ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

Puji Lestari, 2 Agustin Syamsianah, 3 Mufnaety 123

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. epidemiologi yaitu cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu rancangan

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

ANALISIS PELUANG STATUS GIZI ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL BERBASIS KOMPUTER

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI KELURAHAN BITUNG KECAMATAN AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perkembangan kognitif anak. Kerangka pemikiran penelitian secara skematis di sajikan pada Gambar 1.

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

76 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

PENGARUH STATUS GIZI DAN STIMULASI IBU TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PAUD AL IKHLAS KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU KOTA MEDAN

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

Gambaran Status Gizi Balita di Posyandu RT 5 RW V Perumahan Villa Tembalang Bulusan, Tembalang, Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

METODE PENELITIAN. Desain Penelitan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. kuesioner. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dimana

ISSN Vol 5, November 2014

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. E-mail: aliresha@yahoo.com, Tilp. 081228235594 ABSTRAK Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses pertumbuhan dan perkembangannya sejak masa bayi, oleh sebab itu masa tersebut perlu perhatian lebih termasuk proses perkembangan fisik maupun psikologis.salah satu perkembangan fisik yang perlu diperhatikan yaitu perkembangan motorik, yang terdiri dari perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan adalah keadaan tubuh baik kualitatif maupun kuantitatif yang berubah secara teratur, progresif dan koheren atau dikenal dengan pertumbuhan Salah satu metode untuk mengukur pertumbuhan adalah penggunaan ukuran antropometri. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa anak yang mengalami hamatan pertumbuhan menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Kondisi tersebut akan berakibat pada terlambatnya perkembangan motorik kasar. Tujuan penelitian ini untuk melakukan kajian terhadap ukuran antropometri tubuh yang menjadi pemicu proses pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar anak balita. Populasi penelitian adalah seluruh balita di Posyandu Balitaku Sayang Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang Kota Semarang, sebanyak 160 orang. Sampel diambil secara purposiv sebanyak 80 balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran antropometri yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar adalah tinggi badan dalam bentuk indeks tinggi badan berdasarkan umur (TB/U) dan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U). Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat terjadi pada usia balita, yang dikenal sebagai fase Golden Age (periode emas), oleh karenanya fase ini merupakan masa yang sangat penting dalam hal tumbuh kembang. Tumbuh kembang pada periode tersebut perlu diperhatikan secara cermat agar dapat terdeteksi sedini mungkin apabila terjadi kelainan. Deteksi dini dapat dilakukan melalui upaya penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan motorik. Parameter yang digunakan dalam penilaian pertumbuhan fisik berupa ukuran antropometri antara lain tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh. Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen khusus. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional untuk menilai perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun adalah DDST II (Denver Development Screening Test). Sampai saat ini deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia belum dilakukan secara rutin, sehingga belum nampak pelaporannya yang menunjukkan titik terang tentang kondisi tumbuh kembang balita. Perhatian utama baru difokuskan pada pertumbuhan fisik yang pemantauannya dilakukan di Posyandu secara berkala melalui kegiatan penimbangan. Hasil pemantauan pertumbuhan fisik balita berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2009, diketahui bahwa balita yang naik berat badannya sebanyak 76, 27 %, sedangkan target dalam rangka peningkatan status gizi bayi dan balita sebesar 78 %. Data dari Posyandu Balitaku Sayang Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang diketahui bahwa balita yang naik berat badannya 75, 8%. Berdasarkan kondisi tersebut penelitian yang berkaitan dengan perkembangan motorik balita sangat bermanfaat guna memberikan informasi sedini mungkin tentang tumbuh kembang balita sebagai calon sumberdaya manusia di masa datang.oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap ukuran antropometri tubuh yang menjadi pemicu proses pertumbuhan dan perkembangan motorik kasar anak balita. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh balita di Posyandu Balitaku Sayang Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang Kota Semarang, sebanyak 160 orang. Sampel diambil secara purposiv (berdasarkan kriteria tertentu) dengan perhitungan besar sampel sebagai berikut : 2 Z1 n = 2 -/ 2.P (1- P) d Keterangan n : Besar sampel (= 36) Z 2 1 - α/ 2 : Standar deviasi normal 1,96 dengan derajat kemaknaan 90 % d : Penyimpangan terhadap populasi dengan batasan penetapan 0, 1 P : Proporsi untuk sifat yang diperkirakan terjadi pada populasi, dalam hal ini digunakan p = 0, 24 (balita yang tidak naik berat badannya) Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang dapat diteliti sebanyak 36 anak balita. Hasil penyaringan sampel berdasarkan kriteria inklusi diperoleh 80 balita. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu : bersedia diteliti, tinggal bersama ibunya, hadir di Posyandu pada saat pengambilan data. Kriteria ekslusi : menangis/rewel pada saat dilakukan pengukuran antropometri. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian explanatory yaitu penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan antar variabel dan bila sudah dianalisis diharapkan dapat menjadi suatu hipotesis baru. Menurut waktunya penelitian ini termasuk cross sectional study (studi belah lintang). Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas balita, data ukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan, serta fungsi motorik kasar anak balita. Data sekunder diperoleh dari Posyandu Balitaku Sayang. Data antropometri diperoleh dengan cara mengukur berat badan balita menggunakan dacin, sedangkan data tinggi badan diukur menggunakan alat ukur tinggi badan yang ada di Posyandu. Data fungsi motorik kasar anak Balita diperoleh dengan cara penilaian terhadap perkembangan motorik kasar menggunakan standar Denver II. diukur pada milestone, duduk, tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan lari. Pencatatan perkembangan motorik tersebut dilakukan dengan cara mengamati aspek yang dinilai selama 5--10 menit, dan selama testing session tersebut, setiap anak dirangsang untuk dapat melakukan milestone yang tertinggi. Instruksi diberikan kepada anak dan atau pengasuh untuk memberikan dorongan agar anak melakukan fungsi motorik yang sedapat mungkin dapat dicapai anak. Pengolahan dan Analisis Data

Data fungsi motorik kasar dari berbagai aspek pengukuran diinterpretasikan kemudian diberi skor menjadi advanced 76-100, normal 51-75, caution > 25-50 dan delay 25. Data ukuran antropometri diolah berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U kemudian dikategorikan berdasarkan baku rujukan WHO-NCHS. Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for Windows. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran distribusi masing-masing variabel penelitian. Secara deskriptif disajikan nilai sentral, standar deviasi, serta nilai maksimum dan minimum untuk data numerik, sedangkan data kategorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Uji bivariat chi square test dilakukan untuk menganalisis perbedaan antar variabel, dilanjutkan dengan uji regresi logistik untuk menganalisis variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan motorik kasar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.Umur Balita Kisaran umur balita antara 3 bulan sampai dengan 60 bulan, dengan rerata 28,3 ± 15,18 bulan. Bila dilihat pada masing-masing kelompok maka sebagian besar balita berada pada kisaran umur 3 bulan sampai 24 bulan (bawah dua tahun = baduta). Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 5. Gambar 5. SEBARAN KELOMPOK UMUR BALITA 2. Jenis Kelamin Balita Sebaran balita menurut jenis kelamin (Gambar 6) antara anak laki-laki dan wanita hampir sebanding. Walaupun demikian komposisi balita wanita lebih banyak daripada balita laki-laki.

Gambar 6. SEBARAN BALITA BERDASARKAN JENIS KELAMIN C. Ukuran Antropometri Hasil perhitungan ukuran antropometri balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U disajikan pada Tabel 1. TABEL 1 Distribusi Hasil Pengukuran Antropometri Balita Indeks Tertinggi Terendah Rata rata BB/U 0,4 SD -2,9 SD -1,0±0,67 SD TB/U 0,0 SD -5, 1 SD -2,4±1,22 SD BB/TB IMT/U 0,14 SD 0,01 SD -6,0 SD -5,3 SD -1,3±1,19 SD -1,5±1,21 SD 1. Indeks BB/U Hasil perhitungan ukuran antropometri untuk indeks BB/U menggambarkan bahwa sebagian besar balita pada kategori gizi baik, walaupun ada juga yang gizi kurang. Distribusi status gizi balita menurut indeks BB/U disajikan pada Tabel 2. TABEL 2 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/U Kategori Status Gizi n Persen (%) Gizi Baik 67 88,3 Gizi Kurang 13 11,7 Total 80 100,0 2. Indeks TB/U Hasil perhitungan menggunakan indeks TB/U menunjukkan bahwa status gizi sebagian besar balita pada kategori pendek dan sangat pendek. Bila dilihat berdasarkan masing-masing kategori, maka distribusinya merata, baik status gizi normal, maupun pendek dan sangat pendek. Data distribusi status gizi berdasarkan indeks TB/U dapat dilihat pada Tabel 3. TABEL 3 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks TB/U Kategori Status Gizi N Persen (%) Normal 27 33,8 Pendek 27 33,8 Sangat pendek 26 32,4 Total 80 100.0

Indeks TB/U merupakan hasil pertumbuhan kerangka tubuh, yang juga menggambarkan keadaan kekurangan gizi pada periode sebelumnya (masa lalu), dapat berkaitan dengan berat lahir yang rendah, atau keadaan kesehatan sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang kurang baik maupun faktor ekonomi. 3. Indeks BB/TB Status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB menunjukkan bahwa sebagian besar balita pada kategori normal, walaupun demikian ada juga balita yang gemuk dan sangat kurus, tidak ada balita yang kurus.. Data distribusi status gizi berdasarkan indeks BB/TB dapat dilihat pada Tabel 4. TABEL 4 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks BB/TB Kategori Status Gizi N Persen (%) Gemuk 5 6,3 Normal 73 91,2 Sangat Kurus 2 6,3 Total 80 100.0 4. Indeks Massa Tubuh (IMT/U) Status gizi balita berdasarkan IMT/U menunjukkan bahwa sebagian besar balita pada kategori normal, walaupun demikian ada juga balita yang gemuk, hanya 1 orang yang kurus dan sangat kurus. Data distribusi status gizi berdasarkan indeks IMT/U dapat dilihat pada Tabel 5. TABEL 5 Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Kategori Status Gizi n Persen (%) Gemuk 20 25,0 Normal 58 72,4 Kurus 1 1,3 Sangat Kurus 1 1,3 Total 80 100,0 D. Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik kasar ditunjukkan oleh gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh dan dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Pengukuran perkembangan motorik kasar dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertentu seperti formulir Denver II. Hasil pengamatan perkembangan motorik kasar pada balita di Posyandu Balitaku Sayang Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang Kota Semarang memberikan gambaran bahwa sebagian besar balita perkembangan motorik kasarnya normal. Walaupun demikian ada sedikit balita yang mengalami keterlambatan perkembangan. Distribusi perkembangan motorik kasar balita dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. DISTRIBUSI BALITA BERDASARKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR E. Ukuran Antropometri dan Optimalisasi Perkembangan Motorik Kasar Analisis statistik dilakukan menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh di antara variabel pendidikan ibu, jenis kelamin balita, indeks BB/U, indeks TB/U, indeks BB/TB, dan IMT/U. Perhitungan diawali dengan analisis bivariat untuk masingmasing variabel, hasil analisis tersebut dapat dibaca pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis bivariat tersebut, ada 2 variabel independen yang tidak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat yaitu pekerjaan ibu dan jenis kelamin balita (p > 0,25). TABEL 7 Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen dan Dependen Variabel Independen Variabel Dependen Nilai Log Likelihood nilai p Pendidikan Ibu Perkembangan 105,378 0,230 Pekerjaan Ibu Motorik Kasar Balita 106,194 0, 429 Jenis kelamin balita 105,725 0, 296 Indeks BB/U 81,766 0, 000 Indeks TB/U 37,245 0, 000 Indeks BB/TB 106,770 0,286 IMT/U 68,107 0,003 Hasil analisis multivariat untuk variabel independen pendidikan ibu, indeks BB/U, indeks TB/U, indeks BB/TB, dan IMT/U menunjukkan bahwa hanya faktor indeks TB/U dan IMT/U yang paling berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar balita. Hal ini karena perkembangan motorik kasar banyak dipengaruhi oleh status gizi anak pada periode sebelumnya, sebagai contoh perkembangan yang harus dicapai pada saat bayi usia 3 bulan merupakan gambaran kondisi status gizi mulai usia 0 bulan. Gambaran status gizi periode

sebelumnya dapat berupa hasil perhitungan indeks TB/U, karena pertambahan ukuran tinggi badan setelah 3 bulan baru bertambah rata-rata 0,5 cm (Syamsianah, 2004). SIMPULAN Beberapa faktor diprediksi berhubungan dengan perkembangan motorik kasar balita, yaitu : pendidikan ibu dan ukuran antropometri. Jenis ukuran antropometri yang berhubungan dengan perkembangan motorik kasar balita adalah indeks BB/U, TB/U, dan IMT/U. Hasil analisis multivariat terhadap faktor yang dipredikasi berhubungan menunjukkan bahwa ukuran antropometri yang paling berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar balita adalah indeks TB/U dan IMT/U. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian UNIMUS yang telah memberikan dana untuk terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Anonymous, 2011. Aspek Perkembangan Motorik dan Keterhubungannya dengan Aspek Fisik dan Intelektual Anak.http//www.ibudanbalita.com/diskusi/ pertanyaan/18707 Dinas Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Kota Semarang. Gibson, R.S. 1990. Principles of Nutritional Assesment. Oxford University Press. New York. IDAI, 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Jahari, A.B. 1988. Antropometri sebagai Indikator Status Gizi. Gizi Indonesia. PERSAGI. Bogor. Kurniawan, I.N. 2008. Prinsip-Prinsip Perkembangan Anak. http://kurniawan.staff.uii.ac.id Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika. Jakarta. Pdpersi. 2008. Angka Prevalensi Anemia pada Balita Tertinggi. http//www.pdpersi.co.id Soekirman. 1999/2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Supariasa, I.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Gramedia. Jakarta. Syamsianah, Agustin. 2004. Pengaruh Suplementasi Besi (Fe) dan Seng (Zn) Terhadap Perubahan Ukuran Antropometri dan Kadar Albumin Anak KEP Usia 6-24 Bulan. Magister Gizi Masyarakat. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Tesis.Semarang.