BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Tata Letak Fasilitas (PTLF) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di Mechanical Fabrication Department (lantai produksi Divisi Mekanik). Dari hasil pengamatan langsung oleh penulis, diperoleh gambaran layout untuk Mechanical Fabrication Department seperti yang terlihat pada Gambar 4.1. Setelah itu, dilakukan pengukuran secara langsung dengan menggunakan meteran untuk memperoleh data jarak antararea. Jarak terukur merupakan jarak tempuh terdekat yang memungkinkan untuk 2 area yang saling berhubungan.

2 129 MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT LAYOUT PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA DIPETAKAN OLEH : RATNA TANGGAL DIPETAKAN : 23 DESEMBER 2008 SEKARANG USULAN WELDING MACHINE AREA Luas = 24m 2 STORAGE AREA Luas = 8m 2 BENDING MACHINE AREA Luas = 6m 2 PUNCHING MACHINE AREA Luas = 6m 2 STEEL SHEET TREATMENT MACHINE AREA Luas = 10.5m 2 SHEARING MACHINE AREA Luas = 6m 2 ELECTRICAL DEPARTMENT AREA PAINTING AREA Luas = 8m 2 Gambar 4.1 Layout Sekarang

3 Gambar 4.2 Jarak Antararea pada Layout Sekarang 130

4 131 Berikut tabel ringkasan jarak antararea yang memiliki hubungan aliran kerja seperti pada Gambar 4.2 di atas: Tabel 4.1 Jarak Antararea pada Layout Sekarang Area Asal Tujuan Jarak (m) Storage Shearing Machine 5.6 Shearing Machine Punching Machine 1 Shearing Machine Bending Machine 4.2 Punching Machine Bending Machine 1 Bending Machine Welding Machine 2.5 Bending Machine Steel Sheet T. Machine 2.3 Welding Machine Steel Sheet T. Machine 3.3 Steel Sheet T. Machine Painting Machine 15.5 Painting Machine Electrical Fabrication Pengolahan Data Berdasarkan aliran kerja pada production process chart, maka dapat diidentifikasikan keterkaitan antara area-area yang terdapat di Mechanical Fabrication Department. Untuk membuat box panel, Shearing Machine mendapatkan pelat-pelat aluminium yang akan dipotong dari Storage Area; terjadi perpindahan material dari Storage Area ke Shearing Machine Area sebanyak 6 kali. Setelah pelat-pelat aluminium dipotong sesuai ukurannya, maka 3 pelat akan ditujukan ke Punching Machine Area untuk dilubangi dan 3 pelat ditujukan ke Bending Machine Area untuk ditekuk. Pelatpelat yang dilubangi merupakan sisi kanan, kiri, dan belakang box panel. Sementara yang tidak dilubangi adalah sisi atas, alas, dan sisi depan yang akan dijadikan pintu box panel. Pelat-pelat yang telah dilubangi kemudian dipindahkan ke Bending Machine Area untuk ditekuk. Kemudian, pelat-pelat yang telah ditekuk dipindahkan ke Welding

5 132 Machine Area untuk disambung dengan pengelasan. Output pengelasan ini sudah berupa body panel (box panel tanpa pintu). Pelat yang berfungsi sebagai pintu box panel tidak dilas, sehingga terdapat 1 pelat yang berpindah dari Bending Machine Area ke Steel Sheet Treatment Area. Body panel berpindah dari Welding Machine Area ke Steel Sheet Treatment Area. Setelah proses box treatment selesai dilakukan, maka body panel dan pintu panel berpindah ke Painting Area untuk dicat. Lalu body panel dan pintu panel ditujukan ke Electrical Fabrication Department untuk dilakukan perakitan komponen. Berikut From to Chart Frekuensi yang menggambarkan besarnya keterdekatan hubungan aliran antararea yang terjadi: Tabel 4.2 From to Chart Frekuensi FROM TO CHART FREKUENSI PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA No Nama Area Storage Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet Treatment Painting Electrical Department Total S 1 S Storage Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet Treatment Painting E Electrical Department Total E Dari FTC Frekuensi di atas, dibuat FTC Inflow dengan rumus sebagai berikut:

6 133 Nilai pada kotak matrik yang terisi (dari FTC frekuensi) FTC Inflow = Total kolom di mana kotak tersebut berada Tabel 4.3 From to Chart Inflow FROM TO CHART INFLOW PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA No Nama Area Storage Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet Treatment Painting Electrical Department Total S 1 S Storage Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet Treatment Painting 1 1 E Electrical Department 0 Total E Contoh perhitungan: Pada FTC Frekuensi, nilai untuk Storage Area ke Shearing Area adalah 6. Total nilai pada kolom Shearing Area adalah 6, sehingga FTC Inflow untuk Storage Area ke Shearing Area: FTC Inflow = 6 6 = 1

7 134 Derajat kepentingan hubungan antara area-area di Mechanical Fabrication Department ditunjukkan melalui skala prioritas. Angka paling besar yang terdapat pada tabel FTC Inflow menunjukkan hubungan yang paling dekat. FTC Inflow merupakan input bagi skala prioritas. Tabel 4.4 Skala Prioritas Antararea No Nama Area Inflow Relationship A E I O U S Storage Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet Treatment Painting E 1 E Electrical Fabrication Department Penjelasan: Storage Area pada tabel di atas menunjukkan hubungan A dengan Shearing Area (yang diwakilkan oleh angka 1) dengan nilai inflow 1. Hubungan A menandakan bahwa Storage Area memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Shearing Area. Seperti yang terlihat pada tabel FTC Inflow, pada baris Shearing Area terdapat 2 nilai inflow, yaitu 1 (Shearing Area ke Punching Area) dan 0.5 (Shearing Area ke Bending Area). Huruf A dan E ditentukan berdasarkan besarnya nilai inflow. Angka

8 135 yang lebih besar diberi huruf A, menunjukkan bahwa kedua area memiliki hubungan yang lebih dekat. Sehingga, Shearing Area memiliki hubungan A dengan Punching Area (diwakilkan dengan angka 2; nilai inflow = 1) dan hubungan E dengan Bending Area (diwakilkan dengan angka 3; nilai inflow = 0.5). Demikian seterusnya untuk hubungan antara area-area lainnya. Berdasarkan skala prioritas di atas, Activity Relationship Chart untuk Mechanical Department Fabrication digambarkan sebagai berikut:

9 136 ACTIVITY RELATIONSHIP CHART MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA Dipetakan oleh Tanggal Dipetakan Lembar : : : Ratna 6 Januari Storage Shearing Machine Area Punching Machine Area Bending Machine Area Welding Machine Area Steel Sheet Treatment Machine Area Painting Area Electrical Department Area S A 4 A 1,3 A 1,3 A 1,3 A 1 A 1,2 A 1,2,3 E 1 U - E 1 U - E 1 U - U U - U - U - U - U U - U - U U U - U - U U - U E U - S 1 Kode A E I O U Keterangan Absolutely Required Proximity Especially Important Important Ordinary Importance Unimportant X Closeness Undesirable No Alasan Urutan Aliran Kerja Keterkaitan Kerja / Proses Memudahkan Pemindahan Bahan 4 Aliran Perpindahan Material Gambar 4.3 Activity Relationship Chart

10 137 Penjelasan: Storage Area memiliki hubungan A dengan Shearing Area, alasan kedekatan hubungan ini adalah karena adanya aliran perpindahan material dari Storage Area ke Shearing Area (berupa pelat aluminium). Shearing Area memiliki hubungan A dengan Punching Area karena dua buah alasan, yaitu: urutan aliran kerja dan memudahkan pemindahan bahan. Aktivitas pelubangan yang selalu didahului oleh aktivitas pemotongan dikatakan sebagai urutan aliran kerja (mengacu pada production process chart). Karena aliran kerja ini melibatkan perpindahan material yang akan diproses, maka alasan kemudahan perpindahan material juga dicantumkan. Demikian seterusnya untuk hubungan area-area lain. Activity Relationship Diagram menggambarkan keterkaitan kegiatan yang berhubungan dengan pola aliran material antararea. Berikut ARD yang dipetakan berdasarkan ARC dan skala prioritas:

11 138 ACTIVITY RELATIONSHIP DIAGRAM MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA Dipetakan oleh Tanggal Dipetakan Lembar : : : Ratna 6 Januari A 3, 5 E X LEGENDA 4 S STORAGE AREA I O 1 2 SHEARING MACHINE AREA PUNCHING MACHINE AREA A 2, 4 E 1, 5 A 4, 6 E BENDING MACHINE AREA WELDING MACHINE AREA X 3 X STEEL SHEET TREATMENT MACHINE AREA PAINTING AREA E ELECTRICAL DEPARTMENT AREA I O I O Hubungan A A 1, 3 E A 5, E E Hubungan E X 2 X 6 I O I O A S, 2 E - 3 X 1 I O A - 1 E A - 6 E X S X E I O I O Gambar 4.4 Activity Relationship Diagram

12 139 Berdasarkan letak-letak area pada ARD di atas, maka dapat dibuat usulan layout Mechanical Fabrication Department dengan luas sebenarnya seperti berikut ini: MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT LAYOUT PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA DIPETAKAN OLEH : RATNA TANGGAL DIPETAKAN : 23 DESEMBER 2008 SEKARANG USULAN WELDING MACHINE AREA Luas = 24m 2 BENDING MACHINE AREA Luas = 6m 2 PUNCHING MACHINE AREA Luas = 6m 2 SHEARING MACHINE AREA Luas = 6m 2 PAINTING AREA Luas = 8m 2 STEEL SHEET TREATMENT MACHINE AREA Luas = 10.5m 2 STORAGE AREA Luas = 8m 2 ELECTRICAL DEPARTMENT AREA Gambar 4.5 Layout Usulan

13 Analisis Layout Sekarang Setelah penulis mengamati layout pada area Mechanical Fabrication dan menghubungkannya dengan urutan aliran kerja yang harus dilakukan, penulis menemukan terdapatnya beberapa intersection. Intersection yang dimaksud adalah titik temu antara 2 aliran material. Intersection dapat menimbulkan masalah di lantai produksi, misalnya saja terjadi delay. Delay terjadi saat perpindahan material dari area yang satu ke area lain bertemu di satu titik dengan perpindahan material lainnya. Pada kondisi seperti ini, maka salah satu kegiatan perpindahan material harus dihentikan sementara hingga perpindahan lainnya telah selesai dilakukan. Contoh: Pada layout sekarang, terdapat intersection antara Bending Machine Welding Machine dan Steel Sheet Treatment Machine Painting Area masalah keselamatan kerja. Operator (operator A) Bending Machine memindahkan pelat aluminium yang telah ditekuk oleh Bending Machine ke Welding Machine Area untuk dilas. Jika pada saat yang bersamaan operator Steel Sheet Treatment Machine (operator B) hendak memindahkan box panel ke Painting Area untuk dicat, maka akan terjadi delay. Operator A harus menunggu operator B melewati area intersection terlebih dahulu, barulah kemudian operator A dapat melakukan pekerjaannnya; atau sebaliknya operator B menunggu operator A. Delay mengakibatkan penundaan proses produksi. Walaupun penundaan hanya berlangsung beberapa detik, namun jika diperhitungkan dalam jangka waktu yang panjang maka kerugian yang disebabkan karena penundaan ini cukup besar, baik dari segi waktu maupun biaya. Delay juga bisa mengakibatkan terjadinya production bottleneck; yaitu suatu interupsi terhadap aliran produksi sebagai akibat keterlambatan material yang akan menghentikan seluruh proses produksi.

14 141 Interupsi terhadap aliran produksi berakibat pada peningkatan waktu menganggur mesin. Machine downtime mengakibatkan penurunan produktivitas kerja. Bila mesin bekerja pelan atau berhenti sama sekali karena aliran material terlambat, maka tingkat efisiensi juga semakin rendah. Selain yang disebutkan di atas, masalah keselamatan kerja juga mungkin terjadi. Misalnya terjadi kecelakaan kerja (karena material yang dipindahkan berukuran besar). Oleh karena itu, dibuatlah tata letak fasilitas yang memperhatikan urutan aliran kerja dan menghindari intersection.

15 Gambar 4.6 Aliran Material pada Layout Sekarang 142

16 Analisis Layout Usulan Layout usulan memperbaiki tata letak untuk beberapa jenis mesin yang ada di area Mechanical Fabrication, antara lain: Shearing Machine, Punching Machine, Bending Machine, serta Painting Machine. Shearing Machine Area, Punching Machine Area, dan Bending Machine Area dipindahkan untuk menghindari intersection yang terjadi pada layout sekarang. Selain itu, letak Storage Area juga dipindahkan. Storage Area dipindahkan ke dekat Shearing Machine Area agar perpindahan material menjadi lebih mudah. Pemindahan area-area tersebut memberikan susunan yang rapi dan peletakan yang lebih seimbang (tidak ada sisi ruangan yang terlalu penuh ataupun terlalu kosong). Adapun area yang tidak dapat dipindahkan yaitu Steel Sheet Treatment Machine Area dan Electrical Fabrication Department Area. Steel Sheet Treatment Machine Area tidak dapat dipindahkan karena bak-bak yang berisi cairan kimia tersebut telah dibangun secara permanen (menempel dengan lantai). Sedangkan untuk Electrical Fabrication Department Area, alasannya adalah karena departemen ini memang sengaja dipisahkan oleh perusahaan dari Mechanical Fabrication Department supaya lebih mudah dalam pengawasan kerjanya. Di samping tidak adanya intersection, layout usulan juga memperhatikan urutan aliran kerja di setiap mesin. Sehingga, jarak antarmesin yang berhubungan pada aliran kerja diatur supaya lebih dekat. Jalan lintasan utama (main aisle) dirancang pada tengah bangunan untuk memudahkan material handling, gerakan perpindahan personil, pembuangan scrap, pemindahan mesin untuk perawatan ataupun untuk penggantian mesin, serta untuk kondisi-kondisi darurat seperti kebakaran, dan lain-lain.

17 144 MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT MATERIAL FLOW PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA DIPETAKAN OLEH : RATNA TANGGAL DIPETAKAN : 23 DESEMBER 2008 SEKARANG USULAN WELDING MACHINE AREA Luas = 24m 2 BENDING MACHINE AREA Luas = 6m 2 PUNCHING MACHINE AREA Luas = 6m 2 SHEARING MACHINE AREA Luas = 6m 2 PAINTING AREA Luas = 8m 2 STEEL SHEET TREATMENT MACHINE AREA Luas = 10.5m 2 STORAGE AREA Luas = 8m 2 ELECTRICAL DEPARTMENT AREA Gambar 4.7 Aliran Material pada Layout Usulan

18 145 MECHANICAL FABRICATION DEPARTMENT MATERIAL FLOW PT MULIAMAKMUR ELEKTRIKATAMA DIPETAKAN OLEH : RATNA TANGGAL DIPETAKAN : 23 DESEMBER 2008 SEKARANG USULAN WELDING MACHINE AREA BENDING MACHINE AREA PUNCHING MACHINE AREA PAINTING AREA STEEL SHEET TREATMENT MACHINE AREA SHEARING MACHINE AREA STORAGE AREA ELECTRICAL DEPARTMENT AREA Gambar 4.8 Jarak Antararea pada Layout Usulan

19 Analisis Perbandingan Layout Sekarang dengan Layout Usulan Layout usulan lebih baik dibandingkan layout sekarang. Hal ini dapat dilihat dari 3 faktor, yaitu: lintasan aliran material, jarak, dan waktu. Untuk lintasan aliran material, layout usulan dikatakan lebih baik karena tidak terdapat intersection pada pola aliran materialnya. Tidak adanya intersection mendukung kelancaran pemindahan material dari area satu ke area lainnya, sehingga proses produksi juga tidak terhambat. Secara umum, layout usulan memberikan jarak tempuh yang lebih dekat dari area satu ke area lainnya dibandingkan dengan jarak tempuh layout sekarang. Jarak tempuh erat kaitannya dengan waktu tempuh dan kemudahan material handling. Semakin dekat jarak tempuh, maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk berpindah dari area yang satu ke area lainnya. PT Muliamakmur Elektrikatama tidak menggunakan peralatan material handling seperti forklift, trolley, atau pun hand pallet di area Mechanical Fabrication. Penanganan material dilakukan secara manual, yaitu oleh operator-operator mesin. Sehingga, jarak tempuh menjadi hal penting dalam kemudahan pemindahan material. Semakin dekat jarak yang harus ditempuh, maka semakin cepat dan mudah pula material-material dipindahkan. Berikut tabel yang menunjukkan perbandingan layout sekarang dengan layout usulan ditinjau dari segi jarak dan waktu:

20 147 Tabel 4.5 Perbandingan Jarak dan Waktu Tempuh Layout Sekarang dengan Layout Usulan Area Jarak (meter) Selisih Waktu Tempuh (detik) Selisih Asal Tujuan Sekarang Usulan Jarak (m) Sekarang Usulan Waktu (dtk) Storage Shearing Machine Shearing Machine Punching Machine Shearing Machine Bending Machine Punching Machine Bending Machine Bending Machine Welding Machine Bending Machine Steel Sheet T. Machine Welding Machine Steel Sheet T. Machine Steel Sheet T. Machine Painting Machine Painting Machine Electrical Fabrication Jarak sekarang diperoleh dari pengukuran langsung, sementara jarak usulan diperoleh sebagai hasil perancangan peneliti. Besarnya selisih jarak diperoleh dari persamaan berikut: Selisih Jarak = Jarak Sekarang Jarak Usulan Selisih jarak yang bernilai positif mengandung arti bahwa jarak yang diberikan pada layout usulan lebih dekat daripada jarak pada layout sekarang. Bila selisih jarak bernilai negatif, berarti jarak yang diusulkan lebih jauh daripada jarak pada layout sekarang. Perlu diperhatikan bahwa walaupun terdapat beberapa selisih jarak bernilai negatif, namun tabrakan aliran material (intersection) sudah tidak ada. Peneliti melakukan percobaan untuk menghitung waktu tempuh. Percobaan ini mengukur waktu tempuh yang diperlukan oleh seorang operator yang sedang melakukan pemindahan material dari Shearing Machine Area ke Punching Machine Area. Areaarea ini dipilih karena alasan praktis; karena jarak antara kedua area adalah 1 meter. Sehingga, hasil pengukuran akan menunjukkan waktu tempuh yang diperlukan operator untuk berpindah sejauh 1 meter saat melakukan pemindahan material. Pengukuran waktu dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Berikut hasil pengukurannya:

21 148 Tabel 4.6 Data Pengukuran Waktu Tempuh (detik/meter) Percobaan ke- Hasil Pengukuran Percobaan ke- Hasil Pengukuran Dari data di atas, diperoleh rata-rata waktu tempuh sebesar 2.01 detik/meter. Diasumsikan bahwa waktu ini berlaku umum untuk semua perpindahan pada area-area yang disebutkan dalam Tabel 4.5, yaitu dengan cara mengalikan waktu tersebut dengan jarak perpindahan yang terjadi. Sehingga: Waktu Tempuh A B = Jarak TempuhA B Rata Rata Waktu Tempuh Contoh perhitungan: Pada layout sekarang, Storage Area berjarak 5.6 meter dari Shearing Machine Area; sehingga waktu tempuh yang diperlukan untuk berpindah dari Storage Area ke Shearing Machine Area ataupun sebaliknya adalah sebesar: Waktu Tempuh Storage ShearingMachine = = det ik

22 149 Pada layout usulan, Storage Area berjarak 0.8 meter dari Shearing Machine Area; sehingga waktu tempuh yang diperlukan untuk berpindah dari Storage Area ke Shearing Machine Area ataupun sebaliknya adalah sebesar: Waktu Tempuh Storage ShearingMachine = = det ik Maka: Selisih Jarak Storage ShearingMachine = = 4. 8 meter Selisih Waktu Storage ShearingMachine = = 9.648det ik

23 Penjadwalan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada bagian Engineering dan Mechanical Fabrication. Data yang dikumpulkan berupa data mengenai proyek yang telah selesai dikerjakan beserta waktu-waktu standar pengerjaan untuk setiap panelnya. Pada penelitian ini, proyek yang akan dijadwalkan adalah proyek YMMWJ. Proyek ini diterima oleh PT Muliamakmur Elektrikatama pada tanggal 10 Maret Walaupun demikian, panel-panel mulai dikerjakan (diproduksi) oleh Mechanical Fabrication Department pada tanggal 25 Maret Tanggal delivery yang dijanjikan kepada pelanggan jatuh pada 1 April Proyek ini dipilih karena merupakan proyek yang paling sering muncul (proyek yang paling sering dipesan oleh pelanggan) pada PT Muliamakmur Elektrikatama. Panel-panel (job-job) yang dipesan dalam proyek YMMWJ dapat dilihat pada Tabel 4.7. Nama-nama panel selanjutnya akan diwakilkan oleh nomor job untuk masingmasing panel untuk memudahkan penulisan, contoh: panel LMVDB PAINT akan dituliskan sebagai job 1.

24 151 Proyek YMMWJ Code : Jumlah No. Job Nama Tabel (unit) 1 LVMDB - PAINT 1 2 LVMDB - INJECTION 1 3 LVMDB - ASSEMBLY 1 4 LVMDB - UTILITY 1 5 BUSDUCT 1 6 ETB (8P) 1 7 ETB (11P) 1 8 LIGHTING PANEL - P 1 9 LIGHTING PANEL - L 1 10 PRODUCTION PANEL 1 11 MDF & TB 1 12 LVMDB - TRAINING 1 13 CABLE BUSWAY LVMDB 1 14 ETB (5P) 1 15 LOCAL PANEL 1 16 BOX 1 (Sumber: PT Muliamakmur Elektrikatama, 2008 ) Data waktu baku untuk permesinan setiap job telah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Tabel 4.8 menyajikan waktu baku untuk job-job YMMWJ yang akan dijadwalkan pada penelitian ini. Metode penjadwalan produksi yang digunakan oleh PT Muliamakmur Elektrikatama saat ini adalah metode penjadwalan dengan aturan First Come First Served (FCFS). Dengan demikian, job yang berada diurutan pertama pada proyek akan dikerjakan terlebih dahulu.

25 152 Tabel 4.8 Waktu Baku untuk Job-Job YMMWJ Mesin Operasi Waktu Baku untuk Job ke-n (dalam menit) Shearing Machine Cutting Punching Machine Punching Bending Machine Bending Welding Machine Welding Steel Sheet Treatment Machine Box Treatment Spray Booth System (Painting Machine) Painting (Sumber: PT Muliamakmur Elektrikatama, 2008 )

26 Pengolahan Data Penjadwalan dengan Metode First Come First Served (FCFS) Penjadwalan PT Muliamakmur Elektrikatama saat ini dilakukan secara manual dengan menggunakan metode FCFS. Penjadwalan dengan metode ini dihitung oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kondisi semula perusahaan, berkaitan dengan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan job-job yang ada pada proyek YMMWJ. Penjadwalan dengan metode FCFS menghasilkan urutan kerja job: Waktu total yang diperlukan oleh Mechanical Fabrication Department untuk menyelesaikan urutan pekerjaan tersebut (makespan) dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Penjadwalan dengan Metode FCFS Machine Waktu Selesai Job n Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet T Painting Waktu Selesai = Waktu Mulai + Waktu Baku Operasi (Waktu baku diperoleh dari Tabel 4.8) Waktu mulai untuk job pertama (job n) operasi pertama adalah 0. Untuk operasi selanjutnya (sebut saja operasi x), waktu mulai diperoleh dari perbandingan antara waktu selesai operasi ke x-1 pada job n dengan waktu di mana mesin yang dituju selesai melakukan pekerjaannya (menunjukkan bahwa mesin telah siap untuk mengerjakan job

27 154 berikutnya). Nilai yang lebih besar dipilih sebagai waktu mulai untuk operasi x pada job n. Idle time dihitung mulai dari waktu di mana job pertama mulai dikerjakan oleh mesin pertama (Shearing Machine) sampai waktu di mana job telah selesai dikerjakan oleh mesin terakhir (Painting Machine). Dengan demikian, idle tidak dapat dihindari karena terdapat sequence dependencies untuk pengerjaan semua job. Contoh perhitungan: Job 1 Job 1 merupakan pekerjaan pertama, sehingga dimulai pada waktu ke nol (0). Operasi pertama yaitu cutting, dilakukan oleh Shearing Machine dengan waktu baku sebesar 14 menit (dapat dilihat pada Tabel 4.8). Cutting selesai pada menit ke-14 (waktu mulai + waktu baku operasi = ). Tidak terjadi idle time karena Shearing Machine mulai bekerja pada waktu ke-nol. Cutting: Waktu mulai : 0 Waktu baku : 14 Waktu selesai : = 14 Operasi selanjutnya yaitu Punching dengan waktu baku sebesar 10 menit. Karena Punching Machine tidak sedang mengerjakan job manapun, maka job 1 operasi Punching bisa langsung dikerjakan pada menit ke-14. Namun sebenarnya, Punching Machine sudah dapat digunakan saat waktu ke-nol. Sequence dependencies mengakibatkan Punching job 1 tidak dapat dikerjakan pada waktu ke-nol dan mesin harus menunggu sampai job 1 selesai dikerjakan oleh mesin

28 155 sebelumnya. Waktu menunggu mesin inilah yang disebut idle time. Sehingga, idle time untuk Punching Machine adalah 14 menit. Punching: Waktu mulai : 14 Waktu baku : 10 Waktu selesai : = 24 Operasi selanjutnya yaitu bending dengan waktu baku sebesar 12 menit. Karena Bending Machine tidak sedang mengerjakan job manapun, maka job 1 operasi bending bisa langsung dikerjakan pada menit ke-24. Idle time mesin karena menunggu job adalah sebesar 24 menit. Bending: Waktu mulai : 24 Waktu baku : 12 Waktu selesai : = 36 Operasi selanjutnya yaitu Welding dengan waktu baku sebesar 15 menit. Karena Welding Machine tidak sedang mengerjakan job manapun, maka job 1 operasi Welding bisa langsung dikerjakan pada menit ke-36. Idle time mesin karena menunggu job adalah sebesar 36 menit. Welding: Waktu mulai : 36 Waktu baku : 15 Waktu selesai : = 51

29 156 Operasi selanjutnya yaitu box treatment dengan waktu baku sebesar 6 menit. Karena Steel Sheet Treatment Machine tidak sedang mengerjakan job manapun, maka job 1 operasi box treatment bisa langsung dikerjakan pada menit ke-51. Idle time mesin karena menunggu job adalah sebesar 51 menit. Box treatment: Waktu mulai : 51 Waktu baku : 6 Waktu selesai : = 57 Operasi terakhir job 1 yaitu painting dengan waktu baku sebesar 10 menit. Karena Spray Booth System tidak sedang mengerjakan job manapun, maka job 1 operasi painting bisa langsung dikerjakan setelah proses box treatment selesai; yaitu pada menit ke-57. Idle time mesin karena menunggu job adalah sebesar 57 menit. Painting: Waktu mulai : 57 Waktu baku : 10 Waktu selesai : = 67 Flow time untuk job 1 adalah sebesar 67 menit.

30 157 Job 2 Operasi pertama untuk job 2 yaitu cutting, dengan waktu baku sebesar 14 menit. Cutting job 2 dapat dimulai apabila Shearing Machine telah selesai mengerjakan job sebelumnya, yaitu cutting job 1. Cutting job 1 selesai pada menit ke-14 dan angka ini menjadi waktu mulai untuk cutting job 2. Cutting: Waktu mulai : 14 Waktu baku : 14 Waktu selesai : = 28 Operasi selanjutnya yaitu Punching dengan waktu baku sebesar 13 menit. Punching job 2 dapat dimulai apabila operasi yang mendahuluinya (yaitu cutting job 2) telah selesai dikerjakan dan bila Punching Machine telah selesai mengerjakan job sebelumnya, yaitu Punching job 1. Cutting job 2 selesai pada menit ke-28, sementara Punching Machine available pada menit ke-24. Punching job 2 tidak bisa dimulai pada menit ke-24 walaupun Punching Machine telah available, sebab, operasi cutting job 2 belum selesai dikerjakan. Sehingga Punching job 2 dimulai pada menit ke-28. Terjadi idle mesin sebesar 4 menit. Punching: Waktu mulai : 28 Waktu baku : 13 Waktu selesai : = 41 Idle : = 4

31 158 Operasi selanjutnya yaitu bending dengan waktu baku sebesar 12 menit. Bending job 2 dapat dimulai apabila operasi Punching job 2 telah selesai dikerjakan dan bila Bending Machine tidak sedang mengerjakan job apapun. Punching job 2 selesai pada menit ke-41, sementara Bending Machine selesai mengerjakan bending job 1 pada menit ke-36. Bending job 2 tidak bisa dimulai pada menit ke- 36 walaupun Bending Machine telah available, sebab, operasi Punching job 2 belum selesai dikerjakan. Sehingga bending job 2 dimulai pada menit ke-41. Bending: Waktu mulai : 41 Waktu baku : 12 Waktu selesai : = 53 Idle : = 5 Operasi selanjutnya yaitu Welding dengan waktu baku sebesar 10 menit. Bending job 2 selesai pada menit ke-53. Welding Machine selesai mengerjakan Welding job 1 pada menit ke-51. Operasi Welding job 2 dapat dimulai pada menit ke-53. Welding: Waktu mulai : 53 Waktu baku : 10 Waktu selesai : = 63 Idle : = 2 Operasi selanjutnya yaitu box treatment dengan waktu baku sebesar 6 menit. Welding job 2 selesai pada menit ke-63. Steel Sheet Treatment Machine selesai

32 159 mengerjakan box treatment job 1 pada menit ke-57. Operasi box treatment job 2 dapat dimulai pada menit ke-63. Box treatment: Waktu mulai : 63 Waktu baku : 6 Waktu selesai : = 69 Idle : = 6 Operasi terakhir job 1 yaitu painting dengan waktu baku sebesar 10 menit. Box treatment job 2 selesai pada menit ke-69. Spray Booth System selesai mengerjakan painting job 1 pada menit ke-67. Operasi painting job 2 dapat dimulai pada menit ke-69. Painting: Waktu mulai : 69 Waktu baku : 10 Waktu selesai : = 79 Idle : = 2 Flow time untuk job 2 adalah sebesar 79 menit.

33 160 Rumus untuk menghitung waktu alir rata-rata yaitu: Mean Flow Time = Mean Flow Time = Flow Time untuk Tiap Job Job = 205 menit Penjadwalan job-job untuk proyek YMMWJ dengan metode FCFS memiliki: Makespan : 357 menit Mean flow time : 205 menit Idle time : 685 menit

34 Penjadwalan dengan Metode Nawaz, Enscore, Ham (NEH) a. Menghitung total waktu proses untuk setiap job Total waktu proses atau total processing time diperoleh dari penjumlahan waktu baku untuk operasi-operasi yang terdapat dalam satu job (Tabel 4.8). Tabel 4.10 Total Waktu Proses untuk Setiap Job Pada Proyek YMMWJ Total Waktu Proses untuk Job ke-n (dalam menit) (Sumber: Pengolahan Data ) Total waktu proses untuk job n adalah: = Wb Cutting n + Wb Punching n + Wb Bending n + Wb Welding n + Wb BoxTr. + Wb Paint ing n n Contoh perhitungan: Total waktu proses untuk job 1 = = 67 menit Total waktu proses untuk job 2 = = 65 menit b. Mengurutkan job berdasarkan aturan SPT Pengurutan job didasarkan pada total waktu proses yang telah dihitung pada Tabel Urutan total waktu proses dari yang terkecil sampai yang terbesar ialah: ; dengan urutan job:

35 162 c. Initial job sequencing Pada langkah ini, 2 job paling awal pada pengurutan SPT diambil dan kemudian dicari alternatif urutan yang mungkin. Lalu, makespan untuk setiap urutan dihitung. Alternatif yang dipilih ialah alternatif dengan makespan terkecil. Job 6 dan 14 merupakan job-job yang paling pertama di urutan SPT, disebut sebagai initial job. Alternatif urutan yang mungkin dari kedua job ini adalah {6, 14} dan {14, 6}. Makespan untuk kedua urutan sama, yaitu sebesar 55 menit. Karena makespannya sama, maka yang dilihat selanjutnya adalah mean flow time. Mean flow time untuk kedua urutan tersebut juga sama, yaitu sebesar 50 menit; demikian pula dengan idle timenya, yaitu sebesar 112 menit. Kesamaan ini dapat terjadi karena job 6 dan 14 memiliki waktu baku yang sama untuk setiap jenis operasi serupa. Jadi, kedua urutan dapat dijadikan sebagai pilihan. Pada penelitian ini, urutan yang dipilih adalah {6, 14}. Urutan ini kemudian disebut sebagai partial sequence. d. Job Insertion Langkah selanjutnya adalah memasukkan satu per satu job yang berada di urutan setelah initial job. Pada urutan SPT, job 7 berada di urutan selanjutnya setelah initial job. Job 7 dimasukkan ke partial sequence, menghasilkan 3 urutan job yang mungkin, yaitu {7, 6, 14}, {6, 7, 14}, dan {6, 14, 7}. Makespan untuk masing-masing urutan adalah sebesar 67 menit, 65 menit, dan 65 menit. Mean flow time untuk kedua urutan adalah sebesar 55 menit. Idle time untuk {6, 7, 14} adalah sebesar 118 menit dan untuk {6, 14, 7} adalah sebesar 119 menit. Sehingga, {6, 7, 14} dipilih menjadi partial sequence.

36 163 Selanjutnya, job 5, 13, 2, 1, dan seterusnya sampai job terakhir satu per satu dimasukkan ke dalam partial sequence. Perhitungan makespan untuk setiap alternatif urutan dapat dilihat pada lampiran halaman 244. Ringkasan perhitungan penjadwalan dengan algoritma NEH untuk proyek YMMWJ disajikan dalam Tabel 4.11 halaman 164.

37 Job Sequence 1 Sequence 2 Initial {6, 14} = 55 {14, 6} = 55 7 {7, 6, 14} = 67 {6, 7, 14} = 65 5 {5, 6, 7, 14} = 80 {6, 5, 7, 14} = {13, 6, 7, 14, 5} = 97 {6, 13, 7, 14, 5} =94 2 {2, 6, 7, 14, 5, 13} =119 {6, 2, 7, 14, 5, 13} = {3, 6, 7, 14, 5, 13, 2} = 132 {6, 3, 7, 14, 5, 13, 2} = {1, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3} = 146 {6, 1, 7, 14, 5, 13, 2, 3} = {11, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1} = 163 {6, 11, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1} = {4, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 11} = 175 {6, 4, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 11} = {12, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = 191 {6, 12, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = Alt. 1 {16, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 217 {6, 16, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 214 Alt. 2 {16, 6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 217 {6, 16, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = Alt. 1 {15, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 254 {6, 15, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 251 Alt. 2 {15, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 254 {6, 15, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = Alt. 1 {8, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 296 {6, 8, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 293 Alt. 2 {8, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 296 {6, 8, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = {9, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 321 {6, 9, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = {10, 6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 351 {6, 10, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 348

38 Tabel 4.11 Ringkasan Penjadwalan dengan Algoritma NEH Sequence 3 Sequence 4 Sequence 5 {6, 14, 7} = 65 {6, 7, 5, 14} = 79 {6, 7, 14, 5} = 79 {6, 7, 13, 14, 5} = 92 {6, 7, 14, 13, 5} = 91 {6, 7, 14, 5, 13} = 90 {6, 7, 2, 14, 5, 13} = 113 {6, 7, 14, 2, 5, 13} = 110 {6, 7, 14, 5, 2, 13} = 104 {6, 7, 3, 14, 5, 13, 2} = 126 {6, 7, 14, 3, 5, 13, 2} = 123 {6, 7, 14, 5, 3, 13, 2} = 115 {6, 7, 1, 14, 5, 13, 2, 3} = 140 {6, 7, 14, 1, 5, 13, 2, 3} = 137 {6, 7, 14, 5, 1, 13, 2, 3} = 130 {6, 7, 11, 14, 5, 13, 2, 3, 1} = 157 {6, 7, 14, 11, 5, 13, 2, 3, 1} = 154 {6, 7, 14, 5, 11, 13, 2, 3, 1} = 146 {6, 7, 4, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 11} = 169 {6, 7, 14, 4, 5, 13, 2, 3, 1, 11} = 166 {6, 7, 14, 5, 4, 13, 2, 3, 1, 11} = 158 {6, 7, 12, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = 185 {6, 7, 14, 12, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = 182 {6, 7, 14, 5, 12, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = 174 {6, 7, 16, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 211 {6, 7, 14, 16, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 208 {6, 7, 14, 5, 16, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 200 {6, 7, 16, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 211 {6, 7, 14, 16, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 208 {6, 7, 14, 5, 16, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 200 {6, 7, 15, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 248 {6, 7, 14, 15, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 245 {6, 7, 14, 5, 15, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 237 {6, 7, 15, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 248 {6, 7, 14, 15, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 245 {6, 7, 14, 5, 15, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 237 {6, 7, 8, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 290 {6, 7, 14, 8, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 287 {6, 7, 14, 5, 8, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 279 {6, 7, 8, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 290 {6, 7, 14, 8, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 287 {6, 7, 14, 5, 8, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 279 {6, 7, 9, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 315 {6, 7, 14, 9, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 312 {6, 7, 14, 5, 9, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 304 {6, 7, 10, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 345 {6, 7, 14, 10, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 342 {6, 7, 14, 5, 10, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 337

39 Sequence 6 Sequence 7 Sequence 8 {6, 7, 14, 5, 13, 2} = 102 {6, 7, 14, 5, 13, 3, 2} = 115 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3} = 115 {6, 7, 14, 5, 13, 1, 2, 3} = 130 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 1, 3} = 130 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1} = 130 {6, 7, 14, 5, 13, 11, 2, 3, 1} = 146 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 11, 3, 1} = 146 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 11, 1} = 146 {6, 7, 14, 5, 13, 4, 2, 3, 1, 11} = 158 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 4, 3, 1, 11} = 158 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 4, 1, 11} = 158 {6, 7, 14, 5, 13, 12, 2, 3, 1, 4, 11} = 174 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 12, 3, 1, 4, 11} = 174 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 12, 1, 4, 11} = 174 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 197 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 16, 3, 1, 4, 12, 11} = 205 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 16, 1, 4, 12, 11} = 204 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 197 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 16, 3, 1, 12, 4, 11} = 205 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 16, 1, 12, 4, 11} = 204 {6, 7, 14, 5, 13, 15, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 233 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 15, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 227 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 15, 3, 1, 4, 12, 11} = 230 {6, 7, 14, 5, 13, 15, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 233 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 15, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 227 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 15, 3, 1, 12, 4, 11} = 230 {6, 7, 14, 5, 13, 8, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 274 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 8, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 262 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 8, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 265 {6, 7, 14, 5, 13, 8, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 274 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 8, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 262 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 8, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 265 {6, 7, 14, 5, 13, 9, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 302 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 9, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 288 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 9, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 290 {6, 7, 14, 5, 13, 10, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 337 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 10, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 323 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 10, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 323

40 Sequence 9 Sequence 10 Sequence 11 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 11} = 143 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11} = 158 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 11, 4} = 162 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11} = 174 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11} = 174 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 11, 12} = 176 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 16, 4, 12, 11} = 202 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 16, 12, 11} = 201 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 16, 11} = 199 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 16, 12, 4, 11} = 202 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 16, 4, 11} = 201 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 16, 11} = 199 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 15, 1, 4, 12, 11} = 228 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 15, 4, 12, 11} = 223 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 15, 12, 11} = 221 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 15, 1, 12, 4, 11} = 228 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 15, 12, 4, 11} = 223 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 15, 4, 11} = 221 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 8, 1, 4, 12, 15, 11} = 263 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 8, 4, 12, 15, 11} = 262 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 8, 12, 15, 11} = 260 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 8, 1, 12, 4, 15, 11} = 263 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 8, 12, 4, 15, 11} = 262 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 8, 4, 15, 11} = 260 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 288 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 9, 12, 4, 15, 8, 11} = 292 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 9, 4, 15, 8, 11} = 295 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 10, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 323 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 10, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 326 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 10, 12, 4, 15, 8, 11} = 323

41 Sequence 12 Sequence 13 Sequence 14 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 4, 12, 11, 16} = 207 {6, 7, 14, 5, 13, 2, 3, 1, 12, 4, 11, 16} = 207 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11} = 221 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 11, 15} = 223 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11} = 221 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 11, 15} = 223 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 8, 15, 11} = 276 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 8, 11} = 258 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 4, 12, 15, 11, 8} = 265 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 8, 15, 11} = 258 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11} = 244 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 11, 8} = 265 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 9, 15, 8, 11} = 298 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 9, 8, 11} = 291 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 9, 11} = 291 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 10, 4, 15, 8, 11} = 323 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 10, 15, 8, 11} = 323 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 10, 8, 11} = 323

42 164 Sequence 15 Sequence 16 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 1, 12, 4, 15, 8, 11, 9} = 298 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 10, 11} = 326 {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 8, 11, 10} = 333

43 165 M6 M5 M4 M3 M2 M KETERANGAN : Job 6 Job 9 M1 Shearing Machine Job 7 Job 1 M2 Punching Machine Job 14 Job 12 M3 Bending Machine Job 5 Job 13 Job 16 Job 4 Job 15 Job 10 M4 M5 M6 Welding Machine Steel Sheet Treatment Machine Spray Booth (Painting) Machine Job 2 Job 8 Job 3 Job 11 Gambar 4.9 Gantt Chart Hasil Penjadwalan Menggunakan Algoritma NEH

44 Analisis Hasil Penjadwalan dengan Algoritma NEH Algoritma NEH mempunyai objektif untuk mengurangi makespan. Namun selain itu, mean flow time dan idle time juga diperhatikan jika makespan untuk beberapa urutan memberikan nilai yang sama. Sehingga, tingkat ketelitian yang diberikan oleh algoritma ini tinggi. Penjadwalan dengan algoritma NEH untuk proyek YMMWJ menghasilkan urutan {6, 7, 14, 5, 13, 16, 2, 3, 9, 1, 12, 4, 15, 10, 8, 11} dengan total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek YMMWJ (makespan) sebesar 323 menit, mean flow time sebesar menit, dan idle time sebesar 541 menit. Untuk lebih jelasnya, hasil penjadwalan ini disajikan dalam bentuk Gantt Chart (Gambar 4.9, halaman 165). Besar kecilnya makespan tergantung dari susunan atau prioritas pekerjaan yang telah diurutkan terlebih dahulu karena setiap job memiliki waktu proses yang berbeda-beda. Seperti yang terlihat pada ringkasan Tabel 4.11, terdapat beberapa alternatif urutan dengan makespan yang sama. Ini berarti bahwa setiap urutan tersebut memberikan waktu penyelesaian yang sama untuk job-job yang terjadwalkan. Jika demikian, akan dipilih urutan dengan mean flow time yang paling kecil dengan tujuan untuk mengurangi waktu menunggu job di dalam sistem. Idle time merupakan faktor yang dipertimbangkan bila mean flow time untuk setiap alternatif urutan bernilai sama. Idle time tidak dapat dihindari pada pengerjaan proyek ini karena waktu baku untuk operasi-operasi setiap job tidak seragam. Sequence dependencies mengakibatkan Punching Machine harus menunggu job 6 selesai dikerjakan terlebih dahulu oleh Shearing Machine, Bending Machine harus menunggu job 6 diselesaikan terlebih dahulu oleh Punching Machine, Welding Machine harus menunggu job 6 diselesaikan oleh Bending Machine, dan seterusnya. Faktor lain yang

45 167 menyebabkan terjadinya idle adalah keterbatasan jumlah mesin. Terkadang sebuah job harus menunggu sampai mesin selesai mengerjakan job lain terlebih dahulu. Idle juga terjadi saat dua buah job memiliki masing-masing dua buah operasi yang saling berurutan dengan waktu pengerjaan yang jauh berbeda. Contoh pada penelitian ini yaitu operasi bending dengan welding. Seringkali job yang telah selesai ditekuk harus menunggu karena mesin las mengerjakan job sebelumnya dalam waktu yang lebih panjang dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk penekukan Analisis Perbandingan antara Penjadwalan dengan Algoritma NEH dan Penjadwalan Perusahaan Sekarang Tabel 4.12 Perbandingan Metode FCFS dengan Algoritma NEH Variabel Perbandingan Metode Penjadwalan FCFS NEH Selisih Makespan 357 menit 323 menit 34 menit Mean Flow Time 205 menit menit menit Idle Time 685 menit 541 menit 144 menit Efisiensi Penggunaan Mesin 62.83% 68.16% 5.33% (Sumber: Pengolahan Data) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa algoritma NEH memberikan hasil penjadwalan yang lebih baik dibandingkan metode yang selama ini diterapkan di PT Muliamakmur Elektrikatama. Algoritma NEH menghasilkan makespan yang lebih kecil (323 menit) dibandingkan metode FCFS (357 menit) sebab, pada penjadwalan ini dilakukan pengurutan dengan cara mencoba memasukkan job ke dalam setiap kemungkinan urutan yang berbeda-beda dan memilih nilai makespan terkecil serta

46 168 dilakukan pengulangan secara terus-menerus bila terjadi penambahan job baru. Algoritma NEH mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan metode FCFS. Total penghematan waktu yang dapat diperoleh dengan metode NEH ialah sebesar 34 menit atau sekitar setengah jam. Penghematan waktu ini tidak dapat didistribusikan ke masing-masing job secara terpisah karena merupakan penghematan yang berasal dari hasil pengurutan job secara bersama-sama ke dalam mesin. Penghematan ini tidak akan terjadi jika urutan pengerjaan job-job dalam proyek diubah; walaupun hanya mengubah urutan untuk 1 job saja. Di sinilah keunggulan algoritma NEH. Variabel kedua adalah mean flow time. Pada metode FCFS, rata-rata sebuah job menghabiskan 205 menit pada Mechanical Fabrication Department; sementara algoritma NEH memberikan hasil yang lebih baik, yaitu menit. Semakin besar mean flow time, semakin lama pula sebuah job menunggu untuk diproses oleh mesin dalam sistem. Ini berarti terjadi peningkatan untuk work-in-process inventory (Gershwin, Stanley B., 2008, Scheduling Manufacturing Systems with Work-in-Process Inventory Control ). Padahal pada praktiknya, in process inventory sangat dihindarkan (Mora, Enrique, WIP-Work In Process Inventory: Destructive Effects ). Penjadwalan dengan algoritma NEH lebih memperhatikan masalah efisiensi dalam penggunaan mesin dibandingkan dengan metode FCFS. Dikatakan demikian karena pengurutan job pada metode FCFS hanya berdasarkan pada urutan job pada antrean. Efisiensi penggunaan mesin meningkat 5.33% untuk pengerjaan proyek YMMWJ jika PT Muliamakmur Elektrikatama melakukan penjadwalan dengan algoritma NEH. Efisiensi penggunaan mesin erat kaitannya dengan idle time. Semakin

47 169 besar idle time, maka semakin kecil efisiensi penggunaan mesinnya. Semakin besar efisiensi penggunaan mesin, maka semakin banyak pula job yang dapat diselesaikan dalam periode yang diberikan (Cave, Navahandi, dan Kouzani, 2002, Simulation Optimization for Process Scheduling Through Simulated Annealing ). Perhitungan efisiensi mesin menggunakan persamaan berikut ini: Machines Idle Time Efisiensi Penggunaan Me sin = 1 100% Total Time Needed by Machines to Finish Jobs Cara untuk menghitung machine idle time telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Total waktu yang diperlukan sebuah mesin untuk menyelesaikan semua job dihitung dari waktu ke-nol sampai dengan waktu di mana mesin tersebut telah selesai mengerjakan semua job yang ada (untuk lebih jelasnya, lihat Gantt Chart pada Gambar 4.9). Tabel 4.13 Total Waktu Mesin untuk Penyelesaian Semua Job Machine Total Time Needed by Machine to Selisih Finish All Jobs (menit) (menit) FCFS NEH Shearing Punching Bending Welding Steel Sheet T Painting Total

48 170 Sehingga, efisiensi penggunaan mesin yang diberikan oleh masing-masing metode adalah sebagai berikut: Penjadwalan dengan Metode FCFS 685 Efisiensi Penggunaan Me sin = 1 100% = % Penjadwalan dengan Metode NEH 541 Efisiensi Penggunaan Me sin = 1 100% = % Jadi, setelah melihat uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penjadwalan yang lebih baik untuk digunakan di Mechanical Fabrication Department PT Muliamakmur Elektrikatama adalah algoritma NEH. Alasannya adalah karena algoritma ini mampu menghasilkan jadwal dengan waktu penyelesaian akhir yang lebih cepat, waktu alir rata-rata dan waktu menganggur (idle time) yang lebih kecil, dan efisiensi penggunaan mesin yang lebih tinggi serta karena algoritma ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

49 Keterkaitan antara PTLF dan Penjadwalan Produksi dalam Penyelesaian Proyek YMMWJ Pengumpulan Data Pada bagian ini, data yang digunakan adalah data hasil pengolahan pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, yaitu: Data frekuensi perpindahan antararea, diperoleh dari FTC Frekuensi pada Tabel 4.2. Pada penelitian ini, frekuensi perpindahan diartikan sebagai frekuensi pemindahan material. Data akan digunakan untuk mengetahui frekuensi pemindahan material dari area satu ke area lainnya pada saat mengerjakan proyek YMMWJ. Data jarak perpindahan dan waktu tempuh untuk layout sekarang dan layout usulan, diperoleh dari Tabel 4.5. Data akan digunakan untuk menghitung waktu total pemindahan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek YMMWJ. Data mengenai jumlah job yang terdapat dalam proyek YMMWJ, diperoleh dari Tabel 4.7. Data waktu penyelesaian akhir (makespan) dari metode penjadwalan FCFS dan NEH, diperoleh dari Tabel Data akan digunakan bersama-sama dengan waktu total pemindahan bahan untuk menghitung total waktu produksi bagi proyek YMMWJ pada Mechanical Fabrication Department.

50 Pengolahan Data Tujuan pengolahan data pada pembahasan kali ini adalah untuk menghitung total waktu produksi yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek YMMWJ dalam 4 kondisi: Job-job dalam proyek YMMWJ dijadwalkan dengan metode FCFS dan dilakukan dalam rancangan layout sekarang Job-job dalam proyek YMMWJ dijadwalkan dengan metode FCFS dan dilakukan dalam rancangan layout usulan Job-job dalam proyek YMMWJ dijadwalkan dengan algoritma NEH dan dilakukan dalam rancangan layout sekarang Job-job dalam proyek YMMWJ dijadwalkan dengan algoritma NEH dan dilakukan dalam rancangan layout usulan Total waktu produksi yang dimaksud merupakan hasil penjumlahan dari waktu yang diperlukan untuk memindahkan material-material dari area yang satu ke area lainnya saat produksi berlangsung dengan waktu permesinan yang diperlukan untuk menghasilkan semua job yang ada. Jumlah job yang terdapat dalam proyek YMMWJ adalah sebanyak 16 job. Sedangkan frekuensi perpindahan yang ditampilkan pada FTC Frekuensi merupakan frekuensi perpindahan yang dilakukan bagi pengerjaan 1 job saja. Sehingga, frekuensi yang diperoleh dari FTC Frekuensi harus dikalikan dengan jumlah job untuk mengetahui total frekuensi pemindahan material yang terjadi dalam pengerjaan proyek YMMWJ. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.14.

51 173 Tabel 4.14 Frekuensi Pemindahan Material untuk Proyek YMMWJ Area Frekuensi untuk 1 Frekuensi untuk Asal Tujuan job Proyek YMMWJ Storage Shearing Machine 6 96 Shearing Machine Punching Machine 3 48 Shearing Machine Bending Machine 3 48 Punching Machine Bending Machine 3 48 Bending Machine Welding Machine 5 80 Bending Machine Steel Sheet T. Machine 1 16 Welding Machine Steel Sheet T. Machine 1 16 Steel Sheet T. Machine Painting Machine 2 32 Painting Machine Electrical Fabrication 2 32 Selanjutnya, waktu pemindahan material untuk setiap pasangan area (asal-tujuan) dapat dihitung dengan cara mengalikan frekuensi perpindahan dengan waktu tempuhnya. Ingat bahwa waktu tempuh pada Tabel 4.5 sudah dihitung sesuai dengan jarak setiap pasangan area; baik untuk layout sekarang maupun layout usulan. Total waktu pemindahan material yang dibutuhkan jika proyek dikerjakan dalam layout sekarang adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Total Waktu Pemindahan Material Layout Sekarang Area Frekuensi Total Waktu (detik) Asal Tujuan Storage Shearing Machine Shearing Machine Punching Machine Shearing Machine Bending Machine Punching Machine Bending Machine Bending Machine Welding Machine Bending Machine Steel Sheet T. Machine Welding Machine Steel Sheet T. Machine Steel Sheet T. Machine Painting Machine Painting Machine Electrical Fabrication Total Waktu Pemindahan Material Waktu Tempuh (detik) Konversi total waktu pemindahan material ke dalam menit: detik = menit

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas pengumpulan data, terlebih dahulu akan dibahas mengenai proses produksi yang terdapat di PT. ITU Aircon Co. untuk mengetahui alur proses, mesin-mesin yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata rantai perekonomian dunia menuntut para pelakunya untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata rantai perekonomian dunia menuntut para pelakunya untuk terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata rantai perekonomian dunia menuntut para pelakunya untuk terus berkembang sehingga dapat memenuhi tuntutan kompetitif yang ada di kalangan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

Waktu kerja dalam satu bulan = (( 60 x 7 x 5 ) + ( 60 x 5 x1 )) x 2 x 4 = menit. = detik.

Waktu kerja dalam satu bulan = (( 60 x 7 x 5 ) + ( 60 x 5 x1 )) x 2 x 4 = menit. = detik. BAB V HASIL DAN ANALISA Berdasarkan pengumpulan data dan pengukuran waktu yang sudah dilakukan pada tiap tiap proses, maka dapat dilakukan perhitungan kebutuhan mesin dan orang yang diperlukan untuk mencukupi

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 Materi #8 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan Materi #8 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #9

Pembahasan Materi #9 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat Nilai Kedekatan 6623

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Production Scheduling, Makespan, CDS Algorithm (Campbell, Dudek, and Smith), FCFS Methods (First Come First Serve).

ABSTRACT. Keywords: Production Scheduling, Makespan, CDS Algorithm (Campbell, Dudek, and Smith), FCFS Methods (First Come First Serve). ABSTRACT PT. X is a company engaged in manufacturing, especially in the sewing business. Production scheduling is implemented using the company's production system First Come First Serve (FCFS). FCFS perform

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dilakukan beberapa analisa seperti yang dijelaskan berikut ini: 5.1 Analisa Aliran Material dengan From To

Lebih terperinci

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #5 Genap 2015/2106. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #5 Genap 2015/2106. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #5 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan Materi #5 2 Perencanaan Aliran Material Kelompok Analisa Aliran Pola Aliran Teknik Analisa Aliran Data Analisa Aliran 6623 - Taufiqur Rachman

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT United Tractor.

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN MATERIAL PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

ANALISIS ALIRAN MATERIAL PERTEMUAN #5 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS ANALISIS ALIRAN MATERIAL PERTEMUAN #5 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 FLOW CHART PEMECAHAN MASALAH Untuk memberikan gambaran yang sistematik guna mempermudah pembaca dalam memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka dibuatlah suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Menurut Apple (1990), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi dan Pengolahan Data Hasil ekstrasi data yang penulis peroleh dari lapangan antara lain : 1) Ekstrasi data mesin, dapat dilihat pada halaman lampiran (halaman 99)

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Fitria Imatus Solikhah 1, Renanda Nia R. 2, Aditya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berikut ini merupakan simpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis, yaitu: 1. Tata letak awal pada gudang produk jadi PT Amico Primarasa belum optimal dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT TFI cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container

Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container Nama : Putra Octavianus NPM : 35412750 Jurusan Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Teknik

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI Ade Putri K 1, Alifah K 2, Finda Arwi M 3, Rizqy W 4, Virda Hersy L. S 5, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang bervariasi akan menemui banyak hambatan bila tidak ada metode

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang bervariasi akan menemui banyak hambatan bila tidak ada metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada sebuah sistem produksi yang kompleks dapat terjadi penumpukan barang atau pekerjaan yang membentuk antrian panjang yang belum tentu dapat diselesaikan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) Widya Nurcahayanty Tanjung 1, Fauzan Hariz Harimansyah E-mail: widya@uai.ac.id

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan dan dibahas pada BAB IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam proses produksinya PT.Nusa Multilaksana

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG SHOP FLOOR LAYOUT UNTUK MEMINIMASI WASTE

PERANCANGAN ULANG SHOP FLOOR LAYOUT UNTUK MEMINIMASI WASTE Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2014), Vol. 2 No. 1, 37 44 PERANCANGAN ULANG SHOP FLOOR LAYOUT UNTUK MEMINIMASI WASTE Program Studi Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura e-mail: rachmad_h@ymail.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel teknik ABC Jaya adalah suatu bengkel yang bergerak di bidang manufaktur. Bengkel tersebut memproduksi beberapa macam produk, antara lain accesories perhiasan, matres, medali, dan tabung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO Bernadus Tofan Adi Pranata 1*, Slamet Setio Wigati 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA

PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG KALENG DI SURABAYA Indri Hapsari, Benny Lianto, Yenny Indah P. Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, Surabaya Email : indri@ubaya.ac.id PT. JAYA merupakan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Mulai Penelitian Pendahuluan Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Lantai Produksi Mesin Lantai

Lebih terperinci

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo

Khristian Edi Nugroho; Dimas Rahmawan; Prayogo Adi Utomo USULAN TATA LETAK ULANG MENGGUNAKAN SOFTWARE QUANTITATIVE SYSTEMS UNTUK MEMINIMALKAN JARAK PERPINDAHAN BAHAN DI LANTAI PRODUKSI DEPARTEMEN MECHANIC PT JEFTA PRAKARSA PRATAMA Khristian Edi Nugroho; Dimas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik atau Perancangan Fasilitas Menurut Apple (1990, hal 2), Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi meliputi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Indta Pramatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sparepart mobil dan motor. Bahan produksi yang digunakan oleh perusahaan semuanya adalah logam seperti pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Penjadwalan pekerjaan pada mesin sangat perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan loading

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Observasi Lingkungan Produksi Studi Literatur Identifikasi Masalah Pengumpulan Data (dalam satu periode produksi) Menentukan Waktu Proses Tiap Pesanan Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat membuat persaingan antara industri satu dengan yang lainnya semakin ketat, hal ini juga didukung dengan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI. Oleh: Victor

ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI. Oleh: Victor ANALISIS PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA OLT. METAL WORKS SKRIPSI Oleh: Victor 0800739114 PROGRAM GANDA MANAJEMEN DAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BINA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Minimasi Makespan Penjadwalan Flowshop Menggunakan Metode Algoritma Campbell Dudek Smith (CDS) Dan Metode Algoritma Nawaz Enscore Ham (NEH) Di PT Krakatau Wajatama Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Departemen Machining, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Departemen Machining, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Dirgantara Indonesia (Persero) adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang manufaktur didalam pembuatan pesawat, pengembangan desain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY Wakhid Ahmad Jauhari 1, Arda Candra Faisal Pinastika 2, Chirstina Ayu Kusumawardani 3, Eva Kholisoh 4, Helma Hayu Juniar 5, Rafiq Ramadhan 6,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROSES 81

PERANCANGAN PROSES 81 PERANCANGAN PROSES 81 Keterkaitan Perancangan Produk, Perancangan Proses, Perancangan Jadwal,dan Perancangan Fasilitas Perancangan Produk Perancangan Fasilitas Perancangan Proses Perancangan Jadwal 82

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kerta Laksana adalah perusahaan manufaktur yang membuat berbagai jenis mesin dan komponen mesin sesuai dengan permintaan konsumen atau yang lazim disebut job order. Pesanan yang diterima oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham

Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham Petunjuk Sitasi: Tarigan, U., Lubis, N. I., & Tarigan, U. P. (2017). Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Alpine Cool merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. Produk yang dihasilkan perusahaan adalah Refigerator System atau yang lebih dikenal dengan sebutan panel pendingin. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Sinar Terang Logamjaya atau yang sering disebut PT Stallion adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan sparepart motor dengan bahan baku logam, seperti pedal motor, cup tanki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi

DAFTAR ISI. Daftar Isi Abstrak ABSTRAK PT. Berdikari Metal and Engineering merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam komponen sepeda motor secara kontinu,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT IKP cenderung menempatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5. Analisa Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Planning (SLP). 5.. Activity Relationship Chart (ARC). Langkah awal yang dilakukan untuk merancang tata

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan CV. Little Step adalah perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan antara lain kemeja, kaos, dan celana tidur. Produk-produk tersebut dipasarkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata letak fasilitas merupakan pengorganisasian fasilitas-fasilitas fisik perusahaan untuk menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan. Perencanaan fasilitas

Lebih terperinci