TRANSFORMASI. Dosen Pengampu Mata Kuliah. HERDIAN, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 1. Hayatun Nupus Rina Ariyani

dokumen-dokumen yang mirip
1 P E N D A H U L U A N

TRANSFORMASI. 1) T(A) = A 2) Apabila P A, maka T(P) = Q dengan Q titik tengah garis. Selidiki apakah

MAKALAH OLEH KELOMPOK I NAMA : 1. SHINTA JULIANTY 2. SITI HERLIZA 3. FATMALIZA 4. SUPRA ANTONI 5. JUNIANTY

TRANSFORMASI. Suatu transfornmasi pada bidang V adalah suatu fungsi yang bijektif dengan daerah asalnya V dan daerah nilainya V juga.

TUGAS MATA KULIAH GEOMETRI TRANSFORMASI

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

MAKALAH GEOMETRI TRANSFORMASI TRANSFORMASI

GEOMETRI TRANSFORMASI MATERI

MAKALAH HASILKALI TRANSFORMASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA STKIP PGRI LUBUKLINGGAU

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

GEOMETRI TRANSFORMASI SETENGAH PUTARAN

TRANSFORMASI BALIKAN

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN MATEMATIKA

TRANSFORMASI DAN PENCERMINAN

ISOMETRI & HASIL KALI TRANSFORMASI

R E S U M E TRANSFORMASI

GEOMETRI TRANSFORMASI MATERI

M A K A L A H GEOMETRI TRANFORMASI ( TRANFORMASI BALIKAN )

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah geometri selain aksioma diperlukan juga unsur-unsur tak terdefinisi. Untuk. 2. Himpunan titik-titik yang dinamakan garis.

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

ISOMETRI TERHADAP GEOMETRI INSIDENSI TERURUT

OLEH : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU SEKOLAH TINNGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

France title. Handy of transformation of Geometry. Tangkas Geometri Transformasi

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

Matematika Semester IV

MBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

II. TINJUAN PUSTAKA. lim f(x) = L berarti bahwa bilamana x dekat tetapi sebelah kiri c 0 maka f(x)

TRANSLASI BANGUN RUANG BERSISI DATAR PADA RUANG BERDIMENSI TIGA

MATERI : GESERAN (TRANSLASI) KELOMPOK 6 (VI.E)

MATERI : RUAS GARIS BERARAH (KELOMPOK V / VI.D) SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA STKIP PGRI LUBUKLINGGAU

Geometri Insidensi. Modul 1 PENDAHULUAN

A. PERSAMAAN GARIS LURUS

REFLEKSI DAN AKSIOMA CERMIN PADA BIDANG POINCARÉ

MA5032 ANALISIS REAL

FUNGSI KOMPLEKS TRANSFORMASI PANGKAT. Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fungsi Kompleks. yang diampuh Oleh Ibu Indriati N.H.

asimtot.wordpress.com BAB I PENDAHULUAN

HASIL KALI TRANSFORMASI

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam

BEBERAPA FUNGSI KHUSUS

REFLEKSI TERHADAP LINGKARAN SKRIPSI

ANALISIS VARIABEL REAL 2

A. Sistem Persamaan Linier dengan dua Variabel

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

Asimtot.wordpress.com FUNGSI TRANSENDEN

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

Bab II TINJAUAN PUSTAKA. Aksioma-aksioma yang membentuk geometri Affin disebut dengan aksioma playfair

Sistem PERSAMAAN dan PERTIDAKSAMAAN linier

NAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com

Fungsi. Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si. October 26, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko. Rollback Malaria :)

II. TINJAUAN PUSTAKA

GEOMETRI ANALITIK BIDANG DAN RUANG. sofyan mahfudy-iain Mataram

Geometri Dimensi Dua

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

BAB 3 FUNGSI. f : x y

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAHAN AJAR TEORI BILANGAN. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

BAB II LANDASAN TEORI

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716

VEKTOR II. Tujuan Pembelajaran

HAND OUT ANALISIS REAL 1 (MT403) KOSIM RUKMANA

Komposisi fungsi dan invers fungsi. Syarat agar suatu fungsi mempunyai invers. Grafik fungsi invers

KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN & PARIWISATA SMK NEGERI 1 SURABAYA. BY : Drs. Abd. Salam, MM

GESERAN atau TRANSLASI

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

FUNGSI. range. Dasar Dasar Matematika I 1

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

KEDUDUKAN DUA GARIS LURUS, SUDUT DAN JARAK

KONGRUENSI PADA SEGITIGA

Fungsi, Persamaaan, Pertidaksamaan

PENERAPAN GEOMETRI TRANSFORMASI PADA MOTIF BATIK LAMPUNG

Mendeskripsikan Himpunan

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

Kalkulus Peubah Banyak Modul Pembelajaran. January UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

1 P E N D A H U L U A N

Contoh-contoh soal induksi matematika

Pengantar Analisis Real

Janos meninggalkan sekolahnya pada saat kelas 4. Ia

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT 2 DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/395027/TK/44319

MAKALAH. Bantuan dalam Penghitungan Integral Tentu KALKULUS LANJUT Dosen Pengampu: Sugeng Riyadi S.Si M.Pd DISUSUN OLEH: Kelompok V

Transkripsi:

TRANSFORMASI Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Geometri Transformasi Dosen Pengampu Mata Kuliah HERDIAN, S.Pd., M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 1 Hayatun Nupus 08030121 Rina Ariyani 08030057 Dwi Ananda Ferinia 08030030 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG 2010 1

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini di susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Geometri Transformasi. Harapan kami semoga apa yang sisajkikan dalam makalh ini mampu memberikan manfaat serta membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah geometri transformasi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan makalh ini. Kami yakin dan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapakan dari siapaun terutama kepada bapak Herdian, S. Pd., M. Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Geometri Transformasi. Akhir kata semoga makalh ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembaca. Pringsewu, 21 Oktober 2010 Penulis 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN DAFTAR KELOMPOK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Tujuan... 2 C. Rumusan Masalah... 2 BAB II PEMBAHASAN Transformasi... 3 BAB III PENUTUP KeSimpulan... 9 SOAL LATIHAN 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan suatu geometri untuk mempelajari bahan yang disajikan dalam transformasi perlu memahami geometri pada bidang, oleh karena itu geometri ini di sajikan untuk mengingat kembali geometri tersebut, sekedar untuk suatu penyegaran. Yang akan kita bahas yaitu geometri Euclides bidang. Geometri Euclides bidang yaitu sebuah himpunan unsure-unsur tak teridentifikasinya dinamakan titik. Bidang ini dinamakan bidang Euclides, apabila pada himpunan titik-titik ini kita berlakukan suatu struktur geometri yang terbagi atas unsure-unsur tak terdefinisi, macam-macam axoioma, definisi- definisi dan teorema- teorema. 1. Sistim axoioma insidensi. a. Sebuah garis adalah himpunan titik yang kosong dan mengandungpaling sedikit 2 titik b. Kalau ada 2 titik maka ada tepat sebuah garis yang memuat dua titik tersebut c. Ada 3 titik yang tidak semua terletak pada satu garis. 2. System axioma urutan yang mengatur konsep urutan tiga titik pada sebuah garis, konsep setengah garis sinar, konsep ruas garis. 4

3. System axioma kekongruenan yang mengatur kekongruenan dua ruas garis, kekongruenan dua segitga dan sebagainya. 4. Axioma kekontinuan (atau Axio Archimedes) yang mengatakan bahwa apabila a dan b dua bilangan real positif dengan a < b maka ada bilangan asli n sehingga na > b 5. Axioma kesejajaran euclides yang menyatakan bahwa apabila ada dua ruas garis a dan b dipotong ke garis ke tiga c dititik A a dan titik B b sehingga jumlah besarnya dua sudut dalam sepihak di A dan B kurang dari 180 o maka a dan b akan berpotongan pada bagian bidang yang terbagi oleh garis c yang memuat kedua sudut dalam sepihak. Maka makalah ini disusun sebagai salah satu referensi memahami mata kuliah geometri transformasi. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah membantu mahasiswa sebagai calon pengajar dalam menjelaskan/ memahami mata kuliah geometri trnasformasi, sehingga memudahkan proses belajar mahasiswa. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang diuraikan maka dapat kita uraikan masalah yang sebelumnyatidak kita ketahui yaitu apa pengertian transformasi itu. 5

BAB II PEMBAHASAN A. Transformasi Suatu transformasi pada suatu bidang V adalah suatu fungsi yang bijektif dengan daerah asalnya V dan daerah nilainya V juga. Seperti anda ketahui suatu fungsi yang bijektif adalah sebuah fungsi yang bersifat : 1. Surjektif Surjektif artinya bahwa pada titik B V ada prapeta. Jadi kalau T suatu transformasi maka ada A V sehingga B = T (A)B dinamakan peta dari A oleh T dan A dinamakan prapeta dari B. 2. Injektif Injektif artinya kalau A 1 A 2 dan T (A 1 ) = B 1, T (A 2 ) = B 2 maka B 1 B 2, ungkapan ini setara dengan ungkapan sebagai berikut : Kalau T (P 1 ) = Q 1 dan T (P 2 ) = Q 2 sedangkan Q 1 = Q 2 maka P 1 = P 2. Tugas : coba anda buktikan bahwa kedua ungkapan itu setara. Pada contoh-contoh di bawah ini kita beranggapan bahwa V adalah sebuah bidang Euclides, artinya pada himpunan titik-titik V diberlakukan system axioma Euclides. 6

Contoh 1 : Andaikan A V ada perpetaan (padanan) T dengan daerah asal V dan daerah nilai juga V. Jadi T : V V yang didefenisikan sebagai berikut : (1) T (A) = A (2) Apabila P A, maka T (P) = Q dengan Q titik tengah garis. Selidiki apakah padanan T tersebut suatu transformasi. Jawab : A Q = T (P) S = T (R) R P Jelas bahwa A memiliki peta, yaitu A sendiri Ambil sebarang titik R A pada V. oleh karena V bidang Euclides, maka ada satu garis yang melalui A dan R, jadi ada satu ruas garis sehingga ada tepat satu titik S dengan S antara A dan R, sehingga AS = SR. Ini berarti untuk setiap X V ada suatu Y dengan Y = T (X) yang memenuhi persyaratan (2). Jadi daerah asal T adalah V 7

1) Apakah T Surjektif, atau apakah daerah nilai T juga V? Untuk menyelidiki ini cukuplah dipertanyakan apakah setiap titik di V memiliki prapeta. Jadi apabila Y V apakah ada X V yang bersifat bahwa T (X) = Y? Menurut ketentuan pertama, kalau Y = A prapetanya adalah A sendiri, sebab T (A) = A A Y = T (X) X Apabila Y A, maka oleh karena V suatu bidang Euclides, ada X tunggal dengan X sehingga AY = XY Jadi Y adalah titik tengah yang merupakan satu-satunya titik tengah. Jadi Y = T (X) Ini berarti bahwa X adalah prapeta dari titik Y. dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap titik pada V memiliki prapeta. Jadi T adalah suatu padanan yang surjektif. 2) Apakah T Injektif itu? Untuk menyelidiki ini ambillah dua titik P A, Q A dan P Q. P, Q, A tidak segaris (kolinear). Kita akan menyelidiki kedudukan T (P) dan T (Q) T (P) T (Q) Andaikan T (P) = T (Q) 8

Oleh karena itu T (P) dan T (Q) maka dalam hal ini dan memiliki dua titik sekutu yaitu A dan T (P) = T (Q). Ini berarti bahwa garis dan berimpit, sehingga mengakibatkan bahwa Q Ini berlawanan dengan pemisalan bahwa A, P, Q tidak segaris. Jadi pengandaian bahwa T (P) = T (Q) tidak benar sehingga haruslah T (P) T (Q). Dari uraian di atas tampak bahwa padanan T itu injektif dan surjektif, sehingga T adalah padanan yang bijektif. Dengan demikian terbukti T suatu transformasi dari V ke V. ditulis T : V V. Contoh 2 : Pilihlah pada bidang Euclides V suatu system koordinat Ortogonal. T adalah padanan yang mengakibatkan setiap titik P dengan titik P yang letaknya satu satuan dari P dengan arah sumbu X yang positif. Selidiki apakah T suatu transformasi? Jawab : Y P P 1 Q X 9

Kalau P = (x, y) maka T (P) = P 1 = (x + 1), y) = T (P) (x + 1) + 1, y) Jelas daerah asal T adalah seluruh bidang V. Kita harus menyelidiki lagi dua hal, yaitu : 1) Apakah T surjektif? 2) Apakah T injektif? Jika A (x, y), pertanyaan yang harus di jawab ialah apakah A memiliki prapeta oleh T? Andaikan B = (x,, y, ) 1) Kalau B ini prapeta titik A (x, y) maka haruslah berlaku T (B) = (x, + 1 y, ). Jadi x, + 1 = x, y, = y atau Jelas T (x-1, y) = (( x 1) + 1, y) = (x, y) Oleh karena x,, y, selalu ada, untuk segala nilai x, y maka B selalu ada sehingga T (B) = A. Karena A sebarang, maka setiap titik di V prapeta yang berarti bahwa T surjektif. 10

2) Andaikan P (x 1, y 1 ) dan Q (x 2, y 2 ) dengan P Q Apakah T (P) T (Q)? Di sini T (P) = (x 1 + 1, y 1 ) dan T (Q) = (x 2 + 1, y 2 ) Kalau T (P) = T (Q), maka (x 1 + 1, y 1 ) = (x 2 + 1, y 2 ) Jadi berlawanan dengan yang diketahui bahwa P Q. jadi haruslah T (P) T (Q). dengan demikian ternyata bahwa T injektif dan T adalah padanan yang bijektif. Jadi T suatu transformasi dari V ke V. 11

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Suatu fungsi dikatakan bijektif yaitu sebuah fungsi yang bersifat surjektif dan injektif. 2. Surjektif merupakan pada tiap titik B V ada prapeta. 3. Injektif merupakan jika dan T =, T = maka. 12

SOAL LATIHAN 1. T : V V, didefenisikan sebagai berikut : Apabila P (x, y) maka : i. T (P) = (x + 1, y) untuk x > 0 ii. T (P) = (x + 1, y) X < 0 a. Apakah T injektif b. Apakah T suatu transformasi (ii) x < 0 (i) untuk x> 0 P 1 P P P 1 x Penyelesaian Missal P = (x, y) B = (x 1, y 1 ) 1) Jika B prapeta titik P (x, y) maka T (B) =(x 1 + 1, y 1 ) Jadi x 1 + 1 = x x 1 = x-1 y 1 = y 2) Jika B prapeta titik P (x, y) maka T (C) = (x 1-1, y 1 ) Jadi x -1 = x 13

x = x + 1 y = y T ( (x 1 + 1), y 1 )= ( (x 1) + 1, y) = (x, y) T ((x 1 1), y 1 ) = ( (x + 1) 1, y) = (x, y) Karena (x 1, y 1 ) untuk (i) dan (ii) selalu ada untuk segala (x, y) maka titik B selalu ada sehingga : T(B) untuk (i) dan (ii) = P Untuk 1) T (P) = (x + 1, y) Jika P sembarang, maka titik di V memiliki prapeta yang berarti bahwa T injektif. Misal : P (x 1, y 1 ) dan Q ( x 2, y 2) dengan P Q T (P) T (Q)..? T (P) = (x 1 + 1, y 1 ) dan T (Q) = ( x 2 + 1, y 2) T (P) = T (Q) maka (x 1 + 1, y 1 ) = ( x 2 + 1, y 2) x 1 + 1 = x 2 + 1 dan y 1 = y 2 x 1 = x 2 dan y 1 = y 2 sehingga P = Q dan berlawanan bahwa P Q jadi T (P) T (Q) dengan demikian T injektif 14

Misal jika A (x, y) maka kita harus jawab apakah A memiliki prapeta oleh T? Missal = B (x 1, y 1 ) Jika B prapeta titik A (x, y) maka berlaku T (B) = (x 1 + 1, y 1 ) Jadi Jelas T ( x 1, y) = ( (x-1) + 1, y) = (x,y) Karena (x 1, y 1 ) selalu ada untuk segala nilai (x, y) maka B selalu ada sehingga T (B) = A. Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiliki prapeta yang berarti bahwa T surjektif, dengan demikian ternyata T suatu transformasi dari V ke V. Untuk 2) T (P) = (x-1, y) Missal P ((x 1, y 1 ) dan Q (x 2, y 2 ) dengan P Q T (P) T (Q).? T (P) = (x 1-1, y 1 ) dan T (Q) = (x 2-1, y 2 ) T (P) = T (Q), maka (x 1-1, y 1 ) = (x 2-1, y 2 ) x 1-1 = x 2-1 dan y 1 = y 2 berarti x 1 = x 2 dan y 1 = y 2 sehingga P = Q dan berlawanan bahwa P Q jadi T (P) T (Q), dengan kata lain T injektif. 15

Misal jika A (x, y) maka berlaku T (P) = P 1 dan P 1 = (x-1, y) Jelas daerah asal T adalah sebuah bidang V Missal A = (x, y) maka kita harus jawab apakah A memiliki prapeta oleh T? Missalkan B = (x 1, y 1 ) Jika B prapeta titik A (x, y) maka haruslah berlaku T (B) = (x 1-1, y 1 ) Jadi x 1-1 = x x 1 = x + 1 y 1 = y Jelas T ( x + 1, y) = ((x+ 1) 1, y) = ( x, y) Karena (x 1, y 1 ) selalu ada untuk segala nilai (x, y) maka B selalu ada sehingga T (B) = A. Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiliki prapeta yang berarti bahwa T surjektif, dengan demikian ternyata T suatu transformasi dari V ke V. 2. Diketahui f = V V jika P (x, y) maka f (P) = (1 x 1, 1y1) Tentukanlah f (A) jika A = (-3, 6) Penyelesaian A = (-3, 6) maka f (A) = f (-3, 6) = = = (3, 6) 16

3. Diketahui fungsi g = sumbu x V yang didefenisikan sebagai berikut : Apabila P (x, O) maka g (P) = (x, x 2 ). Tentukan peta A ( 3, 0) oleh g Penyelesaian A (3, 0) maka g (A) = (x, x 2 ) g (3, 0) = (3, (3) 2 ) g (3, 0)= (3, 9) 17