6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE"

Transkripsi

1 67 6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6.1 Efisiensi Teknis Pendaratan Hasil Tangkapan Proses penting yang perlu diperhatikan setelah ikan ditangkap adalah proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan. Dalam proses pendaratan hasil tangkapan tersebut diperlukan efisiensi teknis guna menghambat kemunduran mutu ikan. Efisiensi teknis juga bertujuan guna mempercepat sesampainya ikan ke tangan konsumen. Pelaku yang terlibat dalam proses pendaratan hasil tangkapan adalah nelayan dan buruh angkut sangat menentukan terjadinya efisiensi pendaratan hasil tangkapan. Buruh angkut di PPI Muara Angke bertugas : 1) membongkar hasil tangkapan dari palka ke dek kapal, 2) menurunkan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan, 3) melakukan penimbangan di dermaga pendaratan, 4) mengangkut hasil tangkapan ke TPI. Dalam membongkar hasil tangkapan dari palka ke dek kapal biasanya diperlukan 2-3 orang buruh angkut. Jumlah buruh angkut tersebut sudah ditentukan sebelumnya oleh pegawai KUD Mina Jaya. Buruh angkut pertama bertugas masuk ke dalam palka untuk membongkar dan mengangkut hasil tangkapan yang berada di dalam palka tersebut ke dek kapal, sedangkan buruh kedua dan ketiga bertugas untuk memasukan hasil tangkapan yang telah dibongkar oleh buruh pertama dan dimasukkan ke dalam keranjang. Hasil tangkapan yang telah dimasukkan ke dalam keranjang kemudian diturunkan ke dermaga pendaratan. Dalam menurunkan hasil tangkapan dari atas dek kapal ke dermaga pendaratan dilakukan tanpa menggunakan alat bantu. Penurunan hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan diperlukan 4-6 orang buruh angkut. Dua orang buruh angkut berada di atas dek kapal dan dua orang buruh lainnya berada di dermaga pendaratan untuk mengangkut hasil tangkapan dan meletakkannya di dermaga pendaratan. Di dermaga pendaratan kemudian dilakukan penimbangan hasil tangkapan. Pada proses penimbangan diperlukan 2 orang buruh angkut untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan ke alat penimbang, setelah hasil tangkapan

2 68 ditimbang kemudian hasil tangkapan diangkut ke lori untuk di angkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pengangkutan hasil tangkapan ke TPI ini dilakukan oleh satu orang buruh dengan menggunakan alat pengangkut lori. Dalam proses pendaratan, buruh angkut di PPI Muara Angke bekerja secara berkelompok. Buruh angkut tersebut diberi perlakuan masing-masing untuk mengangkut 2 basket ikan dengan menggunakan lori (alat pengangkut) sebanyak 5 kelompok dengan kondisi tubuh relatif homogen (tinggi, bentuk/postur dan kesehatan). Berat basket semakin meningkat dengan lama waktu tertentu dan pada jarak tertentu yang sama dari palka ke TPI/tempat penimbangan, tetapi tanpa membuat basket terjatuh dan atau ikan menjadi rusak (Tabel 16). Perlakuan tersebut bertujuan untuk mendapatkan data lama waktu angkut hasil perlakuan berat oleh 5 kelompok responden buruh di PPI Muara Angke. Setelah diperoleh data rata-rata berat dan lama waktu yang diperlukan buruh angkut di PPI Muara Angke dalam mendaratkan hasil tangkapan dari palka ke dek kapal, kemudian data tersebut diplotkan ke dalam kurva. Pemplotan titik pada kurva didapatkan dengan cara memasukkan nilai x (rata-rata berat) ke dalam persamaan untuk melihat kecenderungan bentuk dari titik kurva. 1) Lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan hasil tangkapan oleh buruh angkut dari palka ke TPI (1) Hasil pra penelitian Tabel 16 Rata-rata data lama waktu angkut hasil perlakuan berat oleh 5 kelompok responden buruh di PPI Muara Angke Perlakuan berat (kg) Rata-rata data percobaan lama waktu pengangkutan (detik) Dek kapal Penimbangan Dermaga dermaga HT pendaratan pendaratan (Buruh 3&4) TPI (Buruh 2&3) (Buruh 5) Palka dek kapal (Buruh 1&2) Jumlah Buruh (1-5) 120 7,7 23,1 6,9 49,3 86,9 0,31 1,51 0,64 1,40 1, ,3 21,0 6,7 48,1 82,1 0,31 1,25 0,42 1,33 1, ,9 22,0 6,3 47,8 83,0 0,70 1,25 0,31 1,97 2, ,5 19,7 5,1 46,3 76,5 0,64 1,55 0,23 1,70 1, ,9 19,1 5,1 42,7 71,7 0,58 1,55 0,23 1,29 2,01 Keterangan : selang kelas = 20 kg ; = simpangan baku

3 69 a. Palka-dek kapal Gambar 16 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari palka ke dek kapal oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan dari (Tabel 16), dengan menggunakan rata-rata lama waktu tempuh dari palka ke dek kapal sebagai variabel x dan rata-rata berat sebagai variabel y, diperoleh persamaan kuadrat y = -12,48x ,9x 572,6. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -24,96x + 184,9. Dengan demikian, dengan membuat persamaan kuadrat diatas sama dengan nol, maka lama waktu optimum pengangkutan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 7,41 detik. Nilai lama waktu sebesar 7,41 detik merupakan lama waktu optimum yang bisa diangkut oleh buruh angkut dari palka ke dek kapal. Nilai R 2 sebesar 0,820 merupakan nilai determinasi yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 82,00 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,91 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

4 70 b. Dek kapal-dermaga pendaratan Gambar 17 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari dek kapal ke dermaga pendaratan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persamaan yang didapat dari analisis regresi adalah y = -4,611x ,7x 238,4. Dengan menurunkan persamaan tersebut maka didapat persamaan turunan pertama adalah y = -9,22x + 241,7. Dengan membuat persamaan turunan pertama menjadi nol maka didapat nilai optimum lama waktu tempuh pengangkutan oleh buruh angkut yaitu sebesar 23,28 detik. Nilai lama waktu 23,28 detik merupakan nilai lama waktu optimum buruh angkut dalam mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal. Persamaan diatas juga memiliki nilai determinasi sebesar R 2 = 0,805 yang yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 80,50 %. Nilai korelasi dapat diperoleh dengan cara mengakarkan nilai determinasi tersebut. Dengan demikian dapat diperoleh nilai korelasi dari persamaan tersebut sebesar R = 0,90 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat, artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

5 71 c. Penimbangan Gambar 18 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut pada saat penimbangan oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun Dari grafik diatas diperoleh persamaan kuadrat y = -22,62x ,1x - 920,4. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -45,24x + 305,1, dengan membuat persamaan kuadrat diatas sama dengan nol, maka lama waktu optimum yang masih dapat diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 6,74 detik. Nilai lama waktu sebesar 6,74 detik merupakan lama waktu optimum pada saat penimbangan hasil tangkapan. Nilai determinasi yang diperoleh sebesar R 2 = 0,842 nilai ini dapat menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 84,20 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,92 yang dapat menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan hasil tangkapan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat.

6 72 d. Dermaga pendaratan-tpi Gambar 19 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari dermaga pendaratan ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun Dari grafik dapat dilihat bahwa persamaan yang didapat dari analisis regresi adalah y = -1,538x ,0x 374,9. Dengan menurunkan persamaan tersebut maka didapat persamaan turunan pertama adalah y = -3,08x + 154,0. Dengan membuat persamaan turunan pertama menjadi nol maka didapat nilai optimum lama waktu tempuh yang dapat diangkut oleh buruh angkut yaitu sebesar 50,07 detik. Nilai lama waktu 50,07 detik merupakan nilai lama waktu optimum buruh angkut dalam mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal. Persamaan diatas juga memiliki nilai determinasi sebesar R 2 = 0,769 yang yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 76,90 %. Nilai korelasi dapat diperoleh dengan cara mengakarkan nilai determinasi tersebut. Dengan demikian dapat diperoleh nilai korelasi dari persamaan tersebut sebesar R = 0,88 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat, artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungannya.

7 73 e. Jumlah lama waktu pendaratan dari palka ke TPI Gambar 20 Grafik hubungan lama waktu tempuh pengangkutan terhadap berat hasil tangkapan yang diangkut dari palka ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke Tahun Secara keseluruhan proses pendaratan dari mulai palka sampai ke TPI didapat lama waktu optimum sebesar 87,45 detik. Nilai ini diperoleh dengan cara membuat persamaan turunan pertama dari persamaan y = -0,329x ,54x 240,5 menjadi nol. Adapun persamaan turunan pertama tersebut adalah y = - 0,66x + 57,54. Nilai lama waktu sebesar 87,45 detik merupakan lama waktu optimum yang bisa diangkut oleh buruh angkut dari palka ke TPI. Nilai R 2 sebesar 0,847 merupakan nilai determinasi yang menunjukan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 84,70 %. Nilai korelasi yang didapat adalah R= 0,92 yang menunjukkan bahwa hubungan antara lama waktu pengangkutan dan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut adalah erat artinya berat yang diangkut oleh buruh angkut dapat menjelaskan lama waktu tempuh yang dicapai dan ada hubungan antara keduanya.

8 74 (2) Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, pada pengukuran lama waktu rata-rata pengangkutan keranjang hasil tangkapan dari palka ke TPI menggunakan 20 responden buruh angkut di PPI Muara Angke : Tabel 17 Hasil pengukuran rata-rata berat dan lama waktu tempuh pengangkutan hasil tangkapan dari palka ke TPI oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, 2010 Kelompok Buruh ke- Berat (kg) Palka dek kapal Rata-rata lama waktu pengangkutan (detik) Dek kapal Penimbangan Dermaga HT pendaratan dermaga TPI pendaratan Jumlah waku pendaratan Rata-rata 85,0 9,3 67,9 12,8 43,3 133,2 Simp baku 11,30 1,55 19,31 2,38 3,39 20,37 a. Palka ke dek kapal Dari tabel diatas menunjukan bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal adalah 9,25 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut dari palka ke dek kapal di PPI Muara Angke adalah 7,41 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang dari palka ke dek kapal berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari palka ke dek kapal dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. b. Dek kapal ke dermaga pendaratan Dari (Tabel 17) diatas dapat dilihat bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh buruh angkut untuk mengangkut hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan adalah 67,9 detik, sedangkan berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum yang diperoleh adalah 23,28 detik. Terdapat selisih lama waktu yang cukup besar antara lama waktu rata-rata dengan lama waktu optimum yang diperoleh yaitu sebesar 44,62 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien.

9 75 Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari dek kapal ke dermaga pendaratan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. c. Penimbangan di dermaga pendaratan Lama waktu rata-rata yang dibutuhkan pada saat penimbangan adalah 12,75 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 6,74. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan pada saat penimbangan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. d. Dermaga pendaratan ke TPI Pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan memerlukan lama waktu rata-rata adalah 43,3 detik (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 50,07 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini sudah efisien. Buruh angkut telah mampu untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke TPI dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. Hal ini dikarenakan, pengangkutan hasil tangkapan dari dermaga pendaratan ke TPI telah menggunakan alat bantu pengangkutan yaitu lori. e. Jumlah total lama waktu pendaratan dari palka ke TPI Dari (Tabel 17) diatas menunjukan bahwa lama waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil tangkapan dari palka ke dek kapal adalah 133,2 detik. Berdasarkan hasil pra penelitian lama waktu optimum (terpendek kapal) pengangkutan yang masih mampu ditempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 87,45 detik. Apabila dibandingkan, lama waktu tempuh yang dicapai buruh angkut untuk mengangkut 1 keranjang berisi ikan hasil tangkapan selama ini belum efisien. Buruh angkut sebenarnya masih mampu

10 76 untuk mengangkut keranjang hasil tangkapan dengan lama waktu tempuh yang lebih cepat daripada lama waktu tempuh yang biasa dicapai. 2) Berat optimum hasi tangkapan yang dapat diangkut oleh buruh angkut dari palka ke TPI (1) Hasil pra penelitian Perhitungan berat optimum terpendek kapal menggunakan cara yang sama dengan perhitungan berat optimum, yaitu dengan dilakukan analisis regresi linear. Data rata-rata berat digunakan sebagai variabel x dan data lama waktu sebagai variabel y sehingga diperoleh persamaan kuadrat y = -0,002x 2 + 0,437x + 58,33. Turunan pertama dari persamaan kuadrat tersebut adalah y = -0,004x + 0,437. Dengan demikian, dengan membuat turunan pertama persamaan diatas sama dengan nol, maka berat optimum yang masih mampu diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah 109,25 kg. Grafik dan persamaan mengenai hal tersebut disajikan dalam Gambar 19. Gambar 21 Grafik hubungan berat hasil tangkapan yang diangkut terhadap lama waktu tempuh oleh buruh angkut di PPI Muara Angke, 2010 Dari grafik dan persamaan diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai berat sebesar 109,25 kg merupakan berat optimum yang masih mampu diangkut oleh buruh angkut. Nilai R 2 sebesar 0,94 merupakan nilai determinasi yang menunjukkan bahwa model dugaan yang disajikan dapat mewakili model observasi sebesar 94,00 %. Nilai korelasi yang didapat adalah 0,97 yang menunjukkan bahwa hubungan antara berat hasil tangkapan yang diangkut dengan lama waktu tempuh pengangkutan adalah sangat erat artinya lama waktu tempuh yang dicapai bergantung kepada berat yang diangkut dan ada hubungan antara keduanya.

11 77 (2) Hasil penelitian Teknis pembongkaran hasil tangkapan sampai pengangkutan hasil tangkapan dalam keranjang dari dek kapal sampai ke TPI akan mempengaruhi lama pemindahan. Jarak tempuh mempengaruhi lama pemindahan ikan dari kapal ke TPI. Jarak tempuh kapal sampai ke TPI di PPI Muara Angke cukup dek kapalat sekitar kurang lebih 20 m dengan karakteristik jalan yang cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian, berat rata-rata satu keranjang berisi hasil tangkapan, yang diangkut dari kapal sampai ke TPI oleh buruh angkut, adalah 85 kg (jumlah responden buruh angkut = 20 orang). Pengangkutan ini memerlukan lama waktu angkut rata-rata, yaitu 2 menit 13,5 detik (133,2 detik) atau rata-rata pengangkutan hasil tangkapan adalah sebesar 1,57 detik/kg (Tabel 17). Berdasarkan hasil pra penelitian, berat optimum yang mampu diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke adalah sebesar 109,25 kg ; sedangkan berat rata-rata hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut di PPI sebesar 85 kg per keranjang. Apabila dibandingkan berat hasil tangkapan yang diangkut oleh buruh angkut pada penelitian terhadap hasil pra penelitian tersebut maka belum efisien. Terdapat selisih berat rata-rata hasil tangkapan sebesar 24,25 kg per dua keranjang. Berat hasil tangkapan dalam keranjang yang diangkut tersebut tidak dimaksimalkan, karena buruh tidak memasukkan hasil tangkapan tersebut kedalam keranjang dengan kapasitas penuh keranjang yaitu sebesar kg. Seharusnya, buruh angkut dapat mengangkut hasil tangkapan lebih dari berat optimum hasil tangkapan yang masih dapat diangkut oleh buruh angkut di PPI Muara Angke yaitu 109,25 kg. 6.2 Mutu Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang banyak didaratkan di PPI Muara Angke berupa ikan bloso, cakalang, cucut, cumi-cumi, kembung, pari, lemuru, tembang, tenggiri dan tongkol. Hasil tangkapan dengan jenis demikian mudah mengalami kemunduran mutu. Tetapi karena di kapal penangkapan terdapat palka pendingin atau frezzer untuk pembekuan hasil tangkapan maka kualitas ikan sampai di darat masih tetap terjaga

12 78 Berdasarkan pengukuran organoleptik yang dilakukan masing-masing terhadap hasil tangkapan yang didaratkan oleh 4 kapal penangkap cumi (boukeami), maka didapatkan rata-rata nilai organoleptik hasil tangkapan yang didaratkan untuk kapal boukeami tersebut sebesar 6,4 ; perhitungan organoleptik secara lengkap terdapat pada (Lampiran 3). Pengukuran organoleptik hasil tangkapan ini dilakukan di tempat pendistribusian hasil tangkapan di PPI Muara Angke yaitu pasar grosir Muara Angke. Pada lampiran 3, kondisi mutu ikan hasil tangkapan di atas dapat dikatakan hampir seragam ; ikan hasil tangkapan berada dalam nilai organoleptik 6-7 atau ikan dalam keadaan agak baik. Menurut hasil pengamatan dan wawancara, kualitas ikan dalam keadaan agak baik dikarenakan adanya penanganan ikan di atas kapal yaitu ikan di bekukan di dalam frezzer sehingga sesampainya di tempat pendaratan mutu ikan masih dalam keadaan baik. Hal ini juga bergantung pada penanganan hasil tangkapan di tempat pendistribusian ikan yaitu pasar grosir Muara Angke. Tabel 18 Pengujian organoleptik ikan yang didaratkan oleh kapal boukeami di PPI Muara Angke, 2010 Kapal Spesifikasi Organoleptik Rata-rata nilai boukeami ke- Ikan Mata 6,6 1 Insang 6,7 Konsistensi 6,5 Mata 6,5 2 Insang 6,5 Konsistensi 6,6 Mata 6,6 3 Insang 6,4 Konsistensi 6,4 Mata 6,1 4 Insang 6,4 Konsistensi 6 Rata-rata organoleptik 6,4 Kisaran 6,1-6,7 Penanganan hasil tangkapan di pasar grosir Muara Angke cukup baik, para pedagang pengumpul terlebih dahulu memisahkan hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Setelah itu, penanganan hasil tangkapan dilakukan

13 79 berdasarkan jenisnya. Penanganan yang dilakukan dapat berupa pemberian es maupun hanya direndam dengan air saja. Selain penanganan hasil tangkapan, lama waktu pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan juga harus diperhatikan. Lama waktu pagi dan malam hari merupakan lama waktu yang baik dalam melakukan pendaratan dan pendistribusian hasil tangkapan. Keadaan suhu pada siang hari yang panas dan ikan disinari langsung oleh terik matahari dapat menurunkan mutu ikan. 6.3 Efisiensi Pendistribusian Hasil Tangkapan Efisiensi ekonomis pendistribusian hasil tangkapan digunakan untuk menghitung perbandingan antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul (palele) di pasar grosir Muara Angke dan total biaya pendistribusian yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Nilai total penjualan hasil tangkapan adalah nominal uang yang didapat setelah pedagang melakukan suatu usaha jual beli hasil tangkapan terhadap pembeli. Nilai total penjualan hasil tangkapan yang diperoleh pedagang pengumpul di PPI Muara Angke merupakan hasil perkalian antara jumlah penjualan hasil tangkapan dalam satu bulan dengan harga penjualan hasil tangkapan. Data jumlah penjualan hasil tangkapan, harga penjualan hasil tangkapan dan nilai total penjualan hasil tangkapan ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 19 Data jumlah, harga dan nilai total penjualan hasil tangkapan oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Jumlah penjualan (kg) Harga penjualan (Rp) Nilai total penjualan (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Nilai total penjualan hasil tangkapan dari masing-masing responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke terkait secara langsung dengan jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual oleh pedagang pengumpul ke

14 80 konsumen. Pada responden keenam nilai total penjualan hasil tangkapan lebih tinggi yaitu Rp ,00 karena jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual juga lebih besar dibandingkan dengan responden lainnya yaitu kg (Lampiran 19) ; sedangkan pada responden keempat nilai total penjualan hasil tangkapannya lebih rendah apabila dibandingkan dengan responden lainnya yaitu Rp ,00 karena jumlah penjualan hasil tangkapan yang dijual paling sedikit yaitu kg (Lampiran 17). Biaya pendistribusian adalah biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan ke daerah tujuan distribusi. Biaya pendistribusian di PPI Muara Angke merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Biaya pendistribusian ini termasuk dengan biaya pembelian hasil tangkapan di PPI Muara Angke. Biaya yang dikeluarkan dalam pendistribusian hasil tangkapan dapat dilkelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang nilainya dianggap tetap dan harus dikeluarkan dalam suatu waktu ; sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan nilainya dapat berubah. Data biaya tetap, biaya tidak tetap, dan total biaya pendistribusian oleh 6 responden pedagang pengumpul yang berada di PPI Muara Angke ditunjukan pada Tabel 20. Tabel 20 Data biaya tetap, biaya tidak tetap dan total biaya pendistribusian hasil tangkapan oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Total biaya tetap (Rp) Total biaya tidak tetap (Rp) Total biaya pendistribusian (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Biaya tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pasar grosir Muara Angke dalam satu bulan adalah Rp ,00 untuk sewa lapak. Biaya tersebut tetap dikeluarkan oleh pedagang pengumpul, walaupun kegiatan jual beli hasil tangkapan di pasar grosir Muara Angke tidak berjalan.

15 81 Biaya tidak tetap dikeluarkan oleh pedagang di pasar grosir Muara Angke untuk keperluan pendistribusian hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke, dengan rincian sebagai berikut : biaya sewa gerobak, biaya sewa fiber, biaya sewa bak, biaya pembelian plastik pembungkus, biaya upah pekerja, biaya sewa keranjang, biaya pembelian es, biaya keamanan dan biaya retribusi sebesar 3% dari total penjualan hasil tangkapan. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul berkaitan dengan jumlah penjualan hasil tangkapan yang akan di jual di pasar grosir Muara Angke. Semakin besar jumlah penjualan hasil tangkapan yang akan dijual di pasar grosir Muara Angke, maka akan semakin besar biaya tidak tetap yang akan dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Misalnya, pada responden keenam jumlah penjualan hasil tangkapan yaitu sebesar kg per bulan. Jumlah penjualan hasil tangkapan ini merupakan jumlah penjualan hasil tangkapan yang terbesar dibandingkan dengan responden lainya, maka akan semakin besar pula biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh responden keenam untuk keperluan hasil tangkapan yaitu sebesar Rp ,00. Biaya tidak tetap tersebut digunakan antara lain untuk pembelian hasil tangkapan ; biaya sewa bak, biaya sewa keranjang, biaya sewa fiber, dan biaya lainnya. Total biaya pendistribusian terkait langsung dengan biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Pada responden keenam total biaya pendistribusian yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pedagang pengumpul lainnya yaitu sebesar Rp ,00 ; karena biaya tidak tetap yang dikeluarkan responden keenam juga besar yaitu sebesar Rp ,00. Pada responden keempat total biaya pendistribusian yang dikeluarkan paling kecil dibandingkan dengan responden lainnya yaitu sebesar Rp ,00 ; karena biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh responden keempat juga paling sedikit yaitu sebesar Rp ,00. Efisiensi pendistribusian dilakukan untuk membandingkan output dengan input dari masing-masing 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke. Output dari pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke adalah nilai total penjualan hasil tangkapan yang dijual oleh pedagang pengumpul ke pembeli dalam satu bulan yaitu lama waktu penelitian, sedangkan input adalah

16 82 total biaya pendistribusian yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke dalam satu bulan, antara lain : biaya tetap untuk sewa lapak dan biaya tidak tetap (biaya sewa gerobak, biaya sewa fiber, biaya sewa bak, biaya upah pedagang dan pekerja, biaya es untuk mengawetkan hasil tangkapan dan biaya lainnya). Data mengenai nilai total penjualan, total biaya pendistribusian dan nilai efisiensi pendistribusian ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21 Data nilai total penjualan, total biaya pendistribusian, keuntungan dan nilai efisiensi pendistribusian oleh 6 responden pedagang pengumpul di pasar grosir Muara Angke pada bulan Maret, 2010 Responden ke- Nilai total penjualan (Rp) Total biaya pendistribusian (Rp) Keuntungan (Rp) Efisiensi pendistribusian (TBP /NTP) (%) , , ,00 1, , , ,00 1, , , ,00 1, , , ,00 1, , , ,00 1, , , ,00 1,02 Rata-rata , , ,33 1,02 Keterangan : NTP : Nilai Total Penjualan TBP : Total Biaya Pendistribusian Keuntungan terbesar yaitu Rp ,00 diperoleh oleh responden ketiga, sedangkan keuntungan terkecil yaitu sebesar Rp ,00 diperoleh oleh responden keempat. Besarnya keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul terkait dengan besarnya nilai total penjualan yang diterima dan total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul. Semakin besar nilai total penjualan yang didapat oleh pedagang pengumpul maka akan semakin besar pula keuntungan yang didapat. Sebaliknya, semakin kecil biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul maka keuntungan yang didapat akan semakin besar. Total biaya merupakan penjumlahan dari total biaya tetap, total biaya pembelian hasil tangkapan, dan total biaya pendistribusian hasil tangkapan. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan dari keenam responden pedagang pengumpul di PPI Muara Angke sebesar 1,02. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,02.

17 83 Nilai efisiensi pendistribusian yang terbesar adalah sebesar 1,03 yang terdapat pada responden ketiga. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut diperoleh dari pembagian antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul dengan total biaya pendistribusian. Semakin besar nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ; artinya total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa responden ketiga merupakan responden yang paling efisien dalam mendistribusikan hasil tangkapan dari TPI ke pasar grosir Muara Angke. Pada responden keempat nilai efisiensi pendistribusian yang didapat sebesar 1,01. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut diperoleh dari pembagian antara nilai total penjualan hasil tangkapan oleh pedagang pengumpul dengan total biaya pendistribusian. Nilai efisiensi pendistribusian tersebut merupakan nilai efisiensi pendistribusian terkecil yang didapat dari keenam responden di pasar grosir Muara Angke. Semakin kecil nilai efisiensi pendistribusian hasil tangkapan ; artinya total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul untuk mendistribusikan hasil tangkapan akan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa responden keempat merupakan responden yang paling tidak efisien dalam mendistribusikan hasil tangkapannya dari TPI ke pasar grosir Muara Angke.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta.

3 METODOLOGI. 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 19 3 METODOLOGI 3.1 Lama waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2010 di PPI Muara Angke, Jakarta. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 25 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang bertempat di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta Utara. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 53 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Pengelolaan Aktifitas di Tempat Pelelangan Ikan PPI Muara Angke 6.1.1 Aktivitas pra pelelangan ikan Aktivitas pra pelelangan ikan diawali pada saat ikan berada di atas dermaga

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis atau secara pemahaman dari pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 212

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO

6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 91 6. TINGKATAN MUTU HASIL TANGKAPAN DOMINAN DIPASARKAN DAN POTENSI KERUGIAN PENGGUNA PPP LAMPULO 6.1 Tingkatan Mutu Hasil Tangkapan yang Dominan Dipasarkan di PPP Lampulo Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan Aktivitas pendaratan hasil tangkapan terdiri atas pembongkaran

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum mengenai Hasil Tangkapan yang di Daratkan di PPI Karangsong Hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong adalah ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil.

Lebih terperinci

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO

5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 59 5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PPP LAMPULO 5.1 Kondisi Sanitasi Aktual di Dermaga dan Tempat Pelelangan Ikan PPP Lampulo (1) Kondisi dermaga Keberhasilan aktivitas

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif (Umar, 2004). Desain ini bertujuan untuk menguraikan karakteristik

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Maret 2010. Lokasi penelitian di pangkalan pendaratan ikan Muara Angke, Kota Jakarta Utara, DKI Jakarta. 3.2

Lebih terperinci

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat pelelangan ikan (TPI) merupakan tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 44 6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6.1 Harga Hasil Tangkapan 6.1.1 Harga pembelian hasil tangkapan Hasil tangkapan yang dijual pada proses pelelangan di PPI Tegal Agung, Karangsong dan Eretan Kulon

Lebih terperinci

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5 PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 5.1 Proses pelelangan aktual di PPI Muara Angke Proses pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai rangkaian kegiatan usaha perikanan tangkap yang secara

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 59 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Karakteristik konsumen di RW 11 Muara Angke Penjelasan tentang karakteristik individu konsumen yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia,

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU 71 5 KONDISI AKTUAL PENANGANAN DAN MUTU HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU Penanganan hasil tangkapan dalam usaha penangkapan ikan memegang peran yang sangat penting, hal ini dikarenakan hasil tangkapan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN aa 23 a aa a 5.1 Analisis Teknis Perikanan Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal gillnet millenium yang beroperasi di PPI Karangsong adalah kapal berbahan

Lebih terperinci

4 METODOLOGI PENELITIAN

4 METODOLOGI PENELITIAN 24 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke. 4.1

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 17 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret April 2010. Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Lampulo, Kecamatan Kuta Alam,

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 91 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei - Juni 2009 bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. 106 20 ' 10 6 0 '

Lebih terperinci

BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh :

BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh : BAB 3. DASAR-DASAR TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN 3.1 Penanganan Ikan Segar 3.1.1 Di Atas Kapal Keberhasilan penanganan ikan di atas kapal untuk menjaga mutunya sangat ditentukan oleh : - Kesadaran

Lebih terperinci

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Faktor-faktor Berpotensi Mempengaruhi Sanitasi Tempat Pelelangan Ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta Faktor-faktor yang berpotensi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara Keadaan umum Kota Jakarta Utara dikemukakan dalam subbab 4.1.1 sampai dengan 4.1.3 di bawah ini ; meliputi keadaan geografis, keadaan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan April 2009 bertempat di PPI Kota Dumai, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah PT. Cipta Frima Jaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang proses dan pembekuan untuk hasil perikanan laut, yang merupakan milik Bapak H.Yusdin

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI Pendaratan hasil tangkapan merupakan pemindahan hasil tangkapan dari atas kapal ke daratan pelabuhan, yang nantinya akan didistribusikan ke

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)

1.1. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 69/11/35/Th.X, 1 November 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN OKTOBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Oktober 212 turun sebesar 1,25 persen.

Lebih terperinci

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010

Tabel 25 Matriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhadap kegiatan pelelangan di PPI Muara Angke tahun 2010 LAPIRAN Tabel 25 atriks perhitungan persepsi pengguna TPI terhp kegiatan di PPI uara Angke tahun 2010 Responden Keberan Keuntungan pelaksanaan Proses pelaksanaan Kean fasilitas Persepsi Waktu lelang Kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai Juni 2013 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. PPN Pekalongan berada dipantai utara

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE

PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No.1, Mei 2012 Hal: 15-21 PENDEKATAN VALUE FOR MONEY UNTUK PENILAIAN KINERJA TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE (Value for money Approach For The Fish Auction Performance

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA

KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN OLEH PENGELOLA TEMPAT PELELANGAN IKAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA BUDIMAN TUA SIMARMATA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

3.3 Pengumpulan Data Primer

3.3 Pengumpulan Data Primer 10 pada bagian kantong, dengan panjang 200 m dan lebar 70 m. Satu trip penangkapan hanya berlangsung selama satu hari dengan penangkapan efektif sekitar 10 hingga 12 jam. Sedangkan untuk alat tangkap pancing

Lebih terperinci

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peranan perikanan tangkap sebagai salah satu ujung tombak dari semua kegiatan perikanan disamping perikanan budidaya, menjadikan perikanan tangkap menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 119 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Pelelangan Ikan Aktivitas pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu pada Tahun 1993-2003 dikelola oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi. Pelelangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran nelayan

Lebih terperinci

ICASEPS WORKING PAPER No. 72

ICASEPS WORKING PAPER No. 72 ICASEPS WORKING PAPER No. 72 PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA Tjetjep Nurasa Pebruari 2005 Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Indonesian Center for Agricultural

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA MERTHA SUNEA

EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA MERTHA SUNEA EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA MERTHA SUNEA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA Penanganan hasil tangkapan yang baik, membutuhkan penanganan dan fasilitas serta pelayanan kepelabuhanan perikanan yang tepat dalam upaya menjaga mutu hasil tangkapan. Berikut ini

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang Digunakan 1) Jaring insang (gillnet) Jaring insang merupakan alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Usaha Pengolahan Ikan Asin Karakteristik responden usaha pengolahan ikan asin memberikan gambaran mengenai responden atau pemilih usaha ikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa. Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Nelayan Tangkap Kelurahan Untung Jawa Pulau Untung Jawa yang berbasis sumberdaya perikanan menyebabkan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Sekitar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rantai Pasok Ikan Laut Tangkapan di Wilayah Utara Jawa Barat Berdasarkan hasil pengamatan di enam tempat pelelangan ikan (TPI) yang terdapat di Kabupaten Subang, Kabupaten

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN ANTARA PPS NIZAM ZACHMAN DENGAN PPI MUARA ANGKE CHITRA NOVIA ANANDHITA

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN ANTARA PPS NIZAM ZACHMAN DENGAN PPI MUARA ANGKE CHITRA NOVIA ANANDHITA PERBANDINGAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN ANTARA PPS NIZAM ZACHMAN DENGAN PPI MUARA ANGKE CHITRA NOVIA ANANDHITA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi hasil laut di Kabupaten Malang di pesisir laut jawa sangatlah besar. Perikanan laut di Kabupaten Malang per tahunnya bisa menghasilkan 400 ton ikan segar dengan

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN

BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN 39 BAB 4 GAMBARAN UMUM, PERKEMBANGAN HASIL PERIKANAN DAN PENERIMAAN RETRIBUSI PELELANGAN IKAN DI LOKASI PENELITIAN Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru berlokasi di dalam area Pelabuhan Perikanan Samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41-109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41-07⁰ 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 52 5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Fasilitas Pelayanan Penyediaan Bahan Perbekalan Kapal Perikanan Selama di laut, nelayan tetap melakukan aktivitas layaknya di darat seperti makan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)

Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation) 58 Lampiran 1. Sebaran frekuensi panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) betina yang dianalisis dengan menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation) menggunakan program FiSAT II 59 Lampiran 1. (lanjutan)

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Validitas dan Realibilitas Data Sebelum menghitung besarnya tingkat kualitas pelayanan di PPS Nizam Zachman Jakarta, perlu dilakukan pengujian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU

6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU 6 KEMAMPUAN PELELANGAN PENGELOLA TPI PPN PALABUHANRATU Kemampuan pelelangan ikan adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki baik secara teknis maupun secara manajemen pengelola pelelangan dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 6/1/35/Th.X, 1 Oktober 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan September 212 naik sebesar,2 persen. Nilai

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI

6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI 6 AKTIVITAS PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DI PPI JAYANTI Perikanan tangkap di PPI Jayanti meliputi unit penangkapan ikan (armada dan alat tangkap), nelayan, jenis dan volume hasil tangkapan serta berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah Pangkalan Pendaratan Ikan (UPTD PPI) Kota Gorontalo terletak di kelurahan Tenda Kecamatan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai dinamika stok ikan peperek (Leiognathus spp.) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11//35/Th.X, 1 Februari 1 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 1 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Januari 1 naik sebesar,5 persen. Nilai Tukar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.1.1 Pengertian distribusi Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu: 1. Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis kecil menurut ketentuan Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan No. KEP.38/MEN/2003 tentang produktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi di antaranya

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Keberadaan PPI Terhadap Sosial dan Ekonomi Masyarakat Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) 1 Nurintang dan 2 Yudi ahdiansyah 1 Mahasiswa Manajemen

Lebih terperinci

PETA LOKASI PENELITIAN 105

PETA LOKASI PENELITIAN 105 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu dan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok,

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Mutu hasil tangkapan ikan tuna merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, hal ini terkait dengan tujuan pemuasan pelanggan atau pembeli. Sesuai dengan pustaka Assauri

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci