HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB VI R E K O M E N D A S I

Gambar 12. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

Prosiding SN SMAP 09 ABSTRAK PENDAHULUAN. FMIPA UNILA, November

PENGARUH BENTUK KANOPI POHON TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP JALAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bentuk dasar tajuk pohon (Sumber: Booth 1983)

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH TEKSTUR POHON TERHADAP PERSEPSI RUANG DAN KEINDAHAN LIPUR LISTYARINI

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

TINJAUAN PUSTAKA Kebun Raya Objek Wisata

Persepsi dan Preferensi Kualitas Estetika Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Universitas Udayana - Jimbaran Bali

TINJAUAN PUSTAKA Taman Rumah

BAB III METODE PENELITIAN

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Evaluasi

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

dan perancangan konsep perencanaan 45 I BAB 4 Sehingga akan menimbulkan kemudahan akses terhadap perencanaan fasilitas panggung terbuka

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

LESTARI SURYANDARI. A Studi Kualitas Visual Lanskap Sejarah Kawasan Jakarta Kota. (Di bawah bimbingan MARZETJE WUNGKAR dan AND1 GUNAWAN)

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

Udang di Balik Batu. Parahita Galuh Kusumaningtyas

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

EVALUASI ESTETIKA AIR PANCURAN PADA TAMAN SUROPATI; SEMANTIC DIFFERENTIAL DAN SCENIC BEAUTY ESTIMATION

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

BAB IV DESKRIPSI KARYA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

PERSEPSI DAN PREFERENSI WARNA DALAM LANSKAP

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ESTETIKA LINGKUNGAN BERDASARKAN PERSEPSI DI WELCOME AREA KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

Sabtu, 1 Desember 2012

BAB VI KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN RUMAH RETRET di KALIURANG, SLEMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Lanskap 2.2. Desain Lanskap

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi dalam Fotografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Garden Design MENDISAIN TAMAN SEBAGAI BAGIAN DARI LANSEKAP BERKELANJUTAN

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Siapa Saja Bisa Motret! FB:

Elemen Elemen Desain Grafis

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Publikasi

Transkripsi:

27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan menunjukkan bahwa kualitas estetik pohon bertekstur halus, sedang, dan kasar pada lanskap jalan dan rekreasi menghasilkan nilai SBE yang berkisar antara 22 hingga 89 (Lampiran 2). Nilai SBE ini menunjukkan penilaian estetika dari pemandangan terendah hingga tertinggi. Nilai SBE yang didapat menunjukkan bahwa seluruh perlakuan tidak ada yang berada di bawah nilai z rata-rata sama dengan nol. Hal ini berarti seluruh perlakuan dinilai lebih baik dari rata-rata. Pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki nilai SBE terendah, yaitu 22. Lanskap yang memiliki nilai pendugaan estetika terendah merupakan lanskap yang tidak disukai (Daniel dan Boster 1976). Hal ini terjadi karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan monoton yang paling tinggi jika dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar pada lanskap jalan. Kualitas estetika tertinggi dimiliki oleh pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12) dengan nilai SBE 89. Lanskap kualitas estetika tertinggi menggambarkan lanskap yang paling disukai. Gambar 12 lebih disukai karena memiliki kesan teduh dan tidak terlalu banyak menarik perhatian sehingga nyaman untuk dilihat. Menurut penelitian Lestari (2005), profil penilaian karakter visual pada estetika tinggi menunjukkan kriteria nyaman dan teduh sebagai kriteria yang cenderung menonjol. Berdasarkan kategori kualitas estetik Daniel dan Boster (1976), lanskap kualitas estetika rendah terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus (Gambar 8) dan lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur kasar (Gambar 13). Lanskap kualitas estetika sedang terdapat pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur sedang dan kasar (Gambar 9 dan 10). Untuk lanskap kualitas estetika tinggi terdapat pada lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur halus dan sedang (Gambar 11 dan 12). Secara umum tekstur pohon yang memiliki kualitas estetika terendah adalah pohon bertekstur kasar, dengan nilai SBE sebesar 37. Pengaruh pohon

28 bertekstur kasar pada lanskap memberikan kesan sempit, nyata, terarah, informal, rumit, dan tidak beraturan. Pohon bertektur halus memiliki kategori kualitas estetika sedang dengan nilai SBE sebesar 51. Pengaruh pohon bertekstur halus pada lanskap memberikan kesan luas, semu, tidak terarah, formal, sederhana, dan beraturan. Untuk pohon bertekstur sedang memiliki kategori kualitas estetika tinggi dengan nilai 76. Pengaruh yang diberikan pohon bertekstur sedang terhadap lanskap adalah kesan diantara pohon bertekstur kasar dan halus. Lanskap jalan dan lanskap rekreasi memiliki perbedaan nilai SBE yang tidak terlalu signifikan. Lanskap jalan memiliki nilai keindahan yang lebih rendah dari pada lanskap rekreasi. Lanskap jalan memiliki nilai SBE sebesar 52, sedangkan lanskap rekreasi memiliki nilai SBE sebesar 59. Perbedaan hanya terlihat jelas pada kesan formal dan membosankan pada lanskap jalan dan kesan informal serta tidak mebosankan pada lanskap rekreasi. Kualitas Estetika Perlakuan Pada Gambar 14 terlihat bahwa pohon bertekstur halus pada lanskap jalan (Gambar 8) memiliki kualitas estetika yang rendah. Profil penilaian karakter visual pada lanskap estetika rendah menunjukkan kesan monoton sebagai kesan yang menonjol. Kesan monoton dapat timbul karena pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memiliki kesan membosankan, statis, dan kaku. Karakteristik tanaman tekstur halus yang memiliki ukuran daun, ranting, dan cabang yang kecil serta jarak antar daun berdekatan membuat detail pohon terlihat kurang jelas dan tidak mencolok sehingga memberikan kesan monoton. Kemonotonan dapat membuat kualitas estetika suatu lanskap menjadi rendah (Priharyaningsih 2005). Pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur halus, ruang terlihat lebih lega dan kosong. Kesan kosong tersebut membuat lanskap terlihat lebih gersang atau tidak teduh pada lanskap. Kondisi ini merupakan ciri lingkungan yang menimbulkan pemandangan yang tidak indah (Awaludin 2001). Kualitas estetika yang rendah juga menunjukkan bahwa pemandangan tersebut tidak menarik perhatian. Hal ini menurut Booth (1983) tanaman dengan tekstur halus biasanya merupakan tanaman terakhir yang diperhatikan dalam suatu komposisi

29 penanaman (hanya berdasarkan tekstur) dan yang pertama terabaikan secara visual dalam suatu desain seiring dengan jarak pengamat dan komposisi desain. Penggunaan pohon bertekstur halus pada jalur hijau jalan secara urutan dan teratur memberikan kesan ruang yang terlihat menjauh. Kesan ini dapat ditimbulkan oleh tekstur halus yang secara visual kurang terlihat, sehingga memiliki kecenderungan menjauh dari pengamat. Tekstur halus dapat memberi ilusi pada ruang bahwa ruang tersebut lebih besar dari pada yang sebenarnya. Hal ini menjadikan lanskap jalan terlihat lebih lebar, panjang dan lega. Profil penilaian karakter visual lain pada lanskap jalan dengan menggunakan pohon bertekstur halus ditekankan oleh kesan ruang yang luas, formal dan aman. Kesan formal timbul akibat dari bentuk sempurna dan garis luar yang tepat dari pohon bertekstur halus. Ukuran bagian pohon yang kecil memberikan kesan ringan dan lembut membuat ruang terkesan aman dan membentuk kesan formal sehingga pohon bertekstur halus tetap dapat dipergunakan dalam suatu ruang walaupun nilai estetikanya rendah pada lanskap jalan. Pohon bertekstur halus lebih cocok digunakan pada lanskap-lanskap bergaya formal yang membutuhkan kesan statis, kaku dan teratur. Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan (Gambar 9) memiliki nilai SBE sebesar 46 dengan kategori kualitas estetika sedang (Gambar 14). Karakter lanskap kualitas estetika sedang merupakan karakter perpaduan antara lanskap kualitas tinggi dan rendah (Lestari 2005). Pohon bertekstur sedang memiliki ukuran daun, ranting, dan cabang lebih besar dari pada pohon bertekstur halus dan lebih kecil dari pada pohon bertekstur kasar. Pada lanskap jalan dengan pohon bertekstur sedang, kesan penuh dan tidak beraturan muncul pada lanskap ini. Hal ini membuat kualitas keindahan lanskap jalan berkurang. Ukuran daun yang lebih besar membuat bentuk daun lebih terlihat dari pohon bertekstur halus. Hal ini membuat detil pohon bertekstur sedang mulai terlihat. Outline tajuk pohon yang tidak sempurna menghilangkan kesan statis dan kaku sehingga menghilangkan formal pada ruang. Tidak seperti pohon bertekstur halus yang monoton karena kurang terlihat, pohon bertekstur sedang mulai memecah kemonotonan karena bentuk daunnya yang mulai terlihat. Daun pohon bertekstur sedang yang sedikit lebih besar memberikan gradasi warna dari

30 bayangan yang terbentuk sehingga memecah kemonotonan warna hijau pada tajuk pohon. Menurut Ilhami (2007), warna hijau yang terkesan netral dan monoton menyebabkan kualitas keindahan rendah. Dengan demikian, pohon bertekstur sedang dapat mengurangi kemonotonan pada lanskap jalan jika dibandingkan dengan pohon bertekstur halus. 70 60 50 Nilai SBE 40 30 20 10 0 62 46 22 Halus Sedang Kasar Tekstur Gambar 14 Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap jalan Pohon bertekstur sedang pada lanskap jalan memiliki kesan yang cenderung rumit dan tidak kaku. Ketidakkakuan ini menciptakan kesan informal pada lanskap jalan. Kesan informal tersebut memberikan suasana tidak membosankan pada lanskap. Pohon dengan tekstur sedang yang ditempatkan pada lanskap jalan membuat ruang jalan terkesan sesak karena ukuran daun, ranting, dan cabangnya dan juga dapat memberikan kesan intim namun tidak menekan atau terkesan aman. Seperti pohon bertekstur sedang, pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan (Gambar 10) juga memiliki tingkat kualitas keindahan sedang. Dari hasil nilai SBE, pada lanskap jalan pohon bertekstur kasar memiliki nilai paling tinggi jika dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan halus, yaitu sebesar 62. Hal ini disebabkan pohon bertekstur kasar memiliki daun yang lebar sehingga secara visual terlihat dominan dan menghasilkan kesan rindang pada lanskap. Kesan rindang tersebut dapat meningkatkan kualitas estetika pada lanskap jalan.

31 Menurut penelitian Priharyaningsih (2005), tipe lanskap dengan koridor yang rindang cenderung dinilai indah. Secara visual pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan tidak mebosankan. Hal ini karena pohon terbebas dari kesan kaku dan formal. Daunnya yang besar menarik perhatian dan memecah kemonotonan. Akan tetapi, bentuk yang rumit dan tidak beraturan tidak disukai pengamat. Pohon yang terlihat tidak teratur dan kompak dapat mengurangi kualitas estetika suatu lanskap (Yulianto 2006). Gambar 15 Profil penilaian karakter visual tekstur pohon pada lanskap jalan

32 Pohon bertekstur kasar mempengaruhi persepsi pengamat terhadap lanskap jalan. Berdasarkan hasil penilaian semantic differential, pohon bertekstur kasar memberikan kesan dinamis yang kuat pada lanskap jalan jika dibandingkan dengan pohon bertekstur halus atau pohon bertekstur sedang. Profil penilaian kriteria visual lainnya pada lanskap jalan ialah terkesan penuh, bahaya, dan tidak nyaman. Kesan bahaya dan tidak nyaman yang dirasakan dapat diakibatkan oleh ukuran bagian-bagian pohon bertekstur kasar yang lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran bagian-bagian pohon bertekstur sedang dan halus. Ukuran tersebut juga menimbulkan kesan penuh pada ruang. Booth (1983) menyatakan bahwa tanaman bertekstur kasar dengan kuantitas tertentu dapat membuat ruangan terbuka menjadi lebih kecil daripada yang sebenarnya atau terlihat menempati ruang. Penilaian menunjukkan bahwa pohon bertekstur halus pada lanskap rekreasi (Gambar 11) memiliki kualitas estetika tinggi. Penilaian ini berbeda dengan penggunaan pohon bertekstur halus pada lanskap jalan yang memiliki nilai kualitas estetika pemandangan yang rendah. Pada lanskap rekreasi, pohon bertekstur halus memiliki nilai SBE sebesar 80 (Gambar 16). Perbedaan penilaian keindahan antara Gambar 8 dengan Gambar 11 terdapat pada kriteria kenyamanan. Pada lanskap rekreasi tekstur halus dinilai memberikan kesan nyaman. Hal ini dapat disebabkan oleh tekstur halus yang memiliki kesan luas dan lega sehingga memberikan kesan nyaman untuk pengunjung yang sedang berekreasi. Perbedaan lain yang tertangkap pada hasil penilaian nilai tengah semantic differential adalah, lanskap rekreasi yang memiliki kesan informal dan tidak kaku walaupun diisi dengan pohon bertekstur halus. Hal ini membuat lanskap rekreasi memiliki kesan tidak membosankan dibandingkan dengan lanskap jalan. Kriteria visual secara psikologis lainnya yang menonjol pada ruang lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur halus adalah sederhana. Ukuran daundaun, cabang dan ranting yang kecil pada pohon bertekstur halus membuat lanskap rekreasi terkesan sederhana dan tidak rumit. Pohon-pohon bertekstur halus tersebut terlihat menjadi lebih halus dan jauh dari pohon jarak yang sebenarnya. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tanaman bertekstur

33 halus mempunyai sifat lembut dan halus dalam penampilannya sehingga kurang jelas dalam suatu lanskap. Pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12) memiliki kesan tidak membosankan. Hal ini membuat lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur sedang memiliki nilai SBE tertinggi, yaitu sebesar 89, sehingga termasuk dalam kategori kualitas keindahan tinggi. Kesan tidak membosankan dapat disebabkan desain penanaman pada lanskap rekreasi yang tidak berurutan cocok dengan pohon bertekstur sedang dan halus jika dibandingkan dengan pohon bertekstur kasar yang banyak menarik perhatian. Pada lanskap rekreasi pohon bertekstur sedang memberikan kesan teduh dan nyaman jika dibandingkan dengan pohon bertekstur kasar. Hal ini, menurut Booth (1983), bahwa tanaman tekstur sedang kurang tembus cahaya dan lebih kuat dalam membentuk bayang-bayang daripada pohon bertekstur kasar. Kesan ini membuat lanskap rekreasi dengan pohon bertekstur sedang mempunyai nilai keindahan yang paling tinggi di antara lanskap yang lain. 100 80 Nilai SBE 60 40 80 89 20 0 33 Halus Sedang Kasar Tekstur Gambar 16 Nilai scenic beauty estimation tekstur pohon pada lanskap rekreasi Penggunaan pohon bertekstur sedang pada lanskap rekreasi (Gambar 12), membuat ruang memiliki kesan cenderung luas. Melalui penilaian visual, lanskap terkesan bebas dan aman untuk tempat melakukan berbagai aktivitas sehingga ruang rekreasi juga terkesan dinamis. Tekstur sedang yang tidak terlalu menekan dalam area yang luas dapat menciptakan kesan dinamis secara visual dan memberikan persepsi pergerakan yang bebas.

34 Kualitas estetika lanskap rekreasi yang dihadirkan dengan menggunakan pohon bertekstur kasar (Gambar 13) cenderung rendah. Kesan kuat yang ditimbulkan pohon bertekstur kasar yang ditanam secara massal membuat responden merasa ruang tidak nyaman dan membosankan secara visual. Kesan membosankan juga timbul akibat pohon bertekstur kasar yang banyak menarik perhatian ditata dengan desain penanaman yang tidak berurutan sehingga menimbulkan kekacauan. Hal ini didukung oleh pernyataan Sulistyantara (1992), bahwa tekstur kasar sebagai kontras pemakaiannya harus dikendalikan agar tidak berlebihan hingga malah memudarkan perhatian dan menimbulkan kebosanan. Gambar 17 Profil penilaian karakter visual pohon pada lanskap rekreasi

35 Kesan lain yang menonjol pada lanskap rekreasi ini ialah kesan ruangan yang sempit, dekat dan intim. Kesan penuh dan sesak juga dirasakan pada lanskap rekreasi. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tekstur kasar sangat terlihat, mencolok dan agresif. Dengan kesan kuatnya tersebut, tekstur kasar membuat sensasi bergerak maju, membuat jarak kesadaran antara pengamat dan material tanaman terlihat lebih pendek dari kenyataannya. Pengaruh Tekstur terhadap Kualitas Estetika Pohon bertekstur kasar pada lanskap jalan dan rekreasi secara umum memiliki kualitas estetika yang rendah dibandingkan dengan pohon bertekstur sedang dan pohon bertekstur halus (Gambar 18). Hal ini disebabkan pohon bertekstur kasar yang ditanam secara masal terkesan tidak teratur dan harmonis. Sesuai dengan penelitian Setyanti (2004), bahwa pohon dengan model Aubreville yang diwakilkan oleh pohon Terminalia catappa yang ditanam secara berkelompok tidak disukai. Nilai SBE 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 76 51 37 halus sedang kasar Tekstur Pohon Gambar 18 Pengaruh tekstur pohon terhadap kualitas estetika Kualitas tertinggi dimiliki oleh gabungan Gambar 9 dan Gambar 12 yaitu lanskap dengan pohon bertekstur sedang. Menurut Yulianto (2006), secara umum lanskap yang mempunyai keindahan tinggi memiliki karakteristik berupa mosaik vegetasi yang teratur dan tidak terlalu rapat. Pohon bertekstur sedang memiliki

36 tingkat keteraturan diantara tekstur halus dan tekstur kasar, tetapi didukung dengan densitas pohon yang tidak terlalu tinggi membuat pohon bertekstur sedang terlihat ideal pada lanskap jalan maupun lanskap rekreasi. Lanskap yang ideal adalah lanskap yang disukai sehingga memiliki nilai keindahan yang tinggi. Pohon bertekstur halus secara umum memiliki kualitas estetika sedang. Walaupun tekstur halus dinilai tidak mencolok tetapi secara keseluruhan pohon bertekstur halus terlihat beraturan. Irama pertumbuhan yang kontinyu membentuk tajuk yang rapat memberikan pengaruh terhadap kesan tersebut (Setyanti 2004). Dari hasil perhitungan nilai tengah gambar pohon bertekstur kasar, sedang dan halus pada kedua lanskap dapat diketahui pengaruh dari masing-masing tekstur secara umum. Dalam kedua lanskap pohon bertekstur kasar memiliki kesan mempersempit ruang, membuat ruang jadi lebih intim, menekan dan lebih membuat sesak dibanding kedua tekstur lain. Tekstur kasar mempunyai kesan yang kuat sehingga membuat lanskap terlihat lebih nyata. Ukurannya yang besar dapat berfungsi sebagai pengarah, walau menimbulkan kesan rumit. Lanskap jalan maupun rekreasi jadi terkesan informal dan tidak beraturan dengan hadirnya pohon bertekstur kasar dibandingkan dengan kehadiran pohon bertekstur sedang maupun halus. Seperti ukurannya, secara umum pohon bertekstur sedang juga memiliki kesan diantara pohon bertekstur kasar dan halus. Pohon bertekstur sedang kadang kala juga memiliki karakteristik seperti pohon bertekstur kasar ataupun seperti pohon bertekstur halus. Pada penelitian ini, pohon bertekstur sedang membuat kedua lanskap memiliki kesan tidak membosankan, membuat lanskap menjadi dinamis dan tidak kaku, serta mendekatkan lanskap dari jarak yang sebenarnya seperti halnya kesan yang diciptakan pohon bertekstur kasar. Kesan lain yang timbul adalah kesan aman, kesan ini juga ditunjukkan pohon bertekstur halus. Pohon bertekstur halus memiliki ciri yang berlawanan dengan pohon bertekstur kasar. Hal ini membuat pengaruh yang ditimbulkan terhadap lanskap juga berbeda. Didukung oleh pernyataan Booth (1983), bahwa tanaman dengan tekstur halus mempunyai karakteristik dan kemampuan desain yang berlawanan dengan tekstur kasar. Pada penelitian ini tekstur halus memberikan kesan memperluas dan membuat formal lanskap jalan maupun lanskap rekreasi. Secara

37 visual tekstur halus lebih lemah dibanding dengan kedua tekstur yang lain membuat lanskap terkesan menjauh dari pengamat. Kesan membosankan juga lebih menonjol karena kesan kaku, statis serta sederhana tercipta akibat kehadiran pohon bertekstur halus pada lanskap. Gambar 19 Profil karakter visual tekstur pohon Pengaruh Lokasi terhadap Kualitas Estetika Pada penelitian ini lanskap jalan secara umum memiliki nilai keindahan yang lebih rendah dibandingkan dengan lanskap rekreasi. Hal ini dapat disebabkan karena lanskap jalan merupakan lanskap buatan atau lanskap yang

38 tidak alami. Yulianto (2006), menyatakan bahwa kualitas keindahan yang rendah pada lanskap secara umum disebabkan oleh nilai kealamiahan pemandangan ditapak berkurang, baik oleh bangunan atau penggunaan lahan yang tidak alami. Akan tetapi, penanaman penanaman pada jalur hijau secara linear dan teratur dapat memberikan kesan harmonis sehingga beda nilai keindahan lanskap jalan dan rekreasi tidak terlalu besar. Lanskap rekreasi lebih disukai dibandingkan dengan lanskap jalan. Pada lanskap rekreasi kesan alami, sejuk, dan segar dapat dirasakan akibat adanya pemandangan pegunungan dan air. Didukung oleh pernyataan Meliawati (2003) bahwa lanskap kualitas estetika tinggi cenderung didominasi elemen vegetasi, air, dan langit. 60 58 Nilai SBE 56 54 52 59 50 48 52 Jalan Lokasi Rekreasi Gambar 20 Nilai scenic beauty estimation lokasi penelitian Secara umum lanskap jalan dan rekreasi tidak mempunyai kesan yang berbeda pada penelitian ini. Lanskap jalan yang ditanami pohon bertekstur halus, sedang dan kasar memiliki kesan lebih formal, kaku, dan terlihat lebih membosankan dibandingkan lanskap rekreasi. Hal ini dapat berkaitan dengan fungsi kedua lanskap. Lanskap jalan sebagai jalur sirkulasi memiliki bentuk linear. Pohon dengan berbagai tekstur pada lanskap jalan selain berfungsi sebagai peneduh juga berfungsi pengarah sirkulasi. Penanaman vegetasi secara linear dan

39 tertata dengan baik menyebabkan kesan formal dan kaku muncul pada lanskap jalan. Lanskap rekreasi yang berfungsi sebagai tempat untuk mengisi kegiatan penyegaran kembali jasmani dan rohani memiliki kesan santai dan dinamis. Penanaman pohon bertekstur halus, sedang, ataupun kasar tidak memberikan kesan formal dan kaku. Ruang terbuka dengan pemandangan pegunungan dan air menimbulkan persepsi ruang yang alami dan menghilangkan kesan membosankan pada lanskap rekreasi. Gambar 21 Profil Karakter Visual Lokasi Penelitian

40 Aplikasi Penelitian dalam Desain Lanskap Pada penataan tanaman dalam lanskap, unsur garis, bentuk, tekstur dan warna, serta prinsip desain repetisi, variasi, keseimbangan, dan penekanan merupakan dasar pembentuk keindahan desain lanskap tersebut (Carpenter et al. 1975). Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa secara visual tekstur pada pohon mempengaruhi kualitas estetika suatu lanskap. Penggunaan kelompok pohon bertekstur halus pada lanskap jalan memberikan kesan membosankan sehingga kualitas keindahan ruang menjadi rendah. Penggunaan kelompok pohon bertekstur kasar yang penataannya tidak teratur pada lanskap rekreasi memberikan kesan tidak nyaman secara visual. Hal ini membuat lanskap rekreasi juga memiliki kualitas estetika yang rendah. Dalam penelitian ini dapat diketahui juga bahwa secara visual tekstur pada pohon dapat mempengaruhi kesan psikologi pada lanskap jalan dan rekreasi. Pohon bertekstur halus memiliki kesan lembut dan statis. Ini dikarenakan daunnya yang kecil dalam kuantitas tertentu dan kepadatan cabangnya. Dengan kualitasnya tersebut pohon bertekstur halus dapat digunakan sebagai screen pada lanskap rekreasi. Selain itu, tanaman bertekstur halus sangat tepat digunakan sebagai latar belakang untuk menunjang kerapian dan karakter formal pada suatu lanskap (Booth 1983). Pada lanskap jalan, pohon bertekstur halus dapat ditanam pada area tepi jalan yang berbatasan dengan bangunan. Struktur kabur dan tekstur halus pada pohon dapat difungsikan untuk melembutkan kesan keras pada bangunan. Pohon bertekstur sedang dan kasar dapat digunakan sebagai peneduh pada lanskap jalan. Bentuk tajuk yang dihasilkan dari karakteristik pohon bertekstur sedang dan kasar dapat memberikan kerindangan pada area yang luas. Tekstur sekunder pohon menciptakan kesan ruang yang lebih sempit dan tertutup sehingga penanaman pohon akan sesuai pada jalan yang lebar dan jarak perjalanan jauh (Lestari 2005). Pohon bertekstur kasar juga memiliki kesan atraktif dan dinamis. Ukuran daun dan batangnya yang besar membuat pohon ini menarik perhatian dan mempunyai outline yang organik. Pohon dengan tekstur ini lebih mudah digunakan pada penataan informal. Pohon bertekstur kasar juga dapat dijadikan focal point apabila diletakkan secara individual. Tanaman bertekstur kasar sering

41 dipergunakan untuk memperkuat (kontras) beberapa bagian yang teksturnya halus atau untuk mengimbangi beberapa benda penting yang menempati posisi sebagai pusat perhatian (point of interest). Kontras yang tegas akan menciptakan aksen yang kuat, menarik perhatian. Namun demikian pemakaian kontras ini pun harus dikendalikan agar tidak berlebihan hingga malah memudarkan perhatian dan menimbulkan kebosanan (Sulistyantara 1992; Booth 1983; Hannebaum 2008). Pemilihan tekstur pohon sebagai penambah estetika sangat berbeda-beda pada setiap situasi, oleh karena itu perlu dilakukan persyaratan yang berbeda pula untuk menghasilkan pandangan visual yang optimum. Pada lanskap jalan, apabila pengendara memacu kendara sampai dengan kecepatan tinggi, maka kesempatan untuk memperhatikan detail tekstur sangat sedikit. Tekstur menjadi sangat tidak jelas atau kabur. Sangat efektif bila tekstur pohon yang dipilih agak kasar, sehingga dapat terlihat oleh pengendara walaupun konsentrasi pengendara tetap ke arah depan jalan. Tekstur yang halus akan memerlukan banyak perhatian untuk memandangnya dan pengandara tidak punya waktu. Keseimbangan adalah salah satu prinsip desain yang diperlukan untuk memanfaatkan tekstur pohon sebagai peningkat kualitas ruang. Menurut Sulistyantara (1992), warna dan tekstur mempengaruhi bobot visual. Tekstur yang kasar memiliki bobot visual yang lebih tinggi, sehingga penggunaan tekstur kasar dari benda yang kecil dapat diimbangi oleh penggunaan tekstur lembut dari benda yang lebih besar. Kombinasi tekstur diperlukan untuk menghasilkan kualitas visual yang tinggi. Pohon bertekstur kasar dapat digunakan pada sisi jalan dalam bentuk massa, menyatu dengan tanaman semak yang bertekstur halus dan rumput untuk menghasilkan dampak yang maksimum. Struktur vegetasi yang tertata dengan baik, dapat membuat lanskap memiliki kualitas estetik yang tinggi. Selain itu, Pola gradasi juga membuat lanskap menjadi menarik bagi pengamat (Gunawan dan Stepanus 2009). Pada sebuah ruang yang sempit, sedikit variasi tekstur dianggap monoton, sedangkan terlalu banyak variasi akan membuat kekacauan. Pada ruang berskala kecil tersebut, keseimbangan tekstur sangat dibutuhkan. Akan tetapi semakin bertambah besarnya ruang hal tersebut semakin menjadi tidak begitu penting (Booth 1983). Carpenter et al. (1975) menyatakan bahwa pola penataan vegetasi

42 yang baik akan mampu meningkatkan keindahan penampilan vegetasi tersebut sekaligus meningkatkan kualitas visual lingkungan tersebut.