Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
TANDA KARDINAL ASFIKSIA PADA KASUS GANTUNG DIRI YANG DIPERIKSA DI DEPARTEMEN FORENSIK FK USU RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini. dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung

Gambaran Kasus Kematian dengan Asfiksia di Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.36. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian tidak wajar yang kadang-kadang belum. diketahui penyebabnya saat ini semakin meningkat.

Angka Kejadian Korban Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Luar Visum Et Repertum

BAB I PENDAHULUAN. Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja. terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

REFRAT GANTUNG DIRI ( HANGING ) Oleh : DEVI FIKASARI K G

PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

KEMATIAN TAHANAN DI RUANG SEL POLISI KONTROVERSI PEMBUNUHAN ATAU BUNUH DIRI DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia menurut laporan hak asasi manusia

Kasus Hanging Dengan Posisi Duduk Bersandar Di Kursi Sofa

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

Tinjauan Pustaka Gantung diri (Hanging)

Jessica R. Labora Erwin G. Kristanto James F. Siwu

JENIS KEKERASAN DAN POLA LUKA PADA KORBAN MATI KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN BUKTI MEDIS INFANTICIDE YANG DIPERIKASA DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH PERIODE TAHUN

ABSTRAK. Trauma kapitis merupakan salah satu kasus yang paling sering dijumpai

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : LORA INVESTISIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

GANTUNG DIRI: POLA LUKA DAN LIVOR MORTIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

Universitas Sumatera Utara-RSUP-HAM Medan

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Masalah lalu lintas melalui darat, laut, dan udara

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP CIRI-CIRI KORBAN INFANTISIDA DI BALI, TAHUN 2012 SAMPAI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Kata kunci: Kejahatan Seksual, Forensik, Bukti Medis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti

REFERAT PEMBEKAPAN. Disusun oleh : Shinta Febriana Yustisiari G Pembimbing : dr. Hari Wujoso, Sp.F, MM

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA UMUR TAHUN YANG BERADA DI KELURAHAN SEI RENGAS I MEDAN MENGENAI SADARI KELVIN YUWANDA

CEDERA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI KOTA MANADO

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

PROPORSI BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI KEMBAR YANG LAHIR DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ANDRIO GULTOM

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

VISI (2015) 23 (3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

PENGARUH PEMAKAIAN HELM TERHADAP DERAJAT CEDERA KEPALA PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR YANG MENGALAMI KECELAKAAN LALU LINTAS YANG DIRAWAT DI RSUP H

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK SEBAB DAN MEKANISME KEMATIAN PADA KORBAN YANG DIDUGA DIBUNUH YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSUP SANGLAH TAHUN

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH. Gambaran Merokok sebagai Faktor Risiko Pada Penderita Karsinoma Laring di RSUP. H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN HISTOPATOLOGI PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING TAHUN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN. Oleh : FATHIMAH NURUL WAFA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBU GA A TARA KEJADIA OBESITAS DE GA PE I GKATA KADAR KOLESTEROL DARAH GURU-GURU SMP EGERI 3 MEDA Oleh: IK JASMI E IK ABDULLAH IM:

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER NASOFARING DI RUMAH SAKIT H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: WULAN MELANI

PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN Oleh : WONG SAI HO

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

IMPLEMENTASI OTOPSI FORENSIK DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

Pengaruh kadar hemoglobin terhadap lebam mayat (livor mortis)

Kriteria Infanticide

PREVALENSI GEJALA RINITIS ALERGI DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN, BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010

Pencatatan, Pelaporan Kasus Keracunan dan Penanganan Keracunan. Toksikologi (Teori)

POLA LUKA PADA KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS DI BLU RSU PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

KARAKTERISTIK GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENDERITA KANKER PAYUDARA BERDASARKAN UMUR DI KOTA MEDAN PERIODE

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN TUBERKULOSIS EKSTRA PARU DI PUSKESMAS KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2013

Transkripsi:

Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun 2011-2012 Indra Sakti Nasution 1, RA Tanzila 2., Irfanuddin 3 Abstrak Penggantungan adalah salah satu penyebab kematian akibat asfiksia yang paling sering ditemukan dalam kasus kedokteran forensik, umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas dan trauma mekanik. Penelitian tentang gantung diri di Indonesia juga masih sangat terbatas jumlahnya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui tanda kardinal asfiksia yang ditemukan pada visum et repertum kasus gantung diri di Departemen Forensik RSUP dr.muhammad Hoesin Palembang pada tahun 2011 2012. Kasus gantung diri pada tahun 2011 terdapat 6 kasus dan 14 kasus pada tahun 2012. Dari 20 kasus gantung diri hanya ditemukan 11 hasil visum, 1 hasil visum pada tahun 2011 dan 10 hasil visum pada tahun 2012.Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian gantung diri lebih banyak ditemukan pada tahun 2012 (90,9%). Berdasarkan jenis kelamin, kejadian bunuh diri banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan yaitu 7 kasus (63,6%). Berdasarkan kelompok umur, pelaku gantung diri banyak dilakukan pada rentang umur 22-49 tahun sebanyak 6 kasus (54,5%). Tanda kardinal yang banyak ditemukan adalah sianosis (100,0%) dan kongesti (36,4%). Kata kunci : asfiksia, tanda kardinal asfiksia, gantung diri Abstract Hanging is one cause of death due to asphyxia that mostly found in forensic medicine, after traffic accidents and mechanical trauma. Research on hanging in Indonesia is still very limited in number. This was a descriptive study with cross-sectional design that aimed to determine the cardinal signs of asphyxia found at visum et repertum in hanging at the Department of Forensic Muhammad Hoesin Hospital, Palembang in 2011-2012. There were 6 cases of hanging in 2011 and 14 cases in 2012. There were 11 out of 20 visum et repertum on hanging case, 1 in 2011 and 10 in 2012. The results showed hanging incidence is higher in 2012 (90.9%). By sex, the incidence of suicide was more common in men (63.6%). By age group, hanging was more common in age group 22-49 years old (54.5%). Cardinal sign that commonly found were cyanosis (100.0%) and congestion (36.4%). Keywords: asphyxia, the cardinal signs of asphyxia, hanging Korespondensi= 1,2 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, Jl. KH. Balqi / Talang Banten 13 Ulu Palembang Telp. 0711-520045 63

Pendahuluan Tindakan bunuh diri dengan cara penggantungan sering dilakukan karena dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan seutas tali, kain, dasi, atau bahan apa saja yang dapat melilit leher. Demikian pula pada pembunuhan atau hukuman mati dengan cara penggantungan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu. Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaannya terletak pada asal tenaga yang dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan pada kasus gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak seluruh berat badan digunakan. 1 Penggantungan merupakan penyebab kematian yang paling sering menimbulkan persoalan karena rawan terjadi salah interpretasi, baik oleh ahli forensik, polisi, dan dokter non-forensik. Selain itu, penggantungan merupakan metode bunuh diri yang sering ditemukan di banyak negara. Di Inggris, terdapat lebih dari 2000 kasus bunuh diri dengan penggantungan dilaporkan setiap tahun. Penggantungan baik akibat bunuh diri atau pembunuhan lebih sering ditemukan di perkotaan. Di Amerika Serikat, pada tahun 2001, dilaporkan terdapat 279 kematian yang disebabkan penggantungan yang tidak disengaja dan strangulasi, dan 131 kematian akibat penggantungan, strangulasi dan mati lemas. 2 Di India, antara tahun 1997-2000, dilaporkan kematian akibat penggantungan sebesar 3,4%. Penggantungan akibat bunuh diri lebih sering ditemukan pada laki-laki (2:1), namun kematian yang disebabkan oleh kekerasan strangulasi lebih dominan ditemukan pada wanita. 2 Di Istanbul, 537 dari semua kasus gantung diri adalah laki-laki (70,56%) dan 224 adalah wanita (29,44%). 3 Jika dilihat dari faktor umur, insidens penggantungan paling sering ditemukan pada dewasa muda. Di India misalnya, kematian akibat penggantungan paling sering ditemukan pada kelompok umur 21-25 tahun, 4 sedangkan Davidson dan Marshall (1986) melaporkan bahwa insidens penggantungan yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 20-39 tahun. 2 Data statistik mengenai frekuensi dan distribusi variasi kasus gantung diri di Indonesia masih sangat langka. Penelitian tentang gantung diri di Indonesia juga masih sangat terbatas jumlahnya. Data yang dihimpun dari Polda Metro Jaya diketahui bahwa pada tahun 2009 ada 90 kasus gantung diri, tahun 2010 ada 101 kasus dan tahun 2011 ada 82 kasus gantung diri. 5 Hariadi dalam penelitiannya tentang karakteristik gantung diri berdasarkan jenis kelamin dan umur, di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa kejadian bunuh diri banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan, yaitu sebanyak 37 kasus. Berdasarkan usia, pelaku gantung diri banyak dilakukan oleh usia 19-45 tahun. 6 64

Penggantungan (hanging) adalah penyebab kematian akibat asfiksia yang paling sering ditemukan. 2 Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus kedokteran forensik, umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu lintas dan trauma mekanik. 7 Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. 8 Tanda-tanda asfiksia yang paling sering ditemukan pada korban gantung diri adalah sianosis, kongesti dan oedema, tetap cairnya darah dan perdarahan berbintik (petechial haemorraghes). 9 Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya penelitian mengenai tanda kardinal asfiksia di RSUP dr. Muhammad Hoesin, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Tanda Kardinal Asfiksia Yang Ditemukan Pada Visum et Repertum Kasus Gantung Diri Di Departemen Forensik RSUP dr. Muhammad Hoesin Palembang Pada Tahun 2011-2012. pendekatan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh visum et repertum korban yang mengalami asfiksia akibat gantung diri di Departemen Kedokteran Forensik RSUP dr.muhammad Hoesin Palembang pada tahun 2011-2012 (total sampling) sebesar 11 kasus dimana teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling (non-probability sampling). Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan data sekunder dengan mengobservasi hasil visum et repertum. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tanda kardinal berupa sianosis, kongesti dan oedema, tetap cairnya darah serta perdarahan berbintik (petechial hemorrhages) yang ditemukan pada visum et repertum kasus gantung diri. Semua visum korban gantung diri dikumpulkan dan dilakukan pencatatan/ tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang akan diteliti. Metode teknisi analisis data yang digunakan pada penelitian ini berupa analisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada. Hasil dan Pembahasan Metode Penelitian Penelitian tanda kardinal asfiksia yang ditemukan pada kasus gantung diri di Departemen Forensik RSUP dr.muhammad Hoesin Palembang pada tahun 2011 2012 merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan 65 Dari penelitian yang telah dilakukan melalui data sekunder yaitu visum et repertum didapatkan sebanyak 20 kasus gantung diri. Kasus gantung diri pada tahun 2011 terdapat 6 kasus dan 14 kasus pada tahun 2012. Dari 20 kasus tersebut, hanya 11 kasus yang digunakan sebagai sampel karena data yang tidak

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Analisis data dari hasil penelitian dipaparkan dalam empat tabel dibawah ini. Tabel 1. Distribusi angka kejadian gantung diri Tahun Frekuensi Persentase (%) 2011 1 9.1 2012 10 90.9 Total 11 100.0 Angka kejadian gantung diri di Departemen Forensik RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang adalah sebanyak 11 kasus. Kasus terbanyak terdapat pada tahun 2012 yaitu 10 (90,9%) kasus, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 1 (9,1%) kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus gantung diri dari tahun 2011 ke tahun 2012. Menurut peneliti, hal ini bisa disebabkan masalah ekonomi, psikososial dan sosial. Tabel 2. Distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, lakilaki adalah kelompok yang paling banyak melakukan bunuh diri yaitu 7 (63,6%) kasus, sedangkan pada perempuan hanya 4 (36,4%) kasus. Menurut peneliti, hal ini bisa disebabkan kemiskinan, dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan dan tanggung jawab yang lebih besar pada laki-laki sebagai kepala keluarga. Hasil penelitian ini sama seperti penelitian yang dilakukan Nurina (2010), angka bunuh diri paling banyak terdapat pada laki-laki (70,4 %). Serta penelitian yang dilakukan Hariadi (2011) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyatakan bahwa kejadian bunuh diri banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan Ernoehazy (2011) menyebutkan bahwa di Istambul, 537 (70,56%) dari semua kasus gantung diri adalah laki-laki. Tabel 3. Distribusi karakteristik sampel berdasarkan umur Umur Frekuensi Persentase (%) <23 4 36.4 24-49 6 54.5 Jenis kelamin Perempuan laki-laki Total Frekuensi Persentase (%) 4 36.4 7 63.6 11 100.0 66 >50 1 9.1 Total 11 100.0 Kelompok umur yang terbanyak melakukan gantung diri yang diperiksa di Departemen Forensik RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang tahun

2011-2012 adalah yang berumur 24-49 tahun yaitu sebanyak 6 (54,5%) kasus, pada umur dibawah 23 tahun terdapat 4 (36,4%) kasus dan paling sedikit terdapat pada umur diatas 50 tahun yaitu 1 (9,1%) kasus. Menurut peneliti, hal ini bisa dikarenakan putus cinta, depresi berkepanjangan, pengangguran dan sakit yang menahun dimana dapat memicu gantung diri. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurina (2010), mengungkapkan bahwa bahwa kelompok umur yang terbanyak melakukan gantung diri adalah pada rentang usia 24-49 tahun, dimana jumlahnya mencapai 11 (40,7 %) kasus, sedangkan paling sedikit terdapat pada umur > 50 tahun yaitu sebanyak 5 (18,5%) kasus. Sementara pada Hariadi (2011) terdapat perbedaan rentang usia, yaitu yang terbanyak pada usia 19-45 tahun. Tabel 4. Distribusi karakteristik tanda kardinal asfiksia Tanda Kardinal Sianosis Kongesti Oedema Frekuensi Persentase (%) 11 100.0 4 36.4 0 0 Tetap Cairnya Darah 0 0 Tardieu s spot 3 27.3 67 Tanda kardinal asfiksia yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah sianosis (100.0%), kongesti (36,4%), tardieu s spot (27,3%) sedangkan tanda oedema dan tetap cairnya darah tidak ditemukan. Tanda sianosis, ditemukan pada 11 (100,0%) kasus. Sianosis paling banyak terlihat pada bibir, kuku jari tangan dan kuku jari kaki. Warna dari darah tergantung kuantitas absolut dari oxyhaemoglobin dan penurunan haemoglobin dalam eritrosit. Warna normal kulit akan berubah menjadi ungu atau biru ketika kadar oksigen berkurang. 9 Pada kongesti, terdapat 4 (36,4 %) kasus yang memiliki tanda tersebut, sedangkan pada 7 (63,6 %) kasus tidak terdapat tanda tersebut dikarenakan tidak ditemukannya tanda tersebut pada pemeriksaan. Ketika terjadi penekanan pada leher, wajah, bibir dan lidah akan menjadi bengkak dan tampak lebih gelap bersamaan dengan timbulnya sianosis. Organ bagian dalam juga bisa mengalami kongesti dan pada kasus gantung diri tanda ini paling banyak terdapat pada lidah, faring dan laring dibagian terjadinya obsruksi vena. 9 Tanda oedema tidak ditemukan pada 1 kasus pun. Oedema merupakan hasil perpindahan yang cepat melalui kapiler dan dinding vena, terutama fungsi tekanan balik dalam sistem vena. Hipoksia pada endothelium pembuluh darah diduga menjadi penyebab peningkatan permeabilitas, tapi secara umum pada hipoksia yang disebabkan oleh penyebab kematian yang lain tidak

akan menyebabkan terjadinya pembengkakan seperti yang terlihat pada kasus gantung diri. 9 Tanda tetap cairnya darah tidak ditemukan pada 1 kasus pun. Gambaran tentang tetap cairnya darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosis asfiksia. 9 Pada pemeriksaan tardieu s spot, terdapat 3 (27,3%) kasus yang memiliki tanda tersebut, sedangkan pada 8 (72,7%) kasus tidak terdapat tanda tersebut. Tanda tersebut paling banyak terdapat pada sclera mata. Sesuai dengan teori, dimana dinyatakan bahwa Tardieu s spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva dan sklera mata. 9 Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak. 7 Menurut peneliti, tanda kardinal sianosis, kongesti dan tardieu s spot dapat dapat ditemukan secara langsung hanya dengan melakukan pemeriksaan luar sedangkan tanda oedema dan tetap cairnya darah tidak ditemukan karena sebagian besar keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi pada anggota keluarganya sehingga tidak bisa dilakukan pemeriksaan dalam. Simpulan dan Saran Karakteristik menunjukkan bahwa laki-laki dan kelompok umur 24-49 tahun adalah kelompok yang paling banyak melakukan gantung diri. Tanda kardinal asfiksia yang paling banyak ditemukan adalah sianosis (100%) dan kongesti (36,4%). Dalam penelitian hanya melibatkan jumlah dan sumber sampel yang terbatas sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai tanda kardinal asfiksia yang ditemukan pada visum et repertum kasus gantung diri dengan desain berbeda dan lebih banyak lagi sampel dalam penelitian agar mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan laki-laki lebih banyak melakukan bunuh diri dibandingkan perempuan dan pengaruh usia terhadap kejadian gantung diri. Daftar Pustaka 1. Ashari I. 2009. Penggantungan. (http://www.irwanashari.com/2009/1 2/penggantungan.html 2. Noharakrizo. 2011. Makalah Hanging. 3. Ernoehazy W. 2011. Hanging injuries and Strangulation. (http://emedicine.medscape.com/artic le/826704-overview#showall. 4. Idries, AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara, Jakarta Barat, Indonesia. Hal.202-207. 68

5. Felisiani T. 2012. Laporan Wartawan Tribunnews.com.: Gantung diri jadi trend 2009 hingga awal 2012. 6. Hariadi MB. 2011. Karakteristik Gantung Diri yang diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 1 November 2006 31 November 2009 7. Amir, A. 2008. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik (edisi ke-2). Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia. Hal. 120-133. 8. Budiyanto A., Widiatmaka W., Sudiono S, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik: Kematian Akibat Asfiksia Mekanik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hal. 55-64. 9. Knight, B. 1996. Forensic Pathology (second ed). Oxford University Press, New York, USA. 69