BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan
|
|
- Herman Susman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan Ahmad Yani. JALAN SUDIRMAN Karakter arsitektural ruang jalan pada koridor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik bangunan Bangunan dengan fungsi komersial sangat dominan. Massa bangunan tersusun berderet memanjang khas bangunan ruko/kios dengan ketinggian lebih dari dua lantai. Karena banyak bangunan baru, pada koridor ini langgam arsitektur yang dominan adalah bangunan modern Transparansi relatif tinggi dengan penggunaan warna bangunan yang cerah. 2. Sempadan bangunan (setback) Sempadan bangunan ( set back) tergolong luas ( >6 meter ) dengan D/H=1.5, hal ini sebagai konsekuensi dari bangunan komersial yang harus menyediakan area parkir yang luas bagi pengunjungnya. 117
2 Kesegarisan setback yang terbentuk cukup teratur. 3. Signage Signage jenis advertising sangat mendominasi dengan bentuk maupun warna yang tidak teratur. Dari sisi perletakannya, sebagian besar menempel pada bangunan yang tentunya menyebabkan fasade bangunan tertutupi. 4. Street Furniture Street furniture berupa lampu jalan, tiang reklame, pot bunga dan bak sampah terkonsentrasi di median jalan dengan perletakan cukup teratur. Terdapat satu elemen penanda kawasan yang berbentuk tugu Tabot. 5. Vegetasi Seperti halnya street furniture, vegetasi juga terkonsentrasi di median jalan. Dari vegetasi besar, sedang dan kecil tertanam cukup teratur di median jalan. Cukup kontras dengan kondisi di median jalan, vegetasi pada sisi jalan dekat bangunan sangat minim dengan kondisi yang tidak teratur. JALAN AHMAD YANI Karakter arsitektural ruang jalan pada koridor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik bangunan 118
3 Bangunan rumah tinggal dan perkantoran cukup berimbang mendominasi. Satu hal yang menarik bahwa bangunan dengan fungsi komersial pada penggal jalan ini turun drastis jumlahnya. Massa bangunan secara umum terdiri dari blok massa tunggal dengan beberapa variasi akibat dari pengembangan bangunan dengan ketinggian 1 (satu) lantai. Bangunan dengan langgam tradisional banyak ditemui walaupun secara persentase masih lebih dominan bangunan dengan langgam vernakular. Namun, yang menjadi catatan disini adalah bangunan dengan langgam vernakular tersebut sebenarnya adalah pengembangan dari bangunan lama dengan langgam tradisional. Transparansi sedang dengan penggunaan warna bangunan yang cerah. 2. Sempadan bangunan (setback) Sempadan bangunan (set back) sedang ( 3-6 meter), dengan D/H=2. Kesegarisan setback yang terbentuk cukup teratur. 3. Signage Signage didominasi oleh jenis identification dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan jumlah yang sedikit. Dari sisi perletakannya, sebagian besar menempel pada bangunan tetapi tidak terpengaruh secara signifikan terhadap fasade bangunan. 119
4 4. Street Furniture Street furniture berupa lampu jalan, tiang reklame, pot bunga dan bak sampah terkonsentrasi di median jalan dengan perletakan cukup teratur. Terdapat tugu pada bundaran di ujung jalan A Yani dengan desain modern. 5. Vegetasi Vegetasi juga terkonsentrasi di median jalan, vegetasi besar, sedang dan kecil tertanam cukup teratur di median jalan. Vegetasi besar dan sedang juga terdapat pada rumah tinggal dan lahan yang masih kosong dengan persebaran yang tidak merata. VI.2 Rekomendasi VI.2.1 Rekomendasi Makro Berdasarkan kesimpulan pada sub bab sebelumnya dapat disebutkan bahwa karakter arsitektural ruang jalan pada koridor jalan Sudirman dan jalan Ahmad Yani sudah tidak berpegang pada kaidah penataan yang terbentuk dari bangunan lama dan tidak dapat diidentifkasi secara spesifik. Hal ini tentunya menyebabkan karakter visual dengan nilai-nilai sejarah dan budaya yang kuat tidak tercermin, karena mengingat posisi dari kedua Jalan ini yang merupakan akses utama menuju kawasan-kawasan bersejarah di Kota Bengkulu. 120
5 Untuk itu perlu adanya suatu penataan pada dua koridor jalan ini. Penataan ini dimaksudkan agar nantinya kesan visual terhadap elemen fisik/arsitektural koridor dapat mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah sehingga akan memperkuat posisinya sebagai akses penghubung antara beberapa kawasan bersejarah di Bengkulu. Rekomendasi yang dapat diupayakan adalah proses pengembangan elemen fisik yang dilakukan dengan pendekatan kesinambungan kontekstual terhadap penataan bangunan-bangunan baru yang akan terbentuk kedepan. Dengan mempertimbangkan peruntukkan lahan yang berdasarkan Perda RTRW kota maka rekomendasi penataan pada koridor dapat direncanakan seperti pada gambar dibawah ini : Gambar VI.1 Rekomendasi Konsep Penataan Makro Sumber : Analisis,
6 VI.2.2 Rekomendasi Mezzo Secara mezzo rekomendasi konsep arahan penataan koridor amatan dijelaskan sebagai berikut : a) Bangunan lama yang mempunyai nilai sejarah dan berkarakter tradisional dan/atau kolonial dipertahankan karena merupakan identitas kawasan. Implementasinya adalah dengan menetapkan massa bangunan yang bersejarah dan berkarakter tradisonal dan/atau kolonial pada kawasan. Bangunan dengan karakter bersejarah ini dapat berupa bangunan dengan langgam arsitektur tradisional murni yang belum ada perubahan terhadap fasade maupun bangunan secara keseluruhan dan bangunan dengan langgam arsitektur vernakular yang berangkat dari konsep arsitektur tradisonal maupun kolonial. Gambar VI.2 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 1 (Langgam Arsitektural) Sumber : Analisis, 2014 Gambar di atas menunjukkan persebaran bangunan bersejarah dalam kawasan yang harus dipertahankan yaitu massa dengan warna biru dan coklat. Pada gambar VI.2 terlihat 122
7 semakain kearah kawasan bersejarah Benteng Marlborough (sebelah kiri) jumlah bangunan bersejarah semakin banyak jika dibandingkan dengan di sebelah kanan. b) Untuk menciptakan kualitas visual ruang jalan yang lebih baik berdasarkan kepada kecenderungan eksisting kawasan maka secara mezzo rekomendasi konsep penataan dapat dilakukan dengan menerapkan ketinggian bangunan secara sekuensional, artinya setiap zona memiliki dominasi ketinggian tertentu sehingga membentuk sekuen yang menarik. Gambar VI.3 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 2 (Ketinggian Bangunan) Sumber : Analisis, 2014 Zona A yang merupakan kawasan komersial yang didominasi oleh bangunan-bangunan ruko direkomendasikan ketinggian bangunan 2 (dua) lantai atau lebih. Zona B dengan fungsi dominan sekolah/universitas (sosial) dan bangunan 123
8 komersial direkomendasikan ketinggian bangunan tidak lebih dari 2 lantai. Sedangkan zona C, dengan dominasi rumah tinggal/hunian direkomendasikan ketinggian bangunan 1 (satu ) lantai. Selain akan tercipta suasana dan kualitas visual yang menarik konsep ini juga sebagai penanda atau pengarah bahwa semakin rendah ketinggian bangunan pada kawasan berarti semakin dekat dengan kawasan benteng Marlborough begitu juga sebaliknya semakin tinggi bangunan di kawasan berarti semakin jauh dari kawasan bersejarah. c) Konsep sekuensional ini juga direkomendasikan dalam penataan atau pengaturan set back kawasan. Semakin mendekat dengan kawasan Benteng Marlborough setback diatur semakin sempit (gambar VI.4). Hal ini ditujukan untuk menciptakan kesan yang lebih kuat terhadap nilai-nilai atau karakter sejarah. Gambar VI.4 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 3 (Setback) Sumber : Analisis,
9 Pada Zona A, setback diatur lebih luas (6m atau lebih) karena terkait fungsi sebagai bangunan komersial yang dituntut untuk memiliki ruang parkir luas. Selain itu, faktor ketinggian bangunan juga mempengaruhi ruang yang tercipta. Pada Zona B, setback diatur sedang ( 3-6 m ), sedangkan pada Zona C yang didominasi oleh hunian/rumah tinggal, setback diatur lebih sempit karena menyesuaikan dengan ketinggian bangunan yang hanya 1 (satu) lantai. d) Penataan terhadap vegetasi juga harus dilakukan, terutama terhadap pengaturan jarak antar pohon di sisi jalan. Gambar VI.5 Rekomendasi Konsep Penataan Mezzo 3 (Vegetasi) Sumber : Analisis,
10 Hal ini terkait dengan penciptaan kesan yang lebih baik terhadap ruang jalan dan penguatan terhatap karakter bersejarah kawasan. Jarak antar pohon diatur semakin sempit jika semakin dekat dengan kawasan Benteng Marlborough (Zona A > Zona B > Zona C). VI.2.3 Rekomendasi Mikro Secara mikro arahan penataan pada setiap Zona adalah sebagai berikut : ZONA A : 1. Secara fisik bangunan, zona ini tetap dipertahankan sesuai identitas utamanya sebagai kawasan komersial dengan tetap mempertahankan karakter sejarah yang ada. Namun, penataan minor juga tetap dilakukan, mengingat posisi lain koridor sebagai akses menuju kawasan bersejarah. Rekomendasi penataan terhadap fisik bangunan pada zona A sebagai berikut : Bangunan baru disyaratkan ketinggian 2 lantai Bentuk dasar fasade bangunan persegi, dengan massa berderet memanjang. 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya, > 6 meter. 3. Penataan signage disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya dan mempertimbangkan proporsinya terhadap bangunan. 4. Elemen street furniture sangat memungkinkan untuk ditata sebagai penguat atau pemberi kesan sebagai bagian dari 126
11 kawasan sejarah. Tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal. ZONA B : 1. Secara fisik bangunan, penataan dilakukan terhadap elemen-elemen sebagai berikut : Bangunan baru disyaratkan ketinggian tidak lebih dari 2 lantai Bentuk dasar fasade bangunan tidak mengikat. Bangunan baru disaratkan mengikuti tatanan bangunan lama yang sudah ada 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya, 3-6 m. 3. Penataan signage disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya dan mempertimbangkan proporsinya terhadap bangunan. 4. Elemen street furniture berupa tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal. ZONA C : 1. Rekomendasi penataan fisik bangunan pada zona C sebagai berikut : Bangunan lama dengan langgam arsitektur tradisional atau kolonial dipertahankan. Bangunan baru harus berkonsep budaya lokal atau kolonial. 127
12 Bentuk dasar fasade bangunan harus menyesuaikan dengan tatanan bangunan lama (langgam tradisonal). Bangunan baru disyaratkan ketinggian tidak lebih dari 1 lantai. 2. Setback bangunan dipertahankan kesegarisannya tidak lebih dari 3 meter. 3. Penataan signage disesuaikan dengan fungsi dan penempatannya. Dan harus diminimalisir agar fasade bangunan tidak terganggu. 4. Elemen street furniture berupa tugu, tiang lampu dan reklame, pot bunga dan bak sampah didesain dengan konsep budaya lokal. 128
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa, didapatkan faktor-faktor pembentuk karakter fisik ruang jalan dan kualitas karakter fisik pada Perempatan Ring Road Condong Catur
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN
BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. VI. 1 Kesimpulan. VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1
BAB VI KESIMPULAN VI. 1 Kesimpulan VI.1.1 Karakter Pelingkup Ruang Jalan Seturan VI-1 Penggal Jalan 1 Pada penggal 1 didominasi oleh bangunan dengan massa sedang. berikut jumlah dan prosentasenya, massa
Lebih terperincisekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang
BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. elemen fisik yang menunjukan rupa kota itu sendiri. Aspek fisik dan sosial ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Karakter Kawasan Perkotaan Kota merupakan ruang bagi berlangsungnya segala bentuk interaksi sosial yang dinamis dan variatif. Sebagai sebuah ruang, kota terbentuk
Lebih terperinciBab 4 ANALISA & PEMBAHASAN
Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN TEKNIK: METODE EVALUASI- KRITERIA SELEKSI TAHAP 1 Menggali atau menemukan identitas kawasan di sepanjang koridor Jalan Mastrip berdasarkan aspek kajian identitas kawasan TAHAP
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Sampul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Intisari... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...
Lebih terperinciBAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: 1) Pengaruh elemen pendukung
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.
Lebih terperinciBAB VI KONSEP PERENCANAAN
BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... i
DAFTAR ISI Halaman Depan Halaman Pengesahan Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian... 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur
Lebih terperinciVI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET
42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,
Lebih terperinciKajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan
Lebih terperinciPEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)
PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007) pengertian Penataan bangunan dan lingkungan : adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki,mengembangkan atau melestarikan
Lebih terperinciVII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri
BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi kota dan urbanisasi serta globalisasi budaya, kota-kota di Indonesia mulai marak dengan munculnya pusat-pusat perbelanjaan modern.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karateristik Visual Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu
Lebih terperinciLINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN
LINGKUNGAN VISUAL KORIDOR JALAN AGUS SALIM JALAN KAUMAN MALANG BERDASARKAN PERSEPSI PENGGUNA JALAN JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh
Lebih terperinciThe Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S
The Via And The Vué Apartment Surabaya Dyah Tri S 3107 100 509 Apartemen sebagai pemenuhan kebutuhan manusia akan hunian sebagai tempat untuk berteduh, untuk tinggal dan melakukan kegiatan harus memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA...
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar...
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinci2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).
Oleh: Zaflis Zaim * Disampaikan dalam acara Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi, Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk bermasyarakat. Jadi suatu kota bukanlah hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan produk dari peradaban manusia, yang merupakan hasil ciptaan manusia yang mendemonstrasikan satu taraf perkembangan yang khas di dalam evolusi kehidupan.
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperinciPENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR
PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seolah mengaburkan kota Jogja sebagai kota budaya, keberadan elemen - elemen kawasan secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas visual kota Yogyakarta sebagai
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang
Lebih terperinciTIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG
TIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG Titik Indra Setyowati 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sigmawan Tri Pamungkas 3 1Mahasiswa Bimbingan, Jurusan Arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI
60 BAB III TINJAUAN KEBIJAKAN DAN KONDISI EKSISTING ELEMEN RANCANG KOTA KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN PERKOTAAN TOBOALI Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai Gambaran umum Koridor Jalan Jenderal Sudirman
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Merumuskan konsep penataan koridor Kalimas berdasar roh lokasi (spirit of place) bertujuan untuk menghidupkan kembali roh lokasi (spirit of place) kawasan tersebut.
Lebih terperinciBab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi
Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka diperlukan adanya saran atau rekomendasi yang dibuat sebagai masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penelitian terhadap hubungan desain lingkungan fisik dan aktivitas kriminal pada malam hari di Kawasan Kota Lama Semarang menghasilkan beberapa kesimpulan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ
BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1.1.1. Jalan sebagai Ruang Terbuka Publik yang Berfungsi sebagai Media Reklame Luar Ruangan Ruang terbuka merupakan elemen solid dan void yang membentuk struktur visual
Lebih terperinciKAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Penggal Jalan Puad Ahmad Yani - Bundaran Kalibanteng Semarang
KAJIAN PENATAAN ELEMEN STREET FURNITURE Hermin Werdiningsih ABSTRAKSI Semarang adalah Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, yang juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Sebagai kota besar, keberadaan
Lebih terperinciSTUDI TATA BANGUNAN PADA JALAN DI.PANJAITAN DAN ALI MAKSUM YOGYAKARTA 1
STUDI TATA BANGUNAN PADA JALAN DI.PANJAITAN DAN ALI MAKSUM YOGYAKARTA 1 Onie Dian Sanitha 2 Abstraksi Sebuah tata bangunan erat kaitannya dengan fungsi dan kegiatan pengguna, sehingga mampu memberi ekspresi
Lebih terperinciRIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA
Volume 6 / No.2, Desember 2011 Jurnal Perspektif Arsitektur RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA Herwin Sutrisno, ST., MT 1 Abstrak Semakin padatnya
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU Ghina Fajrine1), Agus Budi Purnomo2),Jimmy
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan
Lebih terperinci5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung
5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi fungsi dan bentuk fisiknya. Kawasan
Lebih terperinciKONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center
KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan manusia di dalamnya,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan running modifikasi, didapatkan beberapa temuan, diantaranya sebagai berikut
Lebih terperinciBAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Konsep Dasar Konsep utama penataan penggal jalan Pemuda Pecinan Magelang terutama kawasan segitiga Klenteng Liong Hok Bio adalah Pedestrian Mall
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas
Lebih terperinciBAB V HASIL RANCANGAN
BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA LKM PRIMA KEADILAN KELURAHAN BANTAN KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR
LEMBAR PENGESAHAN TELAH DISAHKAN ATURAN BERSAMA KECAMATAN SIANTAR BARAT KOTA PEMATANGSIANTAR Aturan Bersama Kelurahan Bantan telah disusun secara partisipatif oleh masyarakat Kelurahan Bantan melalui rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan fungsi baru untuk menunjang ragam aktivitas
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA INSERTION
BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN
1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah
Lebih terperinciGambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.
KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR BAGAN... xviii INTISARI... xix
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi
BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN STRATEGIS LOMANIS KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di
BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IV.1 Urban Design IV.1.1 Demolisi Bangunan Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Upaya
Lebih terperinciTATA BANGUNAN PADA JALAN D. I. PANJAITAN DAN JALAN ALI MAKSUM DI YOGYAKARTA 1
TATA BANGUNAN PADA JALAN D. I. PANJAITAN DAN JALAN ALI MAKSUM DI YOGYAKARTA 1 Onie Dian Sanitha 2 Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta e-mail: osanitha@ymail.com Abstract: Building
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciBagian Hukum Setda Kab. Banjar
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KAWASAN WISATA LOK BAINTAN KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR DENGAN
Lebih terperinciPOLA PERSEBARAN PENANDA KOMERSIAL DI PERKOTAAN (Penggal Jalan Jendral Sudirman Palembang)
POLA PERSEBARAN PENANDA KOMERSIAL DI PERKOTAAN (Penggal Jalan Jendral Sudirman Palembang) Sisca Novia Angrini Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang email : siscaangrini@gmail.com
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK Sungai Kapuas merupakan sebuah fenomena alam yang sudah menjadi ikon bagi kota Pontianak dimana kawasan tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan
129 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri elemenelemen arsitektural bangunan rumah lama di Kota Baru sebagai berikut : 1.
Lebih terperinciKONSEP TUGAS AKHIR TEHNIK ARSITEKTUR MUSEUM ZOOLOGY DI SURABAYA
KONSEP TUGAS AKHIR TEHNIK ARSITEKTUR MUSEUM ZOOLOGY DI SURABAYA Karakter masyarakat kalangan menengah ke atas (pebisnis) bersifat fleksibel dan cepat tanggap. Memiliki disiplin yang tinggi dan pekerja
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN
1 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini adalah bangunan yang menyatu dengan alamnya/ keadaan sitenya. Contour as a part of building atau kontur sebagai bagian dari bangunan.
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014
BAB III. TINJAUAN LOKASI III.1 Lokasi Lokasi merupakan salah satu strategi pemasaran. Lokasi yang strategis di pusat kota atau dekat dengan pusat kegiatan manusia merupakan pilihan yang tepat untuk mendirikan
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)
BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan
Lebih terperinciRENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL
RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan
Lebih terperinciPOLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244
POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244 Oleh : INDRA KUMALA SULISTIYANI L2D 303 292 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciBAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan
Lebih terperinciBAB IV KONSEP PERANCANGAN
23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung
Lebih terperinciBAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan
BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN JALAN JENDERAL SUDIRMAN DAN JALAN SLAMET RIYADI SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Komponen-komponen enclosure yang memiliki karakteristik terdapat kumpulan grafiti liar, terdapat akses ke arah komponen enclosure, terdapat media pada komponen
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinci