BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eleotridae merupakan suatu Famili ikan yang di Indonesia umum dikenal sebagai kelompok ikan bakutut atau belosoh. Secara morfologis, anggota Famili ini mirip dengan anggota Famili Gobiidae. Karakter utama yang membedakan kedua Famili tersebut adalah adanya penyatuan sirip pelvik membentuk disk pada Famili Gobiidae, sebaliknya tidak tampak adanya penyatuan kedua sirip pelvik pada Famili Eleotridae walaupun jarak antar pangkal sirip pelviknya sangat dekat (Kottelat et al., 1993). Karakter pembeda lainnya adalah anggota Famili Gobiidae memiliki pangkal sirip dorsal ke dua yang lebih panjang daripada jarak antara bagian posterior sirip dorsal dan batang ekor, sedangkan anggota Famili Eleotridae memiliki pangkal sirip dorsal ke dua yang lebih pendek atau sama panjang dengan jarak antara bagian posterior sirip dorsal dan batang ekor (Larson & Murdy, 2001). Famili Eleotridae memiliki wilayah penyebaran yang luas di dunia. Anggota Famili ini ditemukan di seluruh perairan tropis maupun subtropis (kecuali daerah Mediterania), mencakup sekitar 40 Genus dan 150 spesies (Larson & Murdy, 2001). Di Sulawesi bagian utara, anggota Famili ini ditemukan hidup di beberapa tempat, di antaranya di Danau Tondano yang berada di Provinsi Sulawesi Utara, serta Danau Limboto, Sungai Tapodu dan Sungai Bolango yang berada di Provinsi Gorontalo. 1
2 Haryono dan Tjakrawidjaja (2004) melaporkan bahwa ada dua spesies anggota Famili Eleotridae yang ditemukan di Danau Tondano yaitu Ophiocara porocephala dan Giuris margaritacea sedangkan di Danau Limboto hanya ditemukan satu spesies yakni Ophiocara porocephala. Di Provinsi Gorontalo, Giuris margaritacea ini memiliki dua nama lokal yang berbeda sesuai dengan fase hidupnya. Juvenil spesies ini disebut Payangga, tetapi fase dewasa spesies ini disebut Hulu u. Berbeda dengan daerah Gorontalo, Giuris margaritacea di Provinsi Sulawesi Utara, memiliki nama lokal yang sama baik pada fase juvenil maupun dewasa yakni Payangka. Ikan anggota Famili Eleotridae merupakan bahan makanan favorit masyarakat di Sulawesi bagian utara. Di Gorontalo, ikan yang biasanya dikonsumsi masyarakat pada fase juvenil ini dijual dengan harga yang mahal karena permintaan pasar yang jauh lebih tinggi daripada jumlah ikan yang tersedia. Empat habitat Famili Eleotridae di Sulawesi bagian utara memiliki kondisi ekologis lingkungan yang berbeda-beda. Arus air Sungai Tapodu dan Sungai Bolango cenderung tidak stabil dan lebih kuat dibanding Danau Tondano dan Danau Limboto. Selain itu, meskipun Danau Limboto dan Danau Tondano merupakan badan air dengan kecepatan arus yang lambat dan stabil, kedua danau ini secara geografis terpisah sangat jauh dan terletak dengan ketinggian yang berbeda dari permukaan laut. Hal ini menyebabkan adanya sedikit perbedaan kondisi fisik lingkungan di kedua danau tersebut. Danau Limboto berada di ketinggian 25 m dpl (Haryono & Tjakrawidjaja, 2004) dengan temperatur rata-
3 rata bulanan 22,2 31,3 C (Akuba et al., 2009). Berbeda dengan Danau Limboto, Danau Tondano memiliki kisaran temperatur bulanan yang lebih rendah antara 19 27 C disebabkan oleh letaknya yang lebih tinggi yakni 620 m dpl (Soeroto, 1988). Kondisi ekologis habitat akan mempengaruhi populasi yang mendiami habitat tersebut. Menurut Motta et al. (1995), organisme memberikan respon terhadap tantangan ekologis lingkungan yang menyebabkan terjadinya variasi morfologi baik dalam tingkatan individu, populasi maupun spesies. Penelitian Aguirre (2009) pada Stickleback Fish di Alaska mendukung pernyataan Motta et al. (1995) ini. Stickleback Fish yang hidup di sungai memiliki tubuh yang lebih ramping dibanding Stickleback Fish yang hidup di danau (Aguirre, 2009). Danau Tondano dan Danau Limboto merupakan daerah dengan kondisi kritis. Pada tahun 1961, luas area Danau Limboto adalah 4250 Ha dengan kedalaman 10 m (Akuba et al., 2009). Tahun 2002, luas area Danau Limboto hanya 3000 Ha dengan kedalaman rata-rata 2 m (Asir, 2010). Kondisi yang hampir sama juga terjadi pada Danau Tondano. Pada tahun 2007, kedalaman ratarata Danau Tondano hanya 15 m dari kedalaman sebelumnya yang mencapai 40 m pada tahun 1934 (Asir, 2010). Selain itu, berdasarkan dampak aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan, Danau Tondano berada pada status konservasi B (Danger) sedangkan Danau Limboto berada pada status konservasi C (Very Danger) (Haryono & Tjakrawidjaja, 2004).
4 Berkurangnya habitat mengakibatkan terjadinya reduksi ukuran populasi (Burkey, 1995). Ukuran populasi ini berpengaruh pada kemampuan organisme untuk bertahan hidup di habitat yang ditempatinya. Reed dan Frankham (2003) menyatakan bahwa dampak langsung dari reduksi ukuran populasi adalah meningkatnya koefisien inbreeding. Jika inbreeding ini terjadi terus-menerus, variasi genetik dalam populasi tersebut akan mengalami penurunan. Lebih lanjut lagi, Frankham et al. (2002) menyatakan bahwa populasi dengan variasi genetik yang rendah cenderung tidak dapat bertahan terhadap tekanan lingkungan dan penyakit. Variasi genetik dapat dianalisis dengan menggunakan teknik Inter-simple Sequence Repeat Polymerase Chain Reaction (ISSR-PCR). Menurut Wang et al. (2008), ISSR adalah lokus polimorfik yang ada pada DNA nukleus dan DNA organela yang mengandung satu sampai enam unit pasangan basa yang berulang. Dari hasil ISSR-PCR diperoleh data profil genetik individu yang berupa fragmen DNA. Profil DNA ini tidak hanya menunjukkan variasi genetik suatu populasi, tetapi juga dapat menggambarkan kemiripan genetik antar populasi maupun antar spesies yang hubungan taksonominya dekat. Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai variasi morfologis dan genetik anggota Famili Eleotridae di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu dan Sungai Bolango Sulawesi bagian utara.
5 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana variasi morfologis anggota Famili Eleotridae di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu, dan Sungai Bolango, Sulawesi bagian utara? 2. Bagaimana variasi genetik anggota Famili Eleotridae dengan penanda ISSR di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu, dan Sungai Bolango, Sulawesi bagian utara? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yakni: 1. Mengetahui variasi morfologis anggota Famili Eleotridae di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu, dan Sungai Bolango, Sulawesi bagian utara. 2. Mengetahui variasi genetik anggota Famili Eleotridae dengan penanda ISSR di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu, dan Sungai Bolango, Sulawesi bagian utara. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah menghasilkan informasi ilmiah mengenai variasi morfologis dan variasi genetik anggota Famili Eleotridae di Danau Tondano, Danau Limboto, Sungai Tapodu, dan Sungai Bolango Sulawesi bagian utara sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan pengelolaan dan sebagai bahan rujukan untuk penelitian lainnya.
6 E. Ruang Lingkup Penelitian Sampel anggota Famili Eleotridae yang diteliti diambil dari 4 lokasi, satu lokasi yakni Danau Tondano berada di Provinsi Sulawesi Utara sedangkan 3 lokasi lainnya yakni Danau Limboto, Sungai Tapodu dan Sungai Bolango berada di Provinsi Gorontalo. Metode pengambilan sampel yang dilakukan adalah random purposive sampling. Pengamatan karakter morfologis meliputi 3 hal yakni karakter morfologi, karakter meristik, dan karakter morfometrik. Karakter morfologi berhubungan dengan penampakan morfologi tubuh. Karakter meristik meliputi penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh tertentu. Karakter morfometrik meliputi pengukuran bagian-bagian tubuh dan analisis matematika berdasarkan landmark geometri. Pengamatan karakter genetik dilakukan dengan menggunakan penanda molekular ISSR. DNA sampel diisolasi dan kemudian diamplifikasi dengan primer ISSR. Selanjutnya dilakukan visualisasi hasil amplifikasi sekuen DNA dengan sinar UV untuk melihat variasi genetik sampel.