BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PERBAIKAN LAYOUT WORKSHOP UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA WAREHOUSE DI DIVISI PRODUCT PT. ABC

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3,4

Systematic Layout Planning

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan di UD. Wirakarya

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS HASIL

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

Improvement Gudang Finished Good di PT. FSCM Manufacturing Indonesia

Perbaikan Manajemen Pergudangan Plant B di PT XYZ

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Rancangan Perbaikan Penataan Gudang di PT. Bondi Syad Mulia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #9

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan setiap proses produksi (Dionisius Narjoko, 2013). Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu

PERANCANGAN TATA LETAK DAN PALLET RACKING SYSTEM SEBAGAI PENDUKUNG PENGENDALIAN BARANG DI GUDANG PRODUK JADI (Studi Kasus PT. Tiara Kurnia Malang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN LUAS LANTAI PERTEMUAN #9 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PERANCANGAN 4.1 Kriteria Perancangan

Program StudiTeknikIndustri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS HASIL

ANALISIS PENINGKATAN WAKTU PELAYANAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. sempurna karena adanya kebutuhan project baru yang belum pasti, sehingga layout

Pembahasan Materi #10

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN. Pundu Learning Centre

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK BARU AKIBAT PERLUASAN PABRIK (Studi Kasus di PT. Mega Andalan Kalasan, Yogyakarta) SKRIPSI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR ) Pembimbing MSIE. 1. Ir. Farry Firman, 2. Ir. Rakhma Oktavina, MT. Universitas Gunadarma 1. Teknik Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

di CV. NEC, Surabaya

III BAB I PENDAHULUAN

PERTEMUAN 3 (MENENTUKAN SPESIFIKASI & TARGET) KAMIS, 20 OKTOBER 2016

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

Gambar I.1 Mesin CNC Haas Turning ST-20

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN MODUL KE-3 PRAKTIKUM MATERIAL HANDLING PERHITUNGAN ONGKOS MATERIAL HANDLING

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Usulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Jarak Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbaikan Manajemen Pergudangan pada PT. FSCM

PERANCANGAN TATA LETAK BENGKEL JAT AKIBAT PERLUASAN BENGKEL SKRIPSI

Optimasi Jarak dan Waktu Material Handling dengan Perbaikan Layout Berdasarkan Class Based Storage dan Simulasi

5.3 Perhitungan Jumlah Kebutuhan Rak Saat Ini Perhitungan Utilisasi Saat Ini Perhitungan Utilisasi Rak Saat Ini

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CORELAP PADA PT. VOLTAMA

BAB III PERANCANGAN EVAPORATOR Perencanaan Modifikasi Evaporator

Pembahasan Materi #6

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, yang biasanya memiliki salah satu ciri

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

PABRIK DAN POLA ALIRAN BAHAN (STUDI KASUS GARUDA BRASS PATI)

Berdasarkan data yang terkumpul dari

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

USULAN PEMILIHAN ALAT PEMINDAH DAN RAK PENYIMPANAN KACA DI GUDANG PT. MATAHARIJAYA MAKMUR, SEMARANG TUGAS AKHIR

(Sumber :

BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

48 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Didalam melakukan survei dalam penulisan skripsi/tugas akhir, penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara, observasi, dan melakukan pencatatan terhadap data yang diberikan oleh perusahaan. Data - data yang dikumpulkan berupa data area workshop (bengkel), layout workshop, layout warehouse, data luas area tiap tiap area di workshop, dan data data lainnya. 4.1.1 Data Umum Perusahaan PT. ABC mempunyai 3 area pabrik (Plant) dan 4 area pendukung dalam pembuatan, perakitan, dan pendistribusian unit sepeda motor dengan hak pemegang merk dagang XYZ. Ketiga (3) area pabrik itu adalah Pabrik 1 (Sunter), Pabrik 2 (Pegangsaan), dan Pabrik 3 (Cikarang). Dan Keempat area pendukung adalah DMD Div, Part Centre, AHTC, serta Divisi Product. Dibagian Divisi Product inilah tugas akhir penulis lakukan untuk memenuhi syarat lulus Sarjana 1.

49 Divisi Product merupakan divisi yang bertujuan khusus untuk melakukan verifikasi unit sepeda motor dalam bentuk Model Baru ataupun Mass Pro Model. Dengan berlokasi di Jalan Tipar Cakung, memiliki luas keseluruhan sebesar yang terdiri dari satu gedung utama, yang meliputi area kantor (office) dengan dua lantai, serta area workshop yang meliputi lab-lab pengetesan unit motor, warehouse, dan lain-lain. Gambar 4.1. Gedung Divisi Product Lantai 1 gedung Divisi Product dibagi menjadi 2 area bagian utama yaitu area kantor (office) dan area bengkel (workshop). Area kantor mempunyai luas sebesar 984 m 2 terdiri dari : 1. Lobby 2. Toilet

50 3. Locker Room 4. Musholah 5. Project Room 1 6. Project Room 2 7. Meeting Room 2 8. CAD/CAE 9. Office 10. Gom Room 11. Ups Room 12. Electric Room 13. Dining Room Dan untuk area bengkel (workshop) mempunyai ukuran panjang dan lebar 42 m x 41 m dengan luas keseluruhan sebesar 1778 m 2 yang terdiri dari : 1. Workshop A 2. Workshop B 3. Workshop C 4. Workshop D 5. Workshop E 6. Workshop F 7. Workshop G 8. Workshop H

51 9. Warehouse (Gudang) 10. Parkir Unit 11. LAB 1 12. LAB 2 13. LAB 3 14. LAB 4 15. LAB 5 16. Office Warehouse 17. R. Pengukuran 18. Workshop CNC & Drill 19. Toilet 20. Mushalah 21. Workshop Cutting & Welding 22. Workshop N Berikut adalah denah gedung Divisi Product lantai 1 untuk area kantor (office) dan area bengkel (workshop).

52 Gambar 4.2. Layout Gedung Divisi Product Office Lantai 1 dan Workshop 4.1.2 Data Workshop Workshop (Bengkel) di Divisi Product yang mempunyai ukuran panjang dan lebar 42 m x 41 m dengan luas keseluruhan sebesar 1778 m 2, yang terdiri dari beberapa workshop, labotarium, dan area pendukung, yang akan dijelaskan pada gambar 4.3 dan tabel 4.1 berikut ini.

Gambar 4.3. Layout Workshop 53

Tabel 4.1. Data luas area bagian-bagian workshop 54

55 4.1.3 Layout Warehouse (Gudang) Warehouse (Gudang) di Divisi Product mempunyai luas area sebesar 110,22 m 2 dengan panjang 18,37 m dan lebar 6 m. Warehouse (Gudang) ini terbentuk atas lemari-lemari dan kerangkeng yang tersusun rapi, berdekatan satu sama lainnya. Lemari yang tersusun terbagi dua yaitu lemari pintu tanpa kaca dan lemari pintu dengan kaca. Untuk kerangkeng hanya 1 jenis saja. Berikut jumlah lemari-lemari dan kerangkeng yang tersusun membentuk warehouse (gudang). Tabel 4.2. Jenis lemari dan kerangkeng di Warehouse (Gudang) No Jenis Jumlah 1 Lemari Pintu Tanpa Kaca (LP) 24 pcs 2 Lemari Pintu Dengan Kaca (LK) 20 pcs 3 Kerangkeng (K) 30 pcs

56 Dari jumlah tersebut diatas, maka terbentuklah layout warehouse (Gudang) yang sekarang ini, seperti gambar 4.4 di bawah ini. Gambar 4.4. Layout Warehouse (Gudang) Saat ini

57 Lemari-lemari dan kerangkeng yang tersusun itu sehingga membentuk suatu layout warehouse (gudang) di Divisi Product yang sekarang ini. Selanjutnya untuk dimensi lemari pintu tanpa kaca (LP), lemari pintu dengan kaca (LK) dan kerangkeng (K) sebagai berikut : 1. Lemari pintu tanpa kaca (LP) Gambar 4.5. Lemari pintu tanpa kaca (LP) Lemari pintu tanpa kaca (LP) mempunyai spesifikasi sebagai berikut : 1. Panjang x Lebar x Tinggi = 910 mm x 460 mm x 1820 mm 2. Material = Plat Besi

58 3. Jumlah Tingkat = 4 Tingkat 4. Jenis Pintu = Open (width) 2. Lemari pintu dengan kaca (LK) Gambar 4.6. Lemari pintu dengan kaca (LK) Lemari pintu dengan kaca (LK) mempunyai spesifikasi sebagai berikut : 1. Panjang x Lebar x Tinggi = 910 mm x 460 mm x 1820 mm 2. Material = Plat Besi + Kaca (Pintu) 3. Jumlah Tingkat = 4 Tingkat

59 4. Jenis Pintu = Geser (Slide) 3. Kerangkeng (K) Gambar 4.7. Kerangkeng (K) Kerangkeng mempunyai spesifikasi sebagai berikut : 1. Panjang x Lebar x Tinggi = 1300 mm x 700 mm x 1600 mm 2. Material = Plat Besi + Besi Kotak 3. Jumlah Tingkat = 4 Tingkat 4. Jenis Pintu = Open (width)

60 Dari layout wokshop diatas input-output barang/part yang di-request oleh Divisi Product yang dikirimkan dari logistik, PPC, plant 1, plant 2 dan plant 3 diterima di area shipping yang kemudian barang dikirimkan ke office warehouse menggunakan trolly atau manual selanjutnya dilakukan pendataan dan proses memasukan ke dalam database. Dalam proses pengiriman barang dari area shipping ke office warehouse seorang operator menempuh jarak sebesar 41 meter, dan menghabiskan waktu rata-rata sebanyak 45 detik. Dari layout workshop diatas juga, area warehouse (gudang) dan office warehouse (kantor gudang) terpisah sejauh 36 meter untuk jarak terdekat untuk melakukan penyimpanan dan pengambilan part, dan jarak terjauh untuk melakukan penyimpanan dan pengambilan sebesar 56 meter, seperti dijelaskan pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.3. Jarak aktivitas penyimpanan dan pengambilan part

61 Tabel 4.4. Waktu tempuh untuk aktivitas penyimpanan dan pengambilan part Dalam aktivitas diatas kemungkinan akan terjadi proses bolak-balik (back ward) yang menyebabkan jarak yang ditempuh oleh operator semakin jauh dan waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Dalam 1 kali aktivitas barang/part yang diterima dari area shipping dan kemudian dibawa ke office warehouse selanjutnya di kirimkan ke warehouse (gudang), operator menempuh jarak terdekat (minimum) sebesar 77 meter (gambar 4.4) dengan rata-rata ± 1 menit 28 detik dan jarak terjauh (maksimum) sebesar 97 meter (gambar 4.5), dengan rata-rata ± 1 menit 45 detik waktu yang terbuang untuk melakukan aktivitas tersebut dalam 1 kali. Sehingga menyebabkan operator kelelahan dan keletihan yang lebih diakibatkan aktivitas tersebut. Berikut dibawah ini penjelasan gambarnya.

62 Gambar 4.8. Aktivitas pengiriman dan penyimpanan dengan jarak terdekat layout saat ini Untuk pengambilan yang diukur hanya jarak waktu pengambilannya sehingga jarak terdekat pengambilan barang sama dengan jarak terdekat penyimpanan.

63 Gambar 4.9. Aktivitas pengiriman dan penyimpanan dengan jarak terjauh layout saat ini Untuk pengambilan yang diukur hanya jarak waktu pengambilannya sehingga jarak terjauh pengambilan barang sama dengan jarak terjauh penyimpanan.

64 4.1.4 Jenis-Jenis Material / Barang yang disimpan Barang yang disimpan di warehouse (gudang) terdiri dari beberapa jenis-jenis barang yang memiliki karakteristik, ukuran, bentuk yang berbedabeda. Biasanya untuk setiap barang/part mempunyai identifikasi yang unik yaitu part number dan part name. Part number ini digunakan sebagai primary key dalam proses penyimpanan dan pengambilan barang/part project. Contoh : 53100-KWB -90 (part number); PIPE COMP STEERING HANDLE (part name). Berikut kelompok besar jenis barang/part di warehouse (gudang) yang disimpan didalam lemari-lemari dan kerangkeng, yaitu; 1. Barang Consumable Yaitu jenis barang/part yang digunakan rutin untuk kebutuhan sepeda motor seperti Oli, Battery, dan spare part lainnya. Gambar 4.10. Contoh barang/part consumable

65 2. Barang Project Yaitu part-part sepeda motor yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengetesan-pengetesan yang dilakukan oleh masing-masing bagian di PQE, part jenis inilah yang banyak pada warehouse (gudang). Seperti rangka motor (Frame Body), Ban, part-part plastik, muffler, dan lain-lain. Gambar 4.11. Contoh barang/part project 3. Barang Hasil Pengetesan Yaitu part-part yang merupakan hasil-hasil pengetesan yang masih di simpan untuk kebutuhan database part yang sewaktu-waktu dapat digunakan lagi untuk referensi pengetesan. Contohnya seperti mesin unit motor, muffler, dan lain-lain.

66 Gambar 4.12. Contoh barang hasil pengetesan 4. Barang Non-Consumable Yaitu jenis barang/part yang digunakan pada waktu-waktu tertentu untuk kebutuhan support pengetesan. Seperti amplas, cat, dan lain-lain. Gambar 4.13. Contoh barang non-consumable

67 4.1.5 Penyimpanan Barang Saat Ini Barang/part saat ini disimpan di warehouse (gudang) belum teridentifikasi dan tertata dengan baik, Sehingga operator mengalami kesulitan dalam melakukan penyimpanan dan pengambilan barang/part. Berikut adalah penyimpanan barang penyimpanan saat ini.

68 Gambar 4.14. Penyimpanan di Warehouse (gudang) Keadaan saat ini juga masih ada barang-barang/part-part yang masih tidak dapat disimpan didalam lemari-lemari ataupun kerangkeng dikarenakan dimensi dari barang/part tersebut yang cukup panjang dan besar, biasanya barang/part tersebut adalah Frame Body (Rangka Motor) dan Tire (Ban Luar), sehingga barang/part tersebut diletakan dilantai dan membutuhkan tempat yang besar dan terlihat tidak tersusun dengan dengan baik, seperti gambar 4.15 dan 4.16 berikut ini.

Gambar 4.15. Penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) 69

70 Gambar 4.16. Penyimpanan Ban (Tire) Jika barang/part tidak di tata secara optimal maka akan terjadi masalah baru yaitu area warehouse (gudang) menjadi berantakan, dapat menyebabkan dimensi barang/part menjadi NG (not good). Sehingga dibutuhkan suatu solusi untuk peletakan optimal dari Frame Body (Rangka Motor) dan Tire (ban luar).

71 4.1.6 Data Ban (Tire) dan Frame Body (Rangka Motor) 4.1.6.1 Ban (Tire) Di PT. ABC mempunyai jenis yang beragam disesuaikan dengan type motor yang ada. Berikut Tabel 4.5 menjelaskan ukuran-ukuran ban (tire) yang dipakai. Gambar 4.17. Contoh Ban (Tire)

72 Tabel 4.5. Ukuran Ban Dari tabel diatas penjelasannya sebagai berikut : 1. Kode Imperial 2,75-18 M/C 2.75 menyatakan lebar ban dalam satuan inchi, dan untuk 18 menyatakan ukuran velg/rim dalam satuan inchi yang digunakan. 2. Kode Metric 70/90 17 M/C 70 menunjukan lebar ban dalam satuan mili meter, 90 menunjukkan tinggi ban terhadap lebarnya, 90 berarti perbandingan tinggi ban 90% dari lebarnya. Jika lebar 70 mm maka tinggi ban 90% x 70 mm = 63 mm. 17 menunjukkan diameter velg / rim dalam satuan inchi.

73 Tabel 4.6. Ukuran Ban (Tire) Depan Tabel 4.7. Ukuran Ban (Tire) Belakang Dari data tabel ukuran ban (tire) detail dimensi yang digunakan untuk perhitungan pembuatan rak adalah 1. Lebar Ban (tire) Lebar ban (tire) yang digunakan adalah rata-rata dari rata-rata lebar ban depan dan ban belakang, yaitu :

74 Lebar Ban yang digunakan = = 75,985 mm + 88 mm 2 81,995 mm 2. Diameter ban Diameter ban merupakan hasil dari penjumlahan dari tinggi ban dan diameter velg. Jadi diameter rata-ratanya, yaitu Diameter Ban Depan = 69,885 mm + 403,86 mm = 473,745 mm Diamter Ban Belakang = 78,2 mm + 403,86 mm = 482,05 mm Diameter yang digunakan untuk perhitungan yaitu = 473,745 mm + 482,05 mm 2 = 477,8975 mm

75 4.1.6.2 Frame Body (Rangka Motor) PT. ABC mempunyai jenis frame body (rangka motor) yang berbedabeda untuk tipe sport, cub, dan matik. Sehingga proses penyimpanannya membutuhkan tempat khusus, agar part tersebut tidak rusak dan secara dimensi OK. Gambar 4.18. Contoh Frame Body (Rangka Motor) Dimensi Frame Body (Rangka Motor) di PT. ABC berbeda-beda untuk tipe sport, cub dan skuter.

76 Tabel 4.8 Dimensi Frame Body (Rangka Motor) 4.1.7 Flow Proses Gudang Saat Ini Sistem pada warehouse (gudang) Divisi Product terbagi dalam 3 bagian proses, yaitu : 1. Flow Proses Permintaan Part Gambar 4.19 Flow Proses Permintaan Part

77 Divisi Product disini terdiri dari sub-departemen sub-departemen yang terdapat di Divisi Product itu sendiri, dan EQ team yang menyerahkan list kebutuhan part untuk melakukan pengetesan. List tersebut kemudian diterima oleh TSAD (Technical Support Administration Data), selanjutnya dilakukan pendataan dan pengelompokan part, selanjutnya melakukan proses pembuatan dokumen permintaan yang ditujukan untuk ke logistik di PT. ABC Selanjutnya TSAD akan melakukan konfirmasi persediaan part ke bagian logistik, jika part sudah tersedia akan dilakukan konfirmasi waktu pengambilan part, selanjutnya TSAD melakukan pengambilan part dengan mengirimkan manpower ke PPC untuk pengambilan part, kemudian membawanya ke Divisi Product. 2. Flow Proses Penyimpanan Part Gambar 4.20. Flow Proses Penyimpanan Part

78 Part atau barang yang datang, kemudian dilakukan proses cek part untuk memastikan jumlahnya, selanjutnya menggunakan hand pallet, trolly dan manual untuk dibawa ke office warehouse disini part yang datan g dimasukan kedalam database, kemudian barang/part tersebut dibawa untuk disimpan didalam warehouse (gudang). 3. Flow Proses Pendistribusian Part Gambar 4.21. Flow Pendistribusian Part

79 3.1.8 Database Warehouse (Gudang) Dalam database yang ada di warehouse (gudang) Divisi Product terbagi menjadi dua database yaitu untuk database barang/part project dan barang/part consumable. Database tersebut menggunakan file excel sebagai tools untuk mengontrol proses penyimpanan dan pengambilan barang/part. Berikut akan dijabarkan database barang/part project dan barang/part consumable. 1. Database Barang/part Consumable Database barang/part Consumable hanya digunakan untuk part-part selain project, yaitu part yang sudah menjadi Mass Production dan part yang digunakan untuk kebutuhan test rutin. Berikut adalah database barang/part consumable:

80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gambar 4.22. Database Barang/part Consumable Note penjelasan gambar 4.22 : Nomor 1 : Urutan data barang/part yang ada diexcel Nomor 2 : Penjelasan untuk Part Number dari barang/part tersebut. Nomor 3 : Penjelasan untuk Part Name dari barang/part tersebut. Nomor 4 : Penjelasan untuk Model dari barang/part tersebut digunakan. Nomor 5 : Penjelasan untuk Section dari barang/part tersebut di-request.

81 Nomor 6 : Penjelasan untuk Stock Awal barang/part tersebut di bulannya. Nomor 7 : Penjelasan untuk Total IN yaitu total barang/part tersebut yang masuk pada bulan tersebut. Nomor 8 : Penjelasan untuk Total OUT yaitu barang/part tersebut yang keluar pada bulan tersebut. Nomor 9 : Penjelasan untuk transaksi barang/part yang datang, di-input pertanggal di bulan tersebut. Nomor 10 : Penjelasan untuk transaksi barang/part yang keluar, di-input pertanggal tersebut. Setiap bulan database tersebut diperbahuri sesuai dengan bulan yang ada, sehingga untuk last stock dibulan sebelumnya menjadi first stock di bulan berikutnya. Misal, untuk part number 31500-KPH-881, BATTERY GTZ5S(GS) last stock pada bulan oktober 2010 sebanyak 26 dan saat masuk ke bulan november 2010 jumlah last stock tersebut menjadi first stock. Data transaksi barang/part keluar atau masuk di-input-kan sesuai dengan di tanggal yang telah dicantumkan, selanjutnya jumlah data transaksi keluar dan masuk tersebut di jumlahkan, sehingga menghasil nilai stock barang/part yang tersedia.

82 2. Database Barang/part Project Database barang/part project digunakan untuk part-part project yang sedang berjalan, atau yang sedang berlangsung, database project ini berasal dari matrix kebutuhan part yang dibuat oleh tim project tersebut. Jika project yang sedang berjalan itu menjadi Mass Production, maka part tersebut berubah menjadi barang/part consumable, sehingga data part tersebut dipindahkan ke database barang/part consumable. Berikut contoh database part project; 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 4.23. Database part-part project Note penjelasan gambar 4.17 : Nomor 1 : Urutan data barang/part yang ada diexcel.

83 Nomor 2 : Penjelasan untuk Part Name dari barang/part tersebut. Nomor 3 : Penjelasan untuk Part Number dari part tersebut. Nomor 4 : Penjelasan untuk Qty/jumlah dari part tersebut. Nomor 5 : Penjelasan untuk planning/requirement dari part-part tersebut. Nomor 6 : Penjelasan untuk jumlah part yang diterima di warehouse, jumlah part yang di-request dengan jumlah part yang diterima. Nomor 7 : Penjelasan untuk persentase (%) pencapaian dari part yang direquest dengan part yang diminta. Nomor 8 : Penjelasan untuk last stock, yaitu stock yang tersedia setelah part tersebut di distribusikan ke bagian yang requierment. Nomor 9 : Penjelasan untuk Total IN yaitu total barang/part tersebut yang masuk pada bulan tersebut. Nomor 10 : Penjelasan untuk Total OUT yaitu barang/part tersebut yang keluar pada bulan tersebut.

84 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Activity Relationship Chart (ARC) Analisa untuk layout usulan dengan mencari hubungan-hubungan antara workshop secara kualitatif. Simbol kualitatif yang digunakan antara lain A (Mutlak perlu didekatkan), E (Sangat Penting didekatkan), I (Penting untuk didekatkan), O (Cukup/Biasa), U (Tidak Penting) dan X (Tidak di Kehendaki Berdekatan). Berikut ini workshop-workshop yang disertakan dalam mencari Activity Relationship Chart (ARC) antara lain : 1. Workshop A 2. Workshop B 3. Workshop C 4. Workshop D 5. Workshop E 6. Workshop F 7. Workshop G 8. Workshop H 9. Warehouse (Gudang) 10. Parkir Unit 11. Office Warehouse

85 12. R. Pengukuran 13. Workshop CNC & Drill 14. Toilet 15. Mushalah 16. Workshop Cutting & Welding 17. Workshop N Untuk Workshop N akan kedatangan mesin baru yang membutuhkan area yang lebih besar dan persyaratan-persyaratan untuk jauh dari getaran, bunyi, debu, dan ruangan yang lebih tertutup. Sehingga Workshop N akan mengalami perubahan dari kondisi saat ini. Untuk LAB - LAB yang disebutkan dibawah ini tidak akan mengalami perubahan dikarenakan lokasinya saat ini sudah fix, sehingga penulis melakukan pembatasan pada area area dibawah ini tidak dicantumkan didalam Activity Relationship Chart (ARC), yaitu 1. LAB 1 2. LAB 2 3. LAB 3 4. LAB 4 5. LAB 5 Activity Relationship Chart (ARC) ditunjukkan pada gambar 4.24 di bawah ini.

86 Gambar 4.24. Activity Relationship Chart (ARC) Hasil dari Activity Relationship Chart (ARC) di rekapitulasi kedalam work sheet, bertujuan untuk memudahkan perancangan untuk mengetahui tingkat hubungan sebuah pusat kegiatan atau fasilitas satu dengan yang lainnya. Berikut hasil rekapitulasinya di tabel 4.9.

Tabel 4.9. Work Sheet Dari Activity Relationship Chart (ARC) 87

Gambar 4.25. Activity Template Block Diagram (ATBD) 88

89 Gambar 4.26. Activity Relationship Diagram (ARD) Gambar diatas menjelaskan hubungan keterkaitan masing-masin g workshop-workshop di Divisi Product. Office Warehouse (kantor gudang) mempunyai keterkaitan dengan Warehouse (gudang) dengan nilai rating A sangat mutlak perlu untuk di dekatkan, dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan dalam proses penyimpanan dan pengambilan barang/part, dengan cara mendekatkan office warehouse (kantor gudang) dan warehouse (gudang) sehingga dapat mengurangi jarak dan waktu tempuh yang dilakukan oleh operator warehouse (gudang) dalam menjalankan pekerjaannya. Untuk Workshop N memiliki nilai Rating E sangat penting

90 untuk didekatkan dengan R. Pengukuran, dikarenakan Workshop N membutuhkan area, dan ruang, serta peralatan dan fasilitas yang sama. Dari hasil Activity Template Block Diagram (ATBD) maka penulis mendapatkan layout workshop usulan yang baru, seperti gambar berikut ini. Gambar 4.27. Layout Workshop Usulan

Tabel 4.10. Data layout workshop usulan 91

92 4.2.2 Pengembangan produk penyimpanan Ban (Tire) Berikut ini akan dijabarkan untuk pengembangan produk pembuatan tempat untuk penyimpanan barang/part Ban (Tire) dengan metode pengembangan produk, agar barang/part tersebut dapat di simpan lebih efektif. 4.2.2.1 Identifikasi kebutuhan pelanggan penyimpanan Ban (Tire) Tahap yang pertama dalam pengembangan produk penyimpanan Ban (tire) yaitu identifikasi kebutuhan pelanggan. Untuk kebutuhan pelanggan disini penulis melakukan observasi dan memutuskan identifikasi kebutuhan pelanggan, sehingga penulis tidak menggunakan kuesioner dan pertanyaan untuk pengembangan produk penyimpanan Ban (Tire) tersebut. Kebutuhan selanjutnya akan dijelaskan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.11. Daftar Kebutuhan Pengembangan Produk Penyimpanan Ban (Tire)

93 Dari kebutuhan tersebut diatas selanjutnya akan diberikan pembobotan berdasarkan kepentingan relatif dari pernyataan tersebut. Kepentingan relatif didasarkan dari asumsi penulis, dengan memberikan skala 1 sampai 5. Setiap skala menunjukan : 1. Tidak diinginkan 2. Tidak penting 3. Bagus untuk dimiliki 4. Sangat diinginkan 5. Sangat penting Tabel 4.12. Menetapkan Kepentingan Relatif Setiap kebutuhan

94 4.2.2.2 Spesifikasi Produk Tempat Penyimpanan Ban (Tire) Setelah menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan maka tahap identifikasi kebutuhan pelanggan sudah selesai dilakukan. Selanjutnya masuk ke tahap menentukan spesifikasi produk. Tetapi terlebih dahulu dibuat daftar kebutuhan pelanggannya serta tingkat kepentingannya agar mudah dalam membuat metrik untuk tempat penyimpanan Ban (Tire). Daftar ini mengacu pada daftar kepentingan relatif setiap kebutuhan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan. Tabel 4.13.Daftar Kebutuhan PelangganTempat Penyimpanan Ban (Tire) Untuk membuat target spesifikasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat daftar metrik. Hubungan antara kebutuhan dan metrik merupakan inti dari proses penetapan spesifikasi. Dengan asumsi menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan dan diaplikasikan sehingga dapat

95 berfungsi dengan baik. Berikut daftar metrik untuk tempat penyimpanan ban (tire). Tabel 4.14. Daftar Metrik Untuk Tempat Penyimpanan Ban (Tire) Dalam tabel 4.15. memperlihatkan hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan daftar metrik yang sering disebut dengan Matriks-metrik kebutuhan (need-metrics matrix).

96 Tabel 4.15. Matriks-Metrik Kebutuhan Setelah melakukan membuat tabel matrik metrik kebutuhan, langkah selanjutnya adalah menentukan spesifikasi akhir. Dalam spesifikasi akhir, menggunakan nilai ideal yang merupakan hasil terbaik yang diharapkan untuk menuntun tahap pengembangan konsep. Berikut adalah tabel spesifikasi akhir Tabel 4.16. Spesifikasi Akhir Tempat Penyimpanan Ban (Tire)

97 4.2.2.3 Konsep Produk Tempat Penyimpanan Ban (Tire) Sesudah menentukan spesifikasi akhir maka, langkah selanjutnya adalah tahap konsep produk. Pada tahap ini penulis membuat konsep produk dengan mendesain langsung produk berdasarkan spesifikasi akhir yang telah dibuat sebelumnya. Berikut adalah konsep produknya Produk mempunyai rak/tingkat untuk penyimpanan Ban (Tire) untuk menghemat tempat. Dimensi panjang tempat penyimpanan Max 3500 mm, Tinggi tempat penyimpanan Max 3100 cm. Produk mudah dibuat. Dapat menyimpan ban (tire) minimal 120 pcs 4.2.2.4 Desain Produk Tempat Penyimpanan Ban (Tire) Berdasarkan identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, dan konsep produk diatas, maka desain produk yang dirancang untuk tempat penyimpanan ban (tire), Seperti berikut ini :

Gambar 4.28. Desain Tempat Penyimpanan Ban (Tire) 3 dimensi 98

99 Gambar 4.29. Desain Tempat Penyimpanan Ban (Tire) 2 Dimensi Spesifikasi dari pembuatan rak ban (tire) seperti diatas menghabiskan material sebanyak 40 meter pipa berdiameter 100 mm atau sebanyak 7,4 potongan pipa berdiameter 100 mm. Dengan memiliki 4 tingkat rak dapat untuk menyimpan ban (tire) sebanyak 120 pcs minimal.

100 4.2.3 Pengembangan produk tempat penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) Berikut ini akan dijabarkan untuk pengembangan produk pembuatan tempat untuk penyimpanan barang/part Frame Body (Rangka Motor) dengan metode pengembangan produk, agar barang/part tersebut dapat di simpan lebih efektif. 4.2.3.1 Identifikasi kebutuhan pelanggan Tahap yang pertama dalam pengembangan produk penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) yaitu identifikasi kebutuhan pelanggan. Untuk kebutuhan pelanggan disini penulis melakukan observasi dan memutuskan identifikasi kebutuhan pelanggan, sehingga penulis tidak menggunakan kuesioner dan pertanyaan untuk pengembangan produk penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) tersebut. Kebutuhan selanjutnya akan dijelaskan pada tabel dibawah ini:

101 Tabel 4.17. Daftar Kebutuhan Pengembangan Produk Penyimpanan Rangka Motor Dari kebutuhan tersebut diatas selanjutnya akan diberikan pembobotan berdasarkan kepentingan relatif dari pernyataan tersebut. Kepentingan relatif didasarkan dari asumsi penulis, dengan memberikan skala 1 sampai 5. Setiap skala menunjukan : 1. Tidak diinginkan 2. Tidak penting 3. Bagus untuk dimiliki 4. Sangat diinginkan 5. Sangat penting

102 Tabel 4.18. Menetapkan Kepentingan Relatif Setiap kebutuhan 4.2.3.2 Spesifikasi Produk Tempat Penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) Setelah menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan maka tahap identifikasi kebutuhan pelanggan sudah selesai dilakukan. Selanjutnya masuk ke tahap menentukan spesifikasi produk. Tetapi terlebih dahulu dibuat daftar kebutuhan pelanggannya serta tingkat kepentingannya agar mudah dalam membuat metrik untuk tempat penyimpanan frame body (rangka motor). Daftar ini mengacu pada daftar kepentingan relatif setiap kebutuhan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan.

103 Tabel 4.19. Daftar Kebutuhan Pelanggan Untuk membuat target spesifikasi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat daftar metrik. Hubungan antara kebutuhan dan metrik merupakan inti dari proses penetapan spesifikasi. Dengan asumsi menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan dan diaplikasikan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Berikut daftar metrik untuk tempat penyimpanan frame body (rangka motor). Tabel 4.20. Daftar Metrik Untuk Tempat Penyimpanan Rangka Motor

104 Dalam tabel 4.21. memperlihatkan hubungan antara kebutuhan pelanggan dengan daftar metrik yang sering disebut dengan Matriks-metrik kebutuhan (need-metrics matrix). Tabel 4.21. Matriks-Metrik Kebutuhan Setelah melakukan membuat tabel matrik metrik kebutuhan, langkah selanjutnya adalah menentukan spesifikasi akhir. Dalam spesifikasi akhir, menggunakan nilai ideal yang merupakan hasil terbaik yang diharapkan untuk menuntun tahap pengembangan konsep. Berikut adalah tabel spesifikasi akhir.

105 Tabel 4.22. Spesifikasi Akhir Tempat Penyimpanan Rangka Motor 4.2.3.3 Konsep Produk Tempat Penyimpanan Rangka Motor Sesudah menentukan spesifikasi akhir maka, langkah selanjutnya adalah tahap konsep produk. Pada tahap ini penulis membuat konsep produk dengan mendesain langsung produk berdasarkan spesifikasi akhir yang telah dibuat sebelumnya. Berikut adalah konsep produknya Produk mempunyai tingkat untuk penyimpanan rangka motor untuk menghemat tempat. Dimensi panjang tempat penyimpanan Max 3000 mm, Tinggi tempat penyimpanan Max 2200 mm. Produk mudah dibuat. Dapat menyimpan rangka motor minimal 10 pcs

106 4.2.3.4 Desain Produk Tempat Penyimpanan Rangka Motor Berdasarkan identifikasi kebutuhan pelanggan, spesifikasi produk, dan konsep produk diatas, maka desain produk yang dirancang untuk tempat penyimpanan rangka motor, Seperti berikut ini : Gambar 4.30. Desain Tempat Penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) 3 Dimensi

107 Gambar 4.31. Desain Tempat Penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) 2 dimensi Spesifikasi dari tempat penyimpanan Frame Body (Rangka Motor) menghabiskan material besi siku 4 x 4 cm, sepanjang 14 meter dan 3 meter besi pejal diameter 3 cm. Tempat penyimpanan frame body (rangka motor) disain ini dapat menampung sebanyak 22 frame body (rangka motor).

108 4.2.4 Menghitung Kecepatan Rata-Rata Data kecepatan rata-rata ini dihitung untuk menghitung waktu tempuh dari layout workshop usulan, dengan mengasumsikan kecepatan operator adalah sama. Dalam satu aktivitas pengiriman part dari shipping ke warehouse menempuh jarak sejauh 41 meter dengan ditempuh rata-rata selama 44.4 detik, dan aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part dari office warehouse ke warehouse (gudang) dengan jarak terdekat menempuh jarak sejauh 36 meter dengan ditempuh rata-rata selama 42 detik, dan aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part dari office warehouse ke warehouse (gudang) dengan jarak terjauh menempuh sejauh 56 meter dengan ditempuh rata-rata selama 61.6 detik. Dari penjelasan diatas maka akan didapatkan kecepatan rata-rata dari operator dalam melakukan setiap aktivitas tersebut. Dengan persamaan dibawah ini : S = V x T dimana : S = Jarak Tempuh V = Kecepatan T = Waktu Tempuh

109 Untuk mengetahui berapa besar kecepatan rata-rata yang dilakukan operator dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan sebelumnya. Maka persamannya berubah menjadi : V = S/T Dari persamaan diatas, kemudian dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kecepatan untuk melakukan aktivitas tersebut. Tabel 4.4 dibawah ini adalah hasil perhitungan dengan persamaan diatas. Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Jarak dibagi Waktu Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai kecepatan rata-rata sebesar 0,89 (m/s). Data ini akan digunakan untuk perhitungan waktu tempuh pada layout workshop usulan.

110 4.2.5 Identifikasi Barang/Part Barang/part yang tersimpan didalam lemari-lemari dan kerangkeng mempunyai karakteristik, ukuran, dan jenis yang berbeda-beda, sehingga penyimpanannya pun tidak sama. Saat ini barang/part tersebut terjadi ketidakefektifan dalam penyimpanan, serta menyulitkan dalam proses pengambilan barang/part tersebut, karena proses penyimpanannya tidak teridentifikasi secara jelas dan mudah untuk mengetahui dimana lokasi barang/part itu disimpan. Sehingga operator harus melakukan pencarian terlebih dahulu untuk menemukan barang/part yang di-request oleh departemen lain untuk kebutuhan pengetesan atau kebutuhan lainnya. Sehingga diperlukan suatu cara/sistem dalam proses identifikasi penyimpanan barang/part. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Melakukan identifikasi pada lemari-lemari dan kerangkeng untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan barang/part. Identifikasi itu dengan cara pemberian nomor pada setiap lemarilemari dan kerangkeng, berikut adalah cara pemberian nomor : L 0 1-1 2 Penjelasan : A B C D A : Kode pertama menunjukkan jenis lemari atau kerangkeng.

111 L : Lemari K : Kerangkeng B : Kode kedua menunjukkan urutan lemari atau kerangkeng. Exp : 01, 02, 03, 04, 05,..,dst. C : Kode ketiga menunjukkan urutan sekat (bin) vertikal, diberikan dari angka 1 hingga 4, dengan diurutkan dari atas kebawah. Exp: 1 Sekat (bin) 1 2 Sekat (bin) 2 3 Sekat (bin) 3 4 Sekat (bin) 4 D : Kode keempat menunjukkan urutan sekat (bin) horizontal, diberikan dari huruf A dan B, serta 0 dengan diurutkan dari kanan ke kiri, pemberian nomor ini untuk kerangkeng. Exp: A Sekat (bin) kanan B Sekat (bin) kiri 0 Tidak ada sekat Berikut ini contoh penomoran pada kerangkeng dan lemari pintu tanpa kaca. Untuk lemari pintu dengan kaca cara penomorannya sama, sehingga penulis tidak mencantumkanya.

112 Gambar 4.32. Contoh Cara Pemberian Identifikasi di kerangkeng Gambar 4.33. Contoh Cara Pemberian Identifikasi di Lemari Pintu Tanpa Kaca

113 2. Melakukan pemetaan lokasi penyimpanan barang/part berdasarkan karakteristik dan jenisnya, bertujuan untuk memudahkan operator dalam penyimpanan dan pengambilan dengan memperhatikan jarak dan waktu. Karakteristik dan jenisnya disini dibagi menjadi 3 yaitu; a. Barang/part Fast Moving yaitu barang/part yang mempunyai tingkat mobilitas / perpindahan yang cepat atau frekuensi pengambilan yang tinggi, serta yang serin g digunakan untuk proses pengetesan rutin. Contohnya : barang/part consumable, barang/part project yang sedang berjalan. b. Barang/part Slow Moving yaitu barang/part yang mempunyai tingkat mobilitas / perpindahan yang cenderun g lambat atau frekuensi pengambilan yang rendah. Contohnya : barang/part non-consumable, barang/part project yang sudah berjalan. c. Barang/part No Moving yaitu barang/part yang mempunyai tingkat mobilitas / perpindahan yang cenderung tidak ada atau frekuensi pengambilan yang sangat kecil sekali. Contohnya : barang/part hasil pengetesan, barang-barang lainnya yang

114 dimungkinkan tidak bergerak, kecuali dilakukan untuk penghancuran (Scraping). 3. Melakukan penataan di warehouse (gudang) sesuai dengan layout workshop dan layout warehouse (gudang) yang telah disetujui. 4. Membuat label untuk identifikasi pada barang/part yang disimpan didalam warehouse (gudang), sehingga barang/part mempunyai identitas yang jelas. Label ditempelkan di permukaan part yang mudah terlihat. Gambar 4.34. Contoh Label Identifikasi Part 5. Menambahkan kolom baru lokasi pada kolom database, untuk identifikasi lokasi dimana barang/part disimpan, sehingga memudahkan dalam proses penyimpanan dan pengambilan part.

Gambar 4.35. Database Usulan 115

116 4.3 Analisa Data 4.3.1 Analisa Layout Usulan Dari layout workshop usulan terjadi perubahan yang signifikan pada warehouse (gudang). Di layout workshop yang lama warehouse (gudang) jauh dari office warehouse, untuk di layout workshop usulan warehouse (gudang) dekat dengan office warehouse sehingga meminimalisasi mobilitas/perpindahan operator dalam melakukan penyimpanan dan pengambilan barang/part. Berikut ini digambarkan office warehouse (kantor gudang) dan layout warehouse (gudang) detail dengan susunan lemari-lemari, dan kerangkeng, serta untuk rak frame body (rangka motor) dan ban (tire). Gambar 4.36. Office Warehouse dan Layout Warehouse (Gudang) Usulan

117 Tabel 4.24. Jarak Aktivitas Penyimpanan dan Pengambilan Barang/part di Layout Wokshop Usulan Jarak aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part di layout usulan untuk pengiriman barang/part shipping ke office warehouse sebelumnya 41 meter menjadi 40 meter. Untuk penyimpanan dan pengambilan barang/part terdekat dari office warehouse ke warehouse (gudang) sebelumnya 36 meter menjadi 2,5 meter, dan untuk penyimpanan dan pengambilan barang/part terjauh dari office warehouse ke warehouse (gudang) sebelumnya 56 meter menjadi 22 meter. Dalam aktivitas penyimpanan barang/part dari shipping hingga lemarilemari dan kerangkeng di warehouse (gudang) jarak total terdekat yang ditempuh seorang operator sebesar 42,5 meter (sesuai gambar 4.20). Sedangkan untuk aktivitas pengambilan barang/part terdekat hanya dilakukan

118 dari office warehouse (kantor gudang) ke warehouse (gudang) sebesar 2.5 meter. Gambar 4.37. Aktivitas penyimpanan dan pengambilan terdekat dari Layout Usulan Dalam aktivitas penyimpanan barang/part dari shipping hingga lemarilemari dan kerangkeng di warehouse (gudang) jarak total terjauh yang ditempuh seorang operator sebesar 62 meter (sesuai gambar 4.21). Sedangkan untuk aktivitas pengambilan barang/part terjauh hanya dilakukan dari office warehouse (kantor gudang) ke warehouse (gudang) sebesar 22 meter.

119 Gambar 4.38. Aktivitas penyimpanan dan pengambilan terjauh dari layout usulan Berdasarkan pengolahan data untuk kecepatan rata-rata yang dilakukan oleh operator dalam melakukan aktivitas-aktivitas warehouse (gudang) dari pengiriman, penyimpanan hingga pengambilan barang/part didapat sebesar 0,89 m/s. Dari data tersebut maka dilakukan perhitungan untuk menentukan waktu tempuh yang dialami oleh operator di layout workshop usulan. Perhitungan dengan cara jarak dibagi kecepatan rata-rata, maka akan di dapatkan waktu tempuhnya. Tabel 4.25 berikut ini adalah hasil perhitungannya :

120 Tabel 4.25. Hasil perhitungan waktu tempuh layout workshop usulan Dari tabel diatas didapatkan untuk aktivitas pengiriman barang/part dari shipping ke office warehouse di layout workshop usulan dengan jarak tempuh sejauh 40 meter ditempuh dengan waktu 44,94 detik, sedangkan di layout workshop yang lama jarak 41 meter ditempuh selama 44.4 detik. Untuk aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part terdekat dengan jarak tempuh sejauh 2,5 meter ditempuh dengan waktu 2,81 detik, sedangkan di layout workshop yang lama jarak 36 meter ditempuh selama 42 detik. Dari layout workshop usulan aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part terdekat dapat menghemat selama 39,19 detik. Untuk aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part terjauh dengan jarak tempuh sejauh 22 meter ditempuh selama 24,72 detik, sedangkan di layout workshop yang lama jarak 56 ditempuh selama 61,6 detik. Dari layout workshop usulan aktivitas penyimpanan dan pengambilan barang/part terjauh dapat menghemat selama 36,88 detik.

121 4.3.2 Analisa Efektifitas Penyimpanan dan Pengambilan Part Setelah dilakukan penomoran pada kerangkeng, lemari-lemari dan penambahan 2 rak baru untuk frame body (rangka motor) dan ban (tire), maka disesuaikan dengan layout warehouse usulan. Maka layout warehouse dengan penomoran menjadi seperti gambar dibawah ini : Gambar 4.39. Layout Warehouse dengan penomoran Keterangan : L01 - L20 Lemari Pintu Dengan Kaca L21 L42 Lemari Pintu Tanpa Kaca K-43 K70 Kerangkeng part (kecuali frame body dan ban) K-71 Kerangkeng Frame Body (Rangka Motor)

122 K-72 Kerangkeng Ban (Tire) Pada saat ini belum adanya sistem penomoran pada setiap kerangkeng, dan lemari-lemari dan juga pemberian label identifikasi part, menyebabkan terjadinya ketidakefektifan dalam aktivitas penyimpanan dan pengambilan part, karena banyak waktu yang akan terbuang untuk mencari dimana barang/part tersebut disimpan, dan dimana barang/part tersebut akan disimpan. Sehingga dimungkinkan akan terjadi masalah salah ambil part. Masalah lain yang akan timbul adalah barang/part akan disimpan disembarang tempat sehingga penataan menjadi terlihat tidak rapi. Pemberian nomor pada setiap kerangkeng, lemari-lemari dan pemberian label identifikasi part akan sangat membantu operator dalam aktivitas penyimpanan dan pengambilan part. Jika sistem identifikasi ini diterapkan maka akan timbul keefektifan dalam aktivitas penyimpanan dan pengambilan part. Dikarenakan waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas penyimpanan ataupun pengambilan akan lebih cepat, dan tidak akan terjadi kesalahan dalam proses pengambilan part, serta penataan part akan terbentuk dengan rapi.