6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

DAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

BAB III METODE PENELITIAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

ANALISIS DISTRIBUSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN KABUPATEN INDRAMAYU (Studi Kasus: PPI Tegal Agung, PPI Karangsong dan PPI Eretan Kulon) AKBAR TANJUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG


TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

STUDI PEMASARAN IKAN BAWAL PUTIH (Pampus argenteus) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG, KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

PETA LOKASI PENELITIAN 105

BAB III DESKRIPSI AREA

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENJADWALAN DISTRIBUSI KARUNG DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XI (PERSERO) PK. ROSELLA BARU SURABAYA SKRIPSI

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

BAB 3 METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2) Kegiatan Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (DAK dan Pendampingan)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/07/18/Th. IV, 1 JULI 2016

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

ICASEPS WORKING PAPER No. 72

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI AGUSTUS 2017 PROVINSI LAMPUNG

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

PERAMALAN KETERSEDIAAN IKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG BENI PRAMAYOGA

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

6 USAHA PENANGKAPAN PAYANG DI DESA BANDENGAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

6 KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN JUMLAH ES DI PPS CILACAP

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

Tugas Akhir. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BAB I PENDAHULUAN. distribusi sangat tergantung kepada pemilihan moda transportasi yang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

Transkripsi:

44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon memiliki perbedaan harga di setiap PPI. Perbedaan harga pembelian terjadi karena jumlah dan jenis ikan yang didaratkan berbeda di setiap tempat pelelangan. Selain perbedaan jumlah dan jenis hasil tangkapan permintaan para bakul untuk memenuhi permintaan pelanggan mereka, dapat mempengaruhi harga ikan yang akan dilelang. Harga pembelian ikan di tiga PPI dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 14 Daftar harga pembelian menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon Jenis Ikan PPI Tegal Agung PPI Karangsong PPI Eretan Kulon (Rp)/(kg) (Rp)/(kg) (Rp)/(kg) Kembung 12.500 12.000 12.500 Manyung 11.000 11.500 10.000 Pepetek 4.500 5.000 4.000 Tembang 7.500 7.000 6.500 Tongkol 13.000 12.500 11.500 Sumber: Hasil wawancara, 2010 Berdasarkan Tabel 14 di atas, pemilihan lima komuditas ikan tersebut berdasarkan jenis ikan yang dominan yang dihasilkan PPI tersebut. Kelima jenis hasil tangkapan itu memiliki harga penjualan berbeda di masing-masing PPI. Harga ikan kembung lebih murah di PPI Karangsong sedangkan harga ikan manyung paling tinggi di PPI tersebut dibandingkan dengan harga ikan manyung di PPI lainnya. Berdasarkan wawancara, ikan tongkol adalah komoditas yang paling sering di perjual-belikan oleh para bakul Kabupaten Indramayu. 6.1.2 Harga penjualan hasil tangkapan Harga jual merupakan indikator keuntungan yang diperoleh para bakul dalam mendistribusikan hasil tangkapa kepada pelanggan mereka. Daereh tujuan dari penjual hasil tangkapan seperti DKI Jakarta, Bandung dan Cirebon. Ketiga wilayah pemasaran tersebut memiliki perbedaan harga jual. Hal itu terjadi karena

45 perbedaan banyaknya permintaan baik menurut jenis atau jumlah hasil tangkapan. Harga jual ikan di tiga wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 15 Daftar harga penjualan menurut jenis ikan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon Jenis Ikan DKI Jakarta (Rp) Bandung (Rp) Cirebon (Rp) Kembung 14.500 14.000 13.500 Manyung 12.500 12.500 12.000 Pepetek 6.000 6.000 5.500 Tembang 8.500 9.000 8.000 Tongkol 14.000 14.000 13.500 Sumber: Hasil wawancara, 2010 Berdasarkan Tabel 15 di atas, harga jual hasil tangkapan menurut jenis ikan terdapat perbedaan pada masing-masing wilayah. Di wilayah Kabupaten Bandung dan DKI Jakarta harga penjualan ikan tongkol hampir sama. Wilayah pemasaran yang memiliki harga jual tertinggi didominasi oleh kota Bandung. Hal itu terjadi karena kota Bandung tidak dekat dengan laut sehingga stok hasil perikanan laut didatangkan dari luar daerahnya. 6.2 Efisiensi Pendistribusian Pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon melibatkan berbagai pihak seperti: nelayan, bakul atau juragan, pabrik pengolahan dan konsumen sebagai akhir dari distribusi. Pihak tersebut dapat dikatakan sebagai produsen, distributor dan costumer. Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses pendistribusian dengan kata lain disebut sebagai produsen, sedangkan distributor sebagai pelaku kedua sepenuhnya dimiliki oleh para bakul dan costumer merupakan ujung dari semua rangkaian pendisribusian. Menurut Lubis (2000), salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan. Di Indramayu aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan baik, karena sarana dan prasarana yang menunjang serta jalan-jalan yang dilalui alat transportasi mendukung aktivitas tersebut. Jenis pendistribusian hasil tangkapan di Indramayu menurut Moeljanto (1992), termasuk kedalam distribusi lewat jalan darat. Dapat dipastikan di hampir seluruh PPI yang ada dikawasan Kabupaten Indramayu sarana transportasi

46 distribusinya berupa truck terbuka atau truck box dan mobil Pick up (L300) yang dilengkapai unit pendingin mekanis. Pada pendistribusian ikan harus didinginkan mendekati suhu 0 C hal ini bertujuan agar ikan dapat bertahan lebih lama. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga. Pada dasarnya efisiensi distribusi terjadi apabila terdapat peningkatan nilai jual dari hasil tangkapan perikanan yang didistribusikan dan dapat menutupi biaya operasional usaha pendistribusian dengan kata lain nilai jual melebihi biaya distribusi. Para pelaku distribusi seperti bakul dapat memahami nilai keuntungan distribusinya. Artinya, apabila harga pembelian hasil tangkapan dengan harga hasil penjualan sama, maka mereka tidak akan melakukan proses pendistribusian. Setiap komuditas ikan yang memiliki nilai jual lebih besar dari nilai beli maka para bakul atau juragan akan melekukan proses distribusi, dan mereka juga tidak lupa memperhatikan biaya distribusinya. Para bakul mengemukakan bahwa apabila harga jual hasil tangkapan sama dengan atau kurang dari harga pembelianya dapat dikatakan tidak efisien, dan dapat dikatakan efisien bila harga jualnya lebih besar dari pada harga pembelian hasil tangkapan. 6.2.1 Kendaraan pendistribusian hasil tangkapan Kendaraan transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan kulon terdiri dari dua kendaraan yaitu. 1) Truk (Truck) Truk merupakan alat transportasi untuk mengangkut hasil tangkapan menuju daerah pemasaran. Kapasitas muatan transportasi tersebut sebesar 30 fiber atau setara dengan 3,75 ton komoditas ikan tongkol. Berdasarkan survei di lapangan rata-rata penyewaan mobil truk dengan supirnya untuk 1 kali pengiriman hasil tangkapan sebesar Rp1.500.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Mobil ini sering dijumpai di PPI Karangsong dan Eretan Kulon. 2) Pick up (L300) Mobil Pick up yang sebagian masyarakat Kabupaten Indramayu menyebutnya mobil caklik, merupakan armada transportasi yang sering digunakan untuk mengangkut ikan menuju pelanggan dari para bakul. Kapasitas kendaraan

47 tersebut sebesar 30 blong ikan atau setara dengan 2,10 ton komoditas ikan tongkol. Menurut survei, biaya penyewaan mobil ini dengan supirnya rata-rata sebesar Rp750.000,00 untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. 6.2.2 Nilai ekonomis hasil tangkapan Nilai ekonomis hasil tangkapan pada dasarnya terjadi bila ada perubahan harga suatu komuditas ikan dari harga pertama ikan itu dijual menuju pembeli dalam satu wilayah atau diluar wilayahnya. Menurut Fujianti (2003) dalam Krisdiyanto (2007) mengemukakan bahwa suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup modal transportasi, dimana ada kaitan antara transportasi dengan produksi dalam arti pelemparan produk tersebut ke pasar (market). Berikut ini adalah daftar nilai ekonomis pada masing-masing PPI : 1) PPI Tegal Agung Tabel 16 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk Kembung 1.480 980 680 Manyung 980 980 680 Pepetek 980 980 680 Tembang 480 980 180 Tongkol 480 480 180 Berdasarkan Tabel 16, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Tegal Agung dengan tiga daerah pendistribusian memiliki nilai ekonomis yang variatif. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan Jakarta yaitu Rp1.480 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan tembang dan tongkol. Tabel 17 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) Kembung 1.429 929 548 Manyung 929 929 548 Pepetek 929 929 548 Tembang 429 929 48 Tongkol 429 429 48

48 Tabel 17 menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 16. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.429 dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan tembang dan tongkol memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram. 2) PPI Karangsong Tabel 18 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk Kembung 1.980 1.480 1.180 Manyung 480 480 180 Pepetek 480 480 180 Tembang 980 1.480 680 Tongkol 980 980 680 Berdasarkan Tabel 18, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Karangsong dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan kembung memiliki nilai ekonomis terbesar dengan tujuan DKI Jakarta sebesar Rp1.980 per kilogram dan Cirebon sebesar Rp1.180 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp180 per kilogram untuk komoditas ikan manyung dan pepetek. Tabel 19 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) Kembung 1.929 1.429 1.048 Manyung 429 429 48 Pepetek 429 429 48 Tembang 929 1.429 548 Tongkol 929 929 548 Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Karangsong memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 18. Nilai ekonomis terbesar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan kembung dengan daerah tujuan Jakarta dan Rp1.048 per kilogram untuk wilayah Cirebon dengan komoditas yang sama yaitu ikan kembung. Ikan kembung dan tembang dengan daerah distribusi

49 Bandung nilai ekonomisnya sebesar Rp1.429 per kilogram sedangkan ikan manyung dan pepetek memiliki nilai ekonomis terendah sebesar Rp48 per kilogram untuk daerah tujuan Cirebon. 3) PPI Eretan Kulon Tabel 20 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Truk Kembung 1.480 980 680 Manyung 1.980 1.980 1.680 Pepetek 1.480 1.480 1.180 Tembang 1.480 1.980 1.180 Tongkol 1.980 1.980 1.680 Berdasarkan Tabel 20, nilai ekonomis hasil tangkapan yang didistribusikan menggunakan kendaraan Truk dari PPI Eretan Kulon dengan tiga daerah pendistribusian Jakarta, Bandung dan Cirebon memiliki nilai ekonomis yang berbeda. Ikan manyung dan tongkol memiliki nilai ekonomis paling besar dengan tujuan Jakarta dan Bandung yaitu sebesar Rp1.980 per kilogram. Nilai ekonomis terendah jika didistribusikan ke wilayah Cirebon yaitu hanya sebesar Rp680 per kilogram untuk komoditas ikan kembung. Tabel 21 Nilai ekonomis hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan menggunakan kendaraan Pick up (L300) Kembung 1.429 929 548 Manyung 1.929 1.929 1.548 Pepetek 1.429 1.429 1.048 Tembang 1.429 1.929 1.048 Tongkol 1.929 1.929 1.548 Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan menggunakan kendaraan Pick up (L300) dari PPI Eretan Kulon memiliki nilai ekonomis lebih kecil dibandingkan pada Tabel 20. Nilai ekonomis paling besar yaitu Rp1.929 per kilogram dengan komoditas ikan manyung dan tongkol dengan daerah tujuan Jakarta dan Bandung. Ikan kembung untuk daerah distribusi Cirebon nilai ekonomisnya sebesar Rp548 per kilogram sehingga komoditas tersebut menjadi yang paling kecil nilai ekonomisnya.

50 Berdasarkan nilai ekonomis dari PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon, walaupun terdapat suatu komoditas dengan harga pembelian sama dan harga penjualan hasil tangkapan sama pada daerah tujuan tertentu namun jika alat transportasinya berbeda maka terdapat perbedaan nilai ekonomis. Pada alat transportasi distribusi menggunakan truck memiliki nilai ekonomis lebih besar dibandingkan dengan menggunakan Pick up (L300). Sehingga dapat dikatakan alat transportasi berupa truck menghasilkan nilai ekonomis hasil tangkapan lebih baik dibandingkan menggunakan Pick up (L300). Perbedaan itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) Kapasitas muatan Pada alat transportasi truck yang memiliki kapasitas 30 fiber (1 fiber setara dengan 125 kg ikan yang diberi es curah) atau sama saja dengan 3,75 ton ikan tongkol dalam 1 kali pengiriman sedangkan pada alat tarnsportasi Pick up (L300) memiliki kapasitas 30 blong (1 blong setara dengan 70 kg ikan yang diberi es curah) atau setara dengan 2,10 ton ikan dalam 1 kali pengiriman. Berdasarkan perbedan tersebut, kapasitas truck memiliki jumlah muatan yang lebih besar dibandingkan Pick up (L300) sehingga jumlah hasil tangkapan lebih banyak yang dijual dan pada akhirnya keuntungan jauh lebih besar menggunakan truck. Oleh karena itulah nilai ekonomis ikan lebih besar menggunakan alat transportasi dengan truck dari pada nilai ekonomis ikan yang menggunakan alat transportasi Pick up (L300). 2) Biaya sewa kendaraan Pada kendaraan truck biaya sewanya sebesar Rp1.500.000,00 (Lampiran 4) sedangkan biaya sewa pada kendaraan pick up (L300) sebesar Rp750.000,00 (Lampiran 5). Dari perbedaan nilai tersebut maka dapat mempengaruhi nilai biaya pendistribusian ikan per kilogramnya karena biaya sewa merupakan salah satu komponen dari biaya total distribusi. Oleh karena itu nilai ekonomis ikan tongkol yang menggunakan alat transportasi truck berbeda dengan Pick up (L300). 3) Harga pembelian hasil tangkapan

51 Hasil pelelangan ikan di PPI Karangsong, Tegal Agung dan Eretan Kulon menghasilkan perbedaan harga pembelian. Pada dasarnya para bakul berharap harga jual di TPI serendah mungkin, agar keuntungan mereka lebih besar. Perbedaan harga pembelian hasil tangkapan tersebut yang dapat mempengaruhi nilai ekonomis suatu komoditas ikan. Semakin besar selisih harga pembelian dengan penjualan maka semakin besar nilai ekonomisnya. 4) Harga jual Harga jual komuditas ikan berbeda di wilayah tertentu, contohnya harga jual di Jakarta tidak sama dengan harga jual hasil tangkapan di Cirebon. Maka bila terjadi perubahan pada harga jual sedangkan harga pembelian sama akan mempengaruhi nilai ekonomisnya. Semakin besar perubahan harga penjualan maka semakin besar nilai ekonomis suatu komuditas ikan tersebut atau sebaliknya. 6.1.3 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan Pendisistribusian hasil tangkapan dapat dikatakan efisien apabila nilai jual hasil tangkapan dapat menutupi biaya disribusi dan memiliki peningkatan pada harga jualnya. Seperti yang dikemukakan pada metodelogi penelitian, jika nilai efisiensi distribusi 100% berarti dapat dikatakan tidak efisien namun jika nilai efisiensi distribusi < 100% berarti efisien, jadi semakin kecil nilai persentasenya maka semakin efisien. Efisien atau tidaknya suatu komoditas hasil tangkapan tergantung dari nilai jual hasil tangkapan itu sendiri. Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon dengan wilayah tujuan DKI Jakarta, menggunakan kendaraan berupa truk ataupun pick up. Pada dasarnya pemilihan jenis kendaraan yang digunakan untuk mendistribusikan hasil tangkapan adalah disesuaikan berdasarkan jumlah hasil tangkapan yang ada dan jumlah ikan yang akan didistribusikan. Persentase hasil tangkapan di PPI Tegal Agung tidak sama dengan PPI Karangsong maupun Eretan Kulon, hal itu terjadi karena PPI Karangsong luas wilayahnya lebih besar dibandingkan dengan PPI Eretan Kulon. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

52 Tabel 22 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan truk Kembung 8% 300 12.500 3.750.000 Manyung 10% 375 11.000 4.125.000 Pepetek 30% 1.125 4.500 5.062.500 Tembang 18% 675 7.500 5.062.500 Tongkol 34% 1.275 13.000 16.575.000 Jumlah 100% 3.750 48.500 34.575.000 Proporsi pendistribusian hasil tangkapan PPI Karangsong didominasi oleh komoditas ikan tongkol yaitu sebanyak 34% sedangkan untuk komoditas terendah adalah ikan kembung hanya sebesar 8% Tabel 23 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Tegal Agung dengan kendaraan Pick up Kembung 8% 168 12.500 2.100.000 Manyung 10% 210 11.000 2.310.000 Pepetek 30% 630 4.500 2.835.000 Tembang 18% 378 7.500 2.835.000 Tongkol 34% 714 13.000 9.282.000 Jumlah 100% 2,100 48.500 19.362.000 Persentase pendistribusian menggunakan alat angkut Pick up sama dengan alat angkut truk yang membedakan hanyalah jumlah komuditas dalam tripnya yaitu sebanyak 2,1 ton/trip. Tabel 24 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong dengan kendaraan truk Kembung 5% 187,5 12.000 2.250.000 Manyung 5% 187,5 11.500 2.156.250 Pepetek 40% 1.500 5,000 7.500.000 Tembang 10% 375 7.000 2.625.000 Tongkol 40% 1.500 12.500 18.750.000 Jumlah 100% 3.750 48.000 33.281.250 Persentase distribusi hasil tangkapan di PPI Karangsong didominasi komoditas ikan pepetek dan tongkol yaitu sebanuak 40% tiap komoditas.

53 Tabel 25 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Karangsong dengan kendaraan Pick up Kembung 5% 105 12.000 1.260.000 Manyung 5% 105 11.500 1.207.500 Pepetek 40% 840 5.000 4.200.000 Tembang 10% 210 7.000 1.470.000 Tongkol 40% 840 12.500 10.500.000 Jumlah 100% 2.100 48.000 18.637.500 Pada Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa persentase komuditas hasil tangkapan yang didistribusikan dari PPI Karangsong sama dengan proporsi komoditas yang menggunakan kendaraan truk, namun jumlah muatannya berbeda. Tabel 26 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan truk Kembung 6% 225 12.500 2.812.500 Manyung 5% 187,5 10.000 1.875.000 Pepetek 48% 1.800 4.000 7.200.000 Tembang 11% 412,5 6.500 2.681.250 Tongkol 30% 1.125 11.500 12.937.500 Jumlah 100% 3.750 44.500 27.506.250 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa persentase ikan pepetek paling dominan didistribusikan dari PPI Eretan Kulon yaitu sebesar 40% dengan total 1,8 ton. Tabel 27 Persentase pendistribusian komoditas hasil tangkapan PPI Eretan Kulon dengan kendaraan Pick up Kembung 6% 126 12.500 1.575.000 Manyung 5% 105 10.000 1.050.000 Pepetek 48% 1.008 4.000 4.032.000 Tembang 11% 231 6.500 1.501.500 Tongkol 30% 630 11.500 7.245.000 Jumlah 100% 2.100 44.500 15.403.500 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa kendaraan pick up sama halnya dengan persentase kendaraan truk namun terdapat perbedaan pada jumlah

54 muatannya. Jenis ikan pepetek masih tetap mendominasi dibandingkan komoditas ikan lainnya. Dari uraian tabel-tabel di atas maka dapat ditentukan nilai efisiensi hasil tangkapan, nilai-nilai tersebut pada dasarnya diperoleh dari harga total pendistribusian hasil tangkapan dibagi dengan harga total penjualan hasil tangkapan. Jika nilai tersebut 100% maka dapat dikatakan tidak efisien, tetapi sebaliknya jika nilai efisiensinya 100% dapat dikatakan efisien, nilai efisiensi pada tiga PPI tersebut dapat dilihat pada Tabel 28, contoh perhitungannya dapat dilihat pada (Lampiran 5 & 6) Tabel 28 Nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan berdasarkan daerah tujuan distribusi. PPI Kendaraan Jakarta (%) Bandung (%) Cirebon (%) Tegal Agung Truck 93,11 92,32 97,79 Pick up 89,53 92,80 98,30 Karangsong Truck 92,33 91,88 97,10 Pick up 92,83 92,38 97,63 Eretan Kulon Truck 82,85 82,38 87,47 Pick up 83,40 82,92 88,04 Pada Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa jenis kendaraan yang digunakan untuk pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Tegal Agung, Karangsong, dan Eretan Kulon adalah truk dan pick up. Pada PPI Tegal Agung jika pendistribusian dilakukan dengan menggunakan truk maka wilayah tujuan Bandung memiliki nilai efisiensi terbaik dibandingkan dengan 2 wilayah lainnya. Sedangkan jika menggunakan kendaraan pick up wilayah Jakarta lebih efisien jika dibandingkan dengan Bandung dan Cirebon. Pada PPI Karangsong jika pendistribusian hasil tangkapan menggunakan truk maka nilai efisiensi terbesar adalah wilayah Bandug dengan nilai efisiensi sebesar 91,88%. Sedangkan jika menggunakan pick up nilai efisiensi terbaik adalah dengan tujuan yang sama yaitu kota Bandung. PPI Eretan Kulon nilai efisiensi terbaik adalah wilayah tujuan Bandung baik menggunakan truk maupun pick up. Pada Tabel 22-28 di atas menunjukkan bahwa pendistribusian hasil tangkapan dari PPI Karangsong, Eretan Kulon dan Tegal Agung pada umumnya dapat dikatakan efisien, persentase tingkat efisiensi pendistribusian tersebut antara 82,38% - 98,30%.