BAB I. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan (Hakkert, 2005). Salah satu contohnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepeda motor saat ini menjadi super booming, dan menjadi alat angkut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini menyebabkan kepadatan arus Lalu Lintas yang terjadi pada jam jam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM

Gito Sugiyanto 1 ABSTRAK

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tingkat angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia sudah pada taraf yang

Decision Rule Kecelakaan Lalu Lintas di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode If Then Rule Pada Rough Set

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini manusia dituntut untuk bisa berpindah-pindah tempat dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis data dimana variabel yang diperhatikan adalah jangka waktu

Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya. merupakan sarana transportasi yang paling besar menerima pengaruh adanya

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di Indonesia pada tahun 2012 terjadi kasus kecelakaan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB 1 PENDAHULUAN. kota adalah prasarana transportasi jalan. Transportasi darat merupakan prasarana

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut data Korlantas POLRI pada tahun 2012 tercatat kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGEMUDI SEPEDA MOTOR PADA BERBAGAI KEADAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN KARAKTERISTIK PENGEMUDI, KENDARAAN, DAN PERJALANAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2000), menyatakan bahwa risiko kematian tertinggi akibat lintas berada di wilayah Afrika, sebanyak 24,1 per 100.000 penduduk, sedangkan risiko terendah berada di wilayah Eropa, yaitu 10,3 per 100.000 penduduk. Menurut WHO tahun 2004, sebanyak 3.000 orang meninggal dan 30.000 orang mengalami luka serius setiap hari akibat lintas di dunia. Angka kecelakaan ini merupakan 2,1% dari kematian global dan merupakan indikator penting dalam status kesehatan. Lebih dari 75% kejadian lintas terjadi di negara berkembang. Di Asia Pasifik, lintas memakan korban 235.000 orang meninggal dan 3 juta orang luka-luka setiap tahunnya. Pada tahun 2003, Indonesia menempati urutan ke-3 di ASEAN setelah Thailand dan Vietnam, dengan korban lintas 24.701 orang. Di antara negara-negara Asia Pasifik, Indonesia merupakan negara paling buruk dalam keselamatan di jalan dengan korban lintas (KLL) rata-rata mencapai 30.000 per tahun. Korban meninggal dan luka-luka akibat kecelakaan ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan ber (Masyarakat Transportasi Indonesia, 2008). Jumlah kendaraan ber di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 sebanyak 113.350 unit. Jumlah tersebut tidak termasuk kendaraan luar kota/diy, yang selama ini ikut menggunakan jalan di kawasan DIY (DPPKAD, 2012). Meningkatnya jumlah kendaraan ber pada tahun 2012 di DIY juga diikuti dengan jumlah lintas pada sepeda tahun 2012 di DIY, yaitu 6.980 kejadian. Berikut dapat dilihat jumlah sepeda per wilayah kabupaten di DIY pada tahun 2011-2012. Tabel 1. Penjualan Motor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Kota/Kabupaten 2011 2012 Penggunaan Total sepeda Sleman 40.889 42.362 367.327 408.012 Bantul 24.591 28.912 250.100 270.012 Kota Yogyakarta 18.635 18.815 165.952 203.402 Gunung Kidul 11.315 12.593 98.331 190.924 Kulon Progo 10.666 9.223 77.314 97.203 Total 104.153 113.350 925.024 1.089.757 Sumber: Dinas Pengelolaan dan Pendapatan Aset Kas Daerah, 2012 1

2 Pada tahun 2012, total penggunaan sepeda di Kabupaten Bantul sebanyak 270.12 unit. Peningkatan jumlah lintas sering kali diiringi dengan jumlah kendaraan ber (MTI, 2008). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mencatat angka kejadian lintas mengalami peningkatan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013. Diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah kejadian lintas sebanyak 392 kasus dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun menjadi 2.793 kasus pada tahun 2013. Hal itu dijelaskan dengan gambar di bawah ini : 3000 2500 2000 1500 1000 Laki-laki Perempuan Total 500 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Bidang PMK Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Gambar 1. Grafik kejadian lintas berdasarkan jenis kelamin tahun 2008-2013 di Kabupaten Bantul Kepolisian Resort Kabupaten Bantul mencatat jumlah korban di Kabupaten Bantul tahun 2013 sebanyak 1.815 orang, dengan jumlah sebanyak 1.158 kejadian. Dari total jumlah korban KLL diketahui sebanyak 1.637 menderita luka ringan, 30 orang luka berat dan 148 orang meninggal dunia. Hal itu dijelaskan dengan Gambar 2 berikut:

3 MD LB LR Gambar 2. Jumlah korban lintas per bulan di Kabupaten Bantul Gambar 2 menjelaskan bahwa korban terbanyak ada di bulan Mei, sebanyak 178 orang menderita luka ringan, 5 orang luka berat dan 10 orang meninggal dunia. Menurut data Kepolisian Resort (Polres) Kabupaten Bantul, pada tahun 2013, dari total jumlah kasus lintas sebanyak 1.158 kejadian, kasus kecelakan pada sepeda lebih banyak dibandingkan dengan lintas pada kendaran ber lain (mobil, pick up, sepeda onthel, bus, dll.), yaitu sebanyak 689 kejadian. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 berikut : Mobil, pick up, sepeda onthel, bus, dll; 469 Sepeda ; 689 Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Bantul, 2012 Gambar 3. Distribusi korban lintas berdasarkan jenis kendaraan ber yang digunakan di Kabupaten Bantul tahun 2012 Menurut Noordzij et al. (2001), sepeda merupakan single track vehicle sehingga pengendara sepeda merupakan golongan berisiko tinggi dalam KLL. Terdapat 3 faktor yang seringkali menimbulkan KLL pada sepeda, yaitu faktor

4 manusia, kendaraan, jalan dan lingkungan. Hasil penelitian Sutawi (2006) menyatakan bahwa faktor kesalahan manusia (pengendara) merupakan penyebab utama kecelakaan lalu lintas. Pernyataan Sutawi kemudian diperjelas oleh penelitian Sahabudin (2011) yang menyatakan bahwa faktor kesalahan manusia (pengendara) dalam berlalu lintas salah satunya adalah agresivitas, kelelahan psikologis dan fisiologis, berkendara sambil merokok, berkendara sambil menggunakan telepon seluler, kecepatan, kepemilikan SIM C, konsumsi obat, dan pemeriksaan kendaraan. Departemen Perhubungan RI menyatakan bahwa, 8 dari 10 kecelakaan di Indonesia melibatkan sepeda sebagai korban. Sekitar 85% kejadian lintas disebabkan oleh faktor pengendara. Dari 85% tersebut, penyebab terbesar terjadinya tabrakan adalah pengemudi tidak sabar dan tidak mau mengalah (56%), menyalip atau mendahului (17%), berkecepatan tinggi (11%), sedangkan lainnya seperti pelanggaran rambu, kondisi pengemudi dan lain lain, berkisar antara 0,5-18% (Dinas Perhubungan Darat, 2008). Faktor-faktor yang telah disebutkan tadi merupakan perilaku agresif. Kecepatan pengendara dapat mempengaruhi tingkat keparahan cedera pada orang yang mengalami lintas. Menurut Prabowo (2005), berkendara dengan kecepatan tinggi > 60 km/jam mempunyai risiko meninggal 1,7 kali dibandingkan dengan kecepatan rendah. Menurut Sekeronej (2011), risiko fatal lebih banyak dialami oleh pengemudi sepeda dengan kecepatan tinggi sebesar 2,13 kali. B. Perumusan Masalah 1. Apakah mengemudi dengan agresivitas tinggi dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan cedera akibat lintas pada pengemudi sepeda di Kabupaten Bantul? 2. Apakah mengemudi dengan kecepatan tinggi dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan cedera akibat lintas pada pengemudi sepeda di Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh agresivitas dan kecepatan terhadap tingkat keparahan cedera akibat lintas pada pengemudi sepeda di Kabupaten Bantul.

5 2. Tujuan khusus a. Membuktikan bahwa pengemudi dengan agresivitas tinggi dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan cedera akibat lintas pada pengemudi sepeda di Kabupaten Bantul. b. Membuktikan bahwa mengemudi dengan kecepatan tinggi dapat meningkatkan risiko tingkat keparahan cedera akibat lintas pada pengemudi sepeda di Kabupaten Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengembangan dan studi penelitian terkait tentang lintas pada sepeda. 2. Bagi dinas kesehatan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan bidang kesehatan, terkait penurunan angka kematian dan kesakitan akibat lintas. 3. Bagi kepolisian Dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan ketertiban lalu lintas dan menurunkan angka lintas di Kabupaten Bantul. 4. Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya perilaku agresif dan kecepatan tinggi pada pengendara sepeda sehingga dapat lebih berhati hati apabila mengendarai sepeda. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, perbedaan dan persamaannya, antara lain adalah sebagai berikut :

6 Tabel 2. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya Peneliti Sekeronej (2011) Sahabudin (2011) Lulie dan Hatmoko (2005) Prabowo (2005) Herrick (2001) Penelitian Judul Persamaan Perbedaan Hasil Analisis spasial faktor faktor risiko kejadian lintas di Kabupaten Sleman tahun 2009 Pengendara sebagai faktor risiko terjadinya lintas sepeda di Kota Yogyakarta Perilaku agresif menyebabkan risiko kecelakaan saat mengemudi Faktor risiko akibat lintas di Provinsi Daerah Yogyakarta Agreesive personality type and its link to agressive driving Disain : cross sectional Intrumen penelitian : data record kejadian kecelakaan dari Kepolisian Satuan Laka Lantas Polres Subjek : korban lintas independen : kecepatan, SIM, waktu Populasi : pengendara sepeda independen : agresivitas dan kecepatan Instrumen penelitian : kuesioner : perilaku agresif pada pengemudi sepeda Populasi : pengendara sepeda Disain : cross sectional dependen : kondisi korban akibat kecelakaan lalu lintas (mati, luka berat, luka ringan, tidak luka) : perilaku agresif dependen: kejadian kecelakaan lalu lintas independen : umur, jenis kelamin, posisi korban, jenis kendaraan, jenis jalan, kondisi jalan. Tempat penelitian : Kabupaten Sleman Disain : case control dependen : KLL pada sepeda Tempat penelitian : Kota Yogyakarta Disain : deskriptif analitik Tempat penelitian : Kota Yogyakarta dependen: kejadian kecelakaan lalu lintas independen : Faktor pengguna jalan (umur, JK, pendidikan, pekerjaan, perilaku pengemudi), jenis kendaraan, jenis tabrakan, waktu kejadian. Subyek : laki-laki dan perempuan usia 18-25 tahun yang memiliki SIM dan aktif berkendara selama 3 tahun. Faktor risiko lintas adalah perilaku (OR = 2,4 ; CI 95% = 0,909-6,791), kecepatan kendaraan (OR = 4,7 ; CI 95% = 1,353-16,486), jam (OR = 2,82 ; CI 95% = 1,268-6,294) Secara kewilayahan, 3 variabel yang berhubungan dengan risiko fatalitas akibat KLL adalah JK (P = 0,049), perilaku (P = 0,001), kecepatan kendaraan (P = 0,018). Terdapat 3 variabel yang berhubungan dan memiliki faktor risiko adalah penggunaan telepon seluler (OR = 2,246 ; CI 95% = 1,023-4,929), kecepatan 50 km/jam (OR = 1,974 ; CI 95% = 1,088-3,582), kepemilikan SIM (OR=1,956 ; CI 95% = 1,187-3,226) Dari 90 pengemudi terdapat 75 (83%) orang yang mengalami KLL. Rata-rata kecelakaan pada group kategori perilaku sedang mempunyai batas atas rata-rata 3,14 dan perilaku buruk mempunyai batas atas rata-rata kecelakaan 4,67. Faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna adalah umur (OR = 2,5 ; CI 95% = 1,39-3,43), posisi saat kecelakaan jalan kaki (OR = 1,6 ; CI 95% = 1,22-2,04), jenis kendaraan sepeda dan kendaraan tidak ber (OR = 3,4 ; CI 95% = 2,25-5,06), waktu berkendara 00.00-06.59 (OR = 1,5 ; CI 95% 1,19-1,89), JK laki-laki (OR = 1,4 ; CI 95% = 1,15-1,65), perilaku kecepatan tinggi (OR = 1,7 ; CI 95% = 1,39-1,97). yang berhubungan antara tipe agresif personal dan perilaku agresif dalam mengemudi sendirian (r = 0,440, P< 0,01), mengemudi berboncengan (r = 0,456, P < 0.01)