BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

dokumen-dokumen yang mirip
sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

III. METODE PENELITIAN

DAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. menembus dengan volume 67 ton biji gelondong kering (Direktorat Jenderal

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

ANALISIS SENSITIVITAS

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

(The analysis of profitability, comparative advantage, competitive advantage and import policy impact on beef cattle fattening in west java)

IV. METODE PENELITIAN

PENENTUAN PRODUK UNGGULAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN GIANYAR

STUDI KELAYAKAN BISNIS ( Domestic Resource Cost )

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

IV METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

IV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

Pengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI DI JAWA TIMUR

ANALISIS KEBIJAKAN KOPI ROBUSTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PENGUATAN REVITALISASI PERKEBUNAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

SENSITIVITAS DAYA SAING JERUK LOKAL KABUPATEN JEMBER [SENSITIVITY OF JEMBER LOCAL CITRUS COMPETITIVENESS]

EFISIENSI DAN DAYA SAING SISTEM USAHATANI PADI

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUKOMUKO (STUDI KASUS DESA BUMI MULYA)

III. METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH

ANALISIS DAYASAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

IV. METODE PENELITIAN

PEMODELAN DAN STRATEGI COMPETITIVENESS AGRIBISNIS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST DI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

Analysis of Competitiveness and Marketing Channels Ikan Kembung ( Rastrelliger sp.) in Rembang Regency, Central Java Effect

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

DAYA SAING KACANG TANAH PRODUKSI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Ubi Jalar Seluruh Provinsi Tahun 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

ANALISIS DAYA SAING USAHA PEMBESARAN IKAN NILA PETANI PEMODAL KECIL DI KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAMIKA DAYA SAING USAHA RUMPUT LAUT Competitive and Comparative Dinamics of the Seaweed Busineses

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

IV. METODE PENELITIAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan

DAYA SAING USAHATANI LADA DI LAMPUNG

Keunggulan Komparatif dan Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung

ANALISIS DAYA SAING MANGGIS INDONESIA DI PASAR DUNIA (STUDI KASUS DI SUMATERA BARAT)

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS RUMPUT LAUT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAYA SAING USAHA BUDI DAYA IKAN PATIN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ABSTRACT ABSTRAK

Jl. Veteran Malang Telp (0341)

Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PALA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI)

Transkripsi:

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini diperoleh beberapa simpulan, implikasi kebijakan dan saran-saran seperti berikut. 7.1 Simpulan 1. Dari hasil analisis PAM multi period jambu mete selama 18 tahun, menunjukkan bahwa secara privat (finansial) rata-rata total penerimaan (total revenue) petani adalah sebesar Rp 105.108.724,11 /ha dengan total biaya (total cost) sebesar Rp 29.615.806,96 /ha maka keuntungan finansial yang diperoleh sebesar Rp 75.492.917,15 /ha, dengan nilai PBCR sebesar 3,55. Sedangkan, secara sosial (ekonomi) menunjukkan bahwa rata-rata total penerimaan (total revenue) adalah sebesar Rp 97.506.794,88 /ha dengan total biaya (total cost) sebesar Rp 88.874.519,12 /ha maka keuntungan ekonomi petani dari usahatani jambu mete di Kabupaten Karangasem adalah sebesar Rp 8.632.275,76 /ha.dengan nilai SBCR sebesar 1,10. 2. Usahatani komoditas jambu mete di Kabupaten Karangasem memiliki daya saing secara internasional, yang di tunjukkan oleh besarnya rasio sumberdaya domestik (DRC) yang ditimbulkan lebih kecil dari satu, yaitu sebesar 0,91. Disamping itu juga memiliki daya saing secara finansial, yang tercermin dari rasio biaya privat yang ditimbulkan lebih kecil dari satu, yaitu sebesar 0,24. 3. Dampak kebijakan pemerintah terhadap sistim komoditas jambu mete di 136 Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut:

137 a. Divergensi dalam penerimaan (revenue) sebesar Rp 7.601.929,23 /ha (bernilai positif) disebabkan oleh perbedaan harga privat yang diterima petani dengan harga sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat transfer penerimaan dari konsumen kepada produsen (petani) atau konsumen membeli dan produsen (petani) menerima dengan harga yang lebih tinggi dari harga seharusnya. Dari analisis tingkat proteksi terhadap output, nilai NPCO yang dihasilkan adalah 1,08 atau petani menerima harga output (privat) lebih tinggi sebesar 8% dibanding harga paritas impor. Dapat dikatakan bahwa petani jambu mete di Kabupaten Karangasem dalam melakukan usahataninya telah menikmati proteksi atau perlindungan output dari pemerintah. b. Divergensi input yang diperdagangkan (tradable) sebesar Rp 419.039,08 /ha. Itu berarti terdapat kebijakan yang menghasilkan harga privat yang lebih rendah atau petani sebagai konsumen membayar harga input secara keseluruhan lebih murah daripada harga sosialnya (pasar internasional). Dapat dikatakan nilai negatif pada divergensi input tradabel menunjukkan adanya kebijakan subsidi. c. Divergensi faktor domestik pada usahatani komoditas jambu mete menunjukkan nilai negatif, atau sebesar Rp 58.839.673,09 /ha. Nilai divergensi faktor domestik yang negatif menunjukkan adanya kebijakan subsidi dari pemerintah. d. Divergensi keuntungan bersih (net profit) usahatani jambu mete sebesar Rp 66.860.641,39 /ha. Nilai divergensi keuntungan bersih (net profit) yang

138 positif, berarti bahwa terdapat kebijakan insentif pada usahatani jambu mete di Kabupaten Karangasem, membuat surplus pada produsen (petani) bertambah atau kebijakan insentif membuat usahatani jambu mete menjadi efisien. e. Analisis Effective Protection Coefficient (EPC) bernilai 1,09 atau lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tambah privat lebih besar dari nilai tambah sosial, atau terdapat insentif positif dari pemerintah pada sistem komoditas tersebut. Besarnya proteksi yang diterima petani dan sistem komoditas jambu mete di Kabupaten Karangasem adalah sebesar 9%. Itu berarti adanya kebijakan terhadap output dan input secara keseluruhan menguntungkan petani dan sistem komoditas. f. Nilai PC usahatani jambu mete di Kabupaten Karangasem adalah 8,75. Nilai ini menunjukkan keuntungan privat (finansial) yang jauh lebih besar, yaitu lebih dari 8,75 kali lipat dari keuntungan sosial (ekonomis). Berdasarkan nilai PC ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan berbagai kebijakan pemerintah yang diterapkan pada usahatani jambu mete mengakibatkan keuntungan bertambah. g. Subsidy Ratio to Producers (SRP) adalah ukuran dari gabungan seluruh transfer effects yang terjadi. Hasil analisis diperoleh nilai SRP sebesar 0,69. Itu berarti divergensi antara keuntungan finansial dan ekonomi pada usahatani jambu mete sekitar 69% dari pendapatan kotor (gross profit). Besarnya transfer positif (positive transfers) di atas menunjukkan bahwa secara umum kebijakan pemerintah atau distorsi pasar yang ada

139 memberikan dampak yang menguntungkan bagi petani jambu mete, karena petani jambu mete menerima subsidi positif dibandingkan jika tidak ada kebijakan pemerintah. 7.2 Implikasi Kebijakan 1. Usahatani jambu mete di Kabupaten Karangasem akan mencapai titik impas, ketika harga mete gelondongan kering internasional sebesar Rp 4.902,28 /kg. Sedangkan, harga mete gelondongan kering internasional yang diterima petani pada periode penelitian adalah sebesar Rp 10.204,43 /kg lebih tinggi dari titik impas. Tingginya harga mete gelondongan kering internasional ini, mencerminkan risk premium yang ditanggung oleh importir jauh di atas titik impas dan menunjukkan tingginya keuntungan ekonomi yang diterima petani. 2. Jika harga bayangan output turun sebesar 20 % sehingga harga bayangan menjadi Rp 8.103,54 /kg mete gelondongan kering. Pada kondisi ini usahatani jambu mete di Kabupaten Karangasem masih tetap memiliki daya saing pada nilai finansial (keunggulan kompetitif), namun sudah tidak lagi memiliki keunggulan komparatif (daya saing pada nilai ekonomi), karena nilai DRC meningkat menjadi 1,16. 3. Jika biaya transportasi naik sebesar 25 % sebagai dampak kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), menyebabkan nilai PCR dan DRC lebih kecil dari satu. Keadaan ini menunjukkan bahwa usahatani jambu mete masih tetap memiliki daya saing pada nilai finansial (keunggulan kompetitif) dan ekonomi (keunggulan komparatif). Namun tingkat daya saing pada nilai

140 ekonomi (keunggulan komparatif) semakin melemah dibandingkan sebelumnya, karena nilai DRC meningkat menjadi 0,95. 4. Jika produktivitas mete gelondongan kering turun sebesar 20 % akan meningkatkan nilai PCR, DRC dan SRP. Itu berarti bahwa usahatani jambu mete masih tetap memiliki daya saing pada nilai finansial (keunggulan kompetitif) karena nilai PCR masih < 1. Namun tingkat daya saing pada nilai finansial (keunggulan kompetitif) tersebut semakin melemah dibandingkan sebelumnya, karena nilai PCR meningkat menjadi 0,30. Sebaliknya penurunan produktivitas mete gelondongan kering sebesar 20 % menyebabkan hilangnya tingkat daya saing pada nilai ekonomi (keunggulan komparatif), karena nilai DRC meningkat menjadi 1,15. 5. Perubahan nilai tukar rupiah pada interval Rp 8.500,00 per $ US sampai dengan Rp 10.000,00 /$ US, menyebabkan sistim usahatani komoditas jambu mete di Kabupaten Karangasem tetap memiliki daya saing secara finansial dan daya saing secara ekonomi. Ada kecenderungan semakin menguatnya nilai tukar rupiah (apresiasi) semakin kuat daya saing pada nilai ekonomi (keunggulan komparatif). 7.3 Saran 1. Oleh karena hasil analisis menunjukkan bahwa nilai PCR (0,24 ) lebih kecil dari nilai DRC (0,91), maka usahatani komoditas jambu mete di Kabupaten Karangasem sebenarnya masih tetap memerlukan campur tangan pemerintah untuk menunjang daya saing pada nilai ekonomi (internasional). Kebijakan

141 pemerintah yang sesuai dengan ketentuan WTO antara lain berupa tarifikasi dan akses pasar tanpa mengurangi perlindungan terhadap petani. 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani komoditas jambu mete di Kabupaten Karangasem layak untuk terus dikembangkan, namun penurunan produktivitas mete gelondongan kering hingga 20 % akan menyebabkan melemahnya daya saing pada nilai finansial dan hilangnya daya saing pada nilai ekonomi, oleh karena itu diperlukan adanya pemeliharaan tanaman jambu mete secara baik dan upaya perbaikan teknologi budidaya tanaman jambu mete.