BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan"

Transkripsi

1 BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan tahapan analisis lingkungan internal maupun lingkungan eksternal terhadap pelaksanaan kegiatan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) baik di dalam negeri maupun rencana kegiatan internasionalisasi bisnis ke negara wilayah ASEAN khususnya negara Singapura, maka dapat diambil kesimpulan, kendala-kendala penelitian serta rekomendasi yang perlu dilakukan perusahaan sebagai berikut: 6.1. Simpulan Keberadaan jasa surveyor yang dilakukan PT. SUCOFINDO (Persero) dalam bidang Inspeksi, Sertifikasi, Pengujian dan Pengkajian (ISPP) di dalam negeri sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi lingkungan eksternal maupun internal perusahaan. Berdasarkan hasil analisis PEST menunjukan bahwa lingkungan politik nasional serta kepastian hukum di Indonesia masih dinilai kurang stabil jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN sehingga mengakibatkan adanya beberapa pelaku bisnis mengurangi kegiatan usahanya di Indonesia dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kegitan bisnis jasa surveyor di Indonesia. Namun demikian dengan adanya beberapa ketentuan pemerintah terkait dengan kegiatan pengawasan kebijakan yang dimandatkan pemerintah kepada PT. SUCOFINDO (Persero) sebagai perusahaan BUMN dibidang ekspor dan impor, ketentuan kesesuaian mutu terhadap Standar Nasional Indonesia, kebijakan dibidang 135

2 pengawasan tingkat kandungan dalam negeri, serta ketentuan pemerintah tentang Daftar Negatif Investasi kegiatan inspeksi bagi perusahaan surveyor luar negeri di Indonesia, maka masih berpotensi bagi perusahaan untuk tetap survive selama masih ditunjang oleh kebijakan-kebijakan pemerintah dimaksud. Lingkungan ekonomi global yang semakin membaik yang berakibat pada kemampuan daya beli yang semakin meningkat dimana memerlukan pasokan-pasokan barang modal maupun barang konsumsi yang murah namun berkualitas dari negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga peran pengawasan impor maupun ekspor termasuk pengawasan pasokan bagi kepentingan beberapa lembaga donor PBB menjadi sangat penting. Lingkungan sosial budaya masyarakat yang masih menyukai produk-produk asing yang berasal dari impor dari pada produk dalam negeri sehingga menyebabkan transaksi di bidang impor cukup signifikan, serta masih melekatnya budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam bidang perdagangan yang cenderung melanggar etika bisnis, maka peran pihak ketiga menjadi penting untuk memastikan pelaksanaan transaksi berjalan sesuai dengan ketentuan yang wajar dalam transaksi jual beli. Lingkungan teknologi dan infrastruktur yang tersedia dan ditunjang dengan teknologi informasi berbasis web yang memadai di Indonesia memberikan jalan bagi kelancaran kegiatan bisnis baik lingkup nasional maupun internasional sehingga kecepatan proses maupun delivery jasa bidang Inspeksi, Sertifikasi, Pengujian dan Pengkajian dapat diandalkan. Berdasarkan analisis Porter s Five Forces industri jasa surveyor di Indonesia menunjukan bahwa ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants) dinyatakan rendah karena investasi yang cukup tinggi dan memerlukan waktu 136

3 relatif lama untuk mendapat kepercayaan pelanggan serta adanya peraturan Daftar Negatif Investasi khusus bagi perusahaan asing yang akan melakukan kegiatan jasa inspeksi di Indonesia. Dari aspek kekuatan tawar pembeli (Bargaining Power of Consumers) dinyatakan tinggi karena jumlah perusahaan surveyor di Indonesia relatif banyak dan berkompetisi dibidang pelayanan maupun harga sehigga pengguna jasa dapat memilih lembaga surveyor sesuai dengan keinginannya. Dari aspek ancaman produk pengganti (Threat of Substitutes) dinyatakan rendah karena kegiatan jasa surveyor dilakukan berdasarkan pada standar uji yang disepakati antara para pihak yang bertransaksi maupun ketentuan standar internasional sehingga produk pengganti relatif kecil. Dari aspek kekuatan pemasok (Bargaining Power of Suppliers) dinyatakan rendah karena pengadaan barang maupun jasa untuk kegiatan bisnis surveyor di Indonesia realatif mudah untuk memilih pemasok sesuai dengan kebutuhan operasional bisnis. Sedangkan dari aspek persaingan pada industri yang sama (Industry Rivalry) dinyatakan tinggi karena jumlah surveyor yang telah beroperasi di Indonesia relatif banyak namun bagi PT. (Persero) SUCOFINDO menjadi rendah karena hingga saat ini perusahaan masih memperoleh penugasan dari Pemerintah Republik Indonesia khususnya Kementerian Perdagangan untuk melaksanakan pengawasan atas beberapa komoditas ekspor maupun pengawasan pelaksanaan ketentuan standar mutu Indonesia serta tingkat kandungan dalam negeri suatu produk. Berdasarkan analisis Key Success Factor menunjukan bahwa PT. SUCOFINDO (Persero) memiliki keunggulan pada jumlah jasa yang relatif banyak dan beragam serta penguasaan pasar yang cukup besar, perusahaan memiliki jaringan 137

4 pelayanan jasa yang luas di seluruh nusantara, perusahaan menggunakan standar pelayanan jasa yang diakui secara nasional dan internasional, perusahaan memiliki brand image yang kuat, perusahaan memiliki pengalaman cukup lama dibidang jasa surveyor sehingga telah memiliki pelanggan loyal, perusahaan memiliki tenaga-tenaga profesional di bidangnya dan memiliki fasilitas pelayanan jasa yang cukup lengkap serta didukung oleh kegatan riset dan pengembangan yang berkesinambungan. Key success factor tersebut merupakan keunggulan perusahaan (competitive advantage) dibanding para pesaingnya. Dengan memperhatikan hasil kajian lingkungan eksternal melalui analisa PEST di Indonesia dan analisa lingkungan eksternal industri jasa surveyor melalui analisa Porter s Five Forces di Indonesia serta ditunjang dengan analisa internal berupa Key Success Factor yang dimiliki perusahaan saat ini, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bisnis di bidang ISPP yang dilakukan PT. SUCOFINDO (Persero) di Indonesia masih menjanjikan dan berpotensi untuk dapat dikembangkan. Kegiatan bisnis jasa surveyor di Singapura memiliki potensi untuk dilakukan karena beberapa pertimbangan ekonomi, diantaranya berdasarkan data statistik Singapura tahun 2003 menunjukkan bahwa transaksi perdagangan Singapura dengan Indonesia pada tahun 2012 menduduki peringkat ke 2 (dua) di ASEAN, transaksi impor antara Singapura dengan Indonesia pada tahun 2012 menduduki peringkat ke 2 (dua) di ASEAN, transaksi ekspor Singapura dengan Indonesia pada tahun 2012 menduduki peringkat 2 (dua) di ASEAN, dengan demikian merupakan peluang bisnis perusahaan untuk melakukan kegiatan usaha yang terkait dengan pengawasan dibidang ekspor dan impor di Singapura. 138

5 Berdasarkan analisa PEST menunjukkan bahwa lingkungan politik Singapura yang kondusif, adanya kebijakan pemerintah dalam meningkatkan investasi dari luar negeri (foreign direct investment) serta kemudahan dan fasilitas bisnis yang memadai telah disediakan oleh pemerintah. Lingkungan ekonomi khususnya transaksi perdagangan yang berasal dari ekspor dan impor baik migas maupun non migas serta transaksi dari sektor turisme, meningkat secara signifikan setiap tahunnya yang ditunjang dengan penanganan kargo laut dan kargo udara serta jumlah kontainer di pelabuhan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Lingkungan sosial dan budaya di negara Singapura sangat mendukung kegiatan bisnis bagi para ekspatriat, budaya tertib dan teratur, fasilitas kesehatan yang baik, dan fasilitas transportasi yang baik. Lingkungan teknologi dengan dukungan fasilitas IT yang memadai sangat mempermudah pelaksanaan kegiatan bisnis di Singapura. Sehingga berdasarkan analisa PEST menunjukkan kondisi lingkungan bisnis di Singapura dinilai cukup layak bagi PT. SUCOFINDO (Persero). Berdasarkan analisis Porter s Five Forces di Singapura menunjukan bahwa ancaman pendatang baru (Threat of New Entrants) dinyatakan tinggi karena kebijakan pemerintah berupa kemudahan untuk menarik investor termasuk bisnis dibidang surveyor sehingga berpotensi banyaknya pendatang baru dibidang industri jasa surveyor di negara tersebut. Dari aspek kekuatan tawar pembeli (Bargaining Power of Consumers) dinyatakan tinggi karena pemilihan lembaga surveyor selain ditentukan oleh klien secara langsung, dapat dipengaruhi pula oleh pihak lain sebagai pengguna jasa (end user) sehingga perusahaan jasa surveyor sangat tergantung pada kedua pihak tersebut. Dari aspek ancaman produk pengganti (Threat of Substitutes) dinyatakan rendah karena kegiatan jasa 139

6 surveyor dilakukan berdasarkan pada standar uji yang disepakati antara para pihak yang bertransaksi maupun ketentuan standar internasional yang harus diacu sehingga praktis adanya produk pengganti relatif kecil. Dari sisi kekuatan pemasok (Bargaining Power of Suppliers) dinyatakan rendah karena pengadaan barang maupun jasa di Singapura cukup mudah serta beragam baik dari sisi jumlah maupun harga sehingga mudah untuk memilih pemasok sesuai dengan kebutuhan bisnis. Sedangkan dari aspek persaingan pada industri yang sama (Industry Rivalry) dinyatakan tinggi karena banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang jasa surveyor di Singapura, namun bagi PT. SUCOFINDO (Persero) menjadi rendah karena hingga saat ini perusahaan telah memperoleh penugasan khusus dari Pemerintah Republik Indonesia khususnya Kementerian Perdagangan untuk melaksanakan pengawasan impor atas beberapa komoditas yang terkena ketentuan Tataniaga Impor dari Singapura. Berdasarkan analisis Key Success Factor yang dimiliki PT. SUCOFINDO (Persero) untuk melakukan kegiatan usaha di Singapura menunjukan bahwa saat ini perusahaan memiliki captive market dari pemerintah untuk melakukan kegiatan verifikasi terhadap barang-barang impor dari seluruh negara asal dan muat barang termasuk Singapura, perusahaan telah memiliki akrediatasi internasional untuk melakukan pemeriksaan beberapa jasa yang dipersyaratkan sebagai surveyor global, perusahaan memiliki reputasi sebagai perusahaan surveyor BUMN yang handal dan memiliki keanggotaan dalam International Federation of Inspection Agency (IFIA), perusahaan memiliki jaringan operasi yang luas dengan berafiliasi dengan beberapa surveyor internasional terkemuka, perusahaan memiliki kualitas personel kelas dunia yang bersertifikasi 140

7 internasional di bidang surveyor, kemudian perusahaan memiliki kelengkapan fasilitas sesuai dengan tuntutan pelanggan internasional, serta dilengkapi dengan kegiatan riset dan pengembangan untuk menciptakan jenis jasa baru. Dengan demikian key success factor yang dimiliki perusahaan saat ini sangat mendukung keputusan untuk melakukan internasionalisasi bisnis ke Singapura. Berdasarkan hasil analisa SWOT dalam menunjang keputusan internasionalisasi bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) ke Singapura, menunjukan bahwa faktor kekuatan yang menjadi value perusahaan diantaranya dari aspek finansial yaitu peningkatan pendapatan dan perolehan laba perusahaan yang signifikan dari tahun ke tahun sehingga memiliki ruang bagi perusahaan untuk dapat terus berinvestasi dalam meningkatkan kinerja dan performance perusahaan, dari aspek non finansial yaitu perusahaan memiliki banyak jenis jasa serta luasnya jaringan pelayanan yang tidak dimiliki pesaing, kualitas jasa yang diakui secara nasional maupun internasional, memiliki reputasi baik dan brand image yang dapat diterima pasar, memiliki jaringan operasional yang luas di seluruh wilayah Indonesia, memiliki kualitas personil yang handal dibidangnya, memiliki kelengkapan fasilitas laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai penunjang kegiatan bisnis perusahaan, menjalankan kegiatan operasional yang ditunjang oleh fasilitas teknologi informasi yang memadai serta kegiatan research and development yang inovatif dan berkelanjutan. Namun perusahaan masih memiliki kelemahan yang perlu diantisipasi oleh seluruh jajaran perusahaan diantaranya adalah komposisi pegawai dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah menduduki porsi yang dominan dibanding dengan tingkat pendidikan tinggi sehinga masih menunjukan porsi pelaksana (doer) yang tinggi 141

8 dibanding perencana strategis (thinker), selain itu sebagian besar pegawai memiliki kelemahan dalam penguasaan komunikasi dalam bahasa asing sehingga masih menunjukan penguasaan arena bisnis lokal, selain itu karena jumlah pegawai yang cukup besar dan remunerasi yang cukup tinggi dibanding pesaing maka harga jasa ISPP yang ditawarkan menjadi lebih tinggi dibanding dengan harga jasa yang ditawarkan para pesaing. Dari sisi peluang bisnis menunjukkan bahwa lingkungan eksternal perusahaan menunjang kegiatan usaha jasa yang dilakukan perusahaan sejalan dengan kebutuhan terhadap produk jasa yang berkualitas, dan sebagai perusahaan BUMN perusahaan masih diberikan kepercayaan oleh pemerintah untuk melakukan kegiatan pemastian terhadap implementasi kebijakan-kebijakan pengawasan impor dari seluruh dunia termasuk Singapura. Selain itu dengan memperhatikan PDB Singapura yang cukup tinggi serta volume transaksi perdagangan negara tersebut dari kegiatan ekspor maupun impor setiap komoditas baik migas maupun non migas tercatat mengalami peningkatan setiap tahunnya, serta yang menjadi peluang bisnis lainnya adalah keberadaan Diaspora Indonesia yang cukup besar di Singapura khususnya yang menguasai jaringan perdagangan Indonesia di negara tersebut berpotensi bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatan bisnis di Singapura. Namun dari sisi ancaman kegiatan bisnis menunjukkan bahwa dimungkinkan adanya perubahan kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan diantaranya adalah adanya rencana deregulasi ketentuan Daftar Negatif Investasi (DNI), perubahan politik nasional yang berpotensi menimbulkan perubahan kebijakan pemerintah khususnya terkait dengan pengawasan kebijakan-kebijakan pemerintah, pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) dimana peluang 142

9 usaha jasa surveyor akan dibuka secara bebas sehingga arena bisnis jasa ISPP perusahaan di dalam negeri akan semakin ketat sehingga diprediksi potensi pendapatan akan terkoreksi sejalan dengan banyaknya pesaing yang bergerak di bidang jasa yang sama. Dengan memperhatikan hasil analisis SWOT yang mencakup kegiatan bisnis perusahaan di Singapura untuk kepentingan bisnis dalam negeri maupun luar negeri serta dengan mempertimbangkan hasil audiensi dengan para responden, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan internasionalisasi bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) ke Singapura dinyatakan layak untuk dilakukan. Tahapan kegiatan pembukaan kegiatan usaha bidang jasa surveyor di Singapura baik dalam bentuk usaha Anak Perusahaan (Subsidiary Company), bentuk usaha Kantor Cabang (Branch Office) maupun bentuk usaha Kantor Perwakilan (Representatif Office) dengan masing-masing karakteristik usaha yang berlaku di Singapura, relatif singkat karena kegiatan usaha bidang jasa surveyor tidak termasuk dalam kategori kegiatan usaha yang memerlukan lisensi khusus dari pemerintah Singapura sehingga praktis tidak membutuhkan waktu proses registrasi yang lama, namun bagi PT. SUCOFINDO (Persero) sebagai perusahaan asing di negara tersebut perlu menempuh tahapan mulai pengurusan ijin kerja bagi karyawannya, pengurusan registrasi pajak barang dan jasa serta pajak personil. Dengan demikian perusahaan perlu mempersiapkan waktu yang cukup sampai semua rangkaian kegiatan persiapan pembukaan usaha di Singapura lengkap dilakukan. Selain itu dari sisi prosedur internal perusahaan untuk mendirikan bentuk usaha Anak Perusahaan di Singapura terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Pemegang Saham dan Komisaris untuk 143

10 selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan Direksi, sedangkan prosedur untuk mendirikan bentuk usaha Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan hanya membutuhkan persetujuan Komisaris untuk selanjutnya ditetapkan dalam Keputusan Direksi tanpa perlu mendapat persetujuan Pemegang Saham Keterbatasan Secara umum pelaksanaan penelitian berjalan lancar namun terdapat kendala dalam memperoleh data mengenai bidang usaha perusahaan-perusahaan BUMN Indonesia yang melakukan kegiatan bisnis di Singapura yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pelanggan dalam pelaksanaan kegiatan usaha PT. SUCOFINDO (Persero) di negara tersebut serta jumlah impor asal Singapura yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan BUMN Indonesia baik dari sisi jenis komoditas yang diimpor, jumlah maupun nilai. Hal tersebut sangat penting dalam menentukan potensi bisnis dan estimasi pendapatan perusahaan di Singapura yang akan dikerjasamakan melalui mekanisme sinergi BUMN sesuai surat edaran Menteri BUMN nomor : S-39/MBU.5/2011 tanggal 7 Pebruari 2011 yang ditujukan kepada seluruh Dirut BUMN perihal ketentuan Sinergi antar BUMN. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) dalam industri jasa surveyor di Indonesia maka perlu dilakukan kajian berupa perbandingan pencapaian kinerja pendapatan perusahaan dengan rata-rata kinerja pendapatan yang diperoleh pesaing dalam industri jasa yang sama serta perlu dibandingkan pula dengan kinerja pertumbuhan industri jasa dibidang surveyor di Indonesia. Namun penulis memiliki keterbatasan dalam memperoleh informasi mengenai data pencapaian kinerja pesaing PT. SUCOFINDO (Persero) 144

11 maupun data pertumbuhan industri jasa surveyor di Indonesia sehingga analisa tingkat keberhasilan perusahaan dibanding pesaing belum dapat disajikan Implikasi Melalui hasil penelitian ini, PT. SUCOFINDO (Persero) mendapat sudut pandang mengenai keberadaan bisnis perusahaan di dalam negeri saat ini berdasarkan kajian situasi eksternal dari hasil analisa lingkungan bisnis dengan menggunakan frame work analisis PEST dan analisis Porter s Five Forces serta situasi internal perusahaan hasil analisis Key Success Factor yang merupakan competitive advantage perusahaan untuk mengetahui kekuatan bisnisnya di dalam negeri sebelum merumuskan strategi ekspansi bisnis ke luar negeri, serta perusahaan memperoleh gambaran mengenai peluang penguasaan pasar di Singapura melalui elaborasi potensi pembukaan bisnis di negara tersebut dengan mempertimbangan kajian analisa lingkungan eksternal menggunakan frame work analisis PEST dan analisis Porter s Five Forces serta memperhatikan kekuatan internal perusahaan melalui analisis Key Success Factor yang dimilikinya, untuk kemudian berdasarkan analisa faktor-faktor eksternal maupun internal perusahaan baik di dalam negeri maupun di Singapura, dilakukan analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman melalui analisis SWOT dalam menentukan kelayakan internasionalisasi bisnis perusahaan ke Singapura. Serta perusahaan memperoleh panduan mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membangun kegiatan bisnis di Singapura. Melalui teori strategi organisasi bisnis dan proses manajemen stratejik serta pemilihan keputusan strategi global, memberikan pembelajaran yang kongkrit serta proses-proses yang terjadi pada 145

12 dunia bisnis khususnya dalam kegiatan internasionalisasi bisnis PT. SUCOFINDO (Persero) ke Singapura, maka penelitian ini akan memberikan wawasan baru atau new insight yang lebih aplikatif dalam menerapkan strategi global perusahaan Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan terhadap analisis yang dilakukan, maka terdapat beberapa hal yang disampaikan terhadap kegiatan yang perlu dilakukan oleh PT. SUCOFINDO (Persero) diantaranya sebagai berikut: 1. Dengan komposisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki saat ini dimana sebagian besar berpendidikan SLTA atau yang sederajat, maka perusahaan perlu segera melakukan strategi pengelolaan SDM yang lebih baik melalui peningkatan kompetensi teknis yang sesuai dengan tuntutan bisnis serta berupaya untuk lebih meningkatkan porsi pengawai dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan persaingan global. 2. Kegiatan ekspansi bisnis ke Singapura dimana pemenuhan terhadap Information Communication and Technology (ICT) merupakan persyaratan utama di negara tersebut, maka menjadi kewajiban perusahaan untuk mempersiapkan sumberdaya yang dapat menguasai dan mengelola sistem informasi yang dapat menunjang kegiatan bisnis perusahaaan, sehingga perusahaan harus memiliki penguasaan teknologi informasi yang terkini sesuai tuntutan bisnis. 146

13 3. Dengan pertimbangan prosentase pendapatan dari sektor pemerintahan sebesar 20%, dapat dikatakan masih memiliki resiko tinggi karena ketentuan pemerintah dapat berubah sewaktu-waktu, sehingga perlu segera diantisipasi dengan cara memperbesar porsi bisnis dari jasa-jasa non pemerintah yang berasal dari sektor swasta secara komersial Bussines to Bussines (B to B). 4. Rencana pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016 harus disikapi sebagai peluang, sehingga perusahaan perlu mempersiapkan sumber daya yang handal dan memiliki sertifikat yang diakui secara internasional dengan maksud untuk meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan terhadap para pesaing jasa surveyor sejenis di dalam negeri dan di ASEAN. 5. Dalam menunjang perolehan pendapatan yang eksponensial, maka perlu dilakukan pemberdayaan seluruh jajaran perusahaan tidak terkecuali seluruh anak perusahaan dalam upaya mengembangkan potensi bisnis non organik disamping pengkayaan jasa organik yang secara agresif dilakukan. 6. Berdasarkan analisa eksternal perusahaan di Singapura serta data statistik Singapura tahun 2013 dimana sebagian besar komoditas impor dan ekspor berpotensi untuk dilakukan pemeriksaan terkait dengan kesesuaian terhadap ketentuan impor pemerintah Indonesia maupun transaksi bisnis komersial antara eksportir dengan importir, maka perlu didirikan suatu bentuk usaha yang dapat melakukan kegiatan operasional di Singapura. Dengan mempertimbangkan kecepatan dan kemudahan dalam proses perijinan sesuai ketentuan internal PT.SUCOFINDO (Persero), maka bentuk usaha yang direkomendasikan adalah bentuk usaha berupa Kantor Cabang. 147

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik dan optimis agar

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik dan optimis agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki persaingan bisnis yang semakin ketat, para pengusaha dituntut untuk mampu mengelola usahanya dengan baik dan optimis agar keberlanjutan usaha dapat diciptakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah berjalan pada CV. BP Muara Nauli dan memberikan penjelasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah berjalan pada CV. BP Muara Nauli dan memberikan penjelasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pembahasan pada bab ini menguraikan sebuah evaluasi kinerja dan strategi yang telah berjalan pada CV. BP Muara Nauli dan memberikan penjelasan mengenai analisis faktor lingkungan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI 5.1. Simpulan Dari hasil evaluasi strategi, analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang ada dalam industri BBM Retail Indonesia, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan Menurut Rosyidi (2007), dalam melakukan kegiatan ekspor suatu perusahaan dapat menentukan sendiri kebijakan mengenai pemasaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir berikut : Tahapan penelitian dalam penulisan GFP ini dapat dijelaskan dalam bagan Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 37 Sebagai salah satu tahap awal, kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015,

BAB I. PENDAHULUAN. mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015, BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2007, para pemimpin negara anggota ASEAN sepakat untuk mempercepat terciptanya ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2015, yang akan mengubah ASEAN menjadi

Lebih terperinci

Teori Perdagangan Internasional

Teori Perdagangan Internasional Teori Perdagangan Internasional Teori Keunggulan Kompetitif Michael Porter 1990 Tugas Mata Kuliah Sistem Jaringan Bisnis Internasional Dosen : Dr. Teddy Oswari Oleh : Ifadah Amalia (92210047) Suko Retno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat dan pengangguran di Indonesia juga semakin banyak. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya perusahaan besar dan kecil

Lebih terperinci

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 104 Saran 105 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 111 RIWAYAT HIDUP iii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan BAB 3 ISU ISU STRATEGIS 1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN a. Urusan Perdagangan, menghadapi permasalahan : 1. Kurangnya pangsa pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis akan terjadi setiap saat, umumnya berupa gerak perubahan dari salah satu atau gabungan faktor-faktor lingkungan luar perusahaan, baik pada skala

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu :

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu : 87 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Peluang industri asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. interest dan pendapatan non bunga atau fee based income. Pendapatan bunga diperoleh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terbukanya ekonomi regional dan global yang ditandai dengan semakin tingginya tingkat persaingan di seluruh sektor bidang usaha, baik dalam maupun luar negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam bidang usaha logistik baik di dunia maupun di Indonesia sudah semakin ketat. Saat ini dapat dikatakan bahwa industri logistik sudah menjadi

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Industri perbankan merupakan suatu industri yang sangat mengutamakan pelayanan dan juga berfungsi sebagai Financial Intermediaries antara pihak yang memiliki

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah kondisi melambatnya perekonomian global, Indonesia masih mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental perekonomian yang baik dan kebijakan

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Analisis Eksternal 5.1.1.1. Karakteristik industri laboratorium

Lebih terperinci

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM

Mata Kuliah. - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan. Ardhariksa Z, M.Med.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM Mata Kuliah Modul ke: - Markom Industry Analysis- Analisis Situasional Perusahaan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Analisis Situasional Apa yang

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015 PENJUALAN TAHUN 2014 Pada tahun 2014 Perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp. 2.384 milyar, turun sebesar 7% dari penjualan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS

RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS REFRINAL, 2003. Strategi Bisnis Sewa Gedung Perkantoran, Studi Kasus pada Menara Cakrawala, PT Skyline Building, Jakarta, Dibawah Bimbingan HARIANTO & ANNY RATNAWATI. Penyediaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sejalan dengan visi, misi, dan program transformasi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia, dan seiring dengan berkembangnya pasar angkutan

Lebih terperinci

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Disampaikan pada Focus Group Discussion Kementerian BUMN Jakarta, 30 September 2015 PENTINGNYA SERTIFIKASI BAGI BUMN DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Dr. Ir. Sufrin Hannan, M.M. Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Beberapa Manajer Investasi dan Produk Reksa Dananya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat 73 Manajer Investasi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, yang memberikan jasa manajemen investasi kepada investornya, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulai populernya istilah tata kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia

Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia www.pwc.com/id Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia November 2014 Terima kasih.. Atas partisipasi dalam survey dan kehadirannya Agenda Latar belakang Family business survey 2014 Sekilas temuan utama Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian di Indonesia dan sudah berkembang pesat. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi era Globalisasi saat ini, persaingan dalam bidang bisnis semakin ketat, kinerja perusahaan dituntut harus terus meningkat agar perusahaan dapat tetap

Lebih terperinci

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Yth. Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Terbuka di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA Sehubungan dengan Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang diusahakan (komersial) dan pelabuhan umum yang tidak diusahakan. Pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis resource based view (RBV), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Key Success

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN berdasar UU No. 19 Th 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit internal membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui evaluasi, pengelolaan resiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan (good governance).

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah semakin kompetitif. Tuntutan menjadi kompetitif ini telah mendorong terjadinya perubahan demi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang semakin pesat. Tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis pun semakin beragam, mulai

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK..

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. i ii iii KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR... vi x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK.. xii DAFTAR LAMPIRAN.. xiii

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memaksimumkan keuntungan atau mencapai suatu tingkat kepuasan performansi tertentu. Sebuah perusahaan akan berusaha

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pemahasan yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka bab V ini adalah kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan oleh penulis. Setelah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI

BAB 3 ANALISIS INDUSTRI BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang semakin merosot di Indonesia disebabkan oleh krisis moneter, serta merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Lebih terperinci

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS.

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS. Diskusi Partner HPRP Lawyers dengan Media Jakarta, 21 Mei 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN, DALAM HUKUM DAN BISNIS. A. LATAR BELAKANG MEA Berdasarkan penetapan para kepala negara/ kepala pemerintah ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam mendukung perekonomian di Indonesia, bank merupakan salah satu lembaga yang menjadi fondasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PERENCANAAN PENELITIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA Langkah pertama dalam melakukan penelitan adalah dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan menentukan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keuntungan yang berkelanjutan atau sustainability profit dimana

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan keuntungan yang berkelanjutan atau sustainability profit dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama korporasi dalam setiap industri adalah mencari cara bagaimana menciptakan keuntungan yang berkelanjutan atau sustainability profit dimana keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inspirasi yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah adanya perubahan signifikan pada pasar semen di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun. Perubahan komposisi

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA 2 PRINSIP DAN REKOMENDASI TATA KELOLA A. Hubungan Perusahaan Terbuka Dengan Pemegang

Lebih terperinci

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses pembangunan suatu negara, terdapat banyak aspek penting yang harus diperhatikan dan dimengerti. Dari segala aspek yang ada, aspek ekonomi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan tempat terjadinya kegiatan produksi. Perusahaan terdiri dari beberapa jenis yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, dan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini banyak didirikan berbagai macam perusahaan dagang. Perusahaan dagang dalam menjalankan kegiatan bisnis tentu akan membutuhkan jasa angkutan barang. Tingginya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011 PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM 3 BATAM, 8 DESEMBER 2011 VISI TATANAN PERADABAN Pendorong kesejahteraan: OPTIMALISASI DAN PENGEMBANGAN BANDAR INTERNASIONAL. Sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dunia usaha ditandai dengan terbukanya persaingan yang ketat di segala bidang. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BABII LANDASAN TEORI

BABII LANDASAN TEORI BABII LANDASAN TEORI 1.1 Perkembangan Bisnis Persaingan adalah satu kata penting di dalam menjalankan perusahaan pada saat ini. Hal ini ditunjang dengan perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB III EVALUASI BISNIS

BAB III EVALUASI BISNIS BAB III EVALUASI BISNIS 3.1. Evaluasi Pencapaian Bisnis Konveksi Pakaian KVKU Pola gaya hidup konsumtif masyarakat Indonesia sangat berpengaruh terhadap performa penjualan KVKU dari tahun ke tahunnya.

Lebih terperinci

Keynote Speech. Nurhaida Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal

Keynote Speech. Nurhaida Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Keynote Speech Nurhaida Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Disampaikan pada acara: PENGUMUMAN TOP 50 PERUSAHAAN TERBUKA BERDASARKAN ASEAN CG SCORECARD Hotel Borobudur, Jakarta 21 Maret 2014 KEYNOTE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi yang didirikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai dengan misi dan peran miliknya. Saat menghadapi tantangan

Lebih terperinci

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL CHAPTER 3: ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL LINGKUNGAN EKSTERNAL Lingkungan di luar perusahaan Sifat uncontrollable Identifikasi Peluang dan Ancaman Jenis: 1. Lingkungan Jauh 2. Lingkungan Dekat FUNGSI ALE

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

Gambaran Mengenai Bisnis Internasional

Gambaran Mengenai Bisnis Internasional Pertemuan 2 Gambaran Mengenai Bisnis Internasional Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Peningkatan kualitas..., Priyambodo Nur Ardi Nugroho, FT UI, 2010.

BAB IV ANALISIS. Peningkatan kualitas..., Priyambodo Nur Ardi Nugroho, FT UI, 2010. BAB IV ANALISIS Dalam industri jasa, termasuk freight forwarding, loyalitas pelanggan sangat penting sekali untuk bisa tetap menguasai pasar dan mendapat pelanggan. Karena dalam persaingan di dunia freight

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate governance saat ini merupakan kebutuhan vital bagi seluruh pelaku bisnis dan menjadi tuntutan bagi masyarakat dengan adanya corporate governance ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic

BAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP S Kerajinan Batik adalah Nonequity

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Dalam pengalokasian sumber dana untuk pelaksanaan proyek, material merupakan sumber daya yang mengadopsi terbesar sumber dana proyek. Manajemen material di bidang

Lebih terperinci

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES

UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES UPAYA PENGUATAN BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN SARANA DISTRIBUSI UNTUK MENDUKUNG KETERSEDIAAN OBAT DI FASYANKES Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp.

BAB I PENDAHULUAN. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kinerja Bank BUMN PT. XYZ pada tahun 2016 mencatat laba bersih sebesar Rp. 11,47 Triliun atau tumbuh sebesar 25,1% dibandingkan laba akhir tahun 2015 sebesar Rp. 9,07

Lebih terperinci