Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

PERBEDAAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AWAL DAN TINGKAT AKHIR FARHAND DIANSYAH FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. linieritas. Tahap berikutnya setelah melakukan uji asumsi yaitu uji

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITTIAN. kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

74 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang. ada di dalam penelitian ini (Azwar, 2004, h.5).

KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB III METODE PENELITIAN

Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Berdasarkan Besar Kompensasi Pada Profesi Guru. Ade Prastya Nugraha. Prof. Dr. A.M.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM yang ada (Ambarwati, 2002), karena itu Sumber daya Manusia

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya dalam bentuk data numerikal (Sumarsono, Kedua variabel tersebut seabagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. akan dicapai dalam penelitian ini,

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. yang hati hati, teratur dan terus menerus, sedangkan untuk mengetahui bagaimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistik.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. mengetahui hubungan antara employee engagement dengan burnout

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Iklim organisasi (atau disebut juga suasana organisasi) adalah. serangkaian lingkungan kerja di sekitar tempat kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan dan jenis penelitian. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan uji statistik dengan


BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah atau untuk pengujian hipotesis suatu penelitian.

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel variabel yang diteliti yaitu kompensasi dan

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian diartikan sebuah cara untuk menyelesaikan

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian Yang digunakan Metode penelitian merupakan unsur penting di dalam penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

BAB III METODE PENELITIAN. operasional, variable penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian, (B) Defenisi operasional penelitian, (C) Populasi dan

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Peran Dukungan Sosial di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Kerja Karyawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian yang terdapat dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. individu menjadi tenaga kerja ahli yang terampil dan berkualitas. Ketika

Transkripsi:

Psikodimensia Vol. 14 No.1, Januari - Juli 2015, 97-115 EMPLOYEE ENGAGEMENT DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan employee engagement, sekaligus menguji secara empirik pengaruh persepsi beban kerja terhadap employee engagement. Hasil hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap beban kerja dengan employee engagement. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara penelitian kuantitatif dan menggunakan metode skala. Penelitian ini menggunakan teknik analisisis korelasi product moment. Hasil analisa F = 0,651 (p < 0,01), hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap beban kerja dengan employee engagement. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Kata kunci : persepsi, beban kerja, employee engagement PENDAHULUAN Kehidupan ekonomi industri tidak bisa terlepas dari budaya persaingan. Organisasi industri dan non industri di Indonesia saling bersaing menjual produk berupa barang dan jasa kepada konsumen. Organisasi melakukan berbagai upaya, baik memperhatikan sumber daya fisik, keuangan, kemampuan memasarkan, serta sumber daya manusia. Sumber daya manusia dibutuhkan untuk meningkatkan kompetitif suatu organisasi, serta terkait dengan bagaimana mengelola sumber daya tersebut. Menurut Fisher, et al (dalam Widhianingtanti, 2010, hal.3) dasar pengelolaan manusia sebenarnya juga dapat ditiru, namun strategi yang paling efektif bagi organisasi dalam menemukan cara-cara yang unik dan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja menarik, mempertahankan, serta memotivasi karyawan mereka lebih emosi terhubung dengan peran kerja mereka. sulit untuk ditiru oleh yang lainnya. Istilah employee Pengelolaan sumber engagement dipaparkan oleh daya manusia bukanlah suatu hal yang mudah karena Macey, et al (dalam Nurofia, 2009, hal.2) yaitu berkaitan dengan bagaimana engagement menunjukan organisasi membuat seseorang fokus pada tujuan karyawan menjadi nyaman dan energi, yang merupakan sehingga memunculkan bukti dari adanya inisiatif, ikatan emosi (engage) dengan penyesuaiant diri, usaha dan organisasi. Penggunaan ketahanan individu terhadap konsep employee engagement organisasi. Engagement saat ini menjadi populer di kalangan dunia industri. Kahn (dalam Albrecht,2010, hal.4) adalah yang pertama mengeluarkan teori tentang memiliki kandungan energi psikis dan behavioral. Energi psikis adalah apa yang karyawan hayati atau alami. Energi psikis karyawan kaitan kerja dan engagement. digambarkan sebagai Kahn mendiskripsikan perasaaan antusiasme, fokus karyawan yang engage akan secara fisik, pikiran dan dan energized. Tidak merasa lelah, tetapi justru menyenangkan, asik sampai

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo lupa waktu karena sangat melebur dengan pekerjaan, asik tetapi tetap menyadari posisi diri dalam kaitannya menggunakan istilah work engagement. Namun, kedua istilah ini tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam dengan rekan kerja ddan apa yang organisasi inginkan. menjelaskan karyawan. engagement Employee Energi behavioral adalah apa yang ditampilkan yang terlihat oleh orang lain. engagement dilihat sebagai suatu kekuatan yang dapat memberikan motivasi bagi Energi behavioral dapat karyawan untuk ditunjukan dengan sikap proaktif, persistance (daya meningkatkan kinerja pada tingkat yang lebih tinggi juang tinggi), adaptif dan role dibandingkan sebelumnya. expantion (perluasan peran). Pada dasarnya, definisi employee engagement tidak dapat diterima secara umum karena employee engagement diartikan melalui berbagai cara dan dengan perspektif yang berbeda-beda. Beberapa Kekuatan tersebut berupa komitmen, baik bagi perusahaan maupun pada pekerjaanya, dan juga berupa rasa memiliki terhadap pekerjaan, perasaan bangga, usaha yang lebih dari biasanya, dan semangat peneliti menggunakan istilah dalam menyelesaikan employee engagement dan pekerjaan. (Wellins & sebagian lainnya

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja Colceman, dalam Wulandari, perusahaan. Sementara 2010, hal.5). karyawan yang dissengage Penelitian mengenai cenderung menampilkan employee engagement mulai menjadi daya tarik bagi perilaku yang disruptive. Penelitian yang peneliti di Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurofia (2009, hal.1) menunjukan hasil bahwa karyawan yang merasa dilakukan oleh Vazirani (2007, SIES College of Management Studies, hal. 3) menunjukan bahwa karyawan yang tidak engaged engage (feel engage) akan cenderung berkonsentrasi menampilkan perilaku yang engage. Perilaku engage memberikan dampak positif bagi organisasi yaitu peningkatan revenue atau pendapatan perusahaan, lebih produktif, lebih customerfocused, lebih aman (kecelakaan kerja minimal), dan tidak ingin keluar dari organisasi, mereka juga lebih peduli dengan tujuan pada tugas-tugas yang diberikan daripada tujuan, serta karyawan yang tidak engaged sering merasa diabaikan di perusahaan karena mereka tidak memiliki hubungan yang produktif dengan manager atau atasan dan rekan kerja. Hal ini berarti bahwa employee engagement yang rendah dapat menyebabkan dampak

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo negatif atau kerugian bagi perusahaan. daya didistribusikan di seluruh organisasi. Konsep ini Mc Bain (2007, hal.17) menjelaskan bahwa salah satu penggerak utama seringkali dengan Ivancevich berhubungan kompensasi. mengemukakan employee engagement adalah lingkungan kerja (working life). Kenyamanan kondisi lingkungan kerja menjadi pemicu terciptanya employee engagement. Ada beberapa kondisi lingkungan kerja yang diharapkan dapat bahwa ada peneliti yang telah menerapkan konsep keadilan distributif ke dalam situasi ke tempat kerja secara luas termasuk politik organisasi, masa jabatan, pembimbingan, dan kepuasan dengan tingkat tunjangan. Menurut Gilliland, menciptakan employee pandangan lain mengenai engagement, salah satunya adalah lingkungan kerja yang memiliki keadilan distributif dan prosedural. Ivancevich,dkk (2006, keadilan distribusi mengacu pada kewajaran terhadap aktual outcome seperti beban kerja, penghasilan dan lainlain yang diterima oleh hal.161-162) distributif Keadilan merupakan seorang pekerja (Hani, 2000, h.59) keadilan yang dipersepsikan Hal ini berhubungan mengenai bagaimana dengan persepsi karyawan, penghargaan dan sumber apabila karyawan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja mendapatkan keadilan merupakan salah satu faktor distributif dan prosedural dari yang mempengaruhi organisasi maka karyawan akan membangun ikatan emosi yang lebih dalam pada organisasi. Berkaitan dengan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap beban kerja karyawan merupakan salah Employee Engagement. Berdasarkan pengamatan dan analisa, peneliti dan konsultan di PT. X menemukan bahwa karyawan memiliki beban kerja yang tidak seimbang. Beban kerja yang tidak satu bentuk keadilan distributif. seimbang mengakibatkan dapat perasaan Persepsi terhadap karyawan akan beban kerja merupakan salah satu faktor yang akan ketidaksamaan mendistribusikan perusahaan sumber mempengaruhi distributif. keadilan Keadilan daya kepada organisasi atau karyawan akan merasa distributif merupakan aspek dari working life. Working Life merupakan faktor dari diperlakukan tidak adil dalam pendistribusian tugas dan tanggung jawab kepada Employee Engagement, maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing Sebagai karyawan. pendukung persepsi beban kerja pengamatan dan analisa

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo peneliti dengan konsultan di PT X, peneliti melakukan wawancara dengan karyawan. demikian, beban kerja dapat terjadi karena persepsi. Jika semakin positif persepsi Berdasarkan hasil terhadap beban kerja wawancara dengan karyawan PT.X, 5 orang karyawan mengakui dan menyadari karyawan, maka karyawan akan merasa semakin mendapat keadilan distributif bahwa perusahaan sedangkan jika semakin memberikan pekerjaan atau tugas yang banyak. Mereka merasa pekerjaannya tidak bisa diselesaikan dalam waktu 8 jam/ sehari, mereka negatif pesepsi terhadap beban kerja karyawan, maka karyawan akan semakin merasa tidak mendapat keadilan distributif. bisa menyelesaikan pekerjaan Pengamatan dan 9-10 jam sehari. Kondisi wawancara dengan karyawan dimana perusahaan juga dilakukan berkaitan memberikan tugas dan dengan employee tanggung jawab yang banyak dalam waktu tertentu dapat engagement. Observasi dan wawancara di PT. X mengakibatkan kelelahan dilakukan pada tanggal 9-15 pada pekerja dan September 2014 di kantor mengganggu kesehatan pusat dan kantor cabang. pekerja. Hal ini yang disebut Peneliti mendapatkan data dengan beban kerja. Dengan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja jumlah karyawan tetap sebanyak 40 orang. memiliki energi psikis dan behavioral. Peneliti menemukan Berdasarkan data dari fakta menarik yang berkaitan dengan employee engagement pada karyawan. Berdasarkan PT.X yang peneliti dapatkan tanggal 5 Oktober 2014, data turnover karyawan sejak karakteristik employee PT.X berdiri tanggal 1 engagement menurut Macey (dalam Nurofia, 2009, hal.6-11), karyawan di PT.x adalah karyawan yang memenuhi Januari 2010 adalah sebesar 5,1% per tahun. Maka berdasarkan data turnover tersebut, dapat dinyatakan karakteristik employee bahwa turnover rendah. Hal engagement. 40 orang karyawa tetap di PT. X sampai saat ini masih bertahan bekerja sejak perusahaan berdiri pada ini merupakan salah satu bukti yang dapat mendukung bahwa tingkat employee engagement karyawan PT. X cukup tinggi tanggal 1 Januari 2010. Berdasarkan paparan Berdasarkan pengamatan di atas, dapat disimpulkan peneliti pada tanggal 30 September di kantor pusat dan cabang menunjukan bahwa karyawan PT. X bahwa PT. X belum memperlakukan karyawannya dengan adil yang berkaitan dengan beban kerja. Hal ini

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo bertitik tolak dengan dengan hasil observasi dan wawancara bahwa karyawan PT.X memenuhi karakteristik karyawan yang engaged. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah persepsi terhadap beban kerja merupakan faktor terjadinya employee engagement. employee engagement memiliki aspek semangat, dedikasi, dan keasyikan. Semangat ditunjukan dengan level enerji yang tinggi dan resiliensi mental saat bekerja, kemauan untuk menginvestasikan usaha dan tenaga pada suatu pekerjaan, kekuatan dan ketahanan meski menghadapi situasi yang sulit. Dedikasi ditunjukan dengan mengarah pada kekuatan yang Peneliti bertujuan melibatkan pekerjaan seseorang dan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan Employee Engagement pada karyawan PT.X Hubungan Employee Engagement ditinjau dari Persepsi Terhadap Beban Kerja Menurut Schaufeli dan Baker (dalam UWES,2003, h.18) aspekaspek dari employee engagement adalah: Karyawan yang memiliki mengalami perasaan signifikan, antusias, inspirasi, kebanggan dan tantangan. Keasyikan (absorption) ditandai dengan konsentrasi penuh dan secara penuh bahagia dalam pekerjaan, waktu berjalan sangat cepat dan kadang sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan. Menurut Mc Bain (2007,hal.17), working life merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya employee

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja engagement. Working Life atau kondisi lingkungan kerja yang diharapkan dapat menciptakan employee engagement adalah lingkungan kerja yang memiliki keadilan distributif dan prosedural. Hal ini terjadi karena karyawan yang memiliki persepsi bahwa karyawan mendapat keadilan distributif dan prosedural akan beraku adil pada organisasi dengan cara membangun ikatan emosi yang lebih dalam pada organisasi. Ivancevich,dkk (2006, seperti beban kerja, penghasilan dan lain-lain yang diterima oleh seorang pekerja (Hani, 2000, h.59). Keadilan disributif terjadi karena persepsi karyawan tersebut. Hal ini berhubungan dengan persepsi karyawan, apabila karyawan mendapatkan keadilan distributif dan prosedural dari organisasi maka karyawan akan membangun ikatan emosi yang lebih dalam pada organisasi. Salah satu persepsi yang mempengaruhi keadilan distributif adalah persepsi hal.161-162) mengemukakan terhadap beban kerja. Beban kerja keadilan distributif merupakan keadilan yang dipersepsikan mengenai bagaimana penghargaan dan sumber daya didistribusikan di seluruh organisasi. Menurut Gilliland, pandangan lain mengenai keadilan distribusi mengacu pada kewajaran terhadap aktual outcome yang tidak seimbang dapat mengakibatkan perasaan karyawan akan ketidaksamaan perusahaan mendistribusikan sumber daya kepada organisasi atau karyawan akan merasa diperlakukan tidak adil dalam pendistribusian tugas dan tanggung jawab kepada masing-

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo masing karyawan. Kondisi dimana perusahaan memberikan tugas dan tanggung jawab yang banyak dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan kelelahan pada pekerja dan mengganggu kesehatan pekerja. Hal ini yang disebut dengan beban kerja. Dengan demikian, beban kerja dapat terjadi karena persepsi. Jika semakin positif persepsi terhadap beban kerja karyawan, maka karyawan akan merasa semakin mendapat keadilan distributif sedangkan jika semakin negatif pesepsi terhadap beban kerja karyawan, maka karyawan akan semakin merasa tidak mendapat keadilan distributif. Persepsi terhadap beban kerja tersebut memiliki persepsi yang positif maka mereka akan menganggap beban kerja sebagai tantangan dalam bekerja sehingga mereka lebih sungguh-sungguh dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif persepsi beban kerja. Apabila persepsi negatif yang muncul, maka beban kerja dianggap sebagai tekanan kerja sehingga dapat mempengaruhi kinerja individu serta memiliki dampak negatif bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Robbins (2007, hal.90) menyatakan bahwa positif dan merupakan penilaian individu negatif beban kerja merupakan mengenai sejumlah tuntutan tugas yang membutuhkan aktivitas mental dan fisik dan harus diselesaikan pada waktu tertentu. Apabila individu masalah persepsi. Persepsi terhadap beban kerja merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keadilan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja distributif. Keadilan distributif merupakan aspek dari working life. Working Life merupakan faktor dari Employee Engagement. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa persepsi terhadap beban kerja memiliki hubungan dengan employee engagement. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti menunjukkan skema persepsi beban kerja merupakan salah satu faktor yang sederhana mengenai hubungan antara employee engagement mempengaruhi Employee terhadap persepsi terhadap beban Engagement. Hubungan antara kerja, sebagai berikut: employee engagement dengan persepsi terhadap beban kerja yaitu karyawan yang memiliki persepsi terhadap beban kerja positif, maka akan memiliki keadilan distributif dan prosedural yang baik, dan juga semakin baik keadilan distributif maka semakin baik working life maka akan semakin baik pula employee enaggement sedangkan karyawan yang memiliki persepsi terhadap beban kerjanya negatif, begitupula sebaliknya. Maka, dapat

Psikodimensia Vol. 14 No.1, Juli Desember 2015, 97-115 PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA WORKING LIFE EMPLOYEE ENGAGEMENT Skema. Hubungan Employee Engagement terhadap Persepsi terhadap Beban Kerja Hipotesis Hipotesa yang diajukan adalah terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap beban kerja dengan employee engagement. Artinya semakin positif persepsi terhadap beban kerja maka semakin tinggi employee engagement dan sebaliknya. METODE PENELITIAN Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah employee engagement, sedangkan variabel bebas adalah persepsi terhadap beban kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan dua alat ukur skala yaitu skala employee engagement dengan berpedoman pada aspek-aspek semangat, dedikasi, dan keasyikan. Skala persepsi terhadap beban kerja yang mengandung komponen, intensitas dalam bekerja, tuntutan dari pekerjaan, tuntutan dari pekerjaan, kompleksitas dalam pekerjaan, kelelahan akibat pekerjaan. Subyek Penelitian Adapun populasi penelitian ini adalah Karyawan PT.X tersebar di berbagai kota di Jawa Tengah, yaitu Semarang, Jepara, dan Pemalang. Kriteria sampel yang dipakai yaitu karyawan tetap PT.X yang masa kerjanya 2-5 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, teknik pengambilan sampel sacara sengaja atau atas pertimbangan peneliti dan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja sampel tidak bisa diambil secara acak.(danim, 2010, hal. 98) kerja memiliki koefisien korelasi antara 0,315 sampai 0,762 Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala yang dibuat sendiri oleh penulis yaitu skala employee engagement, skala persepsi terhadap beban kerja. Skala disajikan dalam bentuk item favorable dan unfavorable dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Reliabilitas Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik koefisiensi. Hasil uji realibilitas skala employee engagement menunjukkan alpha sebesar 0,811. Skala persepsi terhadap beban kerja memiliki alpha sebesar 0,874. Validitas Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua teknik yang berbeda, yaitu teknik korelasi product moment dari Karl Pearson yang telah dikoreksi lagi dengan menggunakan teknik korelasi part whole untuk skala employee engagement. Koefisien validitas bergerak antara koefisien korelasi antara 0,398 sampai 0,683.Skala persepsi terhadap beban Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk mencari hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan employee engagement. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah korelasi product moment. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan teknik Kolmogorov Smirnov Z (K-SZ) menunjukkan bahwa data variabel

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo employee engagement dan persepsi terhadap beban kerja berdistribusi normal. Hasil uji linearitas tiga variable tersebut menunjukkan adanya hubungan linear. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara employee engagement dan persepsi terhadap beban kerja. Hal ini ditunjukkan dengan F = 0,651 dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). PEMBAHASAN Berdasarkan uji hipotesis menggunakan analisis korelasi product moment Karl pearson diperoleh F= 0,651 dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara employee engagement dengan persepsi terhadap beban kerja. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi skor persepsi terhadap beban kerja seorang karyawan maka semakin tinggi skor employee engagement seorang karyawan, begitu pula sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima. Sumbangan efektif persepsi terhadap beban kerja adalah R= 0,423 artinya sebesar 42,3%. Hal ini berarti sebagian besar dari persepsi beban kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap employee engagement karyawan, sisanya sebesar 57,5% untuk faktor-faktor lain yang mempengaruhi employee engagement pada karyawan. Berdasarkan hasil perhitungan empiris penelitian ini diketahui bahwa variabel employee engagement menunjukkan hasil Mean Empirik (Me) sebesar 26,50. Jika dibandingkan dengan Mean Hipotetik (Mh) sebesar 17 dan standard deviasi hipotetik (SDh) 4, maka dapat dilihat bahwa pada saat penelitian subjek memiliki tingkat employee engagement sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja turnover karyawan sejak PT.X berdiri tanggal 1 Januari 2010 adalah sebesar 5,1% per tahun. Maka berdasarkan data turnover tersebut, dapat dinyatakan bahwa turnover rendah. Karyawan di PT.X juga menunjukan karakteristik karyawan engaged yang dilihat berdasarkan karakteristik employee engagement (Macey, dalam Nurofia, 2009). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa working life merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya employee engagement (Mc Bain, 2007, hal.17). Working Life atau kondisi lingkungan kerja yang diharapkan dapat menciptakan employee engagement adalah lingkungan kerja yang memiliki keadilan distributif dan prosedural. Hal ini terjadi karena karyawan yang memiliki persepsi bahwa karyawan mendapat keadilan distributif dan prosedural akan berlaku adil pada organisasi dengan cara membangun ikatan emosi yang lebih dalam pada organisasi Ivancevich,dkk (2006, hal.161-162) mengemukakan keadilan distributif merupakan keadilan yang dipersepsikan mengenai bagaimana penghargaan dan sumber daya didistribusikan di seluruh organisasi. Menurut Gilliland, pandangan lain mengenai keadilan distribusi mengacu pada kewajaran terhadap aktual outcome seperti beban kerja, penghasilan dan lain-lain yang diterima oleh seorang pekerja (Hani,2000,h.59). Keadilan disributif terjadi karena persepsi karyawan tersebut. Dengan demikian, beban kerja dapat terjadi karena persepsi. Jika semakin positif persepsi terhadap beban kerja karyawan, maka karyawan akan merasa semakin mendapat keadilan distributif sedangkan jika semakin negatif

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo pesepsi terhadap beban kerja karyawan, maka karyawan akan semakin merasa tidak mendapat keadilan distributif. Dari hasil perhitungan nilai mean empirik (Me) diketahui bahwa persepsi terhadap beban kerja pada penelitian ini memiliki nilai mean empirik (Me) sebesar 53,43. Jika dibandingkan mean hipotetik (Mh) sebesar 45 dengan standard deviasi (SDh) 9, maka dapat dilihat bahwa pada saat penelitian subjek memiliki tingkat persepsi terhadap beban kerja yang tergolong tinggi. Persepsi terhadap beban kerja merupakan penilaian individu mengenai sejumlah tuntutan tugas yang membutuhkan aktivitas mental dan fisik dan harus diselesaikan pada waktu tertentu. Apabila individu tersebut memiliki persepsi yang positif maka mereka akan menganggap beban kerja sebagai tantangan dalam bekerja sehingga mereka lebih sungguh-sungguh dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif persepsi beban kerja. Apabila persepsi negatif yang muncul, maka beban kerja dianggap sebagai tekanan kerja sehingga dapat mempengaruhi kinerja individu serta memiliki dampak negatif bagi dirinya maupun perusahaan tempat bekerja. Robbins (2007, hal. 90) menyatakan bahwa positif dan negatif beban kerja merupakan masalah persepsi. Dalam penelitian ini, skor persepsi karyawan terhadap beban kerja adalah tinggi yang berarti persepsi terhadap beban kerja karyawan positif. Persepsi terhadap beban kerja merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keadilan distributif. Keadilan distributif merupakan aspek dari working life. Working Life merupakan

Employee Engagement Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Beban Kerja faktor dari Employee Engagement. Hal ini juga dapat membuktikan bahwa persepsi terhadap beban kerja dapat mempengaruhi employee engagement, yaitu semakin positif persepsi terhadap beban kerja karyawan maka semakin tinggi employee engagement karyawan, semakin negatif persepsi terhadap beban kerja karyawan maka semakin rendah employee engagement karyawan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap beban kerja terhadap employee engagement. Hal ini berarti bahwa semakin positif persepsi terhadap beban kerja, maka semakin tinggi employee engagement karyawan, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan maka saran Bagi perusahaan adalah dapat memberikan intervensi terhadap management perusahaan dalam mempertahankan persepsi terhadap beban kerja karyawan yang positif dan employee engagement karyawan. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti harus lebih berhati-hati dalam menemukan masalah yang sebenarnya yang sesuai dengan kondisi lapangan, penelitian akan semakin baik jika subyek penelitian adalah karyawan yang berada di Top Manager, penyusunan item pada alat ukur diperbanyak atau menggunakan alat ukur UWES (Utrecht Work Engagement Scale, tidak menggunakan try out terpakai dan menggunakan subjek lebih banyak,peneliti selanjutnya bisa melakukan penelitian kaitan employee engagement dengan organizational justice (interaksional, distributif, dan prosedural) DAFTAR PUSTAKA Albrecht, S.L. 2010. Handbook of Employee Engagement. Massachusets: Edward Elgar

Katarina Edwina Saputri dan Sumbodo Prabowo Danim. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Liberty Bandung :Institute Teknologi Bandung (ITB) Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:BPFE Ivancevich,John.Robert,K.Michael,T. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit Erlangga Widhianingtanti,L.T. 2010. Faktor- Faktor yang mempengaruhi Employee Engagement. Laporan Penelitian. Semarang :Unika Soegijapranata McBain, R. (2007). The practice of engagement: research into current employee engagement practice. Strategic HR Review, Vol. 6, No. 6 Nurofia. 2009. Mengenal Employee Engagement. Psikomedia-Jurnal Psikologi Maranatha, 6(1). ISSN 1441-9285 Robbins. 2008. Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Schaufeli. 2003. Utrecht Work Engagement Scale: Preliminary Manual Version 1.Utrecht University Vazirani.2007. Employee Engagement Working Paper Series. SIES College of Management Studies Wulandari. 2010. Analisis Pengaruh Total Returns terhadap Tingkat Engagement Dosen Institut Teknologi Bandung.Thesis.