BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian mempunyai fungsi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pangan pokok. Salah satu bahan tersebut adalah gula pasir. Gula pasir mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan oleh pelaku industri karena merupakan salah satu bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Hal inilah yang sedang ditekuni oleh PT Madubaru Yogyakarta. PT Madubaru merupakan perusahaan industri pangan yang mengolah tebu menjadi gula pasir. PT Madubaru merupakan produsen gula pasir lokal yang cukup besar dengan kapasitas total produksi mencapai ton per hari. Kebutuhan gula pasir di Daerah Istimewa Yogyakarta tiap tahunnya mencapai ton. Hal inilah yang menjadi tantangan PT Madubaru untuk memenuhi permintaan konsumen. Pada tahun 2015 perusahaan mampu memproduksi gula pasir hingga ton, dengan demikian perusahaan dapat mencukupi permintaan konsumen akan gula pasir di DIY. Produksi gula pasir yang besar menggambarkan ketersediaan pasar dan pertumbuhan tingkat konsumsi terhadap komoditas tersebut, maka akan akan semakin baik apabila perusahaan dapat menyalurkan produk gula pasir ke konsumen dengan lebih efisien. PT Madubaru mulai tahun 1998 hingga sekarang dapat mendistribusikan dan menjual gula secara bebas. Pemasaran hasil produksi PT Madubaru dahulu 1

2 ditangani oleh pemerintah, namun karena krisis ekonomi yang berkelanjutan, ketentuan tersebut diperbaiki melalui keputusan MENPERINDAG No. 248/MPR/Kep/1998 mengenai pandangan dan distribusi minyak goreng dan gula pasir. PT Madubaru dapat menjual langsung produknya ke pasar tanpa perantara melalui pemerintah pusat dikarenakan saham mayoritas dimiliki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, sehingga keputusan untuk memasarkan produk berada ditangan beliau. Gula pasir yang dihasilkan oleh PT Madubaru memiliki dua kepemilikan, yaitu gula petani sebesar 66% dan gula pabrik sebesar 34%.Upaya penyaluran produk gula pasir ke konsumen, dapat ditempuh perusahaan melalui distribusi pemasaran gula pasir. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh PT Madubaru dan para pelaku pasar, yaitu adanya tantangan global dalam melakukan usaha industri pertanian termasuk merebut industri hilir yang menguasai marjin terbesar dan merebut industri input produksi yang kini membebani PT Madubaru. PT Madubaru memasaran gula pasir MK dengan 2 cara berdasarkan ukuran kemasan gula pasir, yaitu kemasan curah dan kemasan ritel. Kemasan curah berupa karung berisi gula pasir 50 kg dipasarkan dengan cara lelang di perusahaan. Gula pasir yang telah dilelang sepenuhnya menjadi milik pelelang, sehingga berhak dipasarkan menurut cara pelelang itu sendiri. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya merek yang telah ditetapkan PT Madubaru, yaitu MK. Sedangkan kemasan ritel berupa plastik berisi gula pasir 1 kg dipasarkan melalui distributor/sales. Dengan demikian merek MK dapat terjamin sampai ke konsumen. Target pemasaran gula pasir ritel adalah supermarket, grosir, 2

3 minimarket, warung kecil, dan para distributor lainnya. Cara pemasaran gula pasir MK adalah dengan memotong jalur distribusi yang panjang dan langsung memasarkan ke supermarket, grosir, minimarket, dan warung kecil, sehingga bisa langsung diterima oleh konsumen akhir. Pemotongan jalur distribusi bisa mengakibatkan harga gula pasir MK lebih murah di pasaran dan terjangkau oleh konsumen. Meskipun begitu, harga gula pasir MK di tingkat konsumen akhir Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini berkisar Rp ,00 Rp ,00 per kilogram, sedangkan dari Kementerian Perdagangan menginstruksikan harga gula pasir sampai di tingkat konsumen akhir sebesar Rp ,00 per kilogram. Hal itulah yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini, bahwa konsumen akhir mendapatkan gula pasir MK di atas harga yang diinstruksikan oleh Kementrian Perdagangan, sehingga dapat dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi saluran pemasaran dan perhitungan perubahan harga yang terjadi pada tiap pelaku pasar di saluran pemasaran tersebut. Istilah efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja (performance) proses pemasaran. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa pelaksanan proses pemasaran harus berlangsung secara efisien. Teknologi atau prosedur baru hanya boleh diterapkan bila dapat meningkatkan efisiensi proses pemasaran (Downey dan Erickson,1989). Untuk mendapatkan pemasaran yang lebih efisien, menurut Mubyarto (1989) ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: a. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. 3

4 b. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang itu. Faktor-faktor yang dapat sebagai ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1993) : a. Keuntungan pemasaran. b. Harga yang diterima konsumen. c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan transaksi jual beli barang, penyimpanan, dan transportasi. d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran. PT Madubaru saat ini bekerja sama dengan para pelaku pasar bekerja keras untuk meningkatkan daya saing melalui penyesuaian produk gula pasir yang meliputi peningkatan kualitas, pengurangan biaya, dan ketepatan waktu pengiriman. Mereka memberikan penekanan tambahan pada rantai pasokan, yaitu sebagai mitra pasokan gula dalam strategi perusahaan untuk memenuhi pasar yang selalu berubah. Suatu perusahaan besar dengan tingkat pemasaran yang telah meluas, tentunya membutuhkan suatu kemitraan dalam usahanya. Dengan membuat suatu jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan. Kerja sama tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga akan saling melengkapi antara kedua belah pihak yang bekerjasama. 4

5 Untuk menjamin keberlanjutan hubungan yang saling menguntungkan antara PT Madubaru dan pelaku pasar, para pelaku usaha ini mengikatkan diri dalam sistem kemitraan. Kemitraan ini bertujuan menjalin hubungan keterikatan untuk mencapai tujuan bersama dalam bidang industri gula. Suatu keunggulan bersaing dapat bergantung pada hubungan yang strategis jangka panjang, perusahaan harus mencari integrasi dari strategi yang dipilih pada saluran pasar secara menyeluruh. Keberhasilan yang diraih tidak lepas dari ketekunan sumber daya manusia yang berdedikasi, inovatif, dan selalu memiliki keinginan untuk maju. Kerja sama tim, integritas, dan dapat saling menghargai diutamakan dalam lingkungan kerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, muncul suatu rumusan permasalahan yang menarik untuk dikaji, yaitu: a. Bagaimana saluran pemasaran gula pasir MK milik PT Madubaru? b. Berapa nilai efisiensi saluran pemasaran gula pasir MK? 1.3 Batasan Masalah Dalam hal ini, masalah yang dibahas dibatasi pada: a. Penelitian ini dilakukan di PT Madubaru dalam lingkup pemasaran gula pasir MK 1 kilogram, tanpa menyertakan jenis produk lainnya. b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil pada bulan Februari-Maret

6 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan penelitian di PT Madubaru adalah: a. Mengetahui saluran pemasaran gula pasir MK. b. Mengetahui nilai efisiensi saluran pemasaran gula pasir MK. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam strategi pemasaran. b. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam bidang industri pertanian secara sistematis. 6