ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

BAB III METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

BAB VI KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

BAB VII OPINI KHALAYAK LANGSUNG ACARA MUSIK DERINGS TRANS TV DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V HASIL PENELITIAN. Selama periode penelitian dijumpai 35 anak yang dirawat di bangsal

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

V. KARAKTERISTIK, MOTIVASI KERJA, DAN PRESTASI KERJA RESPONDEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penilaian Disiplin dan Penilaian Kinerja Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a. Obyektif b. Terukur c. Akuntabel d. Partisipatif e.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEPMEN NO. 234 TH 2003

BAB II MEKANISME KERJA LEMBUR DALAM HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PENGAWASAN PEKERJA PEREMPUAN MALAM HARI

SALINAN PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/04/PDK/VII/2012 TENTANG WAKTU KERJA DAN HARI KERJA OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

STANDARD OPERATION PROCEDURE KERJA LEMBUR KARYAWAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN.

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN th > 49 th 2 9. Tidak Tamat SD - - Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT - -

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

Lampiran:

*10099 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 1997 (25/1997) TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENILAIAN TERHADAP PELAYANAN YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BAB VI PEMBERDAYAAN ORGANISASI DAN TINGKAT PRODUKTIVITAS KARYAWAN DALAM PERUSAHAAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PRAKTEK PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI SERTA STATUS GIZI BATITA DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mengurangi kinerja, berdampak pada kondisi psikis pekerja, dan

Lampiran Hubungan anda dengan atasan diluar pekerjaan tergolong erat. Keterangan: 1:Sangat tidak setuju 3:Biasa saja

BAB III METODELOGI PENELITIAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

Transkripsi:

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender pada penelitian ini adalah akses buruh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan kontrol buruh perempuan dan laki-laki terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Bab ini akan menjelaskan hasil dari analisis gender dalam perlindungan tenaga kerja buruh CV TKB secara kuantitatif dan kualitatif. Akses dan kontrol pada kelembagaan tidak dianalisis karena tidak terdapat kelembagaan seperti serikat pekerja atau lembaga kerja sama lainnya di dalam CV TKB. Hubungan antara karakteristik buruh dengan analisis gender terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik non-parametrik Rank Spearman. Uji Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara data skala ordinal dengan data skala ordinal. Dengan ketentuan hipotesis diterima jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih kecil daripada α (0.1), sementara sebaliknya, jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih besar daripada α (0.1), maka hipotesis ditolak. Akses Buruh terhadap Sumber Daya Akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah kesempatan yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki dalam memperoleh sumber daya perlindungan tenaga kerja. Sumber daya perlindungan tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jam kerja yang memadai, jadwal kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang baik, hak-hak perempuan yang terpenuhi, fasilitas memadai (sanitasi, air minum, kantin, tempat istirahat), suasana kerja yang sehat, dan peralatan keselamatan kerja yang disediakan oleh CV TKB. Akses buruh terhadap perlindungan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 8 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan jenis kelamin di CV TKB, Akses Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rendah 17 (56.7) 36 (60.0) Tinggi 13 (3.3) 2 (0.0) 60 Sumber: Data primer ().

Data Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik responden laki-laki maupun responden perempuan sama-sama memiliki tingkat akses yang rendah terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, responden laki-laki memiliki akses yang relatif lebih tinggi dari responden perempuan, yaitu memiliki persentase sebesar 3.3 persen pada akses tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa buruh laki-laki memiliki akses yang lebih tinggi terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Berdasarkan pasal 77 ayat (2) huruf a dan b UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa waktu kerja adalah (a) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 0 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau (b) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 0 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Selain itu dijelaskan pula pada pasal 78 ayat (1) huruf b UU No. 13 Tahun 2003 bahwa waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 1 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Jadwal kerja yang dikatakan oleh pihak manajer perusahaan berbeda dengan data yang didapat dari hasil wawancara dengan para responden. Manajer perusahaan mengatakan bahwa jam kerja setiap harinya adalah pukul 07.-16.00 WIB. Akan tetapi, data yang didapat dari penelitian ini, jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan adalah pukul 07.-18.00 WIB untuk hari Senin hingga Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu, jam kerja buruh adalah pukul 07.-16.00. Jam masuk pabrik sendiri adalah pukul 07.15 WIB. Istirahat kerja setiap harinya adalah selama 5 menit, yaitu pukul 12.00-12.5 WIB pada hari Senin hingga Sabtu. Akan tetapi pada hari Jumat, istirahat pada pukul.5-12. WIB. Oleh karena itu, jadwal kerja tersebut tidak sesuai dengan yang dikatakan pihak manajer perusahaan dengan data yang diperoleh. Padahal jam kerja tersebut sudah termasuk dengan lembur selama 2 jam. Jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan tersebut mencapai 56.5 jam dalam seminggu. Jam kerja tersebut tentu telah melebihi batas maksimum jam kerja per minggu, yaitu lebih dari 5 jam. Jam kerja tersebut belum termasuk dengan jam kerja lembur yang diterapkan perusahaan. Lembur dilakukan apabila terdapat pesanan jahit yang sedang tinggi atau high season dan untuk memenuhi target pesanan yang harus dicapai. Jika ditambah jam kerja lembur yang dilakukan oleh para buruh, maka jam kerja buruh menjadi semakin panjang. Rata-rata jam kerja lembur yang dilakukan oleh para buruh adalah 2 jam per hari atau jam per minggu. Hal tersebut tentu telah melanggar ketentuan pasal 77 ayat (2) huruf a dan b UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Berikut ini adalah salah satu penuturan dari buruh perempuan yang sering bekerja lembur: Saya suka lembur, biasanya kalau sedang diburu-buru, keteteran. Kalau lembur kita dapet uang lembur sejamnya Rp5 000,- sama uang makan Rp3 000,-. Biasanya saya kalau lembur 2 jam seharinya (IB, operator line 1). Akses buruh laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja diteliti pula dengan melihat kondisi lingkungan kerja, suasana kerja yang sehat, dan peralatan keselamatan kerja bagi para buruh. Hal tersebut diukur dengan akses buruh untuk peralatan kerja yang aman digunakan, ruangan bekerja

yang terang, menyejukkan, tidak bising, serta bebas debu dan peralatan keselamatan kerja yang didapat buruh. Peralatan kerja yang disediakan oleh pabrik relatif aman. Walaupun kecelakaan kerja pernah terjadi. Ruangan bekerja yang digunakan mempunyai penerangan yang baik menurut para buruh, baik lakilaki maupun perempuan. Akan tetapi, ruangan bekerja kurang nyaman karena suhu ruangan yang tinggi atau panas, suasana yang bising dari suara mesin-mesin jahit, dan debu yang berterbangan. Para buruh juga tidak mendapatkan peralatan keselamatan kerja, dalam hal ini yang dibutuhkan adalah masker. Menurut penuturan salah seorang responden mengenai peralatan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: Kalo masker mah tidak disediakan neng, kita bawa sendiri masing-masing (ES, operator line 1). Fasilitas yang harus dipenuhi oleh perusahaan adalah sanitasi yang baik, air minum yang cukup, kantin, dan tempat istirahat yang memadai. Terdapat lima kamar mandi untuk para buruh dengan sanitasi yang cukup baik. Kamar mandi yang tersedia tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan. Dengan jumlah buruh perempuan yang jauh lebih banyak dari buruh laki-laki, jumlah kamar mandi tersebut belum mencukupi dan belum memperhatikan kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Di dalam kamar mandi tersedia sanitasi air bersih, meskipun menurut beberapa responden kamar mandi yang tersedia kurang bersih. Setiap responden menuturkan bahwa memperoleh air minum yang cukup. Air minum tersebut diantarkan kepada para buruh ketika mereka sedang bekerja. Pabrik tidak menyediakan kantin, akan tetapi tersedia ruangan terbuka untuk istirahat yang sejuk dengan pepohonan disekitarnya. Ruangan istirahat tersebut ketika jam istirahat diisi dengan para penjual makanan sehingga para buruh dapat makan di dalam area pabrik. Hak-hak perempuan yang terpenuhi adalah cuti hamil dan cuti melahirkan. Akan tetapi, tidak terdapat fasilitas pojok asi di pabrik untuk buruh perempuan yang sedang menyusui. Sehingga buruh perempuan tidak dapat membawa anaknya ketika bekerja. Terdapat beberapa bentuk cuti yang ada di dalam pabrik yang dapat diakses oleh setiap buruh adalah cuti karena sakit, acara keluarga, dan menikah. 31 Kontrol Buruh terhadap Sumber Daya Kontrol buruh terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja merupakan salah satu alat dalam menganalisis gender di dalam CV TKB. Kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah kuasa yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki dalam memperoleh sumber daya perlindungan tenaga kerja. Pada penelitian ini, sumber daya perlindungan tenaga kerja yang dimaksud dalam kontrol adalah kuasa atas jumlah jam kerja, penentuan kondisi lingkungan kerja, penentuan hak-hak perempuan, penentuan kelayakan fasilitas, penentuan suasana kerja sehat, dan penentuan peralatan keselamatan kerja di dalam CV TKB. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan kontrol buruh perempuan dan laki-laki terhadap perlindungan tenaga kerja.

32 Tabel 9 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan jenis kelamin di CV TKB, Kontrol Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Rendah (50.0) Tinggi (50.0) 60 Sumber: Data primer (). Kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada responden laki-laki sebagian besar berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 63.3 persen. Sedangkan pada responden perempuan sebagian besar berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 63.3 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa kontrol pada buruh perempuan lebih rendah daripada buruh laki-laki. Jam kerja para buruh telah ditentukan oleh pabrik. Sehingga para buruh, baik buruh perempuan maupun laki-laki tidak memiliki kontrol atas jumlah jam kerja maksimum untuk dirinya bekerja. Akan tetapi, pada penentuan jam kerja untuk lembur, responden laki-laki lebih memiliki kontrol untuk melakukan lembur atau tidak dari responden perempuan. Responden laki-laki mengatakan bahwa ia akan mencari alasan apabila tidak ingin bekerja lembur. Hal tersebut menunjukkan bahwa buruh laki-laki memiliki kontrol terhadap jam kerja lembur dibandingkan dengan buruh perempuan. Kondisi lingkungan kerja, penentuan fasilitas di dalam pabrik, dan suasana kerja telah ditentukan oleh manajemen pabrik. Buruh tidak dapat memberikan kontrol terhadap hal tersebut. Sedangkan pada penentuan hak-hak perempuan, setiap buruh perempuan dapat meminta kepada perusahaan untuk cuti hamil dan melahirkan. Para buruh baik perempuan atau laki-laki memiliki kontrol untuk menggunakan peralatan keselamatan kerja ataupun tidak. Peralatan keselamatan kerja yang diperlukan ketika bekerja adalah masker. Hal tersebut karena ketidaktegasan manajemen pabrik terhadap penggunaan masker yang penting bagi kesehatan para buruh. Selain itu, para buruh membawa sendiri masker yang digunakannya ketika bekerja, bukan disediakan oleh pabrik. Hubungan Umur dengan Akses terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Umur responden pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, kategori umur anak (<18 tahun), umur produktif muda (18-3 tahun), dan umur produktif tua (35-7 tahun). Nilai p-value sebesar 0.391 untuk buruh laki-laki lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur buruh laki-laki dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa umur buruh laki-laki tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap perlindungan tenaga kerja.

Nilai p-value pada buruh perempuan sebesar 0.028 lebih kecil dari α= 0.1. hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur buruh perempuan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Jika dilihat dari persentasenya, semakin tua umur buruh perempuan maka semakin rendah akses yang didapatnya. Akan tetapi jika dilihat dari jumlah absolutnya, yang memiliki akses paling besar adalah umur produktif muda. Tabel 10 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 33 Umur Buruh Lakilaki Akses <18 tahun 18-3 tahun Rendah 1 16 (55.2) Tinggi 0 13 (0.0) (.8) n 1 29 Umur Buruh Perempuan <18 tahun 18-3 tahun 35-7 tahun n 0 (0.0) 17 (56.7) 1 (25.0) 1 (63.6) 13 3 8 (3.3) (75.0) (36.) 22 Keterangan p-value = 0.391 Keterangan p-value = 0.028 Hubungan Status Pernikahan dengan Akses terhadap Sumber Daya Karakteristik responden berikutnya yang dihubungkan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status pernikahan. Nilai p- value sebesar 0.28 untuk buruh laki-laki lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan buruh laki-laki dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa status pernikahan tidak berpengaruh dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Namun, terdapat kecenderungan bahwa buruh laki-laki yang telah menikah memiliki akses yang lebih tinggi dari yang belum menikah. Pada buruh perempuan, nilai p-value sebesar 0.067 lebih kecil dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status pernikahan buruh perempuan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Buruh perempuan yang belum menikah memiliki akses yang lebih tinggi dari yang telah menikah. Persentase terbesar berada pada status buruh perempuan yang telah menikah dan memiliki akses rendah yaitu sebesar 83.3 persen.

3 Tabel Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status pernikahan dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Akses Status Pernikahan Buruh Laki-laki Menikah Belum Menikah n Status Pernikahan Buruh Perempuan Menikah Belum Menikah 10 9 (83.3) (50.0) Rendah 2 (0.0) 15 (60.0) 17 (56.7) Tinggi 3 10 13 2 9 (60.0) (0.0) (3.3) (16.7) (50.0) 5 25 12 18 Keterangan p-value = 0.28 Keterangan p-value = 0.067 n Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses terhadap Sumber Daya Tingkat pendidikan responden terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu rendah apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SD, sedang apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SMP, dan tinggi apabila pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA/SMK/STM. Nilai p-value dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel tingkat pendidikan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.72 untuk buruh lakilaki. Sedangkan untuk buruh perempuan, nilai p-value sebesar 0.2. Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Tabel 12 menunjukkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB tidak terdapat hubungan. Tingkat pendidikan dari buruh tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh dengan tingkat pendidikan rendah memiliki akses yang rendah pula. Pada buruh laki-laki, yang memiliki akses tinggi adalah buruh yang memiliki tingkat pendidikan sedang yaitu sebesar 57.1 persen. Sama seperti buruh laki-laki, buruh perempuan yang memiliki akses tinggi adalah buruh dengan tingkat pendidikan sedang.

Tabel 12 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 35 Tingkat Pendidikan Buruh Tingkat Pendidikan Buruh Akses Laki-laki Perempuan Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah 9 17 7 10 2 (80.0) (2.9) (56.7) (77.8) (55.6) (66.7) Tinggi 1 12 0 13 2 8 1 (20.0) (57.1) (0.0) (3.3) (22.2) (.) (33.3) 5 21 9 18 3 Keterangan p-value = 0.72 Keterangan p-value = 0.2 n Hubungan Status Kerja dengan Akses terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Status kerja responden pada penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu operator dan helper. Pada Tabel 13 menunjukkan baik responden pada bagian kerja operator maupun helper sama-sama menyatakan bahwa sumber daya perlindungan tenaga kerja memiliki akses yang rendah. Uji korelasi hubungan antara variabel status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada buruh laki-laki tidak dapat dilakukan karena pada buruh lakilaki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Nilai p-value buruh perempuan dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antara variabel status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.65 lebih besar dari α= 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB. Status kerja buruh tidak berpengaruh secara nyata dalam mendapatkan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Status kerja bukanlah suatu indikator perbedaan dalam mendapatkan akses terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh helper memiliki akses yang lebih tinggi dari operator. Akses yang lebih tinggi tersebut karena buruh helper lebih akses terhadap lembur kerja dari buruh operator. Buruh helper lebih mudah untuk diperintahkan untuk melakukan lembur kerja.

36 Tabel 13 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status kerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Status Kerja Status Kerja Buruh Perempuan Buruh Laki-laki n Akses Operator Helper Operator Rendah 17 (56.7) 6 (5.5) 13 (68.) Tinggi 13 (3.3) 5 (5.5) 6 (31.6) Keterangan p-value = 0.65 Hubungan Lama Bekerja dengan Akses terhadap Sumber Daya Lama bekerja responden pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu kurang dari 6 bulan, 6 bulan 2 tahun, dan lebih dari 2 tahun bekerja. Nilai p-value buruh laki-laki dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel lama bekerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.101 lebih besar dari α= 0.1. Sedangkan pada buruh perempuan, uji korelasi sebesar 0.331 lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara lama bekerja dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB. Akan tetapi, pada buruh laki-laki terdapat kecenderungan bahwa semakin lama bekerja maka akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja semakin tinggi. Sedangkan pada buruh perempuan, yang memiliki akses tinggi terbesar adalah pada kategori lama bekerja kurang dari enam bulan yaitu sebesar 6.2 persen. Hal tersebut berarti bahwa buruh yang baru bekerja lebih mengakses kerja lembur dari buruh yang lama bekerja. Buruh yang baru bekerja mau diperintahkan untuk melakukan lembur kerja.

Tabel 1 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 37 Lama Bekerja Buruh Lakilaki Akses <6 6 bulan >2 bulan - 2 tahun tahun Rendah 8 8 1 (80.0) (.) (50.0) Tinggi 2 10 1 n (20.0) 10 (100. 0) (55.6) 18 (50.0) 2 17 (56.7) 13 (3.3) Lama Bekerja Buruh Perempuan 6 bulan - 2 tahun <6 bulan 7 (53.8) 6 (6.2) 13 6 (66.7) 3 (33.3) 9 Keterangan p-value = 0.101 Keterangan p-value = 0.331 >2 tahun 6 (75.0) 2 (25.0) 8 Hubungan Umur dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja Pengkategorian umur berdasarkan selang umur anak, produktif muda, dan produktif tua, yaitu <18 tahun, 18-3 tahun, dan 35-7 tahun. Nilai p-value buruh laki-laki sebesar 0.56 dan nilai p-value pada buruh perempuan sebesar 0.80. Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi Rank Spearman antara umur buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak berhubungan. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh dengan umur produktif muda memiliki kontrol yang lebih tinggi dari buruh dengan umur anak dan umur produktif tua. Buruh dengan umur produktif muda memiliki kontrol yang lebih tinggi dari dua kategori lainnya karena umur produktif muda merupakan umur yang paling banyak bekerja di dalam CV TKB. Selain itu umur tersebut lebih disukai oleh perusahaan karena produktivitasnya lebih tinggi dari umur anak dan umur produktif tua. Tabel 15 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut umur dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Umur Buruh Lakilaki Kontrol <18 18-3 tahun tahun Rendah 0 (0.0) (37.9) Tinggi 1 18 (62.1) 1 29 Umur Buruh Perempuan <18 tahun n 0 (0.0) 18-3 tahun n 12 (5.5) 10 (5.5) 22 Keterangan p-value = 0.56 Keterangan p-value = 0.80 35-7 tahun n 3 (75.0) 1 (25.0) (100.l0)

38 Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden berikutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status pernikahan. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan buruh laki-laki dengan kontrol terhadap perlindungan tenaga kerja. Nilai p-value dari uji korelasi buruh laki-laki adalah sebesar 0.871 dan nilai p-value dari uji korelasi buruh perempuan adalah sebesar 0.767. Kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa status pernikahan buruh laki-laki maupun buruh perempuan tidak memiliki kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan pada buruh laki-laki dan perempuan bahwa buruh yang belum menikah memiliki kontrol yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah menikah. Buruh yang belum menikah lebih memiliki kontrol untuk memutuskan tidak bekerja lembur. Buruh yang telah menikah biasanya lebih mengikuti perintah untuk bekerja lembur karena untuk mendapatkan pemasukan tambahan jika ia bekerja lebih lama. Tabel 16 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status pernikahan dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Kontrol Status Pernikahan Buruh Laki-laki Menikah Belum Menikah 9 (36.0) 16 (6.0) 25 Status Pernikahan Buruh Perempuan Menikah Belum Menikah 8 (66.7) (61.1) Rendah 2 (0.0) Tinggi 3 7 (60.0) (33.3) (38.9) 5 12 18 Keterangan p-value = 0.871 Keterangan p-value = 0.767 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah tingkat pendidikan. Nilai p-value dari uji korelasi pada buruh laki-laki adalah sebesar 0.795 dan pada buruh perempuan sebesar 0.612. kedua uji korelasi tersebut lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh laki-laki dan perempuan yang berpendidikan rendah memiliki kontrol yang lebih tinggi dari buruh yang berpendidikan sedang

dan tinggi. Hal demikian terjadi karena buruh yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang kurang mengenai aturan pabrik. Sehingga mereka memiliki kontrol yang lebih tinggi dan melanggar peraturan pabrik karena ketidaktahuannya. Tabel 17 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, 39 Tingkat Pendidikan Buruh Kontrol Laki-laki Rendah Sedang Tinggi Rendah 1 9 1 (20.0) (2.9) (25.0) Tingkat Pendidikan Buruh Perempuan Rendah Sedang Tinggi 5 12 2 (55.6) (66.7) (66.7) Tinggi (80.0) 12 (57.1) 3 (75.0) (.) 6 (33.3) n 5 21 9 18 Keterangan p-value = 0.795 Keterangan p-value = 0.612 1 (33.3) 3 Hubungan Status Kerja dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah status kerja. Nilai p-value dari uji korelasi pada buruh perempuan adalah sebesar 0.3 lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji statistik non-parametik Rank Spearman tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status kerja buruh perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa status kerja buruh perempuan tidak mempengaruhi kontrol terhadap perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa buruh helper memiliki kontrol lebih rendah dari buruh operator. Sedangkan uji korelasi hubungan antara variabel status kerja dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada buruh laki-laki tidak dapat dilakukan. Hal ini terjadi karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Akan tetapi, jika dilihat pada Tabel 18, status kerja buruh laki-laki memiliki kontrol yang lebih tinggi dari status kerja buruh perempuan.

0 Tabel 18 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut status kerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Kontrol Status Kerja Status Kerja Buruh Perempuan n Buruh Laki-laki Operator Helper Operator Rendah 8 (72.7) (57.9) Tinggi 3 (27.7) 8 (2.1) Keterangan p-value = 0.3 Hubungan Lama Bekerja dengan Kontrol terhadap Sumber Daya Karakteristik responden selanjutnya yang dihubungkan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah lama bekerja. Buruh lakilaki yang memiliki kontrol tinggi adalah buruh yang bekerja 6 bulan 2 tahun, yaitu sebesar 66.7 persen. Sedangkan pada buruh perempuan yang memiliki kontrol tinggi adalah buruh yang telah bekerja lebih dari 2 tahun. Nilai p-value dari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variabel lama bekerja buruh lakilaki dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja adalah 0.923 lebih besar dari α= 0.1. Hasil uji korelasi pada buruh perempuan adalah 0.80 lebih besar juga dari α= 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa antara lama bekerja buruh laki-laki dan perempuan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB tidak terdapat hubungan. Lama bekerja tidak berpengaruh secara nyata dalam kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Tabel Jumlah dan persentase sebaran responden menurut lama bekerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja di CV TKB, Lama Bekerja Buruh Lakilaki Kontrol <6 6 bulan >2 bulan - 2 tahun tahun Rendah 6 1 (0.0) (33.3) (50.0) Tinggi 6 12 1 (60.0) (66.7) (50.0) n 10 18 2 Lama Bekerja Buruh Perempuan 6 bulan - 2 tahun n <6 bulan n 17 (56.7) 7 (53.8) 8 (88.9) 13 6 1 (3.3) (6.2) (.1) 13 9 Keterangan p-value = 0.923 Keterangan p-value = 0.80 >2 tahun n (50.0) (50.0) 8 n

1 Ikhtisar Buruh laki-laki memiliki akses dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja yang lebih besar dari buruh perempuan. Terdapat sembilan uji korelasi antara karakteristik individu buruh dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi tersebut terpilah jenis kelamin, yaitu buruh laki-laki dan perempuan. Dua karakteristik individu buruh perempuan memiliki hubungan dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Karakteristik individu buruh perempuan tersebut adalah umur dan status pernikahan. Sedangkan pada buruh laki-laki, tidak terdapat uji korelasi yang berhubungan antara karakteristik dengan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi antara status kerja dan akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak dapat diuji statistik karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Sehingga hanya terdapat satu indikator pada variabel status kerja, yaitu status kerja operator. Terdapat pula sembilan uji korelasi antara karakteristik individu dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Uji korelasi tersebut terpilah jenis kelamin, yaitu buruh laki-laki dan perempuan. Pada buruh laki-laki, uji korelasi antara status kerja dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak dapat diuji statistik karena pada buruh laki-laki tidak terdapat buruh yang berstatus kerja helper. Sehingga hanya terdapat satu indikator pada variabel status kerja, yaitu status kerja operator. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat karakteristik individu buruh laki-laki maupun perempuan yang memiliki hubungan dengan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja.