3 METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

C E =... 8 FPI =... 9 P

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

III. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

Ada tiga prinsip dasar dalam proses hirarki analitik, yaitu : secara hirarkis, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

A. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III. LANDASAN TEORI A. PERENCANAAN PROYEK INVESTASI

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

STUDI PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS SABAR JAYA TELAUMBANUA

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

III. METODOLOGI KAJIAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

IV. METODE PENELITIAN

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

ANALISIS USAHA JARING INSANG HANYUT (Drift Gill Net) TAMBAT LABUH KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Gambar 3 Peta lokasi pengambilan sampel di Kabupaten Pendeglang.

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sumber Daya Lestari Perikanan Gillnet

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

8. PRIORITAS PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEMERSAL YANG BERKELANJUTAN DENGAN ANALISIS HIRARKI PROSES

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

BAB III METODE PENELITIAN

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB III METODE KAJIAN

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penyebaran Kuisioner

IV. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kabupaten Nias adalah terletak di sebelah Barat Pulau Sumatera yang mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Propinsi Sumatera Utara) dan dikelilingi oleh Samudera Hindia. Penelitian ini dilakukan di 6 (enam) kecamatan dari 33 kecamatan yang ada di Tempat yang dikunjungi adalah desa/kelurahan berdasarkan jumlah nelayan, luas wilayah atau jangkauan operasional penangkapan, dan jumlah serta jenis alat penangkapan ikan. Tabel 4 Lokasi penelitian di Kabupaten Nias No Kecamatan Kelurahan/Desa 1 Kecamatan Lahewa Balofadorotuho 2 Kecamatan Tuhemberua Botolakha 3 Kecamatan Gunungsitoli Utara Teluk Belukar 4 Kecamatan Gunungsitoli Moawo Kelurahan pasar Gunungsitoli 5 Kecamatan Idanogawo Bozihona 6 Kecamatan Sirombu Sirombu Penelilitian dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan, mulai dari bulan Desember 2007 s/d November 2008. Kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan rencana penelitian, orientasi lapangan, pengumpulan data di lokasi penelitian, pengolahan data dan analisis data di IPB Bogor serta penyusunan tesis.

1 2 3 4 Samudera Hindia 5 N 6 Gambar 5 Peta lokasi penelitian.

3.2 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan metode survei (Arikunto 2006). Pengumpulan data di lapangan dilakukan untuk mengetahui : (1) kondisi umum perikanan tangkap di Kabupaten Nias (2) jenis ikan unggulan (3) spesifikasi teknis unit-unit penangkapan ikan unggulan (4) wawancara terhadap responden. Responden tersebut terdiri atas stakeholders baik pihak pemerintah atau swasta guna mengetahui persepsi mereka terhadap perikanan tangkap, serta untuk mengetahui kebijakan yang akan diambil dalam mengatasi permasalahan, dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan, antara lain; kuesioner untuk ikan unggulan, kuesioner untuk tujuan pembangunan perikanan tangkap, dan kuesioner untuk deskripsi penangkapan ikan unggulan. Rincian dari jenis data yang dikumpulkan mencakup peluang perikanan tangkap yang didasarkan pada informasi trend potensi perikanan tangkap, kondisi perikanan pada saat ini yang meliputi armada penangkapan, nelayan, peralatan dan lain-lain. Data dan informasi yang dikumpulkan berasal dari 3 sumber yaitu; (1) dokumen yang relevan dengan tujuan penelitian (2) responden dengan wawancara menggunakan kuisioner dan (3) mengikuti operasi penangkapan dengan jaring insang (gill net) dan informasi penangkapan ikan unggulan dengan pancing diperoleh melalui wawancara terhadap nelayan. Rincian jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian No Peruntukkan analisis Data yang dikumpulkan Sumber data 1 Analisis potensi Komposisi hasil Data Sekunder : perikanan. tangkapan, trend hasil Statistik Dinas tangkapan per tahun, Kelautan dan trend produktivitas Perikanan Kabupaten perikanan tangkap Nias. (ton/armada/tahun). Analisis ini menggunakan Data Primer : Hasil wawancara dari aplikasi microsoft excel. nelayan, pedagang Sedangkan data yang ikan, dan pengusaha digunakan adalah data time perikanan tangkap. series 6 Tahun. 2 Deskripsi unit Inventarisasi spesifikasi Data primer : penangkapan ikan unit penangkapan. Nelayandan pengusaha unggulan. perikanan tangkap.

Tabel 5 (Lanjutan) No Peruntukkan analisis Data yang dikumpulkan Sumber data 3 Seleksi komoditas Berdasarkan kriteria yang Data Sekunder : unggulan dengan telah ditetapkan Statistik DKP analisis AHP. Kabupaten Nias dan Nias dalam angka. Data primer : DKP Kab. Nias, Nelayan, pedagang ikan, pengusaha perikanan tangkap, masyarakat umum, LSM/NGO. 4 Penentuan Tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias melalui analisis AHP 5 Optimasi perikanan tangkap terpilih dengan linear goal programming (LGP) 6 Strategi perikanan tangkap terpilih dengan analisis SWOT. Persepsi responden (stakeholder) tentang tujuan utama pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Berdasarkan hasil analisis dari potensi SWOT pada aspek biologi, teknis, sosial, dan ekonomi. Data Sekunder : Renstra DKP Kabupaten Nias Data Primer : Hasil kuisioner dan wawancara dengan responden (stakeholder) Data potensi Data primer : Wawancara mendalam dengan Kadis DKP Kabupaten Nias, Komisi D DPRD Kabupaten Nias, dan Peneliti. Data sekunder : Renstra, Lakip, Laporan Tahunan DKP Kabupaten Nias, dan Nias dalam angka.

Survei Data Primer Data Sekunder Kinerja Usaha Perikanan Tangkap Ikan Unggulan di Kabupaten Nias: - SDI - Teknologi - Ekonomi - Sosial Komoditas Unggulan Optimalisasi Alat Penangkapan Ikan Tingkat Kepentingan dan Prioritas Tujuan Pembangunan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Gambar 6 Diagram alir pendekatan penelitian.

3.2.1 Evaluasi kinerja usaha perikanan tangkap unggulan di Kabupaten Nias Kinerja usaha perikanan tangkap unggulan dievaluasi melalui pendekatan aspek biologi, teknik, ekonomi, dan sosial. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan pada batasan, yaitu; usaha perikanan pancing, gill net bermata besar, dan gill net bermata kecil yang berpangkalan di 3.2.1.1 Analisis aspek biologi Analisis aspek biologi yaitu menganalisis komposisi hasil tangkapan, trend hasil tangkapan per tahun, trend produktivitas armada pancing dan gill net (ton/kapal/tahun) dengan menggunakan aplikasi microsoft excel. Perhitungan potensi perikanan dilakukan dengan menggunakan data time series selama 6 tahun (2002-2007) dan menganalisisnya dengan menggunakan persamaan Schaefer (1954, 1957) dalam Widodo dan Suadi (2006) sebagai berikut : E MSY C MSY E MSY C MSY a b = (a/2b) = (a 2 /4b) dimana, = upaya yang menghasilkan produksi yang maksimum = tingkat produksi maksimum = Intersep = Slope 3.2.1.2 Analisis aspek teknik Analisis aspek teknik dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan menginventarisasi spesifikasi unit penangkapan sebagai berikut: (1) Armada penangkapan (kapal) meliputi; kapasitas kapal (GT), dimensi utama (Panjang = L, lebar = B, dan dalam =D), dan spesifikasi mesin yang digunakan. (2) Alat tangkap meliputi; spesifikasi mini purse seine (panjang, lebar, dalam, dan bahan yang digunakan) (3) Nelayan meliputi; jangka waktu penangkapan, modus pengoperasian, sistem bagi hasil, dan harga penjualan ikan.

3.2.1.3 Analisis aspek ekonomi Analisis ekonomi yang dimaksud dalam hal ini adalah analisis dari segi investasi dan keuntungan/pendapatan usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Nias baik usaha perikanan pancing maupun gill net. Suatu usaha atau kegiatan ekonomi dianggap dapat dilaksanakan, bila dapat diharapkan: (1) memberikan keuntungan untuk memenuhi setiap kewajiban jangka pendek, (2) likuiditasnya terpelihara meskipun pada saat-saat tertentu perusahaan dalam kesulitan, (3) berkembang kemampuannya membiayai operasi terutama dari modal sendiri dan bukan kredit pada suatu saat, dan (4) dapat membayar semua beban pembiayaan. Dengan demikian, kelayakan finansial harus mengungkapkan secara terperinci apakah usaha atau kegiatan akan menguntungkan dalam suasana persaingan, resiko bisnis, kondisi perekonomian, tidak stabil dan lain-lain. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), untuk mengevaluasi kelayakan finansial dapat digunakan 3 (tiga ) kriteria investasi yang penting, yaitu net present value (NPV), net benefit cost ratio (net B/C) dan internal rate of return (IRR). Kriteria investasi yang digunakan untuk pengujian/ evaluasi kelayakan usaha secara finansial didasarkan pada discounted criterion. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat (benefit) serta biaya-biaya (cost) selama umur ekonomis usaha (in the future) nilai-nilai saat ini (at present=t 0 ) diukur dengan nilai uang sekarang (present value), yaitu dengan menggunakan discounting factor. Kriteria tersebut adalah: (1) Perhitungan net present value (NPV), n Bt Ct NPV = t (1 i t1 ) dimana : Bt = benefit pada tahun ke t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat Bunga (%) n = umur ekonomis t = 1,2,3,...,n Kriteria : NPV > 0, usaha layak/menguntungkan NPV = 0, usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, usaha tidak layak/rugi

(2) Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) NPV1 IRR = i j + ( i2 i1 ), NPV NPV 1 2 dimana i1 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV positip i2 = tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatip Kriteria = apabila IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (9,5%), maka usaha layak untuk dilaksanakan (3) Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C = n t1 n t1 Bt Ct, t (1 i) Ct Bt, t (1 i) (Untuk Bt-Ct > 0) (Untuk Bt-Ct<0) Kriteria : B/C > 1 = usaha layak untuk dilaksanakan (feasible) B/C = 1 = usaha layak dalam kondisi break event point B/C < 1 = usaha tidak layak untuk dilaksanakan Sedangkan analisis pendapatan usaha (keuntungan) pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Menurut Schaefer (1954); Gordon (1954) dalam Ghaffar et al (2007), model analisis pendapatan usaha ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi penangkapan, dan harga ikan. Asumsi yang digunakan adalah harga ikan per kg (P) dan biaya penangkapan per unit penangkapan (C) adalah konstan, sehingga total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan (TR) adalah: TR = P.C dimana: TR = total revenue (penerimaan total) P = harga rata-rata ikan hasil survey per kg (Rp) C = jumlah produksi ikan (kg) Total biaya penangkapan (TC) dihitung dengan persamaan : TC = C.E

dimana: TC = total cost (biaya penangkapan total) C = total pengeluaran rata-rata unit penangkapan ikan (Rp) E = jumlah upaya penangkapan untuk menangkap sumberdaya ikan (unit) Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan (π) adalah: π = TR TC Selanjutnya untuk perhitungan total penerimaan hasil tangkapan dari usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Nias dihitung berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan, musim penangkapan, jumlah hasil tangkapan per trip, berat hasil tangkapan per trip (kg), hasil tangkapan utama, dan harga ikan hasil tangkapan per kg. 3.2.1.4 Analisis aspek sosial Analisis aspek sosial dalam penelitian ini yaitu; (1) analisis kelembagaan dan, (2) analisis kepemilikan unit penangkapan. (1) Analisis kelembagaan Analisis kelembagaan dilakukan untuk melihat sejauh mana hubungan antara kelembagaan dengan usaha perikanan tangkap ikan unggulan di Analisis ini dilakukan secara deskriptif yaitu dengan mempelajari karakteristik kelembagaan perikanan yang ada di Fakta yang ada selanjutnya dilakukan interpretasi mengenai keberadaan lembaga di tengah masyarakat, kemudian dikemukakan beberapa alternatif pemecahan yang memungkinkan, terutama berkenaan dengan pengaruh kelembagaan terhadap perkembangan usaha perikanan tangkap ikan unggulan di Kabupaten Nias. Analisis ini dilakukan secara deskriptif. (2) Analisis kepemilikan unit penangkapan Analisis kepemilikan unit penangkapan dilakukan untuk melihat seberapa besar status kepemilikan unit alat tangkap dan bagaimana sistem pembagian hasil. Analisis ini dilakukan secara deskriptif.

3.2.2 Pengumpulan data untuk pemilihan komoditas unggulan Terdapat beberapa kriteria dan indikator yang digunakan untuk menentukan apakah suatu komoditas tergolong unggul atau tidak yang ada di Perairan Kabupaten Nias seperti yang disajikan pada Tabel 6 sedangkan untuk melakukan analisis jenis sumberdaya ikan sesuai dengan kriteria dan indikator tersebut di atas maka dilakukan analisis dengan proses hierarki analisis (PHA). Dengan analisis PHA tersebut maka dapat ditentukan prioritas komoditas unggulan yang akan dikembangkan di Tabel 6 Kriteria dan indikator dalam menentukan komoditas unggulan No Kriteria keunggulan Indikator 1 Produksi selalu ada dan Harganya tinggi Rata-rata produksi 200 kg/trip/kapal. Harga rata-rata Rp. 20.000/kg. 2 Permintaan pasar lokal tinggi Menyuplai kebutuhan konsumsi ikan sebanyak 442.019 jiwa penduduk Kabupaten Nias 3 Peluang ekspor/antar pulau tinggi Eksport 10 ton/minggu/spesies. Daerah untuk ekport (lokal) antara lain; Sibolga, Medan, Padang, Pekan Baru; sedangkan eksport untuk ke luar negeri pasar utamanya adalah Singapura. 4 Prasarana dan sarana penunjang ada Prasarana meliputi pelabuhan/ppi, pabrik es,tpi, sedangkan sarana yang dimaksud adalah kapal penangkap ikan, alat tangkap, nelayan, dan SDI (fishing ground). 5 Adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang Pengembangan usaha penangkapan ikan ini akan dapat mendorong

Tabel 6 (Lanjutan) No Kriteria keunggulan Indikator tumbuhnya industri-industri baru, baik hulu maupun hilir. Industri hulu dalam hal ini adalah industri penyedia sarana produksi seperti kapal, alat tangkap, perbekalan, dan perbengkelan sedangkan industri hilir adalah industri pengolahan dan pengawetan ikan, pengiriman barang, koperasi/perbankkan, dan pasar. 6 Skala yang besar Mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam skala usaha yang 7 Adanya dukungan dan peran dalam kebijakan regional dan nasional besar. Menunjang upaya peningkatan PAD Meningkatkan pendapatan masyarakat 8 Penyerapan tenaga kerja yang tinggi Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Nias adalah 155.053 jiwa. Dari jumlah itu dapat menyerap tenaga kerja sebesar 6 % untuk usaha penangkapan ikan baik di sektor produksi maupun di sektor pengolahan dan pemasaran produknya. 9 Adanya ketersediaan teknologi Teknologi penangkapan ikan cukup tersedia dan selalu berkembang seperti fish finder, echo sounder, dan satelit. 3.3 Teknik Pengambilan Contoh Mengingat daerah penelitian yang luas, penyebaran nelayan, keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta pertimbangan, agar tujuan penelitian ini dapat dicapai,

maka ditentukan beberapa wilayah contoh yang mempunyai usaha perikanan tangkap yang dapat mewakili seluruh populasi yang ada di wilayah penelitian. Menurut Parel et al. (1975) dalam Ihsan (2000), metode penarikan contoh yang sesuai untuk populasi yang menyebar pada wilayah yang luas adalah dengan metode penarikan contoh secara bertingkat (multi stage sampling). Penarikan contoh secara bertingkat berdasarkan wilayah dilakukan sebagai berikut : (a) Populasi penarikan contoh tingkat pertama merupakan kecamatan yang terdapat pada wilayah penelitian, yakni 15 kecamatan yang merupakan jumlah wilayah pesisir yang ada di Dengan mempertimbangkan jumlah nelayan pemilik, usaha perikanan tangkap, produksi hasil tangkapan perikanan laut serta kemungkinan pelaksanaannya, dipilih 6 kecamatan contoh diantaranya : Kecamatan Lahewa, Kecamatan Tuhemberua, Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Idanogawo dan Kecamatan Sirombu sebagai contoh pertama. (b) Dari populasi contoh tingkat pertama, dilakukan penarikan contoh tingkat kedua untuk memilih desa/kelurahan contoh dengan menggunakan prosedur yang sama dengan penarikan contoh tingkat pertama. Pemilihan desa/kelurahan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis unit perikanan tangkap yang ada diwilayah tersebut serta saran dan petunjuk dari Dinas Kelautan dan Perikanan Berdasarkan pertimbangan tersebut, untuk kecamatan Lahewa dipilih satu desa yaitu Desa Balofadorotuho; Kecamatan Tuhemberua dipilih satu desa yaitu desa Botolakha; Kecamatan Gunungsitoli Utara dipilih satu desa yaitu Desa Teluk Belukar; Kecamatan Gunungsitoli dipilih dua desa/kelurahan yaitu Kelurahan Pasar Gunungsitoli dan Desa Moawo;; Kecamatan Idanogawo dipilih satu desa yaitu Desa Bozihona; dan Kecamatan Sirombu dipilih satu desa yaitu Desa Sirombu. (c) Dari contoh tingkat kedua, dilakukan pencatatan nelayan pemilik yang melakukan usaha penangkapan ikan menurut jenis alat tangkap yang digunakan. Untuk setiap desa/kelurahan contoh, diambil sampel secara purposive sebanyak 10 % berdasarkan jenis alat tangkap yang ada di wilayah tersebut. Penentuan dari jumlah nelayan yang diambil sebanyak 10 % tersebut mempunyai kriteria antara

lain; kehadiran pada saat di lapangan, kesediaan untuk berkomunikasi dengan penulis dan pengalaman nelayan dalam usaha perikanan tangkap. Secara statistik Ada 2 jenis alat tangkap yang dominan beroperasi di perairan Kabupaten Nias yaitu pancing (hand line) dan jaring insang hanyut (drift gill net) yang terdiri dari drift gill net bermata besar dan drift gill net bermata kecil. 3.4 Analisis Hierarki Proses (AHP) 3.4.1 AHP untuk penentuan komoditas ikan unggulan di Kabupaten Nias Penentuan komoditas unggulan didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan antara lain (1) tingkat produksi dan harga, (2) permintaan pasar lokal, (3) peluang ekspor/antar pulau, (4) sarana dan prasarana penunjang, (5) keterkaitan ke depan dan kebelakang, (6) skala, (7) dukungan dan peran pemerintah, (8) penyerapan tenaga kerja, (9) ketersediaan teknologi, dan (10) yang berkelanjutan dan lestari. Sementara calon alternatif yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Nias dibagi atas 3 yaitu : (1) Tuna, (2) Cakalang/Tongkol, dan (3) Ikan Karang. 3.4.1.1 Membuat struktur hierarki untuk penentuan komoditas unggulan di di Kabupaten Nias Hierarki pengambilan keputusan dalam penentuan komoditas unggulan (Gambar 7) dalam menunjang tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias dibagi atas 3 tingkatan yaitu tingkat 1 merupakan fokus pada komoditas unggulan, tingkat 2 merupakan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, dan tingkat 3 adalah calon alternatif komoditas unggulan yang layak dikembangkan untuk menunjang tujuan pembangunan perikanan tangkap di Jumlah responden yang diambil untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka tentang komoditas unggulan yang layak dikembangkan adalah berjumlah 8 orang dan masing-masing berjumlah 2 orang yang terdiri dari nelayan, pedagang ikan, pengusaha perikanan tangkap, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Pengambilan responden ini dianggap sebagai key informant yang benar-benar mengetahui permasalahan pokok perikanan tangkap di

3.4.2 AHP untuk penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias dilakukan dengan menggunakan analisis AHP. Aktor atau pelaku yang berperan adalah nelayan, pengusaha perikanan tangkap, pedagang ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Bappeda Kabupaten Nias sedangkan faktor yang berperan adalah potensi sumberdaya ikan (SDI), sarana dan prasarana, potensi sumberdaya manusia (SDM), adopsi teknologi, peluang pasar, aspek kelembagaan, dan unit penangkapan. Dari analisis di atas akan diperoleh alternatif tujuan pembangunan perikanan tangkap yang diharapkan di Kabupaten Nias seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan PAD, dan usaha penangkapan yang berkelanjutan. 3.4.2.1 Membuat struktur hierarki untuk penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias Hierarki pengambilan keputusan dalam penentuan tujuan utama pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias (Gambar 8) dibagi atas 4 tingkatan yaitu tingkat 1 merupakan fokus terhadap pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, tingkat 2 merupakan aktor/ pelaku yang berperan dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, tingkat 3 merupakan faktorfaktor yang berperan dalam pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias, dan tingkat 4 merupakan alternatif tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias. Jumlah stakeholders yang diambil dalam penentuan tujuan pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Nias adalah adalah sebanyak 10 orang dimana masing-masing aktor yang diambil adalah sebanyak 2 orang. Pengambilan responden ini dianggap sebagai key informant yang benar-benar mengetahui permasalahan pokok perikanan tangkap di Saaty (1991), teknik perbandingan berpasangan dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada stakholders, bisa seorang ahli, atau bukan ahli, tetapi yang penting adalah terlibat dan mengenal dengan baik permasalahan yang dinilai. Jika stakeholders merupakan suatu kelompok, maka seluruh anggota kelompok itu diusahakan dapat mencapai konsensus dalam memberikan pendapatnya.

3.4.3 Pembuatan skala perbandingan Pembuatan skala perbandingan ditujukan untuk menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria/kepentingan yang setingkat di atasnya. Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki atau dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparation). Tabel 7 Skala banding berpasangan Tingkat D e f i n i s i Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen Penjelasan mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang atu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen tidak mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6.8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, mempunyai nilai kebalikan bila dibandingkan dengan i Sumber : Saaty (1993). Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

3.4.3.1 Menghitung matriks Prinsip penilaian pada AHP bila terdapat m kriteria yang dibandingkan, maka harus dihasilkan m matriks, setiap sel C ij berikut: Tabel 8 Maktriks elemen n Formulasi matriks individu adalah sebagai C1 C2. Cn C1 1 A12. Aln C2 1/a12 1. A2n..... Cn 1/a1n 1/a2n. 1 Keterangan : C 1. C 2,.. Cn = Set elemen satu tingkat keputusan dalam hierarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan niiai kepentingan C i terhadap C j. Analisis selanjutnnya adalah menghitung nilai-nilai dari matrik untuk mendapatkan vektor prioritas (VP). Selain itu juga dilakukan sintesis berbagai pertimbangan dan mendapatkan nilai konsistensi. Tabel 9 Menjumlahkan nilai dalam setiap kolom, matrik normalisasi dan Vektor Prioritas C1 C2. Cn Matriks normalisasi VP C1 1 A12. a1n 1/J1 a12/j2. aln/jn P1 C2 1/a1n 1. a2n A21/J1 1/J2. a2n/jn P2.......... Cn 1/a1n 1/a2n. 1 an1/j1 an2/j2. 1/Jn Pn I J1 J2. Jn VP 3.4.3.2 Menghitung matriks pendapat gabungan Matriks pendapat gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya (g ij ) berasal dan rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai ratio konsistensi (CR) memenuhi syarat. Tujuan dari penyususunan matriks pendapat gabungan ini adalah untuk membentuk suatu matriks yang mewakili matriks-matriks pendapat individu yang ada. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen-elemen hierarki yang mewakili semua responden. Pendapat gabungan ini menggunakan formula sebagai berikut : g ij = m m k 1 a ij k

keterangan : m = jumlah responden dan a ij = matriks/pendapat individu 3.4.3.3 Pengolahan horisontal Pengolahan horisontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada hierarki keputusan dengan tahapan sebagai berikut : Perkalian baris (Zi) dengan menggunakan rumus : Z i = n n kj1 a ij k Keterangan : Zi = vektor eigen/perkalian baris, N = Jumlah elemen yang dibanding m = jumlah responden, k = Kolom Pertama a ij = Nilai entri setiap matriks pada baris i dan kolom j (1) Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vektor) Evpi = n i1 n n n j 1 n a j 1 ij( k ) a ij( k ) Zi, dimana Vpi = Vektor prioritas elemen i Zi Zi = Perkalian baris I n i1 (2) Perhitungan akar ciri atau nilai eigen (eigen value] maksimum (λ max) dengan rumus ; VA = a ij X Vp dengan VA = (V a ij ) Keterangan : VA adalah vektor antara VA VB = denganvb Vbi Vp Keterangan : VB adaiah nilai eigen n VB i max 1 n Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung penyimpangan konsistensi dan consistency ratio (CR) apakah jawaban dan responden berpengaruh terhadap keabsahan hasil.

Indeks konsistensi (CI) merupakan matriks acak/random dengan skala 1-9 dan kebalikannya sebagai Indeks random (RI). Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai ratio konsistensi (CR) CI CR = RI Dimana : RI - Indeks acak (Random Indeks) dari matrik berordo 1-15 seperti tertera pada Tabel 11. Tabel 10 Nilai indeks acak (RI) matriks berordo 1-15 n RI n RI n RI 1 0.00 6 1.24 11 1.51 2 0.00 7 1.32 12 1.48 3 0.58 8 1.41 13 1.56 4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 2.49 15 1.59 3.4.3.4 Pengolahan vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Jika CV jj didefinisikan sebagai nilai prioritas ke-i pada tingkat ke-j terhadap sasan utama maka Keterangan : Untuk i = 1,2,3,...p, CV ij = CH : 3 t1 (t, i -1)xVW t (i-1) j = 1,2,3,...r, t= 1,2,3,...s CH ij (t,i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya (t-1), yang diperoleh dari pengolahan horisontal VW t(i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal p = Jumlah tingkat hierarki keputusan r = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i ke (i-1) s = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1)

3.4.3.5 Revisi pendapat Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio (CR) dapat cukup tinggi (>0,1) dengan mencari deviasi RMS (Rood Mean Square) dari baris (a ij) dan perbandingan nilai bobot kolom (Wi/Wj) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar. λ max n j1 (a W / W ) ij i j Catatan dari beberapa ahli bahwa jika jumlah revisi terlalu besar, sebaliknya responden itu dihilangkan. Oleh karena itu revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadi penyimpangan dari jawaban (Saaty 1991)

Tingkat I FOKUS KOMODITAS UNGGULAN Tingkat II KRITERIA Tingkat Produksi dan Harga Permintaan Pasar Lokal Peluang Ekspor/Antar Pulau Sarana dan Prasarana Penunjang Keterkaitan Kedepan dan Kebelakang Skala Pengembangan Dukungan dan Peran Pemerintah Penyerapan Tenaga Kerja Ketersediaan Teknologi Tingkat III ALTERNATIF Ikan tuna Ikan cakalang/tongkol Ikan Karang Gambar 7 Hierarki komoditas unggulan di

Tingkat I FOKUS PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN NIAS Tingkat II AKTOR NELAYAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PEDAGANG IKAN DKP NIAS BAPPEDA LSM / NGO Tingkat III FAKTOR POTENSI SDI SARANA DAN PRASARANA POTENSI SDM POTENSI TEKNOLOGI PELUANG PASAR UNIT PENANGKAPAN Tingkat IV ALTERNATIF TUJUAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT PENINGKATAN PAD USAHA PENANGKAPAN BERKELANJUTAN Gambar 8 Hierarki tujuan pembangunan perikanan tangkap di

3.5 Analisis Optimalisasi Alat Penangkapan Ikan Model linear goal programming (LGP) merupakan perluasan dari model linear programming yang mempunyai banyak tujuan ditambah dengan sepasang variabel deviasional yang akan muncul difungsi tujuan dan difungsi kendala tujuan (goal constraint). Variabel deviasional berfungsi untuk menampung penyimpangan atau deviasi yang akan terjadi pada nilai ruas kiri suatu persamaan kendala terhadap nilai ruas kanannya (Sutisna 2007). Berdasarkan hasil identifikasi, ada 19 macam sasaran yang hendak di capai dari upaya optimalisasi perikanan tangkap tersebut, antara lain : (1) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kerapu sesuai Catch (C) MSY kerapu, (2) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kakap sesuai Catch (C) MSY kakap, (3) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan bambangan sesuai Catch (C) MSY bambangan, (4) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan kurusi sesuai Catch (C) MSY kurusi, (5) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan tuna sesuai Catch (C) MSY tuna, (6) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan cakalang sesuai Catch (C) MSY cakalang, (7) Mengoptimalkan hasil tangkap ikan tongkol sesuai Catch (C) MSY tongkol, (8) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kerapu sesuai Effort (E) MSY kerapu, (9) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kakap sesuai Effort (E) MSY kakap, (10) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan bambangan sesuai Effort (E) MSY bambangan, (11) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan kurusi sesuai Effort (E) MSY kurusi, (12) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan tuna sesuai Effort (E) MSY tuna, (13) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan cakalang sesuai Effort (E) MSY cakalang, (14) Mengoptimalkan upaya tangkap ikan tongkol sesuai Effort (E) MSY tongkol, (15) Mengoptimalkan penggunaan BBM, (16) Mengoptimalkan penggunaan air tawar, (17) Mengoptimalkan penggunaan es, (18) Mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja, (19) Mengoptimalkan retribusi terhadap PAD.

Model umum persamaan matematis dari LGP adalah: Fungsi Tujuan: Minimumkan Kendala-kendala Tujuan: Atau : a 11 x 1 + a 12 x 2 +...+ a 1n x n + db 1 da 1 = b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 +...+ a 2n x n + db 1 da 1 = b 2. a i1 x 1 + a i2 x 2 +...+ a in x n + db i - da i = bi dimana : Pk = Urutan prioritas dbi = deviasi ke bawah dai = deviasi ke atas aij = Koefisien kendala tujuan, yaitu berhubungan dengan variabel tujuan Xj = variabel keputusan b i Z n j1 l m k 0 i1 Pk( dbi dai) aijxj dbi dai bi = Tujuan atau target yang ingin dicapai Secara umum ada 3 jenis kendala tujuan yang berlainan yaitu ; 1 Kendala tujuan pertidaksamaan lebih kecil sama dengan ( ). Untuk kendala tujuan jenis ini pertidaksamaannya dikurangi dengan variabel deviasi ke Atas (da) 2 Kendala tujuan pertidaksamaan lebih besar sama dengan ( ). Untuk kendala tujuan jenis ini pertidaksamaannya ditambah dengan variabel deviasi ke Bawah (db) 3 Kendala tujuan persamaan (=). Untuk kendala tujuan jenis ini persamaannya dikurangi dengan variabel deviasi ke Atas (da) dan ditambah dengan variabel deviasi ke Bawah (db)

3.6 Prioritas Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap Komoditas Unggulan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan Menyusun alternatif perikanan tangkap yang berkelanjutan dan berkeadilan di Kabupaten Nias menggunakan analisis SWOT. SWOT adalah analisis yang digunakan para perencana strategis daerah atau bisnis (Rangkuti 2006). 3.6.1 Analisis strategi usaha perikanan tangkap di Kabupaten Nias Analisis strategi menggunakan analisis SWOT, dilakukan agar dapat merencanakan ke depan tentang perikanan tangkap di Kabupaten Nias yang meliputi aspek teknis, aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Keempat aspek ini memegang peranan penting dalam perikanan tangkap di Analisis ini memformulasikan keempat aspek di atas menjadi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam usaha perikanan tangkap di Kabupaten Nias (Tabel 11).

Tabel 11 Formulasi aspek biologi, aspek teknik, aspek ekonomi, dan aspek sosial menjadi faktor internal dan faktor eksternal dalam perikanan tangkap di Kabupaten Nias Aspek biologi Aspek teknik Aspek ekonomi Aspek sosial Aspek biologi apa Aspek teknik apa yang Aspek ekonomi apa Aspek sosial apa yang menjadi faktor menjadi faktor yang menjadi faktor yang menjadi Faktor Internal Faktor eksternal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) kekuatan dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek biologi apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di kekuatan dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek teknik apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di kekuatan dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek ekonomi apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di faktor kekuatan dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor kelemahan dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor peluang dalam terpilih di Aspek sosial apa yang menjadi faktor ancaman dalam terpilih di

3.6.2 Analisis Prioritas Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Nias Faktor internal dan eksternal kemudian dievaluasi untuk mengetahui seberapa penting kedua faktor ini dalam usaha perikanan tangkap terpilih. Evaluasi yang dilakukan dalam faktor internal yaitu dengan membuat matriks internal factor evaluation (IFE) dan faktor eksternal yaitu membuat matriks external factor evaluation (EFE). Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut: (1) Menuliskan daftar kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perikanan tangkap terpilih di Kabupaten Nias (2) Memberikan nilai 1 sampai 4 pada skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap faktor kunci internal dan eksternal. Nilai 4 = kontribusi sangat kuat; nilai 3= kotribusi kuat; nilai 2 = kontribusi lemah; dan nilai 1 = kontribusi sangat lemah. (3) Penentuan nilai share untuk setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari faktor kunci internal dan eksternal dengan menggunakan rumus: nilai share dimana: i i i = nilai skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Σi = Jumlah nilai skala kontribusi setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. (4) Penentuan bobot dari share untuk setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap faktor kunci, dengan menggunakan rumus: j Bobot 2 dimana: j = nilai share setiap komponen faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. (5) Memberikan rating setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci internal dan eksternal dengan menggunakan nilai 1 4. Nilai 4 = kontribusi

sangat kuat; nilai 3 = kotribusi kuat; nilai 2 = kontribusi lemah; dan nilai 1 = kontribusi sangat lemah. (6) Penentuan skor pengaruh setiap komponen faktor SWOT terhadap faktor kunci, dengan menggunakan rumus: Skor B R dimana: B = bobot R = rating setiap komponen faktor SWOT Mengembangkan pola strategi perlu adanya alernatif strategi yang diambil untuk menghasilkan strategi yang tepat dalam perikanan tangkap terpilih di Pola strategi yang dimaksud berpijak pada situasi ril kondisi eksternal maupun internal yang dibuat kedalam matriks SWOT (ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan). Alternatif yang ditentukan dalam strategi SWOT melalui pendekatan matriks quantitative strategic planing management (QSPM), sebagai berikut: (1) Menuliskan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. (2) Memberikan bobot pada masing-masing peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks EFE dan IFE. (3) Menuliskan alternatif strategi yang akan dievaluasi. (4) Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan, maka pemberian nilai attractiveness score (AS) berkisar antara 1 sampai dengan 4. Nilai 1 = pengaruh strategi sangat lemah terhadap faktor SWOT; nilai 2 = pengaruh strategi lemah terhadap faktor SWOT; nilai 3 = pengaruh strategi kuat terhadap faktor SWOT; dan nilai 4 = pengaruh strategi sangat kuat terhadap faktor SWOT. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan jangan berikan angka pada AS. (5) Menghitung weighted attractiveness score (WAS) dengan menggunakan rumus: WAS = B x AS dimana: B = bobot AS = nilai AS (attractiveness score)

(6) Menghitung total dari weighted attractiveness score (WAS) (7) Alternatif strategi yang memiliki total weighted attractiveness score (WAS) terbesar merupakan alternatif strategi yang paling baik di gunakan dalam perikanan tangkap terpilih di