan bentuk arsitektural yang khas Edge : berupa sempadan Kali Surabaya & bangunan-bangunan di sisi koridor City Gate : berupa wilayah perbatasan (dengan Kabupaten Sidoarjo & Gresik) yang ditandai dengan sebuah strukturdinding dan jembatan. City Hall : berupa RTH taman Kawasan di pintu masuk Karangpilang Industrial Estate & lapangan serbaguna di beberapa penggal Jalan Mastrip. Identitas fisik kota Surabaya menurut persepsi mayarakat dapat direperesentasikan melalui: simbol kota Surabaya (Suro-Boyo, Tugu Pahlawan, bambu runcing) karena dapat mewakili image dari kota Surabaya secara kongkrit,dan bentukan tersebut sangat familiar bagi mereka di kehidupan sehari-hari.
4 TAHAP 2: HASIL Dari penemuan identitas fisik tersebut kemudian dipilih beberepa elemen fisik yang benar-benar memperkuat identitas koridor Jalan Mastrip melalui tahap seleksi yang juga didukung oleh persepsi masyarakat dimana image suatu kawasan terbentuk. Berdasarkan tingkat pengaruhnya dalam memperkuat image koridor jalan Mastrip, elemen-elemen tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: Pembentuk image koridor jalan Mastrip skala Makro: Elemen Edges/City Wall (berupa keberadaan Kali Surabaya), Elemen district (citra koridor sebagai fungsi perdagangan dan Industri). Pembentuk image koridor jalan Mastrip skala Mikro: Elemen City Gate, Elemen Nodes, Landmark & City Hall
5 TAHAP 3: HASIL Berdasarkan hasil evaluasi pada masing-masing elemen yang didapat pada tahap 2 maka disimpulkan beberapa fakta empiris: 1.Elemen City gate belum terihat jelas & belum mencerminkan identitas koridor jalan setempat dan image kota yang dituju. 2.Elemen Edge, berupa area sempadan sungai belum dimanfaatkan secara optimal dalam memberikan keragaman visual sekuens koridor jalan Mastrip 3.Elemen nodes berupa persimpangan-persipangan jalan utama secara visual belum tegas.elemen Nodes berupa pasar dan sentra PKL kondisi visualnya kurang estetis 4.Elemen City hall berupa RTH taman kawasan dan daerah sempadan sungai belum memberikan keunikan dan keragaman visual pada sekuens koridor jalan Mastrip. 5.Elemen landmark kawasan secara visual belum memiliki kontinuitas dan belum mengandung simbol atau makna yang dapat mewakili lingkungan setempat dan kota.
6 TEKNIK: CHARACTER APPRAISAL ANALYSIS TAHAP 1 melakukan pengamatan di lapangan terhadap fitur karakter (aspek kajian karakter elemen 3 dimensional) TAHAP 2 Mengaitkan pengamatan dengan persepsi responden sebagai pengamat guna mendukung hasil pengamatan oleh peneliti. TAHAP 3 Melakuan evaluasi terhadap kondisi visualnya dan menilai guna menentukan karakter visual dari elemen tiga dimensional TAHAP 4 Merumuskan permasalahan dari elemen tiga dimensional tersebut sebagai fakta empiris untuk bahan analisa sasaran 3.
7 TAHAP 1,2,3: HASIL
8 TAHAP 4: HASIL Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik pada masing-masing fitur karakter yang didapat pada tahap 3 maka disimpulkan beberapa fakta empiris: 1. Masih terdapat variasi/ keragaman komposisi fasade antar bangunan 2. Komposisi vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang masih sangat minim 3. Elemen floor berupa jalur kendaraan belum memenuhi keseimbangan ruang & kesesuaian dengan karakteristik jalan masuk kota 4. Keberadaan jalur pejalan kaki dan desain street furniture belum memenuhi kualitas estetika visual dan belum memiliki kesesuaian dengan karakteristik ruang koridor. 5. Belum adanya sekuen yang dibentuk oleh bangunan & vegetasi mulai dari awal masuk hingga batas perkotaan (klimaks).
9 TEKNIK : Triangulasi Data Fakta empiris (Permasalahan) identitas fisik kawasan (analisa 1) Fakta Empiris (Permasalahan) karakteristik elemen 3 dimensional pembentuk koridor (analisa 2) Diklasifiksikan berdasarkan aspek: Komposisi yang estetis (unity, keseimbangan, irama) Sekuens (serial vision) kesinambungan/ kontinuitas visual Keunikan & keragaman visual Tinjauan referensi: Teori, Kebijakan, Studi Kasus, Pakar ANALISA ARAHAN KONSEP DESAIN ARAHAN USULAN DESAIN ARAHAN
10 1. Arahan penataan koridor jalan Mastrip sebagai jalan masuk kota Surabaya berdasarkan prinsip penataan estetika visual didapatkan sebagai berikut: A. Komposisi visual yang estetis (unity, keseimbangan, irama) yang dicapai melalui: Penggunaan warna yang senada, bentuk, ukuran dan level ornamen pendukung fungsi bangunan saling mendukung pada fasade bangunan. Penggunaan jenis vegetasi yang beragam pada jalur hijau yang disusun dengan komposisi yang saling mendukung. Menghadirkan ruang pejalan kaki yang memadai secara teknis & visual dengan motif lantai perkerasan yang atraktif dan mencerminkan identitas lingkungan. Mengoptimalkan desain street furniture yang disesuaikan dengan karakter lingkungan setempat dan kota B. Adanya sekuens (serial vision) yang dicapai melalui menghadirkan urutan perubahan (sekuen) dibentuk oleh skyline bangunan dan vegetasi mulai dari bagianawal hingga akhir pada ruang koridor jalan. C. Adanya kesinambungan atau kontinuitas visual yang dicapai melalui peletakan street furniture secara linier tanpa terputus. Menghadirkan jalur pejalan kaki dan vegetasi (jalur hijau) yang menerus tanpa terputus lintasannya di sepanjang koridor jalan. D. Adanya keunikan dan keragaman visual yang dicapai melalui: Menghadirkan elemen gate pada pintu-pintu masuk kota atau jalan lokal dengan desain yang sesuai dengan karakter identitas lingkungan dan kota. Pemanfaatan daerah sempadan sungai dan penataan RTH taman kawasan sebagai elemen estetis koridor. Menghadirkan obyek landamark sebagai orientasi pergerakan seperti tugu pada pusat persimpangandan gerbang jalan lokal.
11 2. Elemen identitas utama (bersifat makro) yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri khas) koridor jalan Mastrip diantaranya: Elemen Edge berupa sungai (Kali Surabaya) Elemen Distrik berupa fungsi kawasan Industri dan perdagangan yang ditujukan melalui tampilan fasade bangunan-bangunan di sisi-sisi koridor Jalan Mastrip Sedangkan elemen identitas yang bersifat mikro yang digunakan pengamat sebagai orientasi pergerakan dan menambah keragaman visual koridor Jalan Mastrip yaitu: Elemen Landmark: berupa bangunan atau struktur tertentu (jembatan, gate lokal) Elemen city gate: berupa gate mayor dan gate lokal Elemen city hall: berupa RTH Elemen nodes pergerakan atau aktivitas: berupa persimpangan, pasar dan sentra PKL 3. Elemen 3 dimensional yang paling menonjol & mempengaruhi kesan ruang koridor jalan elemen wall bangunan melalui karakter fasade, skyline dan pemundurannya & elemen wall vegetasi melalui bentuk dan kontinuitas peletakannya. Elemen 3 dimensionl yang kurang terlihat dan mempengaruhi kesan ruang koridor Jalan Mastrip elemen roof yang dibentuk oleh kanopi/ tajuk pohon. Hanya pada wilayah tertentu yang membutuhkan kesan ruang yang lebih tertutup roof memiliki peran yang penting untuk membentuk keutuhan ruang koridor jalan.
12 SEKIAN & TERIMA KASIH
sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang
BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN
BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciKebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo
Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.
Lebih terperinciIdentitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.
PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Dalam memahami citra kota perlu diketahui mengenai pengertian citra kota, elemenelemen pembentuk citra kota, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan citra kota dan metode
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Merumuskan konsep penataan koridor Kalimas berdasar roh lokasi (spirit of place) bertujuan untuk menghidupkan kembali roh lokasi (spirit of place) kawasan tersebut.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini
BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:
Lebih terperinci5 elements IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH )
IMAGES OF THE CITY ( KEVIN A. LYNCH ) Jalur (paths) Tepian (edges) Kawasan (district) Simpul (nodes) Tengaran (landmark) 5 elements paths, the streets, sidewalks, trails, and other channels in which people
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI i ii iii iv v ix xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.1.1 Pentingnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus
TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, tempat mereka melakukan aktivitas sehari-hari sehingga menjadi pengalaman yang terus menerus di sepanjang waktu. Simond (1983)
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan kawasan pesisir Barat Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai kawasan wisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor andalan dan mampu untuk memberikan konstribusi
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang
Lebih terperinciPenataan Jalur Hijau di Surabaya Berdasarkan Karakteristik Jalan dan Kemampuan Visual Pengamat Studi Kasus: Jalan Mastrip Surabaya
EMARA Indonesian Journal of Architecture Vol 2 No 1 - Agustus 2016 ISSN 2460-7878, e-issn 2477-5975 Penataan Jalur Hijau di Surabaya Berdasarkan Karakteristik Jalan dan Kemampuan Visual Pengamat Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id
BAB I PENDAHULUAN Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciKAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)
KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat) Bambang Supriyadi ABSTRAKSI Kota Semarang merupakan salah satu kota yang banyak memiliki ruang-ruang kota yang pertumbuhannya berawal
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... i
DAFTAR ISI Halaman Depan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian... 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN JALAN JENDERAL SUDIRMAN DAN JALAN SLAMET RIYADI SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA
BAB 5 REVITALISASI KAWASAN ARJUNA 5.1 Strategi Penataan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya Kawasan Arjuna terdiri atas bagian-bagian kawasan ( cluster ) yang beragam permasalahan dan potensinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Karakter Kawasan Perkotaan Kota merupakan ruang bagi berlangsungnya segala bentuk interaksi sosial yang dinamis dan variatif. Sebagai sebuah ruang, kota terbentuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA
BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil
Lebih terperinciMeng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciTEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan
TEORI PERANCANGAN KOTA Pengantar Perancangan Perkotaan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Cynthia Puspitasari 9 Mei 2017 Bahasan hari ini: 1. Urban spatial design theory 2. The Image
Lebih terperinciLINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN
LINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan Hasil Indentifikasi yang dilakukan pada Kawasan Pasar Ikan dengan berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...
Lebih terperinciAnalisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,
Saujana17 alam dan budaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya, April 23, 2010 in tulisan Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya RETNO HASTIJANTI, Untag Surabaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas
Lebih terperinciLampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan
LAMPIRAN 63 Lampiran 1. Peta Infrastruktur yang Sudah Dimiliki UI dan akan Dikembangkan Sumber: www.ui.ac.id 2009 Lampiran 2. Paths yang Tidak Terpilih Mewakili Setiap Elemen Mental Map di Kampus UI 64
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter bentuk fisik suatu tempat perlu dikenali melalui elemen dasar lingkungan, bentuk ruang, dan kualitas nilai suatu tempat. Pemahaman makna tentang nilai, keunikan,
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar,
22 BAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA A. Pengertian Citra Kota Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar, gambaran; 2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan,
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI
60 BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai Gambaran umum Koridor Jalan Jenderal Sudirman
Lebih terperinciVII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Konsep utama penataan penggal jalan Pemuda Pecinan Magelang terutama kawasan segitiga Klenteng Liong Hok Bio adalah Pedestrian Mall
Lebih terperinciKONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA BERDASAR POTENSI ROH LOKASI (SPIRIT OF PLACE ) KONSEP PENATAAN KORIDOR KALIMAS SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 0LEH : RIRIN DINA MUTFIANTI 3207203002 PEMBIMBING : 1. DR. ING.IR. BAMBANG SOEMARDIONO 2. IR. HERU PURWADIO, M.SP Potensi Koridor PENDAHULUAN 1. Secara Geografis
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR Oleh : HALIMAH OKTORINA L2D000429 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERANCANGAN
BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah
Lebih terperinciDesain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya Ririn Dina Mutfianti, F. Priyo Suprobo Perencanaan Dan Perancangan Kota, Program Studi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori yang berkaitan dan mendukung terhadap studi ini yaitu teori elemen pembentuk citra kota. 2.1 Pengertian Citra Kota Menurut kamus umum Bahasa
Lebih terperinci2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).
Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciAksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual
2. Geometri jalan lebar, terdapat trotoar yang lebar dan jalur sepeda. Kualitas penghubung akan kuat ketika jalurnya linear dan didukung enclosure serta merupakan konektor dari dua tujuan (Caliandro, 1978)
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan produk dari peradaban manusia, yang merupakan hasil ciptaan manusia yang mendemonstrasikan satu taraf perkembangan yang khas di dalam evolusi kehidupan.
Lebih terperinciBAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir
BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR
TESIS KAJIAN KARAKTER VISUAL KORIDOR JALAN KARANG LO KOTAGEDE, YOGYAKARTA Disusun oleh : Aulia Abrar (105401483/PS/MTA) MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Lebih terperinciPENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA
Lebih terperinciREVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA
REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN SUNDA KELAPA SEBAGAI KAWASAN WISATA BAHARI DI JAKARTA Sukoco Darmawan, Nina Nurdiani, Widya Katarina JurusanArsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar...
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota
5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARI PUJI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN
BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti
III. METODOLOGI 3.. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di kawasan Kota Tua Jakarta yang termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Berdasarkan SK Gubernur
Lebih terperinciDr.Ir. Edi Purwanto, MT
i MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Diterbitkan Oleh: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 2014 ii MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA
Lebih terperinciHIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA
HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA KEDUDUKAN PERENCANAAN TATA RUANG DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR BELAKANG... 1 1.2 TUJUAN DAN SASARAN...
Lebih terperinciKajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara Ingerid Lidia Moniaga (1), Octavianus H.A. Rogi (2), Amanda Sutarni Sembel (3) (1) Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IV.1 Urban Design IV.1.1 Demolisi Bangunan Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Upaya
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan
BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencana kota harus memperhatikan upaya-upaya untuk membentuk citra kota dalam melakukan perencanaan dan penataan kota. Dalam hal ini, Shirvani (1985) mengungkapkan
Lebih terperinci6.1 Peruntukkan Kawasan
6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI
BAB I PENDAHULUAN Masyarakat kota Yogyakarta pasti mengenal Kawasan JL. KHA. Dahlan. Jalan ini terkenal karena merupakan salah satu penggal sejarah kemerdekaan RI yang terkenal dengan tokohnya KHA. Dahlan
Lebih terperinciWALIKOTA PALANGKA RAYA
1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPRILAKU SPASIAL (BEHAVIOUR ENVIRONMENT) PRILAKU SPASIAL PERASAAN TENTANG TEMPAT (SENSE OF PLACE) TERITORIALITAS (TERRITORIALITY)
PRILAKU SPASIAL (BEHAVIOUR ENVIRONMENT) Prilaku spasial, adalah tanggapan yang mencakup perasaan dan pikiran yang kemudian memunculkan tindakan atau prilaku pemakai dalam kaitannya dengan objek arsitektur
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi
Lebih terperinciThreshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,
Lebih terperinciLokasi dan Waktu. Bahan dan Alat. program. Metode Penelitian Lanskap
METODOLOGI Lokasi dan Waktu Kegiatan Penelitian dilakukan di Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat (Gambar 1). Kegiatan berupa persiapan dan pra penelitiann dilakukan selama bulan Maret sampai
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciKajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan
Lebih terperinciPerencanaan Ruang Terbuka Publik Kawasan Central Business District dengan Pendekatan Image of the City di Molibagu Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Perencanaan Ruang Terbuka Publik Kawasan Central Business District dengan Pendekatan Image of the City di Molibagu Kabupaten Rieneke Lusia Evani Sela rienekesela@unsrat.ac.id Jurusan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota
TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan
Lebih terperinciNatural Friendly Neoclassical Style. Architecture
Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan
Lebih terperinciLatarBELAKANG. kebutuhan akan transportasi laut. Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya. Masalah. Potensi
LatarBELAKANG kebutuhan akan transportasi laut Indonesia sebagai negara maritim butuh transportasi laut yaitu kapal untuk menunjang distribusi dan barang ke seluruh pelosok Indonesia, dan pelabuhan adalah
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR
LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR Aturan Bersama Kelurahan Bantan telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat Kelurahan Bantan melalui rangkaian
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
Lebih terperinci