r \ r * BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR > TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMOTONGAN/PENYEMBELHAN HEWAN D RUMAH POTONG HEWAN KABUPATEN PACTAN Mcnmbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ; BUPAT PACTAN, a. bahwa untuk menjamn adanya ketertban dan kelancaran dalam pelaksanaan pemotongan/penyembelhan hewan dan untuk dapat menghaslkan dagng yang berkualtas serta bebas dar penyakt, perlu adanya standar pemotongan hewan; b. bahwa berdasarkan pertmbangan sebagamana dmaksud pada huruf a datas, maka perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pemotongan/Penyembelhan Hewan d Rumah Potong Hewan Kabupaten Pactan dalam suatu Peraturan. 1 Mengngat :. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlndungan Konsumen; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah sebagamana telah beberapa kal dubah terakhr dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahm 2008; 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Petemakan dan Kesehatan Hewan; 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 5. Peraturan Pemerntahan Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, Pemberantasan dan Pengobatan penyakt Hewan; 6. Peraturan Pemerntah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Usaha Petemakan; 7. Peraturan Menter Pertanan Nomor 13/Permentan/Ot.l40/2010 tentang Pcrsyaratan Rumah Potong Hewan Rumnansa dan Unt Penanganan Dagng (Meat Cuttng Plant); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Pactan Nomor 18 Tahun 2007 tentang Umsan Pemerntahan Kabupaten Pactan; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Pactan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Organsas Dnas Daerah Kabupaten Pactan sebagamana telah dubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pactan Nomor 3 Tahun 2011;
10. Peraturan Bupat Pactan Nomor 49 Tahun 2007 tentang Uraan Tugas, Fungs dan Tata Kerja Dnas Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Pactan HEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPAT TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMOTONGAN/PENYEMBELHAN HEWAN D RUMAH POTONG HEWAN KABUPATEN PACTAN BAB KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupat n yang dmaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pactan. 2. Pemerntah Daerah adalah Bupat dan perangkat daerah sebaga unsur penyelenggara Pemerntahan Daerah Kabupaten Pactan. 3. Kepala Daerah adalah Bupat Pactan. 4. Dnas adalah Dnas Tanaman Pangan dan Petemakan Kabupaten Pactan. 5. Rumah Potong Hewan yang selanjutnya dsebut dengan RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desan dan syarat tertentu yang dgunakan' sebaga tempat memotong hewan bag konsums masyarakat umum. 6. Pemotongan hewan adalah kegatan untuk menghaslkan dagng hewan yang terdr dar pemerksaan ante-mortem, penyembelhan, penyelesaan penyembelhan dan pemerksaan post-mortem. 7. Pemerksaan ante-mortem (ante-mortem nspecton) adalah pemerksaan kesehatan hewan potong sebelum dsembelh yang dlakukan oleh petugas pemerksa berwenang. 8. Pemerksaan post-mortem (post-mortem nspecton) adalah pemerksaan kesehatan jeroan dan karkas setelah dsembelh yang dlakukan oleh petugas pemerksa berwenang. 9. Surat keterangan reproduks adalah surat keterangan yang menerangkan bahwa temak betna yang akan dpotong tersebut sudah tdak produktf lag dan layak untuk dpotong. 10. Dagng adalah bagan der otot skeletal karkas yang lazm, aman, dan layak dkonsums oleh manusa, terdr atas potongan dagng bertulang, dan dagng tanpa tulang, dapat berupa dagng segar hangat, segar dngn (chlled) atau karkas beku (frozen). 11. Penyewaan kandang (Karantna) adalah penyedaan fasltas berupa kandang dungkup RPH yang dgunakan untuk tempat strahat temak sebelum dpotong 12. Pemerksaan Kesehatan Hewan sebelum dpotong adalah suatu tndakan pemerksaan terhadap kesehatan temak yang akan dpotong untuk mengetahu dan memastkan apakah temak tersebut layak dpotong. 13. Hewan Potong yang selanjutnya dsebut Hewan adalah bnatang selan satwa lar yang \ produknya dperuntukkan sebaga penghasl pangan, bahan baku ndustr, jasa dan atau hasl kutannya yang terkat dengan pertanan yang terdr dar sap, kuda, kambng, domba dan bab. 14. Pemotongan Hewan adalah ke^tan untuk menghaslkan dagng bak untuk dmanfaatkan atau dperdagangkan yang terdr atas kegatan pemerksaan kesehatan hewan sebelum hewan dsembelh, penyembelhan, penyelesaan penyembelhan dan pemerksaan dagng dan bagan-bagannya, selan unggas. 1
r t 15. Penyembelhan Hewan yang selanjutnya dsebut penyembelhan adalah kegatan mematkan hewan dengan cara menyembelh. 16. Petugas Pemerksa adalah dokter hewan yang bertugas dbdang kesehatan hewan pada SKPD, untuk melakukan pemerksaan kesehatan hewan sebelum dpotong dan pemerksaan dagng setelah dpotong, dan atau petugas lan yang melakukan tugas tersebut, d bawah pengawasan serta tanggung jawab dokter hewan yang berwenang. 17. Penanganan Dagng adalah kegatan yang melput pelayuan, pemotongan bagan-bagan dagng, pelepasan tulang, pemanasan, pembekuan, pendngnan, pengangkutan, penympanan dan kegatan lan untuk menyapkan dagng guna penjualannya 18. Her keurng adalah pemerksaan ulang dagng yang dpotong dluar Rumah Potong Hewan Kabupaten Pactan \ BAB TATA CARA PEMOTONGAN HEWAN Bagan Kesatu Penermaan dan Penampungan Hewan Pasal 2 (1) Hewan temak yang bam datang d RPH hams dtumnkan dar alat angkut dengan hat-hat dan tdak membuat hewan stress. (2) Dlakukan pemerksaan dokumen (surat kesehatan hewan, surat keterangan asal hewan, surat karantna, dsb). (3) Hewan temak ^hams dstrahatkan terlebh dahulu d kandang penampungan mnmal 12 jam sebelum dpotong. (4) Hewan temak hams dpuasakan tetap tetap dber mnum kurang lebh 12 jam sebelum dpotong. (5) Hewan temak : hams dperksa kesehatannya sebelum dpotong (pemerksaan ante-mortem).! Bagan Kedua Pemerksaan Ante-mortem Pasal 3 (1) Pemerksaan ante-mortem dlakukan oleh dokter hewan atau petugas yang dtunjuk oleh Dnas d bawah pengawasan dokter hewan. (2) Hewan temak yang dnyatakan sakt atau dduga sakt dan tdak boleh dpotong atau dtunda pemotongannya, hams segera dpsahkan dan dtempatkan pada kandang solas untuk pemerksaan lebh lanjut. (3) Apabla dtemukan penyakt menular atau zoonoss, maka dokter hewan/petugas yang dtunjuk d bawah pengawasan dokter hewan hams segera mengambl tndakan sesua dengan prosedur yang dtetapkan. (4) Untuk Temak Betna hams dlakukan pemerksaan o^an reproduks untuk mengetahu status reproduks temak. Bagan Ketga Persapan Penyembelhan/Pemotongan! Pasal 4 \ (1) Ruang proses produks dan peralatan hams dalam konds bersh sebelum dlakukan proses penyembelhan/pemotongan.
(2) Hewan temak hams dbershkan terlebh dahulu dengan ar (dsemprot ar) sebelum memasuk mang pemotongan. (3) Hewan temak dgrng dar kandang penampungan ke mang pemotongan dengan cara yang wajar dan tdak membuat stress. ' Bagan Keempat Penyembelhan Pasal 5 (1) Temak djatuhkan menggunakan tata cara menjatuhkan hewan yang dapat memnmalkan rasa sakt dan stress (2) Apabla hewan temak telah rebah dan telah dkat (aman) segera dlakukan penyembelhan sesua dengan syarat slam yatu memotong bagan ventral leher dengan menggunakan psau yang tajam sekal tekan tanpa dangkat sehngga memutus saluran makan, nafas dan pembuluh darah sekalgus. [ (3) Proses selanjutnya dlakukan setelah hewan temak benar-benar mat dan pengeluaran darah sempuma. (4) Setelah hewan temak tdak bergerak lag, leher dpotong dan kepala dpsahkan dar badan, kemudan kepala dgantung untuk dlakukan pemerksaan selanjutnya. Bagan Kelma Pengultan ; Pasal 6 (1) Sebelum proses pengultan, hams dlakukan pengkatan pada saluran makan d leher dan anus, sehngga s lambung dan feses tdak keluar dan mencemar karkas. (2) Pengultan dlakukan bertahap, dawal membuat rsan panjang pada kult sepanjang gars dada dan bagan pemt. (3) rsan dlanjutkan sepanjang permukaan dalam (medal) kak. (4) Kult dpsahkan mula dar bagan tengah ke punggung. (5) Pengultan hams hat-hat agar tdak terjad kemsakan pada kult dan terbuangnya dagng. Bagan Keenam Pengeluaran Jeroan Pasal 7 (1) Rongga pemt dan rongga dada dbuka dengan membuat rsan sepanjang gars pemt dan dada. (2) Organ-organ yang ada d rongga pemt dan dada dkeluarkan dan djaga agar rumen dan alat pencemaan lannya tdak robek. (3) Dlakukan pemsahan antara jeroan merah (hat, jantung, pam-pam, tenggorokan, lmpa, ^jal dan ldah) dan jeroan hjau (lambung, usus, lemak dan esophagus). \ Bagan Ketujuh Pemerksaan Postmortem Pasal8 (1) Pemerksaan post-mortem dlakukan oleh dokter hewan atau petugas yang dtunjuk d bawah pengawasan dokter hewan.
1 (2) Pemerksaan post-mortem dlakukan terhadap kepala, s ron^a dada dan perut serta karkas. (3) Karkas dan organ yang dnyatakan dtolak atau dcurga hams segera dpsahkan untuk dlakukan pemerksaan lebh lanjut. (4) Apabla dtemukan penyakt hewan menular dan zoonoss, maka dokter hewan/petugas yang dtunjuk d bawah pengawasan dokter hewan hams segera mengambl tndakan sesua dengan prosedur yang dtetapkan. Bagan Kedelapan Pembelahan Karkas Pasal 9 * (1) Karkas dbelah dua sepanjang tulang belakang dengan kampak yang tajam (2) Karkas dapat dbelah dua atau empat sesua kebutuhan. Bagan Kesemblan Pelayuan j Pasal 10 (1) Karkas yang telah dpotong/dbelah dapat dsmpan sementara (2) Karkas selanjutnya sap dangkut ke pasar. [ BAB PENUTUP Pasal 11 Peraturan n mula berlaku pada tan^al dundangkan. Agar setap orang mengetahunya, memerntahkan pengundangan Peraturan n dengan penempatannya dalam Berta Daerah Kabupaten Pactan. Dtetapkan d Pactan \ Pada tanggal, S' - -
(2) Pemerksaan post-mortem dlakukan terhadap kepala, s ron^a dada dan perut serta karkas. (3) Karkas dan organ yang dnyatakan dtolak atau dcurga hams segera dpsahkan untuk dlakukan pemerksaan lebh lanjut (4) Apabla dtemukan penyakt hewan menular dan 2X)onoss, maka dokter hewan/petugas yang dtunjuk d bawah pengawasan dokter hewan hams segera mengambl tndakan sesua dengan prosedur yang dtetapkan. ' Bagan Kedelapan Pembelahan Karkas! Pasal 9 (1) Karkas dbelah dua sepanjang tulang belakang dengan kampak yang tajam (2) Karkas dapat dbelah dua atau empat sesua kebutuhan. Bagan Kesemblan Pelayuan Pasal 10 (1) Karkas yang telah dpotong/dbelah dapat dsmpan sementara (2) Karkas selanjutnya sap dangkut ke pasar. BAB PENUTUP Pasal 11 Peraturan n mula berlaku pada tanggal dundangkan. Agar setap orang mengetahunya, memerntahkan pengundangan Peraturan n dengan penempatannya dalam Berta Daerah Kabupaten Pactan. Dtetapkan d Pactan Pada tanggal, 5, - 1 2012 BUPAT PACTAN Cap.ttd Dundangkan d Pactan Pada tanggal S Januar 2012 NDARTATO SEKRETARS DAERAH KABUPATEN PACTAN r. MULYONO. MM. Pembna Utama Madya NP. 19571017 198303 1 014 BERTA DAERAH KABUPATEN PACTAN TAHUN 2012 NOMOR 7