BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PT. RKA

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV. EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh BADAN PT PATRA JASA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III PEMBAHASAN. A. Penerapan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. metode pembebanan PPh Pasal 21 pada perusahaan (net), metode pembebanan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

RSU Muhammadiyah Ponorogo LAPORAN LABA/(RUGI) KOMERSIAL. Per 31 Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x. 1.1 Latar Belakang...1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV. ANALISIS PERENCANAAN PAJAK PPh PASAL 21 PADA PERUM PEGADAIAN CABANG KEBAYORAN BARU

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam setiap perusahaan yang belum mampu melakukan pembukuan maka

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI UPAYA PENGHEMATAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT GORONTALO CEMERLANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

ANALISIS TAX PLANNING SEBAGAI PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PADA PT. BAHANA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dimana persaingan menjadi semakin ketat dan bersifat global,

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

bunga dari sistem pembayaran angsuran dan penggantian aktiva tetap.

Perpajakan 1. UAS Semester Genap 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba komersial dan laba fiskal. Dalam laporan keuangan komersial, setiap pengeluaran perusahaan dalam operasinya dapat dijadikan beban. Namun sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, tidak semua beban komersial itu dapat dijadikan beban fiskal. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak yang efektif untuk dapat mengoptimalkan beban-beban perusahaan. PT Artha Daya Coalindo belum melaksanakan perencanaan pajak yang efektif. Hal ini tercermin dari laporan rekonsiliasi laba rugi fiskal PT Artha Daya Coalindo dimana banyak terdapat koreksi positif atas beban-beban komersial yang menyebabkan laba perusahaan menjadi besar. IV.1.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan PPh 21 Sesuai dengan UU PPh No. 17 Tahun 2000, setiap pemberi kerja wajib untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas Pajak Penghasilan karyawannya. PT Artha Daya Coalindo merupakan perusahaan yang memiliki 27 karyawan yang terdiri dari 20 karyawan tetap, 5 dewan komisaris dan 2 orang karyawan tidak tetap. Jumlah penghasilan bruto karyawan PT Artha Daya Coalindo pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 1.639.255.924,- dengan PPh pasal 21 terutang sebesar Rp 60

298.876.042,-. Selama tahun berjalan, PT Artha Daya Coalindo telah membayar PPh pasal 21 sebesar Rp 185.962.002,- sehingga PT Artha Daya Coalindo memiliki PPh pasal 21 kurang disetor Rp 112.914.040,-. Dari evaluasi yang dilakukan terhadap PPh pasal 21 dan berdasarkan rekonsiliasi fiskal PT Artha Daya Coalindo, ditemukan beberapa masalah, yaitu : 1. Perusahaan tidak melakukan perencanaan pajak atas PPh pasal 21. PT Artha Daya Coalindo menanggung semua PPh pasal 21 karyawannya. Dalam hal ini, karyawan tidak akan dirugikan, namun sangat merugikan bagi PT Artha Daya Coalindo karena beban PPh 21 yang ditanggung perusahaan itu tidak bisa dijadikan beban fiskal. Oleh sebab itu, PT Artha Daya Coalindo harus lebih cermat melakukan perencanaan pajak atas PPh 21 agar beban tersebut dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. PT Artha Daya Coalindo dapat melakukan perencanaan pajak yang tepat atas PPh pasal 21 yaitu dengan melakukan gross up. Dalam metode ini, sejumlah tunjangan pajak akan diberikan kepada karyawan sebesar PPh pasal 21 yang akan dibayar. Metode ini menguntungkan bagi pihak karyawan dan perusahaan karena jumlah take home pay bagi karyawan akan semakin besar dan tidak dipotong pajak. Selain itu tunjangan tersebut dapat dijadikan beban fiskal (deductible expense). Besarnya tunjangan pajak dalam metode gross up dihitung dengan : PKP x 5 % / 0,95 (PKP x 10%) 1.250.000) / 0,90 (PKP x 15%) 3.750.000) / 0,8 (PKP x 25%) 13.750.000) / 0,75 (PKP x 35%) 33.750.000) / 0,65 61

2. PT Artha Daya Coalindo memberikan natura/kenikmatan kepda karyawannya berupa fasilitas transportasi pegawai dan fasilitas perawatan kesehatan. Hal ini merugikan bagi perusahaan karena sesuai UU PPh No. 17 Tahun 2000, pemberian natura/kenikmatan tidak bisa menjadi pengurang penghasilan bruto. Perencanaan pajaknya adalah dengan mengganti fasilitas tersebut dan memberikannya kepada karyawan dalam bentuk tunjangan transportasi pegawai dan tunjangan perawatan kesehatan. Atas tunjangan ini akan dimasukkan ke dalam penghasilan karyawan dan menjadi objek PPh pasal 21. Dengan memberikan tunjangan transportasi pegawai, aktiva perusahaan berupa mobil sebagai alat transportasi dapat dijual untuk digunakan dalam operasi perusahaan. Selain itu perusahaan juga dapat menghemat biaya pemeliharaan kendaraan. Berikut adalah contoh perhitungan gross up atas salah seorang karyawan tetap PT Artha Daya Coalindo yang akan memperlihatkan tunjangan PPh yang akan diterima oleh karyawan : A adalah Manajer Sumber Daya Manusia dan Umum PT Artha Daya Coalindo. A telah bekerja dengan masa kerja 12 bulan dan memiliki status tidak kawin ( TK/0). Selama setahun, A menerima tunjangan dari perusahaan berupa Tunjangan Hari Raya sebesar Rp 5.000.000,-. Setelah perencanaan pajak, peusahaan memberikan tunjangan transportasi pegawai sebesar Rp 2.500.000,- dan tunjangan perawatan kesehatan sebesar Rp 7.500.000,-. Maka evaluasi perhitungan PPh pasal 21 sebelum dan setelah perencanaan pajak untuk A selama setahun adalah : 62

Tabel 4.1 Perhitungan PPh pasal 21 Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak No Keterangan Sebelum Setelah 1 Gaji Setahun 60,000,000 60,000,000 2 THR 5,000,000 5,000,000 3 Tunjangan Transportasi Pegawai - 2,500,000 4 Tunjangan Perawatan Kesehatan - 7,500,000 5 Tunjangan Pajak - 8,086,588 6 Total penghasilan bruto 65,000,000 83,086,588 7 Biaya jabatan 5% (max Rp 1.296.000) (1,296,000) (1,296,000) 8 Penghasilan neto 63,704,000 81,790,588 9 PTKP (2,880,000) (2,880,000) 10 PKP 60,824,000 78,910,588 11 PPh Pasal 21 5% x 25.000.000 1,250,000 1,250,000 10% x 25.000.000 2,500,000 2,500,000 15% x 10.824.000 1,623,600 15% x 28.910.588 4,336,588 5,373,600 8,086,588 12 Perkiraan Penghematan PPh Badan Dari Tunjangan Transportasi Pegawai x 30% 750,000 Dari Tunjangan Perawatan Kesehatan x 30% 2,250,000 Dari Tunjangan Pajak x 30% 2,425,976 13 Selisih lebih pembayaran PPh Pasal 25 5,425,976 14 Selisih lebih pembayaran PPh Pasal 21 (2,712,988) (Rp 8.806.588 - Rp 5.373.600) - 15 Penghematan Beban Pajak 2,712,988 Dari perhitungan di atas terlihat bahwa PT Artha Daya Coalindo dapat melakukan perencanaan PPh pasal 21 yang optimal dengan menggunakan metode gross up. Dengan melakukan gross up atas PPh 21, tidak akan merugikan perusahaan karena tunjangan PPh yang diberikan kepada karyawan bisa menjadi beban fiskal. 63

IV.1.2. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan PPh 23 Pajak Penghasilan pasal 23 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan pasal 21. Semua transaksi yang dilakukan PT Artha Daya Coalindo yang terkait dengan PPh pasal 23 adalah dimana PT Artha Daya Coalindo bertindak sebagai pemotong antara lain pemakaian jasa akuntan pada Kantor Akuntan Publik Pers. Prasetyo, Sarwoko & Sandjaja, pemakaian jasa pemeliharaan/perawatan/perbaikan atas aktiva perusahaan dan jasa katering atas pemberian konsumsi bagi seluruh karyawan. Perencanaan PPh pasal 23 yang dilakukan oleh PT Artha Daya Coalindo adalah dengan menyetorkan PPh pasal 23 yang telah dipotong dari pemakaian jasa-jasa tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT Artha Daya Coalindo terdaftar. Agar tidak mengganggu likuiditas perusahaan, PT Artha Daya Coalindo harus melakukan penyetoran pajak tersebut sebelum batas akhir pembayaran. Bila PT Artha Daya Coalindo tidak melakukan pemotongan, perusahaan berisiko untuk terkena sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan maksimal selama 24 bulan dan Hal ini akan sangat mengganggu likuiditas kas perusahaan karena non deductible expense perusahaan bertambah. Dari evaluasi yang dilakukan atas pelaksanaan PPh pasal 23, ditemukan beberapa hal antara lain : 1. Untuk memberikan laporan keuangan yang terpercaya, PT Artha Daya Coalindo menggunakan jasa auditor dari Kantor Akuntan Publik Pers. Prasetyo, Sarwoko & 64

Sandjaja. Biaya atas jasa profesional ini dilaporkan sebesar RP 34.650.000,-.Ternyata perusahaan tidak melakukan pemotongan PPh pasal 23 atas jasa profesi tersebut. Dengan demikian, PT Artha Daya Coalindo berisiko dikenakan sanksi dan denda pajak. Seharusnya perusahaan menggunakan metode gross up dalam menghadapi masalah ini. 2. Dalam menjalankan operasi sehari-hari, PT Artha Daya Coalindo memberikan konsumsi bagi seluruh karyawan di kantor. Konsumsi ini diberikan melalui jasa katering. PT Artha Daya Coalindo melaporkan beban konsumsi sebesar Rp 62.453.250,- dan tidak melakukan pemotongan PPh pasal 23 atas jasa katering tersebut. Sudah seharusnya perusahaan melakukan metode gross up dalam menghadapi masalah ini. 3. Atas aktiva perusahaan berupa kendaraan, AC dan aktiva lainnya, perusahaan mengggunakan jasa pemeliharaan/perawatan/pebaikan. Beban pemeliharaan dilaporkan sebesar Rp 35.042.850,- namun perusahaan juga tidak melakukan pemotongan PPh pasal 23. Atas masalah ini, perencanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menggunakan metode gross up atas beban tersebut. PPh pasal 23 : Berikut adalah perhitungan gross up atas jasa-jasa yang dikenakan pemotongan Tabel 4.2 Perhitungan PPh pasal 23 Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak No Keterangan Sebelum Setelah 1 Jasa profesional 34,650,000 2 Konsumsi (jasa katering) 62,453,250 3 Jasa pemeliharaan 35,042,850 4 Total biaya 132,146,100 65

5 Gross up 7,5% x 34.650.000,-/0.925 37,459,460 6 1,5% x 62.453.250,-/0.985 63,404,315 7 6% x 35.042.850,-/0.94 37,279,628 8 Total gross up 138,143,403 9 PPh pasal 23 yang harus disetor : 10 Tarif 7,5% atas jasa profesional 2,598,750 2,809,460 11 Tarif 1,5% atas jasa katering 936,799 951,065 12 Tarif 6% atas jasa pemeliharaan 2,102,571 2,236,778 13 Total PPh pasal 23 yang harus disetor 5,638,120 5,997,303 14 Pengurangan PPh badan akibat biaya 132,146,100 138,143,403 15 Selisih kurang PPh Badan 30% x (138.143.403-132.146.100) 1,799,191 16 Selisih lebih pembayaran PPh pasal 23 (5.997.303-5.638.120) (359,183) 17 Penghematan Beban Pajak 1,440,008 Dari perhitungan di atas terlihat bahwa PT Artha Daya Coalindo dapat melakukan perencanaan PPh pasal 23 yang optimal dengan menggunakan metode gross up dimana perusahaan dapat menghasilkan penghematan beban pajak. Sudah seharusnya PT Artha Daya Coalindo melakukan pemotongan atas pemakaian jasa-jasa PPh pasal 23. IV.1.3. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan PPh Badan Untuk mendapatkan laba fiskal dalam menghitung PPh badan, PT Artha Daya Coalindo melakukan rekonsiliasi fiskal atas laporan laba ruginya. PT Artha Daya Coalindo telah melakukan koreksi fiskal positif yang cukup banyak. Hal ini disebabkan karena kurang efektifnya perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan, bahkan PT Artha Daya Coalindo dapat dikatakan tidak melakukan perencanaan pajak. Dari hasil evaluasi terhadap PPh badan ditemukan beberapa koreksi positif delam rekonsiliasi fiskal perusahaan, antara lain : 66

1. PT Artha Daya Coalindo melakukan koreksi positif atas PPh pasal 21 sebesar Rp. 298.876.042,- karena PT Artha Daya Coalindo menanggung PPh pasal 21 karyawannya. Beban ini memang harus dikoreksi positif karena PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja bukan merupakan deductible expense. Seharusnya perusahaan menggunakan metode gross up karena tunjangan PPh pasal 21 yang diberikan kepada karyawan akan mengurangi penghasilan bruto. 2. Dalam pengelolaan kesejahteraan karyawan, selain memberikan tunjangan, PT Artha Daya Coalindo juga memberikan natura/kenikmatan dimana menurut UU PPh No. 17 Tahun 2000 pasal 9 ayat 1 huruf e tidak bisa dibebankan dalam laporan laba rugi fiskal. Perusahaan melakukan koreksi positif atas pemberian fasilitas transportasi pegawai sebesar Rp 75.586.824,- dan fasilitas perawatan kesehatan Rp 130.674.051,-. Sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas-fasilitas tersebut dengan penggantian berupa uang yang akan menjadi penghasilan karyawan sebagai objek PPh pasal 21. 3. Dalam beban kepegawaian, perusahaan melakukan koreksi positif atas beban pakaian dinas sebesar Rp 10.100.000,-. Hal ini disebabkan karena pakaian dinas dalam perusahaan ditujukan untuk keseragaman dan tidak terkait dengan keselamatan kerja. Seluruh karyawan PT Artha Daya Coalindo adalah karyawan yang bekerja di kantor dan tidak memiliki karyawan lapangan. 4. Dalam beban administrasi, PT Artha Daya Coalindo hanya melakukan koreksi positif atas penyisihan piutang ragu-ragu. Hal ini disebabkan karena peraturan perpajakan tidak mengenal adanya pemupukan atau penyisihan piutang, sehingga penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp. 7.170.600,-harus dikoreksi positif. 67

5. PT Artha Daya Coalindo melakukan koreksi positif atas biaya entertainment sebesar Rp 20.723.900,-karena PT Artha Daya Coalindo tidak memberikan daftar nominatif dan membuktikan bahwa biaya tersebut formal sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE 27/PJ.22/1986. Biaya bingkisan sebesar Rp 65.809.550,-juga dikoreksi positif karena biaya ini tidak berhubungan dengan kegiatan 3M. Seharusnya perusahaan memberikan daftar nominatif sebagai bukti pelaksanaan entertainment sehingga beban tersebut dapat menjadi beban fiskal. IV.1.4. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan PPN PT Artha Daya Coalindo sebagai distributor dalam perdagangan batubara juga menggunakan jasa bongkar muat dan jasa angkutan kapal laut. Jasa-jasa ini ditujukan untuk melakukan pengangkutan batubara dari pertambangan beserta jasa bongkar muatnya. Kerjasama atas jasa bongkar muat pada bulan Agustus dilakukan dengan PT Berlian Limatama, sedangkan atas jasa angkutan kapal laut PT Artha Daya Coalindo memakai PT Dharma Laut Energi sebagai mitra usaha. Dari evaluasi yang telah dilakukan, PT Artha Daya Coalindo telah melakukan perencanaan PPN yang tepat. Perencanaan yang dilakukan yaitu PT Artha Daya Coalindo telah memaksimalkan PPN Masukan yang dapat dikreditkan karena dapat mengurangi jumlah PPN yang harus dibayar. Selain itu, ketika PT Artha Daya Coalindo sebagai subjek pajak yaitu sebagai penjual barang atau jasa, PT Artha Daya Coalindo membuat faktur pajak standar setelah pembayaran dilakukan oleh mitra usahanya. PT Artha Daya Coalindo akan menunda pembuatan faktur pajak standar pada bulan berikutnya jika pembayaran atas penyerahan jasa angkutan kapal laut belum diselesaikan. Ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah Pajak Keluaran yang belum 68

terealisasi sehingga beban PPN dapat dialokasikan ke bulan berikutnya saat pembayaran telah terpenuhi. Pada bulan Agustus 2004, PT Artha Daya Coalindo telah dua kali melakukan penyerahan jasa bongkar muat dan enam kali melakukan penyerahan jasa angkutan kapal laut dimana tiga diantaranya PT Artha Daya Coalindo bertindak sebagai penjual barang atau jasa. Atas jasa bongkar muat dan jasa angkutan kapal laut, PT Artha Daya Coalindo telah menerima faktur pajak standar dari mitra usahanya. Sedangkan PT Artha Daya Coalindo membuat faktur pajak standar atas jasa angkutan kapal laut dimana PT Artha Daya Coalindo sebagai subjek pajaknya. Atas penyerahanpenyerahan tersebut, PT Artha Daya Coalindo mempunyai PPN kurang bayar sebesar Rp. 127.676.275,-. PPN kurang bayar tersebut telah disetorkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Jakarta III Pancoran pada tanggal 14 September 2004. Atas perlakuan PPN, PT Artha Daya Coalindo telah melakukan perencanaan yang tepat dimana PT Artha Daya Coalindo telah memaksimalkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan membuat faktur pajak standar saat pembayaran terealisasi. Selain itu PT Artha Daya Coalindo telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dimana telah menyetorkan PPN kurang bayar kepada Kantor Pelayanan Pajak sebelum tanggal 15 bulan berikutnya. Perlakuan atas PPN bulan Agustus ini juga telah diterapkan oleh PT Artha Daya Coalindo pada masa-masa PPN yang lain. Berikut adalah rekapitulasi pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran pada bulan Agustus 2004 69

Tabel 4.3 REKAPITULASI PENGKREDITAN PPN MASUKAN TERHADAP KELUARAN PT Artha Daya Coalindo MASA AGUSTUS 2004 NO OBJEK PPN SUBJEK PAJAK FAKTUR PPN DASAR PAJAK TARIF PPN MASUKAN PPN KELUARAN NOMOR TANGGAL 1 Penyerahan jasa bongkar muat PT Berlian Limatama DVWCJ-401-0001960 28 Juli 04 Rp. 84.000.000,- 10% Rp. 8.400.000,- 2 Penyerahan jasa bongkar muat PT Berlian Limatama DVWCJ-401-0001999 10 Ags 04 Rp. 84.058.000,- 10% Rp. 8.405.800,- 3 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Dharma Laut Energi EYBEW-028-0000001 30 Juli 04 Rp. 2.465.721.300,- 10% Rp. 246.572.130,- 4 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Dharma Laut Energi EYBEW-028-0000002 04 Ags 04 Rp. 2.500.458.616,- 10% Rp. 250.045.862,- 5 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Dharma Laut Energi EYBEW-028-0000003 23 Ags 04 Rp. 2.662.500.684,- 10% Rp. 266.250.068,- 6 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Artha Daya Coalindo DYOJX-061-0000039 28 Juli 04 Rp. 2.955.567.273,- 10% Rp. 295.556.727,- 7 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Artha daya Coalindo DYOJX-061-0000040 05 Ags 04 Rp. 2.980.303.681,- 10% Rp. 298.030.368,- 8 Penyerahan jasa angkutan kapal laut PT Artha Daya Coalindo DYOJX-061-0000041 30 Ags 04 Rp. 3.137.630.340,- 10% Rp. 313.763.040,- Rp. 779.673.860,- Rp. 907.350.135,- PPN Kurang Bayar Rp. 127.676.275,- Sumber : SPT Masa PPN PT Artha Daya Coalindo Agustus 2004 70

IV.2. Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak Perencanaan pajak yang efektif akan membuat perusahaan mampu untuk mengoptimalkan beban-beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Dengan optimalisasi beban-beban tersebut akan mengakibatkan laba fiskal tidak jauh berbeda dengan laba komersial. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perencanaan yang efektif atas beban-beban yang tidak dapat mengurangi penghasilan bruto dalam laporan keuangan fiskal. Hasil akhir yang akan dicapai oleh perusahaan atas perencanaan pajak yang dilaksanakannya adalah penghematan pembayaran pajak. Dalam pengakuan pendapatan dan beban, terdapat perbedaan perlakuan akuntansi komersial dan pajak. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan. Hal ini dikarenakan tidak semua beban yang diakui dalam laporan laba rugi komersial bisa menjadi beban dalam laporan laba rugi fiskal. Koreksi positif atas suatu beban komersial akan menambah laba fiskal perusahaan, sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial akan mengurangi laba fiskal perusahaan. Dengan rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat terlihat perbedaan antara laba sebelum pajak yang dihasilkan. Dengan perencanaan pajak yang efektif, laba sebelum pajak dapat diminimalkan. Dalam rekonsiliasi fiskal PT Artha Daya Coalindo, terdapat banyak pos-pos beban yang dilakukan koreksi positif karena perusahaan tidak melakukan perencanaan pajak yang efektif. Dalam rekonsiliasi fiskal sebelum dan sesudah perencanaan pajak dapat terlihat adanya perbedaan antara laba komersial dan laba fiskal karena adanya koreksi positif atas beban-beban yang tidak bisa menjadi beban fiskal. 71

Tabel 4.4 PT Artha Daya Coalindo Perbandingan Laporan Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2004 Sebelum Perencanaan Pajak Setelah Perencanaan Pajak Laporan Koreksi Laporan Usulan Laporan Komersial Fiskal Fiskal Perencanaan Fiskal Penjualan Batubara 23,105,527,551-23,105,527,551-23,105,527,551 Transportasi batubara 32,514,970,067-32,514,970,067-32,514,970,067 Total Penjualan 55,620,497,618-55,620,497,618-55,620,497,618 Pembelian Batubara 21,567,563,711-21,567,563,711-21,567,563,711 Transportasi batubara 29,341,019,740-29,341,019,740-29,341,019,740 Total Pembelian 50,908,583,451-50,908,583,451-50,908,583,451 Laba Kotor 4,711,914,167-4,711,914,167-4,711,914,167 Beban Usaha Beban Kepegawaian Gaji,Tunjangan,Lembur dan Honor 1,639,255,924-1,639,255,924-1,639,255,924 Pajak Penghasilan 21 298,876,042 298,876,042 - - - Iuran Perusahaan 15,016,084-15,016,084-15,016,084 Fasilitas Transportasi Pegawai 75,586,824 75,586,824 - - - Fasilitas Perawatan Kesehatan 130,674,051 130,674,051 - - - Pakaian Dinas 10,100,000 10,100,000 - - - Pendidikan dan Latihan 11,360,000-11,360,000-11,360,000 Rupa-rupa Pegawai 35,465,647-35,465,647-35,465,647 Tunjangan PPh pasal 21 - - - a. 298,876,042 298,876,042 Tunjangan Transportasi Pegawai - - - b. 75,586,824 75,586,824 Tunjangan Perawatan Kesehatan - - - c. 130,674,051 130,674,051 Total beban kepegawaian 2,216,334,572 515,236,917 1,701,097,655 505,136,917 2,206,234,572 72

Beban Administrasi Jasa Profesional 34,650,000-34,650,000 d. 2,809,460 37,459,460 Konsumsi 62,453,250-62,453,250 e. 951,065 63,404,315 Listrik, Telepon dan Pos 148,539,649-148,539,649-148,539,649 Alat Tulis Kantor 53,334,285-53,334,285-53,334,285 Beban Kendaraan 215,572,579-215,572,579-215,572,579 Perjalanan Dinas 143,499,300-143,499,300-143,499,300 Pemeliharaan 35,042,850-35,042,850 f. 2,236,778 37,279,628 Administrasi Bank 14,238,713-14,238,713-14,238,713 Penyisihan Piutang Ragu-ragu 7,170,600 7,170,600 - - - Lain-lain 3,300,000-3,300,000-3,300,000 Total beban administrasi 717,801,226 7,170,600 710,630,626 5,997,303 716,627,929 Beban Pemasaran Advertising/Iklan 23,925,000-23,925,000-23,925,000 Entertainment 20,723,900 20,723,900 - g. 20,723,900 20,723,900 Bingkisan 65,809,550 65,809,550 - - - Total beban pemasaran 110,458,450 86,533,450 23,925,000 20,723,900 44,648,900 Beban penyusutan 113,589,114-113,589,114-113,589,114 Total Beban Usaha 3,158,183,362 608,940,967 2,549,242,395 531,858,120 3,081,100,515 Laba Usaha 1,553,730,805 2,162,671,772 1,630,813,652 Pendapatan Diluar Usaha Jasa Giro 38,919,553-38,919,553 h. 38,919,553 - Pendapatan Denda 3,368,890-3,368,890-3,368,890 Pendapatan Despatch 85,215,685-85,215,685-85,215,685 Lain-lain 27,500,078-27,500,078-27,500,078 Total Pendapatan Diluar Usaha 155,004,206-155,004,206 38,919,553 116,084,653 73

Beban Diluar Usaha Beban Bunga Pinjaman 336,025,811-336,025,811 336,025,811 Beban Diluar Usaha Lainnya 304,555,762-304,555,762 i. (6,137,077) 298,418,685 Total Beban Diluar Usaha 640,581,573-640,581,573 (6,137,077) 634,444,496 Laba Sebelum Pajak Penghasilan 1,068,153,438 608,940,967 1,677,094,405 564,640,596 1,112,453,809 Pajak Penghasilan (485,628,200) (485,628,200) (316,262,600) Laba Bersih 582,525,238 608,940,967 1,191,466,205 564,640,596 796,191,209 Perhitungan Pajak Penghasilan Badan : Sebelum Setelah Persentase Perencanaan Pajak Perencanaan Pajak Penghematan Rp Rp Rp Penghasilan Kena Pajak 1,677,094,405 1,112,453,809 33,67% Pajak Penghasilan Badan : 10% x 50,000,000 = 5,000,000 5,000,000 15% x 50,000,000 = 7,500,000 7,500,000 30% x 1,577,094,000 = 473,128,200 30% x 1,012,453,000 = 303,735,900 485,628,200 316,235,900 34,88% Kredit Pajak Penghasilan pasal 25 (170,659,200) (170,659,200) Pajak Penghasilan pasal 29 314,969,000 145,576,700 53,78% 74

Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat dilihat bahwa sebelum perencanaan pajak, PT Artha Daya Coalindo memperoleh laba sebelum Pajak Penghasilan sebesar Rp. 1.677.094.405,-. Namun setelah dilakukan perencanaan pajak yang efektif, laba sebelum Pajak Penghasilan perusahaan berubah menjadi Rp 1.112.453.809,-. Dengan perencanaan pajak tersebut, PT Artha Daya Coalindo dapat menghasilkan penghematan Penghasilan Kena Pajak dengan persentase 33,67%. Hal ini juga berpengaruh atas Pajak Penghasilan Badan yang harus dibayar perusahaan. Sebelum perencanaan pajak, Pajak Penghasilan Badan yang harus dibayar oleh perusahaan adalah Rp 485.628.200,- sedangkan setelah perencanaan pajak perusahaan hanya membayar Rp 316.235.900,- dengan persentase penghematan 34,88%. Dari rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, ada beberapa usulan perencanaan pajak yang menghasilkan optimalisasi beban pada PT Artha Daya Coalindo, yaitu : a. PPh pasal 21 PT Artha Daya Coalindo dapat melakukan perencanaan pajak atas PPh pasal 21 dengan menggunakan metode gross up dengan memberikan sejumlah tunjangan PPh kepada karyawan yang dapat dijadikan beban fiskal. Beban PPh pasal 21 sebelum perencanaan pajak adalah Rp 298.876.042,- dan dilakukan koreksi positif. Setelah perencanaan pajak, tunjangan PPh akan diberikan kepada karyawan sebesar Rp 298.876.042,-. Dengan ini beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan PPh pasal 21 yang diberikan. 75

b. Fasilitas Transportasi Pegawai Pemberian fasilitas transportasi pegawai tidak efektif karena atas pemberian natura/kenikmatan tidak bisa menjadi beban fiskal. Perencanaan pajaknya adalah dengan mengganti fasilitas tersebut dan memberikannya kepada karyawan dalam bentuk uang sebagai penambah penghasilan. Atas tunjangan tersebut terkena PPh pasal 21, namun perusahaan dapat membebankannya dalam laporan laba rugi fiskal. c. Fasilitas Perawatan Kesehatan PT Artha Daya Coalindo langsung membayar kepada pihak rumah sakit atau apotik terkait atas biaya perawatan para karyawannya. Sebaiknya perusahaan memberikan para karyawan tunjangan perawatan kesehatan sebesar Rp 130.674.051,- yang menjadi objek PPh pasal 21, sehingga beban ini dapat menjadi pengurang penghasilan bruto dalam laporan fiskal. d. Jasa profesional PT Artha Daya Coalindo memakai jasa professional untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Atas pemakaian jasa Kantor Akuntan Publik ini, perusahaan harus melakukan pemotongan pembayaran jasa PPh pasal 23. Perencanaan pajak yang dilakukan adalah dengan melakukan gross up atas PPh pasal 23. Dengan ini perusahaan dapat menambah biaya jasa profesional ke dalam laporan keuangan fiskalnya sebesar Rp 2.721.204,-. e. Konsumsi PT Artha Daya Coalindo memberikan makan siang kepada semua karyawan di kantor dengan memakai jasa katering. Atas pemakaian jasa katering, perusahaan harus melakukan pemotongan PPh pasal 23. Perencanaan yang dapat diusulkan adalah 76

dengan melakukan gross up atas beban yang dikenakan pemotongan PPh pasal 23. Perusahaan dapat memasukkan biaya dari hasil gross up sebesar Rp 951.105,- sebagai pengurang penghasilan bruto. f. Pemeliharaan Beban pemeliharaan ini juga termasuk dalam PPh pasal 23 karena PT Artha Daya Coalindo memakai jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan atas aktiva perusahaan seperti kendaraan, AC, komputer dan sebagainya. PT Artha Daya Coalindo tidak melakukan pemotongan PPh pasal 23 atas jasa ini, sebaiknya perusahaan melakukan gross up atas beban pemeliharaan. Hasil pelaksanaan gross up menghasilkan penambahan biaya sebesar Rp 2.236.778,- dan menjadi beban fiskal. g. Entertainment Alternatif perencanaan pajak yang bisa dilakukan oleh PT Artha Daya Coalindo terhadap biaya entertainment sebesar Rp. 20.723.900 sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE 27/PJ.22/1986 adalah dengan membuat daftar nominatif yang memuat tanggal dan jenis entertainment, nama tempat, alamat, jenis dan jumlah entertainment serta halhal yang berkaitan dengan relasi seperti nama, posisi, nama perusahaan serta jenis usahanya. Perusahaan harus cermat dalam membuat daftar nominatif tersebut sehingga dapat membuktikan bahwa biaya tersebut formal dan terkait dengan kegiatan usaha. h. Pendapatan Jasa Giro Atas pendapatan di luar usaha, PT Artha Daya Coalindo harus melakukan koreksi fiskal negatif atas pendapatan jasa giro. Pendapatan jasa giro diperoleh dari penyimpanan dana perusahaan di bank selama tahun 2004. Sesuai dengan pasal 4 ayat 2 UU PPh No. 17 Tahun 2000, maka atas pendapatan jasa giro dikenakan pajak final 77

sebesar 20% yang dipotong langsung oleh bank yang bersangkutan. Bila tidak dikoreksi negatif, hal ini merugikan bagi perusahaan karena Penghasilan Kena Pajak perusahaan akan menjadi lebih besar. Selain itu perusahaan juga menanggung beban atas pajak final yang telah dipotong oleh bank. i. Pajak Jasa Giro PT Artha Daya Coalindo harus melakukan koreksi positif atas pajak jasa giro sebesar Rp.6.137.077,- yang merupakan PPh final atas pendapatan jasa giro dan tidak bisa dijadikan beban dalam laporan laba rugi fiskal. Bila tidak dikoreksi dan dilakukan pemeriksaan, perusahaan bisa dikenakan sanksi bunga pembayaran atas pembetulan SPT. 78