C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

BAB IV GAMBARAN UMUM

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Menanggapi Akibat Globalisasi terhadap Kinerja Tenaga Kerja: Pengalaman dari Sektor Tekstil dan Garmen Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

10Pilihan Stategi Industrialisasi

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAB I. Pendahuluan. India juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga India mengalami. peningkatan perekonomian dasa warsa terakhir ini.

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan

PENGEMBANGAN MODEL KONSENTRASI SPASIAL PENGUATAN USAHA KECIL MENENGAH (Kasus Industri Kecil Menengah di Pantura Jawa Tengah)

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN ALIRAN FDI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

STRATEGI PENINGKATAN KEMAMPUAN ADOPSI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor keuangan..., Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan bisnis yang semakin kompleks saat ini

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan dalam. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 mengamanatkan

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Desember 2013, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat membantu individu maupun perusahaan agar arus informasi berjalan cepat, tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internasionalisasi perusahaan di Indonesia. Bagian pertama membahas latar

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan serta memakmurkan para pemegang saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

TIMBULNYA BISNIS INTERNASIONAL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB V PENUTUP. Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BABII LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

INDUSTRI.

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

TOPIKAL PAPER. Muhammad Edhie Purnawan, SE, MA, Ph.D

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan bagian dari studi hubungan internasional yang mengarah pada level negara atau state level. Untuk itu, perkembangan industri otomotif India dijabarkan melalui peran negara dengan berbagai regulasinya. Peran pemerintah India dapat dipahami melalui beberapa teori yang juga memiliki pandangan terkait state level. Dengan demikian, dapat dilakukan analisa mengenai pengaruh pemerintah dalam perkembangan industri. Ada berbagai teori yang membahas keterkaitan antara peran negara dengan perkembangan ekonomi. Salah satu diantaranya adalah mengenai keunggulan kompetitif negara atau Competitive Advantages of Nations yang dipopulerkan oleh Michael E. Porter dan didukung oleh peneliti-peneliti lain seperti Grant (1991) dan Lall (2003). Peran pemerintah dalam perkembangan industri telah menjadi topik penelitian yang dilakukan oleh Porter (1990). Penelitian ini berangkat dari pandangan liberalisasi dan globalisasi yang dianggap menguntungkan. Liberalisasi dan globalisasi memberikan kesempatan bagi negara untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam kompetisi internasional. Tolok ukur utamanya dilihat dari bagaimana posisi industri dalam negeri terhadap industri terkait di pasar internasional. Perbandingan kemampuan antar industri dalam negeri saja tidaklah cukup. Harus ada industri global yang diperbandingkan untuk 3

mengetahui seberapa kuat daya saing industri dalam suatu negara (Ranawat, Tiwari, 2009: 16). Daya saing suatu negara dalam industri tertentu dapat ditingkatkan melalui konsep competitive advantages of nations. Konsep ini menguraikan bentukbentuk upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri domestiknya. Daya saing ini pun dapt ditingkatkan hingga mencapai titik dimana industri domestik mampu bersaing dengan industri global. Untuk mencapainya, diperlukan peran pemerintah dalam membuat regulasi yang mendukung peningkatan daya saing tersebut. Pemerintah juga perlu menciptakan kondisi nasional yang kondusif sesuai karakter yang diperlukan untuk mendorong peningkatan daya saing industri. 1. Menciptakan kondisi nasional yang kondusif Porter menempatkan negara sebagai variabel utama yang mempengaruhi keunggulan kompetitif dari industri. Ini dilakukan dengan membentuk kondisi nasional yang kondusif dalam mendukung berkembangnya industri. Kondisi nasional dijelaskan melalui karakteristik tertentu seperti: 1. Factor condition bagaimana kondisi faktor produksi pada suatu negara seperti infrastruktur dan lain hal yang dapat mendukung daya saing industri. 2. Demand condition bagaimana kondisi permintaan pasar. 3. Related and supporting industry kehadiran industri terkait dan industri pendukungnya yang berdaya saing internasional. 4

4. Firm strategy, structure, and rivalry bagaimana negara mengkondisikan dan mengatur industri serta kaitannya dengan persaingan domestik (Porter 1990: 78). Kondisi nasional tersebut dianggap mampu mendorong peningkatan daya saing suatu industri termasuk daya saing nasional. Kondisi ini merupakan faktor dasar yang harus dipenuhi suatu negara. Terutama dalam faktor kondisi yang berupa hal dasar dari faktor produksi. Faktor produksi dapat menjadi modal dasar yang mendukung daya saing lain di tahap awal. Faktor produksi bahkan cukup menentukan dalam perkembangan daya saing secara terus menerus. Karena dari faktor produksi dasar ini lah dapat diketahui daya saing utama yang dapat dikembangkan sebagai potensi nasional. Faktor produksi yang dimaksud dapat meliputi tenaga kerja, infrasturktur, sumber daya manusia, modal, lahan, dan faktor produksi lain (Grant 1991: 538). Porter menyatakan bahwa terdapat beberapa hal utama yang perlu dilakukan pemerintah untuk menciptakan kondisi terbaik demi mendukung perkembangan industri domestik. Penciptaan kondisi kondusif tersebut meliputi upaya dalam mendorong 3 hal, yakni: (1) Kehadiran pesaing di level domestik sebagai pengganti tekanan kompetisi internasional; (2) Kehadiran permintaan pasar yang mendukung di level domestik yang nantinya memperkuat posisi pada persaingan internasional; serta (3) Kehadiran proteksi harus hanya berlangsung sementara (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Kondisi ini dapat diciptakan pemerintah melalui regulasinya dengan membentuk pesaing dan memastikan ketersediaan permintaan pasar di level 5

domestik. Pesaing ini dapat dihadirkan dari para investor asing yang telah memiliki daya saing unggul. Pesaing dan proteksi sementara akan bermanfaat untuk mendorong industri domestik meningkatkan daya saingnya. Sebaliknya, ketidakhadiran pesaing dan adanya proteksi berlebihan dan terus-menerus justru membuat industri domestik tidak berkembang. Hal ini sejalan dengan pemikiran Joseph Schumpeter mengenai pentingnya persaingan dalam industri. Schumpeter menegaskan bahwa membentuk struktur pasar yang tepat adalah hal penting dalam usaha meningkatkan pertumbuhan dan performa dari industri. Struktur pasar ini dihadirkan dari adanya teknologi dan inovasi sebagai stimulasi pertumbuhan dan perkembangan. Menurutnya, kompetisi yang baik adalah yang memicu adanya keunggulan dalam hal kualitas serta ketegasan dalam menentukan harga sendiri. Hal ini akan membentuk pondasi industri yang lebih kuat dibanding dengan orientasi profit dan jumlah produksi saja (Schumpeter 1943: 84 dalam Narayanan 2004: 463). Kondisi nasional yang kondusif juga terkait dengan keberadaan cluster industri. Porter menekankan bahwa daya saing akan lebih mudah terbentuk dalam sebuah cluster industri sehingga pemerintah perlu membangun cluster dimana didalamnya terdapat industri asing dan juga industri domestik. Cluster industri akan mempermudah pemerintah dalam membangun dan memetakan kondisi dan faktor produksi yang tersedia. Pemerintah dapat secara paralel membangun investasinya dalam hal pendidikan, kajian penelitian, dan infrastruktur di dalam cluster industri. Pada akhirnya, pemerintah harus dapat mendorong industri domestik untuk memasuki pasar ekspor. 6

Lebih jauh lagi, pemerintah perlu mendorong upaya industri domestik dalam R&D untuk menciptakan produknya sendiri. R&D penting agar daya saing yang tercipta selanjutnya bukan tergantung pada faktor produksi melainkan teknologi. Pada akhirnya, pemerintah perlu melepaskan intervensi dan membiarkan terbentuknya kompetisi antara perusahaan asing dengan perusahaan domestik. Ketika perusahaan domestik telah mulai berhasil meningkatkan daya saingnya, pemerintah akan perlahan melepaskan kebijakan yang bertujuan sebagai proteksi terhadap industri domestik (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Karena hal inilah, industri domestik perlu menyiapkan inovasi dan memperkuat daya saingnya melalui R&D. 2. Membuat tahapan regulasi untuk mendukung kesiapan industri Porter dan Lall mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan keunggulan kompetitif suatu industri, negara dapat menerapkan berbagai regulasi yang dibuat secara bertahap dalam rangka mengembangkan daya saing. Pada tahap awal bisa dilakukan melalui investasi dan pembentukan faktor pendorong industri. Pemerintah dalam tahap ini harus berperan secara intensif terhadap industri domestik melalui (1) akses modal; (2) subsidi; (3) proteksi sementara; (4) menstimulasi investasi; dan (5) menciptakan faktor pendukung seperti infrastruktur dan penyediaan teknologi dasar (Ranawat, Tiwari, 2009: 17). Hal ini sejalan dengan pandangan dari liberalisasi dan internasionalisasi yang membahas tentang proses sebuah industri menuju ke pasar global. Dalam kedua konsep ini, terdapat tiga area utama yang dibahas, yakni (1) mengurangi harga, termasuk mengurangi suku bunga dan menyesuaikan dengan sistem nilai 7

tukar internasional, (2) melonggarkan pembatasan terhadap pergerakan modal, serta (3) membuka pasar untuk kompetitor baru dan cakupan yang lebih luas dalam aktivitas finansial (Chung 2002). Ketiga hal ini mengarah pada lepasnya campur tangan pemerintah yang terlampau besar ke dalam perindustrian. Dengan kondisi ini, dinamisme pasar secara alami dapat mendorong persaingan antar industri yang sehat. Yang pada akhirnya dapat memicu peningkatan daya saing industri domestik. Meski demikian, meningkatkan daya saing dari industri domestik bukanlah hal mudah. Diperlukan proses dalam tahapan yang sistematis. Dalam tahap awal, pemerintah harus bisa menentukan fokus industri yang diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Sementara itu, pemerintah perlu secara intens mendampingi perkembangan industri melalui regulasinya. Pendampingan yang perlu dilakukan secara intens ini dapat dilakukan dengan pembentukan cluster industri. Porter beranggapan bahwa prinsip cluster industri, meski tidak mutlak, dapat menjadi pilihan untuk lebih memfokuskan prioritas pembangunan negara (Ranawat, Tiwari, 2009: 18). Meski kondisi lingkungan nasional telah terbentuk dalam konsep yang mampu mendorong kemajuan industri, peran perusahaan juga masih menentukan dalam peningkatan daya saingnya masing-masing. Dukungan pemerintah dilakukan secara tidak langsung untuk mendorong perusahaan agar dapat mengupgrade dan berinovasi dengan meningkatkan standar pasarnya secara terus menerus. Dengan meningkatkan standar maka industri akan memiliki daya saing yang meningkat untuk menuju ke pasar global. Peningkatan daya saing industri 8

domestik tidak dapat dicapai secara langsung dan cepat. Diperlukan tahapan yang panjang hingga akhirnya tujuan nasional serta competitive advantages of nation dapat tercapai. Dalam tahap inilah pemerintah mengambil peran secara besar dan intens bagi perkembangan daya saing industrinya. Tahapan ini juga dapat dikenali dari adanya industrialisasi yang sangat cepat. Prinsip utama yang dipegang dalam industrialisasi adalah untuk meningkatkan produktivitas nasional. Dalam industrialisasi ini, pemerintah terutama ditantang untuk dapat membangun dan meningkatkan perusahaan domestiknya yang umumnya dilakukan dengan perluasan investasi. Investasi asing menjadi jalan bagi perusahaan domestik untuk dapat lebih terdorong dalam meningkatkan daya saingnya, terutama dalam jangka panjang (Ranawat, Tiwari, 2009: 18). 3. Meningkatkan daya saing dan produktivitas melalui kehadiran FDI Konsep utama yang dimaknai dari daya saing pada level nasional adalah produktivitas. Tujuan utama dari negara dari peningkatan industri ini adalah bagaimana untuk memproduksi dalam jumlah sebesar mungkin. Ini adalah konsep yang ditanamkan pada tahapan awal dari peran pemerintah. Sementara untuk mencapai produktivitas yang tinggi, pemerintah dapat melakukan beberapa hal seperti: (1) Meningkatkan kualitas produk; (2) Meningkatkan teknologi pada produk; serta (3) Mendorong efisiensi produksi (Porter, 1990: 70). Porter menambahkan bahwa untuk mencapai produktivitas yang tinggi ini, maka dapat dilakukan dengan perdagangan internasional dan investasi asing (Porter, 1990: 77). Perdagangan internasional dan investasi asing dinilai mampu 9

mendorong produktivitas nasional. Salah satu alternatif dalam investasi ini adalah bentuk investasi asing langsung. Investasi dilakukan melalui FDI yang telah memiliki daya saing global yang tinggi. Dengan adanya pesaing yang telah lebih maju, maka dorongan untuk meningkatkan produktivitas akan lebih besar. Keterlibatan industri domestik dalam pembangunan industri ini sangat ditentukan dari intervensi pemerintah. Pemerintah harus bisa membuat regulasi yang mampu mengantisipasi dari resiko yang harus dihadapi oleh industri domestik ketika terjadi keterbukaan ekonomi. Peran pemerintah dalam hal ini dilakukan dalam bentuk proteksi, regulasi atau dukungan langsung dari negara melalui perangkat negara yang ada melalui konsep infant industry. Menurut Porter, negara memiliki legalitas serta legitimasi untuk menghindarkan infant industry dari ancaman perdagangan dan investasi asing (Ranawat, Tiwari, 2009: 19). Kehadiran FDI ini sekaligus untuk membentuk kondisi nasional yang kondusif guna menciptakan persaingan dalam level domestik. Aspek penting lain dalam perkembangan industri adalah adanya perkembangan teknologi. Dalam hal inilah investasi asing berperan melalui teknologi yang dibawanya. Pemerintah dapat menciptakan kondisi dimana industri domestik berpeluang untuk berkolaborasi dengan industri asing yang hadir. Baik dalam hal finansial maupun teknologi. Kolaborasi yang dilakukan dapat melalui FDI berupa joint venture. Joint ventures merupakan suatu bentuk kerjasama antar perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Dimana masing-masing perusahaan mengambil peran masing-masing dan masih memiliki wewenangnya masing-masing, sesuai dengan persentase kepemilikan sahamnya. 10

Perusahaan Joint ventures juga dapat membentuk usaha baru. Joint ventures antar perusahaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Misalnya saja melalui equity, vehicle swapping, manufacturing and assembly, parts swapping, engineering and design, dan distribution (Munkirs dkk 1993: 628-631). Pada konsep Joint Ventures, industri domestik berpeluang menyerap ilmu lebih banyak dari perusahaan asing di berbagai aspek industri. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Grossman dan Helpman yang mengungkapkan adanya dampak positif dari kehadiran FDI. Pertumbuhan FDI pada suatu negara berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. FDI berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memperkenalkan terknologi baru seperti proses dan teknik produksi, kemampuan pengelolaan usaha, ide hingga variasi produk. Bahkan untuk negara non-industri maju, FDI dapat menjadi jembatan untuk melakukan revolusi industri. Teknologi baru yang masuk ke suatu negara melalui FDI dapat menumbuhkan industri domestik melalui spillover atau peniruan terhadap teknologi serupa (Hermes& Lensink 2003: 3-4). 4. Pandangan Competitive Advantages of Nations untuk memahami industri otomotif India Hal yang diungkapkan Porter melalui peran negara dalam penciptaan daya saing industri domestik ini dapat digunakan untuk memahami sekaligus menjawab perumusan masalah dalam penelitian. Penelitian berfokus pada state-level dimana negara dijadikan aktor utama dalam pembangunan ekonomi. Kerangka pemikiran dalam teori ini mampu menjelaskan bagaimana pemerintah dapat mengambil 11

peran penting dalam mendorong perkembangan industri di negaranya sehingga mampu memiliki daya saing global. Teori ini sejalan dengan kondisi di India. Hal ini dilihat dari maraknya FDI yang masuk ke India semenjak adanya kebijakan liberalisasi. Masuknya FDI ke India disertai dengan adanya berbagai regulasi yang disusun secara bertahap. Ini sesuai dengan salah satu karakteristik dari peran pemerintah dalam menyusun kebijakan yang diuraikan oleh Porter. Selain itu, teori ini mampu digunakan untuk menganalisa bagaimana keterkaitan antara peran pemerintah, FDI dan industri domestik. Pemerintah menjadi aktor utama yang memainkan perannya melalui kebijakan. Sedangkan, FDI menjadi stimulus bagi perkembangan industri domestik. Sementara itu, industri domestik mengambil peran dalam memanfaatkan kebijakan dan kondisi yang ada untuk memaksimalkan dan maningkatkan daya saingnya menuju ke pasar global. Teori ini pun telah mencakup pentingnya strategi pendukung. Strategi yang dijabarkan dalam teori keunggulan kompetitif dapat digunakan untuk menganalisa kebijakan mana yang tepat dan efektif yang mampu mendorong daya saing global dari industri otomotif domestik. Hal ini akan dilihat dari implementasi dari kebijakan terkait yang ada di India. Berikut merupakan inti dari beberapa argumen dalam Competitive Advantages of Nations yang sesuai untuk analisa permasalahan pada penelitian, bahwa: 1. Pemerintah perlu membuat tahapan regulasi guna membimbing industri domestiknya di tahap awal dan perlahan melepaskannya di 12

tahap akhir. Dengan demikian, industri domestik dapat memiliki daya saing secara mandiri. 2. Investasi asing diperlukan untuk menciptakan daya saing pada level nasional, dan menuju ke pasar global. 3. Pengembangan teknologi dan daya saing melalui investasi asing dapat diperoleh melalui joint ventures sebagai tahapan paling awal. 4. Pemerintah perlu menciptakan kondisi nasional yang mampu mendorong perkembangan industri berupa ketersediaan faktor produksi memadai dan pasar domestik. 5. Pemerintah perlu mendorong R&D oleh industri lokal sehingga dapat memiliki daya saing yang lebih mengarah pada penguasaan teknologi dan bukan faktor produksi semata. 6. Cluster industri penting bagi pemerintah untuk memudahkan peranannya dalam mengontrol perkembangan industri secara lebih fokus. D. Argumen Utama Peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik sejalan dengan pemikiran teori competitive advantages of Nations. Pemerintah India berperan dalam menstimulasi hadirnya FDI (Foreign Direct Investment) demi menciptakan kondisi persaingan yang akan mendorong peningkatan daya saing industri domestiknya. Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan secara bertahap. Tahapan tersebut dimulai dari momentum adanya New industrial policy tahun 1991, yang kemudian dilanjutkan ke Auto 13

policy tahun 2002, dan diperkuat lagi dengan Automotive Mission Plan tahun 2006. Berbagai kebijakan yang mendorong FDI (Foreign Direct Investment) ini juga didukung dengan adanya (1) Efisiensi faktor produksi dengan peningkatan infrastruktur; (2) Cluster industri otomotif; (3) Upgrading teknologi melalui Research and Development; serta (4) standarisasi yang disesuaikan dengan pasar global. E. Sistematika Penulisan Penelitian diawali dari gambaran umum yang diuraikan dalam BAB I mengenai pesatnya perkembangan industri otomotif India. Perkembangan industri otomotif yang juga diperankan oleh sektor industri domestik menjadikan topik ini menarik untuk diteliti. Terutama mengenai bagaimana pemerintah India menjalankan perannya melalui berbagai regulasi. Sebagai landasan teori, bab ini juga menguraikan mengenai pandangan teori competitive advantages yang diungkapkan oleh Porter. Pandangan yang diulas lebih menitikberatkan pada peran pemerintah melalui regulasinya untuk menciptakan daya saing industri domestiknya. Uraian mengenai Competitive advantages of Nations mengantarkan pada perolehan argumen utama yang menjawab perumusan masalah penelitian. Argumen yang diperoleh bahwa peran pemerintah India dalam peningkatan daya saing global industri otomotif domestiknya dilakukan melalui FDI dengan kebijakan yang ditetapkan secara bertahap, serta faktor pendukung lain dalam menciptakan kondisi nasional yang kondusif. Argumen utama inilah yang nantinya akan dibuktikan dalam analisa penelitian yang berupa studi pustaka. 14

Selanjutnya, analisa dan pembahasan akan dibagi dalam BAB II dan BAB III agar lebih mudah dalam menguraikan permasalahan. Pada BAB II analisa akan difokuskan pada pembahasan perkembangan kebijakan FDI dalam industri otomotif India. Perkembangan ini diuraikan secara runtut dalam tahapan-tahapan regulasi. Namun sebelumnya, akan dijelaskan pula gambaran umum tentang tahap kebijakan sebelum tahun 1990 sebagai perbandingan. Kebijakan utama diuraikan dalam tiga bagian tahap yang masing-masing kebijakan mengarah pada relasi FDI dengan industri otomotif domestik. Kebijakan utama tersebut meliputi new industrial policy 1991, auto policy 2002, dan automotive mission plan 2006. Analisa dilanjutkan pada BAB III yang membahas tentang pemetaan strategi industri otomotif India serta kaitannya dengan pembentukan kondisi nasional yang kondusif. Secara khusus langkah strategis pemerintah India dilihat pada aspek non-fdi, berhubung kebijakan FDI telah lebih dulu diuraikan secara fokus di BAB II. Uraian tentang pemetaan strategi akan diawali dengan uraian tentang keterkaitan industri otomotif dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai pengantar dalam memasuki analisa. Bahasan ini penting untuk mengetahui motivasi serta seberapa besar industri otomotif mendapat perhatian dari pemerintah India. Sedangkan aspek strategis non-fdi yang diuraikan meliputi kebijakan tentang pembenahan infrastruktur, cluster industri otomotif, serta R&D. Pembahasan dilakukan dengan melihat dari implementasi yang ada. Pada akhir bab akan diuraikan analisa umum yang memetakan keseluruhan strategi India 15

untuk menembus pasar global dengan merujuk pada data-data yang telah disajikan sebelumnya. Setelah uraian penelitian dijabarkan, maka pembahasan ditutup dengan BAB IV yang berisi kesimpulan. Kesimpulan penelitian menguraikan jawaban dari perumusan masalah serta pembuktian dari argumen utama secara singkat. Intinya adalah mengenai peranan pemerintah India dalam perkembangan daya saing industri otomotif domestik. Hal ini terutama difokuskan untuk menyimpulkan bagaimana peran pemerintah dalam mengambil langkah strategis demi mendorong masuknya FDI ditambah dengan upgrading sektor-sektor lain yang mendukung. 16