IV. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang berkaitan dengan pasar teh secara internasional. Secara khusus juga digunakan informasi yang menyangkut potensi sumberdaya teh di Indonesia untuk kajian keunggulan kompetitif. Sumber-sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, CCDC Jawa Barat, Direktorat Jenderal Perkebunan, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, International Trade Centre (ITC), International Tea Comittee (ITC), United Nations Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa maupun media elektronik (internet) serta wawancara dengan narasumber. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juni Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Tujuannya adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis potensi, kendala dan peluang komoditi teh Indonesia, analisis keunggulan kompetitif komoditi teh Indonesia dan kondisi perdagangan internasional. Analisis kuantitatif digunakan untuk

2 47 menganalisis struktur pasar dan daya saing teh di pasar internasional. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel Analisis Struktur Pasar Pada penelitian ini digunakan Concentration Ratio dan Herfindahl Index (HI) untuk mengetahui tingkat konsentrasi pasar teh secara internasional. Tingkat konsentrasi pasar yang diukur akan dikategorikan dan mengarahkan pada bentuk pasar yang terjadi pada pasar teh internasional. Bentuk pasar yang ada akan mempengaruhi tingkat persaingan yang akan dianalisis pada bagian selanjutnya. Analisis struktur pasar dirasakan sangat penting karena berimplikasi kepada persaingan ekonomi di suatu negara dimana dalam kepentingannya menyangkut negara-negara yang saling berkepentingan satu sama lain. Pengukuran tingkat konsentrasi sangat memperhitungkan besaran pangsa pasar yang diperoleh tiap negara dalam komposisi ekspor teh di pasar internasional. Dalam penelitian ini alat analisis Herfindahl Index digunakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur pasar komoditi teh di pasar internasional sekaligus mengukur penguasaan pangsa pasar masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan teh tersebut. Menurut Kirana (2001), dari berbagai studi yang ditemukan bahwa pengukuran memiliki korelasi yang tinggi sehingga beberapa ahli berpendapat hasil yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan pengukuran H (Hirschman-Herfindahl) dan E (Entrophy) sebagai pengganti rasio konsentrasi. Walaupun demikian, rasio konsentrasi tetap merupakan pengukuran serba-guna mengenai derajat kompetisi paling baik. Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran lain dan mempunyai pengertian lebih mantap.

3 48 Tahapan yang pertama dilakukan untuk menganalisis pangsa pasar dengan menggunakan Herfindahl Index adalah menghitung pangsa pasar tiap negara produsen teh di pasar internasional melalui besaran nilai ekspor teh. Perhitungan pangsa pasar yang dilakukan menggunakan formula sebagai berikut: Sij = Xij / TXj Dimana, Sij = Pangsa pasar teh negara i di pasar internasional Xij TXj = Nilai ekspor teh negara i di pasar internasional = Total nilai ekspor teh di pasar internasiona Formula yang sama kemudian digunakan untuk mengukur struktur pasar dan pangsa pasar suatu negara dalam perdagangan teh internasional, yaitu sebagai berikut: 2 HI = Sij 1 + Sij Sij Sij n Dimana, HI = Indeks Herfindahl Si n = Pangsa pasar negara ke-i dalam perdagangan teh dunia = Jumlah negara yang terlibat dalam perdagangan teh dunia Concentration Ratio yang digunakan adalah untuk mengukur persentase pangsa pasar yang dipegang oleh (dikonsentrasikan dalam) empat (CR4) negara produsen teh terbesar di pasar internasional. Rasio konsentrasi pasar (CR4) di rumuskan sebagai berikut: Dimana, CR4 = Sij 1 + Sij 2 + Sij 3 + Sij 4 CR4 Sij = Nilai konsentrasi pasar 4 produsen teh terbesar di pasar internasional = Pangsa pasar teh negara i di pasar internasional

4 49 Rasio konsentrasi yang rendah berarti pasar teh di pasar internasional cenderung terdiri dari banyak negara produsen dan pesaing cenderung tajam. Ketika rasio konsentrasi tinggi maka negara-negara produsen teh terbesar mendominasi dan cenderung berpotensi berperan dalam penetuan harga dan laba ekonomi. Didasarkan pada analisa standar dalam ekonomi industri, bahwa struktur dikatakan berbentuk oligopoli bila empat negara produsen terbesar menguasai minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri yang bersangkutan (CR4 = 40 %). Apabila kekuatan keempat produsen tersebut dianggap sama, maka pangsa penjualan atau produksi masing-masing produsen adalah 10 persen dari nilai penjualan atau produksi suatu industri. Apabila penguasaan pasar oleh sepuluh produsen atau kurang dalam suatu industri merupakan batas minimum suatu industri berbentuk oligopolistik, maka terdapat kecenderungan peningkatan derajat penguasaan pasar dari tahun ke tahun. Sejalan dengan peningkatan derajat penguasaan pasar tersebut, beberapa subsektor industri telah beralih dari struktur persaingan dengan oligopolistik. Semakin sedikit jumlah produsen yang dominan dalam suatu industri (1/Herfindahl Index semakin kecil) maka struktur industri semakin terkonsentrasi. Nilai Herfindahl Index ini berkisar antara 0 hingga 1 ( atau yang merupakan kuadrat dari 100 %). Jika nilai Herfindahl Index mendekati 0 berarti struktur pasar industri yang bersangkutan cenderung ke pasar persaingan (competitive market), sementara jika indeks bernilai lebih dari 1 ( atau ) maka stuktur pasar industri tersebut cenderung bersifat monopoli. Semakin cenderung pasar ke arah monopoli maka semakin tinggi konsentrasinya.

5 50 Herfindahl Index akan semakin berarti jika diketahui nilai 1/ Herfindahl Index (1/H2) yang mencerminkan jumlah perusahaan yang menguasai suatu industri ( Swaranindita, 2005). Struktur pasar juga dapat diklarifikasikan berdasarkan rasio konsentrasinya yang dapat dirumuskan dari dua alat ukur yaitu HI dan CR4 sebagai berikut 8 : - Konsentrasi pasar yang tinggi dicirikan dengan nilai CR4 yang berkisar antara 80 hingga 100 persen, sedangkan kisaran nilai HI yaitu antara 1800 hingga Bentuk pasar yang mungkin untuk tingkat konsentrasi tinggi adalah monopoli atau sedikit monopoli yang cenderung oligopoli. - Konsentrasi pasar sedang dicirikan dengan nilai CR4 antara 50 hingga 80 persen dan nilai HI yang berkisar antara 1000 hingga Bentuk pasar untuk tingkat konsentrasi sedang adalah lebih banyak oligopoli. - Konsentrasi pasar rendah dicirikan dengan nilai CR4 antara 0 dan 50 persen dan HI antara 0 dan Bentuk pasar yang sangat ekstrim adalah persaingan sempurna, namun sekurang-kurangnya adalah persaingan monopolistik. Bahkan dapat dimungkinkan pasar dengan sedikit oligopoli. Nilai CR semakin banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 menunjukkan persentase output pasar yang dihasilkan oleh empat atau delapan produsen terbesar dalam industri. Semakin besar nilai rasio konsentrasi menunjukkan bahwa industri tersebut semakin terkonsentrasi dan semakin sedikit jumlah produsen yang berada di pasaran, sedangkan semakin rendah rasio konsentrasi menunjukkan konsentrasi pasar yang rendah, persaingan yang lebih ketat dikarenakan tidak ada produsen secara signifikan menguasai pasar. Dengan Mei 2007

6 mengetahui nilai indeks Herfindahl dan rasio konsentrasi empat produsen terbesar ini maka industri teh nasional secara tidak langsung dapat mengetahui konsentrasi industri dan struktur pasar persaingan dimana Indonesia dan negara-negara produsen teh lainnya bersaing, serta menyesuaikan strategi kompetitif yang akan digunakan. Tipe struktur pasar selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai dengan Persaingan Murni Tipe Pasar Kondisi Utama Monopoli Murni Suatu negara memiliki 100 persen dari pangsa pasar Perusahaan yang dominan Suatu negara memiliki persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Oligopoli Ketat Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar persen. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah Oligopoli Longgar Penggabungan empat negara terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40 persen atau kurang dari pangsa pasar. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Sumber: Wihana K. Jaya, Ekonomi Industri, Analisis Keunggulan Komparatif Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat diukur salah satunya dengan menggunakan Balassa s Revealed Comparative Advantage Index yang membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di pasar dunia. Tujuan penggunaan indeks RCA dalam penelitian adalah untuk mengetahui posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara produsen teh lainnya di pasar teh internasional. Selain itu, indeks ini bermanfaat untuk mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut cukup tangguh bersaing di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif dengan menggunakan indeks ini. Indeks RCA dirumuskan sebagai berikut :

7 52 RCA = [ Xij / Xj] [ Xiw / Xw] Dimana, Xij = Nilai ekspor sektor i negara j Xj Xiw Xw = Total ekspor dari negara j = Total ekspor dunia dari sektor i = Total ekspor dunia Bila suatu negara memiliki nilai RCA lebih besar dari 1, maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produk yang terkait dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari 1 mengindikasikan kerugian komparatif dalam produk terkait dengan kata lain menunjukkan daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCAnya maka semakin tangguh daya saingnya. Keuntungan dari menggunakan RCA Indeks adalah bahwa indeks ini memepertimbangkan keuntungan intrinsik komoditi ekspor tertentu secara konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah relatif. Namun indeks ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor didasarkan pada asumsi adanya persaingan bebas antar negara dan produk yang homogen untuk diperbandingkan. Indeks ini mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik dan perkembangannya. Maka selain analisa RCA juga digunakan model berlian Porter untuk melihat kondisi sektor teh di dalam negeri khususnya Indonesia yang berkaitan dengan keunggulan kompetitifnya.

8 Analisis Keunggulan Kompetitif Michael Porter (1990), mengemukakan bahwa tidak ditemukan korelasi positif antara keunggulan keberlimpahan sumberdaya alam dan banyaknya tenaga kerja di suatu negara untuk dijadikan keunggulan bersaing dalam perdagangan internasional. Keunggulan kompetitif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yang harus dipunyai suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor produksi (factor condition), keadaan permintaan dan tuntutan mutu (demand condition), industri terkait dan pendukung yang kompetitif (related supporting industry) dan juga faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain keempat faktor penentu tersebut ditambah juga oleh faktor eksternal yaitu sistem pemerintahan (government) dan kesempatan (chance events). Secara bersama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut model berlian daya saing internasional. Data-data yang dibutuhkan untuk menganalisis dengan model Porter ini adalah data produksi, ekspor, luas areal, produktivitas, konsumsi teh perkapita dalam dan luar negeri, perkembangan teknologi yang terkait dengan komoditi teh, kebijakan pemerintah serta data lainnya yang terkait dengan perkembangan komoditi teh di Indonesia. Tahapan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengkajian potensi, kendala dan peluang teh. Ketentuan tinggi atau rendahnya faktor yang terdapat pada metode analisis Berlian Porter mengacu pada perbandingan antara kondisi faktor-faktor di Indonesia dengan kondisi faktorfaktor yang sama di negara pesaing utama teh lainnya.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber seperti Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,

Lebih terperinci

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 65 VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS 090210 Komoditi teh dengan kode HS 090210 merupakan teh hijau yang

Lebih terperinci

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL 7.1. Pangsa Pasar Karet Alam Dalam rangka mengetahui struktur pasar karet alam yang terbentuk dalam perdagangan karet alam di pasar internasional,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel atau unsur-unsur yang akan diteliti untuk memperoleh

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. * HP:

ANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. *  HP: ANALISIS DAYA SAING TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Mochamad Yuzi Zakariyah 1*, Ratya Anindita 2, Nur Baladina 2 1 Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya 2 DosenJurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. RATNA KANIA 1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Jurnal PASTI Volume VIII No 2,

Jurnal PASTI Volume VIII No 2, ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (MINYAK SAWIT MENTAH) PADA PT. CIPTA USAHA SEJATI DENGAN METODE HERIFINDAHL INDEKS DAN ANALISA SWOT DALAM MENGHADAPI PERDAGANGAN CPO DUNIA Ira Usdiana Saputri Program

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Disusun Oleh : SRI ANNA FEBRIYANTHI A14303077 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBER DAYA DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015 A B S T R A K

Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September Tahun 2015 A B S T R A K Seminar Nasional Pembangunan Inklusif di Sektor Pertanian II, 9-10 September 2015 Analisis Daya Saing Ekspor Komoditas Kopra Indonesia di Pasar Internasional Analysis of Competitiveness Advantage of Indonesian

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ANALISIS DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Ratna Kania 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi RatnaKnya@Gmail.com Hj. Enok Sumarsih 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini membahas beberapa teori yang akan menjadi karangka acuan atau dasar analisis skripsi ini. Pembahasan teori dilakukan agar dapat memahami secara mendalam pengusaan teori

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU Bungamayang, Kabupaten Lampung Utara. Lokasi dipilih secara purposive karena PTPN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of

II. TINJAUAN PUSTAKA. kali diperkenalkan oleh Adam Smith dalam bukunya yang berjudul Wealth of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Ekonomi pertanian merupakan suatu aplikasi ilmu ekonomi dengan bidang pertanian, dimana ilmu ini digunakan untuk memecahkan permasalahanpermasalahan pertanian.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang kondisi industri gula di Indonesia, kinerja dan dayasaing industri gula sebagai komoditas yang pokok di Indonesia.

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PROSIDING ISSN: E-ISSN: ANALISIS STRUKTUR PASAR INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2015 Leni Evangalista Marliani E-Mail: 1 lenievangalista02@gmail.com Abstak Industri perbankan merupakan industri yang memiliki peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 25 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Pasar Struktur pasar dijabarkan sebagai lingkungan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa (Pappas dan Hirschey, 1995).

Lebih terperinci

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas Email : hidayati_sree@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 49 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, sejak bulan Mei hingga Oktober 2011. Penelitian dilaksanakan di tujuh (7) pasar (Lampiran 2a dan 2b),

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 74 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ABSTRAK Komoditas kakao merupakan salah satu penyumbang devisa negara. Tanaman kakao sangat cocok dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan

METODE PENELITIAN. Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data Analisis data dilakukan baik secara kualitatif dan kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel yang saling berhubungan. Data yang digunakan adalah

Lebih terperinci

STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA

STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA STRUCTURE OF THE MARKET AND INDONESIA S STATUS AS FRESH AND FROZEN TUNA S EXPORTER IN WORD MARKETS, WHICH ARE JAPAN, USA, AND REP OF KOREA STRUKTUR PASAR DAN PERINGKAT INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA SEGAR

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 21 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sentra produksi karet rakyat di Provinsi Jambi. Lokasi yang dipilih yaitu Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Bungo.

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN

ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN ANALISIS KOMPARASI DAYA SAING EKSPOR LADA INDONESIA TERHADAP VIETNAM DAN MALAYSIA DI PASAR ASEAN JURNAL YURIKE ARIESHA JURUSAN/ PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017 ANALISIS

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh : Barirah Marlinda A

ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Oleh : Barirah Marlinda A ANALISIS DAYA SAING LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : Barirah Marlinda A14304016 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN BARIRAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING JAHE INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING JAHE INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL 1 ANALISIS DAYA SAING JAHE INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH FITRI AMELIA H14051404 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN FITRI AMELIA. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 63 ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Sari Nalurita 1, Ratna Winandi Asmarantaka 2 dan Siti Jahroh

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Farid Ustriaji Fakultas Ekonomi dan Bisnis PT. Bank Mandiri Tbk. fariedustriaji@gmail.com ABSTRACT Research aimed to investigate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

MINGGU 7. MARKET OVER SPACE

MINGGU 7. MARKET OVER SPACE MINGGU 7. MARKET OVER SPACE Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Markets Over Space Harga produk agrbis akan bervariasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh

II. TINJAUAN PUSTAKA. golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Jenis Teh Menurut Spillane (1992) teh pada umumnya digolongkan dalam empat golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh yang

Lebih terperinci

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.2. Jenis dan Sumber Data BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah atau tempat penelitian ini di pilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 125 133 ISSN : 1829-9946 ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL RASHID ANGGIT Y.A.D 1, NI MADE SUYASTIRI Y.P 2, ANTIK SUPRIHANTI 2

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 125 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan teknik analisis Partial

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERBANKAN INDONESIA TAHUN Rah Ayu Dyah Anggraeni Puspaning Pertiwi Gigih Pratomo

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERBANKAN INDONESIA TAHUN Rah Ayu Dyah Anggraeni Puspaning Pertiwi Gigih Pratomo ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PERBANKAN INDONESIA TAHUN 2004-2012 Rah Ayu Dyah Anggraeni Puspaning Pertiwi Gigih Pratomo KSU Mitra Rakyat, Jl. Raya Ngelom 61 Surabaya e-mail: rhaydya@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibuat sebagai studi mengenai organisasi industri yang mencakup kajian dan struktur pasar industri anyaman sangkar burung dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Blitar Provinsi Jawa Timur.Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Blitar merupakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Penentuan Daerah Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di desa Banjar, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan pertimbangan bahwa desa tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA

ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA ANALISIS STRUCTURE CONDUCT PERFORMANCE (SCP) JIKA TERJADI MERGER BANK PEMBANGUNAN DAERAH DAN BANK BUMN PERSERO BERDASARKAN NILAI ASET DAN NILAI DANA Oleh: Endi Rekarti & Mafizatun Nurhayati 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional REFERENSI : CHARLES W. L. HILL INTERNATIONAL BUSINESS EDISI 7 PERTEMUAN KETIGA Outline Gambaran Tentang Teori Perdagangan Merkantilisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan transportasi dewasa ini semakin mempermudah akses dalam perdagangan, terutama perdagangan internasional. Perkembangan inilah yang

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA 9 # ts ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA DI PASAR DOMESTIK DAN INTERNASIONAL OIeh SOHAR THOMAS GUBTOM A26.0308 JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTAIPIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTAWlAfU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

pada persepsi konsumen.

pada persepsi konsumen. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada industri otomotif di Indonesia tahun 1983-2013, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Gapki. 1

BAB I PENDAHULUAN.  Sumber : Gapki. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi penghasil devisa non migas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk melakukan studi tentang struktur dan kinerja industri telekomunikasi seluler. Bab ini juga akan menjadi panduan untuk memahami

Lebih terperinci

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif Prosiding SNaPP2016 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif 1 Westi Riani 1 Program Studi

Lebih terperinci

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli

Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli Bab 11 Struktur Pasar : Pasar Oligopoli 1 Ekonomi Manajerial Manajemen 2 Oligopoli: Arti & Sumbernya Oligopoli ada suatu bentuk organisasi pasar dimana penjual atas sebuah produk yang homogen atau terdiferensiasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.1.1. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit... 3 1.1.2. Era Perdagangan Bebas... 7 1.1.3.

Lebih terperinci

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8

Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan. Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 Pasar Oligopoli & Arsitektur Perusahaan Dr. Muh. Yunanto, MM Pertemuan ke-8 ASUMSI YANG MELANDASI BENTUK-BENTUK PASAR No Asumsi-asumsi Persaingan Sempurna Monopolistik Oligopoli Monopoli 1 Banyaknya Penjual

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. mengembangkan penelitian yang berkaitan. telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang diterangkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Saat ini diprediksi lebih dari 1 miliar lebih unit ponsel yang beredar secara global. Dari angka itu jumlah pemakai Nokia menguasai 36,4% market share ponsel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun )

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun ) PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pa Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun 2009-2014) Della Andini Edy Yulianto Dahlan Fanani Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Pada penelitian yang menggunakan data sekunder, objek penelitian menjelaskan data yang digunakan dalam penelitian. Objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Modern (H-O) Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini diambil dari kedua pencetusnya yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pada periode 2011-2013,

Lebih terperinci

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak 1 DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nuhfil Hanani dan Fahriyah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia dan menganalisis daya karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci