BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS YURIDIS PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK-HAK ISTRI DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ISTRI DALAM PERKARA NOMOR 0241/PDT.G/2016/PA.

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N Nomor 90/Pdt.G/2014/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Nomor 0606/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0712/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N. Nomor 0280/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N Nomor : 053/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0611/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

بسم هللا الرحمن الرحيم

PUTUSAN. Nomor : 1519/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 5667/PDT.G/2013/PA. Kab Mlg TENTANG PENAMBAHAN NAFKAH ANAK SETIAP PERGANTIAN TAHUN

PUTUSAN Nomor /Pdt.G/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0512/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N. Nomor 0613/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan DUDUK PERKARA

P U T U S A N. Nomor 0743/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN. Nomor : 1376/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 1054/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

PUTUSAN. Nomor : 0015/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 0971/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N Nomor: 0109/Pdt.G/2009/PA.Bn

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PUTUSAN Nomor /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1717/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 1036/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor: 0217/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor 0199/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor 1881/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T S A N. Nomor 0828/Pdt.G/2015/PA.Pas BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 1599/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor: 0186/Pdt.G/2009/PA.Bn

P U T U S A N. Nomor 0649/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

Nomor 0145/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N. Nomor 1717/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0158/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR:70/Pdt.G/2012/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP HAK ASUH ANAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

P U T U S A N Nomor 1634/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

بسم ا هلل الرحمن ا لرحيم

P U T U S A N Nomor : 022/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1880/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

PUTUSAN Nomor 130/Pdt.G/2015/PA.Pas

PUTUSAN Nomor : 400/Pdt.G/2011/PA.DUM. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N. Nomor 1774/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2014/PTA.Btn

P U T U S A N. Nomor: 0784/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor 0556/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor: 1675/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

PUTUSAN Nomor : 85/Pdt.G/2010/PA.Pkc

P U T U S A N Nomor 1612/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :

P U T U S A N Nomor : 0113/Pdt.G/2009/PA.Bn

P U T U S A N Nomor : 038/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor: 0041/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

PUTUSAN /Pdt.G/2013/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

SALINAN P U T U S A N Nomor : 72/Pdt.G/2011/PTA.Bdg.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

PUTUSAN. Nomor : 0391/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 195/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. M e l a w a n DUDUK PERKARA

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N Nomor 0424/Pdt.G/2014/PA.Pas.

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

P U T U S A N. Nomor 1591/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor: 1609/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor: 0265/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N Nomor :./Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P U T U S A N NOMOR 55/Pdt.G/2011/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1245/Pdt.G/2008/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

Nomor : 0721/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N NOMOR: 01/Pdt.G/2013/PA.Msa DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 155/Pdt.G/2010/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N. Nomor <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA. Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N Nomor : 0241/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 21/Pdt.G/2016/PTA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

SALINAN PUTUSAN Nomor : 0872/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1113/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

P U T U S A N. Nomor: 1791/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

PUTUSAN. Nomor : 0827/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0565/Pdt.G/2011/PA.Bn.

P U T U S A N. Nomor: 0852/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N. Nomor : 0378/Pdt.G/2011/PA.Bn. BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ASUH DAN NAFKAH ANAK DALAM CERAI GUGAT (STUDI PUTUSAN NOMOR : 420/PDT.G/2013/PTA.SBY) A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tentang Penerapan Hak Ex Officio Hakim terhadap Hak Asuh dan Nafkah Anak dalam Cerai Gugat Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau sumber tertentu yang dijadikan dasar dalam menangani perkara yang diputuskannya. Hal ini sudah digariskan dalam pasal 50 ayat (1) Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi: Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili Pada kasus penerapan hak ex officio hakim terhadap hak asuh dan nafkah anak dalam cerai gugat di Pengadilan Tinggi Agama Surabaya pada putusan nomor 420/Pdt.G/2013/PTA.Sby tentang pemberian hak asuh kedua anaknya kepada Penggugat atau Terbanding serta Tergugat atau Pembanding berkewajiban untuk menanggung nafkah kedua anaknya tersebut sebesar Rp.300.000; (tiga ratus ribu rupiah) dengan kenaikan 20% (dua puluh perseratus) setiap tahun yang dibayarkan melalui Penggugat atau Terbanding. Gugatan cerai yang diajukan isteri di Pengadilan Agama Mojokerto dengan 74

75 alasan terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan persoalan ekonomi, yaitu suami malas untuk bekerja. Untuk memperkuat dalilnya isteri menghadirkan 2 (dua) orang saksi yang keduanya mengatakan bahwa antara suami istri tersebut memang benar sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, dan suami sering memukul istri jika terjadi pertengkaran. Dan dalam persidangan ketika suami memberikan jawabannya, suami membenarkan bahwa sering terjadi perselisihan dan pertengkaran antara dia dengan isterinya, akan tetapi penyebabnya bukan karena suami malas bekerja namun karena rumah tinggal bersama dijual untuk membayar hutang. Pernikahan antara suami isteri tersebut dikaruniai 2 (dua) orang anak, yaitu ANAK1, umur 12 tahun dan ANAK2, umur 6 tahun. Meskipun dalam gugatannya isteri tidak mengajukan hak asuh atas kedua anak tersebut, dan tidak pula mengajukan gugatan tentang siapa yang menanggung nafkah bagi kedua anak tersebut, akan tetapi Majelis Hakim Pengadilan tingkat banding menggunakan hak ex officionya dalam memberikan hak asuh atas kedua anaknya kepada isteri dan mewajibkan suami untuk memberi nafkah kepada kedua anaknya tersebut sebesar Rp. 300.000 setiap bulan dengan kenaikan 20% (dua puluh perseratus) setiap tahun yang dibayarkan melalui isteri. Adapun dasar pertimbangan Majelis hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dalam memutuskan perkara ini adalah: 1. Pasal 41 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI menyatakan: Akibat putusnya perkawinan karena perceraian, baik ibu atau bapak tetap

76 berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah dan ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu. 2. Pasal 13 ayat (1) huruf c dan e, pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyatakan: Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : (c) penerlantaran, (e) ketidak adilan. Negara dan Pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. 3. Hasil rumusan Kamar Perdata Mahkamah Agung RI tanggal 12 sampai dengan 16 Maret 2011 menegaskan, bahwa sebagai akibat perceraian apabila dari perkawinan tersebut dilahirkan anak, maka Hakim harus menunjuk salah satu dari kedua orang tua anak tersebut untuk bertindak sebagai pengasuh dan pemelihara anak tersebut. Bahwa hal tersebut senada pula dengan firman Allah SWT dalam Al Baqarah ayat 233:......

77 Artinya: Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya. 4. Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor : 556K/Sip/1971 tanggal 8 Januari 1972, Nomor : 1245K/Sip/1974, tanggal 9 November 1976, dan Nomor : 425K/Sip/1975, tanggal 15 Juli 1975, yang memuat kaidah hukum Yudex factie dibenarkan untuk memberi putusan melibihi petitum gugatan penggugat, dengan syarat hal tersebut masih sesuai dengan dalil / posita / kejadian materiil yang dikemukakan oleh Penggugat dalam surat gugatannya. Untuk memberikan hak-hak anak akibat adanya perceraian, para Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menggunakan hak ex officionya, yaitu hakim karena jabatannya dalam memutuskan suatu perkara dapat keluar dari aturan baku selama ada argumentasi yang logis dan sesuai aturan undang-undang. Ketentuan ini dimaksud agar bekas isteri yang telah bercerai dari suaminya tidak sampai menderita karena tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Adapun yang dijadikan dasar Majelis hakim Pengadilan Tinggi agama Surabaya adalah firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 233 yaitu: Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya. Akan tetapi, hak ex officio hakim yang menyangkut perceraian bersifat kasuistik dalam artian penerapan hak ex officio terhadap perlindungan hak-hak anak akibat perceraian digunakan dengan melihat kasus yang ada. Hal ini dikarenakan penerapan hak ex officio hakim dalam perkara

78 akibat terjadinya perceraian bertentangan dengan asas ultra petitum partium yaitu hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya tidak boleh melebihi dari gugatan yang ada atau dilarang memberikan lebih dari pada apa yang digugat, sesuai dengan bunyi pasal 178 ayat (3) HIR (Herzien Inlandsh Reglement): Ia tidak diizinkan menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak digugat, atau memberikan lebih dari pada yang digugat 1. Jadi, tidak semua perkara yang masuk ke pengadilan agama mengenai pemberian hak-hak anak akibat perceraian diputus dengan menggunakan hak ex officio hakim. Karena hak ex officio merupakan hak opsi yang dimiliki oleh hakim, dimana hakim Pengadilan Agama dapat memilih untuk menerapkannya atau tidak, bukan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh hakim dalam memutus perkara dan bukan suatu larangan yang tidak boleh dilanggar oleh hakim. Jadi, para hakim Pengadilan Agama diharuskan untuk lebih bijaksana dalam memberikan hak ex officionya dalam memutus perkara yang ditanganinya terkait pemberian hak-hak anak akibat perceraian. Pada kasus ini Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mempertimbangkan bahwa jika terjadi perceraian maka untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedua anak tersebut Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mewajibkan bekas isteri untuk mengasuh kedua anaknya dan bekas suami untuk memberikan nafkah bagi kedua anaknya, sesuai ketentuan pasal 13 ayat (1) huruf c dan e, pasal 23 ayat (1) Undang- Undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang 1 R.Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasan, Cetakan II, (Bogor: Politeia, 1995), 131

79 menyatakan: Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : (c) penerlantaran, (e) ketidak adilan. Negara dan Pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Pasal diatas menjelaskan bahwa anak berhak mendapatkan perlidungan hukum agar terhindar dari penelantaran dan ketidak adilan. Pada perkara ini isteri sebagai penggugat tidak mengajukan gugatan hak Hadanah atas kedua anak tersebut, dan tidak pula mengajukan gugatan tentang siapa yang menanggung nafkah bagi kedua anak tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Agama Surabaya berpendapat perlunya diterapkan hak ex officio hakim dalam memutus perkara ini, karena pasal 105 KHI merupakan kewajiban yang melekat pada ibu atau bapak dalam memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk memilih diantara ayah dan ibunya sebagai pemegang hak pemeliharaanya. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, jadi hakim memberikan ex officionya untuk memberikan perlindungan terhadap anak berdasarkan pasal 41 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI.

80 B. Analisis Yuridis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tentang Penerapan Hak Ex Officio Hakim terhadap Hak Asuh dan Nafkah Anak dalam Cerai Gugat Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya yang menangani perkara Nomor 420/Pdt.G/2013/PTA.Sby mewajibkan isteri untuk mengasuh kedua anaknya dan mewajibkan suami untuk memberikan nafkah kepada kedua anaknya tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menggunakan hak ex officionya. Hukum acara perdata yang berlaku di pengadilan Agama merupakan hukum yang berlaku juga di pengadilan umum, begitu juga dengan asas-asas yang berlaku di Pengadilan Umum berlaku pula di lingkungan Peradilan Agama, kecuali Undang-Undang berlaku lain. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 54 Undang-Undanh Nomor 50 Tahun 2009 tentang peradilan Agama yang berbunyi: Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam Lingkungan Pengadilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini. Adapun dalam menangani perkara perdata hakim harus mengadili seluruh petitum baik dalam permohonan maupun gugatan, asas penting ini digariskan dalam pasal 178 ayat (2) dan (3) HIR, pasal 189 ayat (2) dan (3) RBg. Selain itu hakim juga harus mematuhi asas ultra petitum partium yaitu dilarang mengadili lebih dari apa yang diminta dalam petitum kecuali undang-undang menentukan lain.

81 Pasal 41 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI merupakan pengecualian dari asas ini yang merupakan lex specialis, hakim karena jabatannya (ex officio) dapat mewajibkan isteri untuk mengasuh kedua anaknya, dan mewajibkan suami untuk memberikan nafkah kepada kedua anaknya tersebut tanpa harus ada gugatan dari isteri. Mengenai pengecualian tersebut, hal ini tidak lepas dari tugas hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman guna memberikan keputusan yang dapat memberikan kemaslahatan dan kedamaian bagi kedua pihak yang berperkara. Hakim mempunyai wewenang untuk menciptakan hukum (judge made law), hakim memiliki kebebasan untuk melakukan ijtihad dalam mengambil keputusan yang mencerminkan perasaan hukum dan rasa keadilan bagi pihak-pihak yang berperkara. Oleh karena itu, hakim wajib menggali dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 yang telah diamandemen dengan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman dan dalam pasal 229 KHI. Selain itu, hakim dalam memutus perkara juga mempunyai kewenangan untuk menyimpangi ketentuan-ketentuan hukum tertulis yang telah ada dan dianggap sudah tidak mampu mencerminkan perasaan hukum dan rasa keadilan pihak-pihak yang berperkara dan masyarakat pada umumnya.

82 Hal-hal yang disebutkan dalam pasal 41 huruf (a) dan (b) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI merupakan kewajiban yang melekat pada isteri dan suami serta menjadi hak bagi anak saat terjadinya perceraian. Menurut penulis, pertimbangan majelis hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya yang menggunakan hak ex officionya dalam mewajibkan isteri untuk mengasuh kedua anaknya dan mewajibkan suami untuk menanggung nafkah kedua anknya adalah tepat karena Pasal 41 huruf (a) dan (b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI merupakan pengecualian dan merupakan lex specialis dari asas ultra petitum partium. Sesuai dengan pendekatan asas lex specialis drogat lex generalis yang terkandung maksud adalah bahwa untuk undang-undang yang berlaku umum mengenyampingkan undang-undang yang berlaku khusus. Jadi dapat dikatakan asas ultra petitum partium dikesampingkan dengan adanya pasal-pasal khusus yang mengenai hak-hak anak akibat putusnya perceraian, yaitu pasal 41 huruf (a) dan (b) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jo. Pasal 105 huruf (a), (b) dan (c) KHI. Selain dari pada itu jika para pihak yang berperkara adalah masyarakat awam, siapakah yang akan memberikan bantuan atau nasehat hukum kalau bukan hakim?. Hakim dalam memberikan bantuan atau nasehat hukum kepada para pihak adalah perintah undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 119 HIR/143 RBg dan Pasal 132 HIR/156 RBg. Jo Pasal 58 ayat

83 (2) undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Jo. Pasal 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang kekuasaan kehakiman. Maka hakim memberitahu para pihak tentang akibat putusnya perceraian dapat dibenarkan secara hukum (justifiable). Peranan pengadilan agama dalam perkara perceraian bukan sematamata mengadministrasi atau mencatatkan telah terjadinya perceraian antara dua orang yang telah terikat dalam perkawinan ditandai dengan keluarnya surat cerai. Namun jika memang perceraian itu tidak dapat dihindari, pengadilan agama harus memberikan putusan yang seadil-adilnya tanpa merugikan pihak manapun. Kemestian perceraian dilakukan di depan sidang pengadilan agama tidak saja dipandang sebagai aturan hukum negara, tetapi juga hukum syara karena bersesuaian, saling mendukung, dan menunjukkan tata cara yang benar dalam pelaksanaan perceraian menurut syariat Islam. Menurut Tahir al-haddad, bahwa perceraian di pengadilan merupakan salah satu alternatif mempraktekkan syariat yang benar, sekaligus dapat menggugurkan kebiasaan-kebiasaan perceraian yang tidak sesuai dengan nas yang didukung oleh sejumlah ulama, yakni hanya berfikir tentang cerai tanpa memikirkan dampak negatifnya secara menyeluruh, termasuk dampak pada hak-hak anak yang terlantar 2. 2 Khoiruddin Nasution, Status Wanita di asia Tenggara : Studi terhadap Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta-Leiden: INIS, 2002), 257