BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pandanaceae adalah suku tumbuh-tumbuhan yang secara geografis tersebar mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari 5 genus yaitu: Sararanga, Freycinetia, Pandanus, Benstonea dan Martellidendron (Callamander et al, 2012). Daerah persebaran Freycinetia spp. diantaranya di Jawa, Sumatera, Maluku; genus Pandanus spp. di Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Kep. Sunda Kecil, Maluku, Papua dan genus Sararanga spp. saat ini baru ditemukan di Papua (Stone, 1976). Keim (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan Pandanaceae secara tradisional oleh masyarakat di sebagian besar wilayah barat Indonesia tidak seluas dibagian timur Indonesia. Pandanaceae dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan obat tradisional, bahan bangunan dan bahan serat. Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu dari genus Pandanus yang berguna bagi kehidupan masyarakat di daerah dataran tinggi Papua dan Papua New Guinea karena buahnya banyak mengandung minyak, sehingga sebagian kalori yang dibutuhkan masyarakat diperoleh dari buah tersebut (Powel, 1976). Pegunungan Arfak secara administrasi berada dalam wilayah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Pegunungan Arfak Propinsi Papua Barat yang didiami oleh Suku Besar Arfak. Suku Besar Arfak ini terdiri dari tiga anak Suku yaitu Hattam, Meyah, dan Sougb. Daerah tersebut banyak ditumbuhi

2 buah merah menurut Sadsoeitoeboen (1999) berdasarkan ciri morfologis buah (syncarp) ditemukan empat kultivar buah merah yaitu kultivar kuning, kultivar merah coklat, kultivar merah panjang dan kultivar merah pendek. Murtiningrum et al, (2012) menemukan empat aksesi berdasarkan karakteristik fisik dan kimia buah buah merah yaitu Idebebcs (MID-M), Hityom (MHY-M), Himbiak (MHB- M), dan Hibnggok (MHG-M). Menurut Fitmawati (2003) keberagaman faktor ekologis, geografis, pola persilangan dan hibridisasi akan menghasilkan morfologi yang bervariasi. Sehingga spesimen yang mempunyai komposisi genetik yang sama dapat mempunyai morfologi yang berbeda. Perbedaan morfologi pada kelompok tumbuhan yang memiliki genotipe sama ini dikenal dengan variasi fenotip atau variabilitas. Sedangkan morfologi pada level dominansi yang disebabkan oleh komposisi genetik yang berbeda dikenal juga dengan variasi genotip. Berhadapan dengan pola variasi yang demikian akan menyulitkan dalam menentukan batasan spesies hanya berdasarkan karakter morfologis sehingga perlu didukung dengan karakter molekular. Beberapa teknik molekular yang umum digunakan adalah Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), Random Amplified Polymorphis DNA (RAPD), Amplified Fragmen Length Polimorphism (AFLP), Inter Sample Sequence Repeats (ISSR). Penggunaan teknik penanda molekular RAPD telah banyak digunakan untuk mendapatkan gambaran kekerabatan tanaman dan menghasilkan penanda untuk membedakan karakter-karakter tertentu pada tanaman (Poczai et al, 2013). Panda et al, (2009) menggunakan RAPD untuk

3 mengetahui faktor ekologis dan genetik yang berpengaruh terhadap genotip khas pada Pandanus tectorius Park. (P. fascicularis Lam.) jantan guna perbanyakan tanaman. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari tujuh populasi tanaman P. tectorius jantan yang diambil pada lokasi yang berbeda terdapat dua populasi yang menghasilkan aroma berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi industri parfum. Buah merah merupakan tanaman yang dewasa ini meningkat nilai ekonominya karena pemanfaatan minyaknya sebagai obat herbal. Namun tanaman tersebut belum banyak dibudidayakan secara intensif oleh masyarakat di Pegunungan Arfak. Pemanfaatan buah merah oleh masyarakat dilakukan dengan mengandalkan tanaman yang tumbuh secara alami di lahan milik mereka. Hanya sedikit masyarakat yang telah membudidayakannya dalam skala sangat terbatas (Tokede et al, 2006). Perubahan tata kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang semakin pesat dan berdampak pada budaya pola hidup dan kelestarian sumberdaya alam hayati. Salah satunya terjadinya eksploitasi sumberdaya alam yang terus meningkat sehingga menimbulkan kerusakan hutan yang dapat mengakibatkan kelangkaan variasi spesies tertentu. Informasi tentang variasi morfologis, distribusi lokal, hubungan kekerabatan intraspesies berdasarkan karakter morfologis dan molekular buah merah sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan konservasi dan pemuliaan tanaman tersebut dengan demikian penelitian ini perlu dilakukan.

4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan di jawab dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar variasi morfologis dan distribusi lokal setiap kultivar buah merah di Pegunungan Arfak? 2. Seberapa jauh dekat hubungan kekerabatan fenetik antara kultivar buah merah di Pegunungan Arfak (dataran rendah) berdasarkan karakter morfologis? 3. Seberapa jauh dekat hubungan kekerabatan fenetik kultivar buah merah di Pegunungan Arfak (dataran rendah) menggunakan pendekatan molekular dengan analisis RAPD? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan seberapa besar variasi morfologis dan distribusi lokal masingmasing kultivar buah merah di Pegunungan Arfak. 2. Menentukan jauh-dekatnya hubungan fenetik kultivar buah merah satu dengan yang lainnya berdasarkan karakter morfologis yang berada di Pegunungan Arfak (dataran rendah). 3. Menentukan hubungan fenetik kultivar buah merah menggunakan pendekatan molekular dengan analisis RAPD yang berada di Pegunungan Arfak (dataran rendah).

5 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variasi, hubungan kekerabatan, dan distribusi variasi spesies buah merah yang tumbuh secara alami di Pegunungan Arfak. Data dan informasi yang diperoleh dapat digunakan bagi pengelolaan spesies buah merah untuk kepentingan konservasi dan budidaya. E. Ruang Lingkup Penelitian Kultivar buah merah yang diteliti diperoleh dari daerah Pegunungan Arfak dan hanya 40% dari total keseluruhan kecamatan yang terdapat pada daerah Pegunungan Arfak yang berada dalam wilayah Kabupaten Manokwari dan Kabupaten Pegunungan Arfak Propinsi Papua Barat. Pemilihan Kecamatan mempertimbangkan persebaran tumbuhan berdasarkan variasi ketinggian tempat (Whitten et al, 1999), yaitu meliputi dataran rendah ( m dpl), pegunungan bawah ( m dpl) dan pegunungan atas (> 1800 m dpl). Setiap kecamatan yang terpilih, diambil sampel berdasarkan perbedaan karakter morfologis. Sampel yang diperoleh dari masing-masing kecamatan tersebut, selanjutnya digunakan untuk kebutuhan analisis molekular. Analisis molekular dilakukan dengan menggunakan Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD).