BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009
|
|
- Ari Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Pengguna Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak terduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang Undang Republik Indonesia, 2009). Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu tanda pentingnya masalah kesehatan baik tingkat dunia maupun di suatu negara yang harus di ikuti oleh peningkatan pelayanan pertolongan pra rumah sakit atau prehospital. Peningkatan pelayanan prehospital diantaranya adalah peningkatan fasilitas, peningkatan sarana dan peningkatan kualitas tenaga medis yang bekerja di sistem prehospital (WHO, 2009). WHO menyatakan di dunia terdapat lebih dari 1,24 juta orang meninggal dan terdapat 20 sampai 50 juta orang luka yang dapat menyebabkan kecacatan karena kecelakaan lalu lintas. Tedapat peningkatan kecelakaan yang sangat signifikan yaitu 15% pada pengguna kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor 5 di dunia (WHO, 2009). Menurut Disability-adjusted life year pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kecacatan nomer 3 didunia (WHO, 2004). Menurut 1
2 2 laporan Global Status Report on Road Safety tahun 2013 dari WHO, prevalensi kecelakaan lalu lintas terbesar terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan sedang. Sebanyak 62% kematian akibat kecelakaan lalu lintas dilaporkan terjadi di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berpenghasilan sedang (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara yang memiliki angka kecelakaan lalu lintas terbesar di dunia yaitu sebesar 62% dari total kecelakaan didunia. Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara dengan jumlah kematian akibat kecelakaan terbanyak di dunia. Angka kematian kecelakaan lalu lintas di negara berkembang mencapai 49,6% paling tinggi diantara negara maju dan miskin (WHO, 2009). Menurut WHO kecelakaan terbanyak terjadi pada pengendara sepeda motor 23 % kemudian pejalan kaki 22% dan pesepeda 5%. Selain menyebabkan kematian, kecelakaan juga dapat menyebabkan cacat permanen, amputasi, cedera kepala atau cedera tulang belakang (WHO, 2013). Prevalensi cidera di Indonesia mencapai rerata 7,5% dengan penyebab cedera terbanyak kedua adalah kecelakaan lalu lintas darat. Prevalensi kecelakaan darat mencapai rerata 25,9%. Prevalensi kecelakaan lalu lintas terbanyak di Indonesia yaitu provinsi Bengkulu 44,2% dan provinsi DI Yogyakarta merupakan provinsi ke dua dengan angka kecelakaan tertinggi yaitu mencapai 43,3% (Riskesdas, 2007). Kepemilikan kendaraaan bermotor di Indonesia sangatlah tinggi. Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 mencatat bahwa terdapat kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyumbang kecelakaan terbesar di darat. 2
3 3 Menurut data dari kepolisian RI pada tahun 2012 terdapat kasus kecelakaan sebanyak kasus dengan korban meninggal sebanyak orang dan pada tahun 2011 terdapat kasus kecelakaan dengan korban meninggal sebanyak orang (BIN, 2012). Kementrian Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat menyebutkan bahwa korban meninggal yang disebabkan oleh kecelakaan mencapai 11,5% dari kematian di Indonesia (Kemenhub, 2013). Jumlah kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta pada tahun 2009 terdapat kasus, dengan jumlah kematian sebesar 201 meninggal dan mengalami luka berat dan luka ringan, kondisi tersebut meningkat tajam dibandingkan tahun 2008 yaitu sejumlah 4058 korban dengan 292 orang meninggal dan 3766 orang mengalami luka berat dan luka ringan (Profil Kesehatan Provinsi D.I Yogyakarta, 2011). Ambulan 118 merupakan salah satu sistem prehospital yang berkembang di Indonesia. Ambulan 118 telah berada di 5 kota besar di Indonesia diantaranya adalah Jakarta, Yogyakarta, Medan, Bali, dan Surabaya (Pitt dan Pusponegoro, 2005). Ambulan 118 di Yogyakarta dikenal dengan nama Ambulan Yogyakarta Emergency Services (YES 118) jumlah pengguna ambulan YES 118 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada bulan November Desember 2008 YES 118 melayani 37 kasus (22 kasus trauma dan 6 kasus medis) pada tahun 2009 terdapat sebanyak 448 kasus (209 kasus trauma, 155 kasus medis dan 84 non YES, artinya panggilan diluar area kota Yogyakarta), pada tahun 2010 terdapat sebanyak 603 laporan kasus (252 trauma, 201 medis dan 150 non YES) dan pada tahun 2011 terdapat 742 kasus (353 trauma, 253 medis dan 136 kasus non YES). Tahun 2012 terdapat 733 kasus dengan rincian 3
4 4 kasus 355 kasus trauma. 285 kasus medis dan 193 kasus non YES. Sedangkan pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 955 kasus dengan rincian 344 kasus trauma, 470 kasus medis dan 151 kasus non YES. Data diatas menunjukkan bahwa kasus kecelakaan lalu lintas atau trauma masih mendominasi kasus-kasus yang ditangani oleh YES 118 dengan prevalensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Laporan Tahunan YES 118, 2013). Perawat ambulan merupakan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, karena mereka akan merawat pasien diluar rumah sakit. Perawat ambulan akan menemukan dan mengidentifikasi masing-masing kebutuhan perawatan pasien dengan lingkungan yang berbeda (Holmberg dan Fagerberg, 2010). Perawat ambulan juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengatisipasi kejadian dan situasi yang mungkin akan terjadi maupun yang tidak mungkin terjadi (Bruce et al., 2003). Hasil studi pendahuluan yaitu wawancara dengan administrator PMI kota Yogyakarta pada bulan Februari 2014, idealnya didalam ambulan terdapat dokter, perawat dan pengemudi, akan tetapi sampai saat ini tenaga medis yang berada di ambulan YES 118 adalah perawat, pengemudi dan relawan saja. Hal ini menunjukkan bahwa perawat merupakan ujung tombak dalam pertolongan terhadap korban. Hasil studi pendahuluan pada administrator PMI menyebutkan bahwa perawat yang bekerja di ambulan YES 118 merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh PMI dan Dinas Kesehatan kota Yogyakarta. Perekrutan perawat ambulan YES 118 belum ada tes tertulis maupun tes ujian keterampilan. Perekrutan perawat berdasarkan syarat 4
5 5 administrasi seperti sudah memiliki izin praktik, sudah memiliki sertifikat Panduan Pertolongan Gawat Darurat (PPGD) dan wawancara kerja, dan tidak ada pengalaman minimal perawat. Minimal pendidikan adalah Diploma keperawatan. Keilmuan dan keterampilan perawat bergantung kepada institusi dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh perawat tersebut dengan berbagai macam variasi keterampilan dan pengetahuan. Berdasarkan wawancara, ambulan YES 118 belum memiliki standard operational prosedur dalam melakukan pertolongan korban, perawat menolong berdasarkan sistem evakuasi PPGD dan keilmuan masing-masing perawat. Pertolongan prehospital bermanfaat untuk mengurangi atau mencegah fase kedua dari trauma. Penanganan prehospital yang benar dapat menurunkan angka kematian korban akibat trauma (WHO, 2005). Pertolongan prehospital merupakan pertolongan yang dilakukan untuk menolong pasien sebelum dibawa kerumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Hasil yang baik pada prehospital ini ditentukan oleh kemampuan orang yang menolong dengan peralatan yang tersedia dan waktu respon dari system prehospital tersebut (Health Information and Qualty Authority, 2010). Perawat prehospital dalam lingkup pertolongan prehospital akan menolong berbagai macam keadaan pasien. Perawat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengetahui respon pasien yang berhubungan dengan penyakit yang diderita dan menentukan intervensi apa yang dibutuhkan dalam menolong pasien (Paans, 2012). Pertolongan prehospital bukan hanya membawa peralatan dan prosedur kepada korban. Pertolongan prehospital lebih pada pemahaman tentang permasalahan medis pasien dan berfikir kritis untuk mencapai tujuan yaitu mencegah 5
6 6 trauma berlanjut pada pasien (Salomone, 2011). Pertolongan prehospital bertujuan untuk pengobatan secara cepat dan tepat karena pertolongan yang terlambat dapat menyebabkan meningkatnya mordibitas dan mortalitas. Perawat harus terampil dalam menilai pasien untuk mencapai tujuan tersebut. Perawat juga harus dapat mengenali kondisi-kondisi pasien dan memilih intervensi apa yang tepat (Wright, 2007). Menurut penelitian Al Afik tahun 2005 pada ambulan gawat darurat (AGD) 118 rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta kinerja personil AGD 118 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam kategori cukup dan waktu tanggap AGD 118 untuk daerah rural dan urban rata-rata 14 menit. Penelitian ini menyebutkan bahwa pada tahap identifikasi kasus panggilan kegawatdaruratan memiliki prosentase baik. Persiapan panggilan layanan AGD 118 dalam kategori kurang baik yang disebabkan oleh kurang lengkapnya peralatan ambulan gawat darurat. Reaksi kesiapsiagaan personil AGD 118 dalam menangani pasien gangguan jalan nafas dan pernafasan dalam kategori kurang baik. Hasil kelengkapan dokumentasi layanan AGD 118 RS PKU Muhammadiyah dalam kategori kurang baik (Afik, 2005) Berdasarkan uraian diatas pertolongan prehospital bermanfaat untuk mencegah fase kedua trauma, selain itu penanganan prehospital yang baik dapat menurunkan angka mortalitas dan mordibitas korban. Perawat berperan sebagai ujung tombak pertolongan prehospital sehingga perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menolong pasien, sedangkan hasil studi pendahuluan mennunjukkan bahwa dalam merekrut perawat, ambulan YES 118 belum memiliki standar khusus seperti tes keterampilan dan tes tertulis. Karena 6
7 7 pentingnya peran perawat ambulan dalam penanganan pasien, maka peneliti ingin meneliti tentang tingkat pengetahuan perawat ambulan YES 118 kota Yogyakarta dalam menangani korban kecelakaan lalu lintas. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan kecelakaan lalu lintas kota Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan airway, 2) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan breathing, 7
8 8 3) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan circulation, 4) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan komunikasi, 5) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan penatalaksanaan transportasi, 6) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat YES 118 berdasarkan karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, pengalaman menjemput pasien. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat pengetahuan perawat YES 118 dan perawat gawat darurat rumah sakit yang bekerja sama dengan YES Bagi ambulan YES 118 di Yogyakarta Sebagai masukan dan informasi tantang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat ambulan Ambulan YES 118 dalam penanganan pasien, khususnya korban kecelakaan lalu lintas di kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti tentang pelayanan prehospital Ambulan YES 118 khusunya di DI Yogyakarta. Dan menambah wawasan mengenai bagaimana 8
9 9 gambaran tingkat pengetahuan penanganan perawat ambulan Ambulan YES 118 dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas Kota Yogyakarta. 3. Bagi pendidikan Menjadi bahan bacaan untuk mahasiswa tentang bagaimana gambaran tingkat pengetahuan perawat prehospital Ambulan YES 118 dalam menolong korban kecelakaan lalu lintas Kot.Yogyakarta. 4. Bagi profesi keperawatan Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya, menjadi referensi tentang tingkat pengetahuan perawat prehospital, dan menjadi bahan acuan perawat untuk selalu mengembangkan diri sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal. E. Keaslian Penelitian Peneliti melakukan beberapa penelusuran, dari penelusuran tersebut penulis belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Maka pada kesempatan ini penulis memberanikan diri untuk mengambil penelitian ini. Namun terdapat beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya: 1. Darsih (2003) melakukan penelitian tentang Gambaran pencapaian Standar Ambulan Gawat Darurat sebagai Pembawa Pasien ke Instalasi Rawat Darurat RS DR. Sarjito Yogyakarta. Hasilnya adalah 41-55% ambulan dalam kategori kurang sesuai dengan standar Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK Men.Kes RI no 0152/Yan/Med/RSKS/1987 Tentang standarisasi ambulan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu sampel, penelitian ini menggunakan sampel ambulan 9
10 10 di RS Sardjito, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan sampel perawat yang bertugas di ambulan YES 118. Lokasi penelitian ini di RS Sardjito sedangkan penelitian yang akan dilakukan diteliti di PMI kota Yogyakarta dan RS yang tergabung dalam Ambulan YES 118 Kota Yogyakarta. 2. AL Afik (2005) melakukan penelitian tentang Kinerja Ambulan Gawat Darurat 118 RS PKU Muhammadyah Yogyakarta Ditinjau dari Fungsi Ambulan Gawat Darurat, penelitian ini melihat waktu tanggap, tindakan dan kemampuan tim ambulan dalam menangani kasus kegawat daruratan pra rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah perawat pelaksanan IGD RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta yang aktifitasnya berhubungan dengan pelayanan AGD 118. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling berjumlah 9 orang. Hasil dari penelitian ini adalah kinerja ambulan gawat darurat 118 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dapat disimpulkan waktu tanggap AGD 118 untuk daerah urban dan rural sebagian besar rata-rata ditempuh waktu empat belas menit. Kemampuan mengidentifikasi kasus berupa tempat kejadian, jumlah korban dan kronologis singkat kejadian masuk dalam kategori baik. Persiapan panggilan meliputi persiapan alat dalam kategori kurang baik. Reaksi kesiapsiagaan personil AGD 118, dari hasil penelitian tindakan prehospital yaitu pembebasan jalan nafas dalam kategori kurang baik. Kelengkapan dokumentasi, dari penelitian ini didapatkan bahwa kelengkapan dokumentasi layanan AGD 118 dalam kategori kurang baik. Perbedaan penelitian ini adalah sampel dan lokasi. 10
11 11 Sampel pada penelitian yang akan dilakukan adalah perawat ambulan YES 118 dan perawat IGD yang bekerja sama dengan YES 118, lokasi penelitian ini adalah PMI kota Yogyakarta dan rumah sakit yang bekerjasama dengan dengan YES Penelitian yang dilakukan oleh Tri Windiarti (2009) meneliti tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Pengemudi Ambulans dalam Pelaksanaan Transportasi antar Rumah Sakit di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD wilayah Yogyakarta yang meliputi RSUD Sleman, RSUD Wates, RSUD Kodya Yogyakarta, RSUD Wonosari, dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Subjek penelitian ini adalah pengemudi ambulan gawat darurat di RSUD DIY sesuai dengan kriteria inklusi. Perbedaan penelitian ini adalah lokasi, peneliti meneliti di RSUD wilayah DIY, sedangkan penelitian yang akan dilalukan berlokasi di PMI kota Yogyakarta dan rumah sakit yang bekerja sama dengan PMI kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan YES 118. Sampel dari penelitian ini adalah pengemudi ambulan, sedangkan sampel yang akan digunakan adalah perawat yang bertugas di ambulan YES 118. Hasil dari penelitian ini adalah persiapan transportasi ambulan dalam kategori cukup (73,04%), aturan ambulan di jalan raya (47,26%) dalam kategori kurang, Pemindahan pasien (58,33%) dalam kategori cukup dan prosedur transportasi pasien ambulan (67,19%) dalam kategori cukup. 11
BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan sepeda motor yang tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, tercatat terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan menjadi penyebab tertinggi kematian manusia pada usia 15-29 tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun, dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia. Menurut data WHO, sekitar 1,24 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pengertian Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian masyarakat internasional. World Health Organization (WHO) dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput otak, saraf cranial termasuk fraktur tulang kepala,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya dalam bidang transportasi. Masyarakat moderen menempatkan trasportasi sebagai kebutuhan sekunder yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia, salah satu faktor terbesar kematian di Indonesia juga disebabkan
Lebih terperinciEpidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes
Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan tentang epidemiologi kecelakaan dan pencegahannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20-50 juta orang lainnya mengalami cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Gawat adalah suatu keadaan karena cidera maupun bukan cidera yang mengancam nyawa pasien. Darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya yang mengakibatkan korban manusia atau kerugian materi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, termasuk di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat diperlukan. dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pembangunan kesehatan bagian utama yaitu dalam pelayanan yang bersifat darurat. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan dalam penanganan korban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sepeda motor merupakan salah satu sarana. transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sepeda motor merupakan salah satu sarana transportasi yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, baik kalangan menengah ke atas maupun kalangan bawah. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kecelakaan lalu lintas sampai saat ini belum mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penyebab kematian yang cukup besar. Setiap tahunnya di seluruh dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yang harus diberikan perhatian oleh setiap orang. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yangharus diberikan perhatian penting oleh setiap orang (Depkes RI, 2004). Pemerintah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu keselamatan pasien atau patient safety merupakan salah satu isu yang dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2012) dan kematian akibat kecelakaan di jalan raya pada remaja usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ini angka lalu lintas semakin tinggi. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan ke 9 terbanyak di dunia, data WHO menunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara profesional. Rumah sakit sebagai salah satu sistem pelayanan, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal. Agar rumah sakit dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, harus dikelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data terbaru yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) menunjukkan 1,2 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas, sebagian besar kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi secara tidak langsung dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PUBLIC SAFETY CENTER 119 YOGYAKARTA EMERGENCY SERVICES (PSC 119 YES) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut indeks rawan bencana Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut indeks rawan Indonesia (BNPB, 2011), Kabupaten Sleman merupakan daerah yang rawan tingkat kerawanan tinggi dan menempati urutan 34 dari 494 kabupaten di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) Jalan 2011-2035, World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan bahwa kematian akibat kecelakaan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emergency atau gawat darurat merupakan suatu kondisi yang bersifat mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat terjadi pada siapa saja, kapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam
Lebih terperinciBASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course
BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course PENDAHULUAN Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat Kecelakaan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (2000), menyatakan bahwa risiko kematian tertinggi akibat lintas berada di wilayah Afrika, sebanyak 24,1 per 100.000 penduduk, sedangkan risiko
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI
KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI A. PENDAHULUAN Penanggulangan penderita gawat darurat adalah suatu pelayanan kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian pertolongan pertama bukan hanya terkait dengan masalah kecelakaan lalu lintas semata, hal ini karena masalah kecelakaan merupakan salah satu masalah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kejadian kecelakaan merupakan kejadian yang bisa menimbulkan cedera dan bahkan bisa menjadi faktor terjadinya kematian yang biasa terjadi, dimana saja, dan kapan saja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang dengan tiga penyebab utama kematian secara global. Tiga hal tersebut adalah kecelakaan lalu lintas, pembunuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang tranportasi. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi membuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang semakin modern membuat kemajuan zaman dan teknologi berkembang sangat pesat. Kemudahan yang didapatkan semua orang dapat menimbulkan dampak positif
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kepala berat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, adalah meningkatkan kualitas pelayanan oleh pelaksana pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN EMERGENCY MEDICAL SERVICES SYSTEM (EMSS) DI WILAYAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan pasien di instalasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai kontributor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang kesehatan di Indonesia semakin berkembang. Berbagai masalah kesehatan semakin kompleks, sehingga harus ada sistem yang mampu mengatasi masalah-masalah tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar mempunyai karakteristik seperti senang bermain, aktif bergerak, dan senang bekerja kelompok. Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perbaikan dan peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Saat ini petugas kesehatan seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization rumah sakit adalah suatu organisasi sosial berfungsi sebagai pemberi pelayanan baik secara preventif, kuratif, maupun komperehensif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan peningkatan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kepadatan penduduk mengakibatkan peningkatan akan transportasi, khususnya transportasi darat. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dan kelalaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia kritis dikarenakan pada masa tersebut mereka rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada anak kurang begitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
Lebih terperincipanduan praktis Pelayanan Ambulan
panduan praktis Pelayanan 11 02 panduan praktis Pelayanan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh siklus hidup manusia. kesehatan agar keperawatan mampu menjadi ilmu aplikasi yang memiliki dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada ilmu dan kiat keperawatan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap jam setiap hari lebih dari 40 orang kehilangan nyawa mereka akibat tenggelam. Seperti anak kecil tergelincir di kolam renang, remaja berenang di bawah pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter praktek swasta, balai pengobatan, klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) serta kegiatan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I
KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah usia produktif (22 50 tahun). Terdapat sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organisation (WHO) tahun 2011, sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas adalah usia produktif (22 50 tahun). Terdapat sekitar 400.000 korban
Lebih terperinciLANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II
LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia. Menurut data Global Status Report on Road Safety lebih dari 1,2 juta orang meninggal dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai ataupun konflik dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial. Proses tersebut sejalan
Lebih terperinciOleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 FAKTOR FAKTOR INTRINSIK YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupak hak fundamental setiap individu yang dinyatakan dalam konstitusi WHO. Dalam upaya mewujudkan hak kesehatan pada setiap individu, pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi menjadi sangat penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Rekam medis dalam bentuk manual ataupun elektronik menjadi sumber dari informasi medis yang menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era modernisasi kemajuan di bidang teknologi transportasi dan semakin berkembangnya mobilitas manusia berkendara di jalan raya menyebabkan kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun bencana alam. Luka bakar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan yang terjadi setiap daerah, banyak menyebabkan perubahan dalam segi kehidupan manusia baik fisik, mental,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa kompetensi pertama dari seorang petugas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997, kemudian dipicu dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berfungsi sebagai alat komunikasi dan sumber ingatan yang harus didokumentasikan, dipertanggungjawabkan dan dilaporkan oleh setiap tenaga
Lebih terperinciPENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG
PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG Hendri Tamara Yuda 1, Putra Agina WS 2 1,2 Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
Lebih terperinciPEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT
PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN I. UMUM Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, serta datangnya tak dapat diduga/diterka dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda (Undang-undang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGANAN GAWAT DARURAT TERPADU DI KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang bisa mengendarai sepeda motor, tapi tak semua orang memahami cara mengendarai sepeda motor dengan benar dan aman. Tingginya angka cedera akibat kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju maupun berkembang, alkohol sudah menjadi bagian
Lebih terperinci