II. MODEL AMMI PADA DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL: TRANSFORMASI KENORMALAN

dokumen-dokumen yang mirip
Penanganan Ketaknormalan Data Pada Model AMMI dengan Transformasi Box-Cox (Data Non-normality on AMMI Models: Box-Cox Transformations)

MODEL AMMI TERAMPAT UNTUK DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL ALFIAN FUTUHUL HADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

IV. PERBANDINGAN KONFIGURASI MATRIKS INTERAKSI: METODE PROCRUSTES

MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

PENERAPAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PEREDUKSIAN PEUBAH PADA ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION GERI ZANUAR FADLI

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE-LINGKUNGAN DENGAN METODE AMMI PADA DATA MULTIRESPON PUNGKAS EMARANI

MODEL ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (AMMI) PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K NIKEN DYAH SEPTIASTUTI

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

DATA DAN METODE. Data

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN AMMI RESPON GANDA DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA PADA UJI STABILITAS TANAMAN KUMIS KUCING ANNISA

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

Bab 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics. journal.ipb.ac.id/index.php/statistika

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

Analisis Regresi 2. Pokok Bahasan : Asumsi sisaan dan penanganannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Sumber Data

ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS)

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Procrustes Dalam untuk Pendugaan Heritabilitas dari Karakter Agronomik Beberapa Galur Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

Forum Statistika dan Komputasi, April 2010 p : ISSN :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menguji kesamaan dari beberapa nilai tengah secara sekaligus diperlukan

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

Merakit Sifat Ketegaran Terhadap Ketaknormalan Data dan Pengamatan Pencilan Pada Model AMMI

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

INFERENSI TITIK-TITIK PADA BIPLOT AMMI MENGGUNAKAN RESAMPLING BOOTSTRAP SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

MIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (M-AMMI) DAN APLIKASINYA SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

Analisis Peubah Ganda

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (3), Agustus 2015, pp ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

REGRESI LINIER GANDA. Fitriani Agustina, Math, UPI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL

Analisis Regresi Nonlinear (I)

Uji Hipotesis dan Aturan Keputusan

MODEL MODEL LEBIH RUMIT

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi. Tanaman padi menurut Steenis (1978) termasuk dalam suku padi-padian

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDETEKSIAN PENGAMATAN PENCILAN DAN BERPENGARUH DENGAN METODE PENGARUH LOKAL GOSEN SITANGGANG

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:

PENANGANAN KETIDAKHOMOGENAN RAGAM AKIBAT KEBERADAAN DATA EKSTRIM MELALUI PENDEKATAN EM-AMMI NADA TSURAYYA

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

Rancangan Petak Terpisah dalam RAL

IDENTIFIKASI GENOTIPE YANG MEMBERIKAN KONTRIBUSI TERHADAP INTERAKSI GENOTIPE LINGKUNGAN PADA MODEL AMMI RUSIDA YULIYANTI

TINJAUAN PUSTAKA. Rancangan petak teralur (strip plot design) merupakan susunan petak-petak (plotplot)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar, definisi-definisi serta teorema

BAB 2 LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GENOTIPE PADA PERCOBAAN MULTILOKASI PADI SAWAH DENGAN METODE AMMI. Oleh: Miftachul Hudasiwi G

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y.

Tabel 4 Urutan dan penempatan bubu pada tali utama

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB IV KAJIAN SIMULASI: PENDEKATAN BAYES PADA DATA n<<p DAN TERDAPAT KEKOLINEARAN-GANDA

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

Trihastuti Agustinah

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

Perancangan Percobaan

Transkripsi:

II. MODEL AMMI PADA DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL: TRANSFORMASI KENORMALAN.1 Pendahuluan Analisis AMMI adalah suatu teknik analisis data percobaan dua faktor perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan pengaruh interaksi dimodelkan dengan model bilinier. Model AMMI merepresentasikan observasi ke dalam komponen sistematik yang terdiri dari pengaruh utama (main effect) dan pengaruh interaksi melalui suku-suku multiplikatif (multiplicative interactions), di samping komponen acak sisaan atau galat. Komponen acak pada model ini diasumsikan menyebar Normal dengan ragam konstan. Pada dasarnya analisis AMMI menggabungkan analisis ragam aditif bagi pengaruh utama perlakuan dengan analisis komponen utama ganda dengan pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi yang memanfaatkan peguraian nilai singular (SVD) pada matriks interaksi (Mattjik A. A, & Sumertajaya, I. M., 00). Kelayakan model AMMI dengan galat yang Normal dan ragam konstan ada kalanya tidak terpenuhi. Transformasi data pengamatan mungkin menjadi salah satu teknik untuk mengatasi masalah ketidaknormalan ini. Bab ini bertujuan mendiskusikan penggunanan transformasi kenormalan untuk mendapatkan data yang menekati Normal (setidaknya simetrik) dan kemudian memodelkannya dengan AMMI.. Model AMMI dan Asumsi Kenormalan Galat Model AMMI dikenal luas pada bidang terapan, terutama pada bidang pemuliaan yaitu kajian interaksi genotipe lingkungan (IGL). Sebutan lain seperti model bilinear, atau model biaditif lebih menunjuk pada struktur model tersebut. Secara umum model AMMI untuk peubah acak y ij dari baris ke-i dan kolom ke-j adalah: E( y ij ) = μ + α + β + i j K k = 1 λ k γ ki δ kj dengan μ adalah rataan umum, α pengaruh aditif (utama) baris ke-i ( i = 1,..., I), i dan β pengaruh aditif kolom ke-j ( j = 1,..., J ). Pada pendugaannya kedua j

6 pengaruh utama ini diidentifikasi dengan kendala berupa jumlah yang sama dengan nol. (Mattjik A. A. & Sumertajaya, I. M., 00; Van Eeuwijk, 1995) Pengaruh interaksi dimodelkan sebagai jumlah dari suku multiplikatif, yang banyaknya sama atau kurang dari pangkat matriks sisa dari pengaruh aditif (utama). Parameter suku multiplikatif pengaruh interaksi untuk baris dinotasikan dengan γ ki adalah juga skor baris sumbu ke-k dan kolom ke-i. Skor kolom ke-j pada sumbu ke- k dinotasi dengan δ ki. Nilai singular yang berpadanan dengan sumbu ke-k yang direpresentasi oleh λ k adalah ukuran asosiasi antara skor baris dan kolom. Nilai yang diperoleh dari penguraian nilai singular (SVD) ini mengindikasikan tingkat kepentingan sumbu. Kuadrat dari nilai singular, yaitu nilai akarciri sama dengan jumlah kuadrat sumbu yang bersangkutan. Kendala untuk parameter suku multiplikatif meliputi jumlah yang sama dengan nol (terpusatkan) dan perkalian silangnya sama dengan nol (ortonormal). Dalam kasus data tidak menyebar Normal, kelayakan model AMMI menjadi tidak terpenuhi. Jika matriks data bebas, berdistribusi Normal dengan ragam konstan, penduga kemungkinan maksimum tereduksi menjadi SVD. Manakala sebarannya bukan Normal Binomal, Poisson, invers Gaussian, misalnya kesamaan ini tidak lagi berlaku (Falguerolles, 1996). Data yang berdistribusi bukan Normal cenderung tidak homogen, dan bila dimodelkan dengan AMMI ketakhomogenan ragam dapat berakibat buruk, sedangkan skala dugaannya mungkin juga tidak memuaskan. Kedua fenomena ini bisa jadi membutuhkan dimasukkannya suku interaksi tambahan (Van Eeuwijk, 1995). Kadangkala ada alasan kuat untuk tetap memodelkan data pada skala pengamatan. Kehomogenan ragam dapat diatasi dengan menambahkan satu atau lebih suku multiplikatif interaksi. Ketika tidak ada alasan untuk memaksa pemodelan tetap pada skala pengamatan, maka transformasi terhadap peubah respon dapat dilakukan untuk mengurangi masalah ini. Model linier atau bilinier dikenakan pada data yang telah ditransformasi, dan sifat sebaran sisaan diasumsikan memenuhi sebaran Normal.

7.3 Langkah Pemodelan AMMI Pemodelan bilinier bagi pengaruh interaksi genotipe dengan lokasi ( γ ge ) pada analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama menyusun pengaruh interaksi dalam bentuk matriks dimana genotipe (baris) lokasi (kolom), sehingga matriks ini berorde a b. υ 11 υ =... υ a1......... υ 1b... υ ab. Langkah selanjutnya dilakukan penguraian bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi υ ge = n j= 1 λ j ϕ gj ρ ej + δ ge = λ 1 ϕ g1ρ e1 + λϕ g ρ e +... + λnϕ gn ρ en + δ ge sehingga model AMMI secara lengkap dapat dituliskan sebagai berikut : Υ = + α + β + ger g e n μ λ ϕ ρ + δ + ε n gn en = μ + α g + β e + λ1 ϕ g1ρ e1 + λ1ϕ g ρe1 +... + λnϕ gnρen + δ ge + ε ger ge ger keterangan : g = 1,,.,a ; e = 1,,., b ; n = 1,,,m dengan λ n nilai singular untuk komponen bilinier ke-n ( λn adalah akarciri Z Z) λ1 λ... λ 1 b. ϕ adalah pengaruh ganda genotipe ke-g melalui gn komponen bilinier ke-n, ρ en pengaruh ganda lokasi ke-e melalui komponen bilinier ke-n. Dengan kendala (identification constrains) : (1). ϕ ρ = 1, untuk n=1,,,m, dan g gn = (). ϕ = ρ ρ = g 0 g gn gn' e en en' en ϕ, untuk n n, δ ge simpangan dari pemodelan bilinier (Crossa 1990 diacu dalam Mattjik A. A. & Sumertajaya, I. M., 00).

8.3.1 Perhitungan Jumlah Kuadrat Pada pemodelan ini pengaruh aditif genotipe dan lingkungan serta jumlah kuadrat dan kuadrat tengahnya dihitung sebagaimana umumnya pada analisis ragam, tetapi berdasarkan pada data rataan per genotipe lokasi. z Pengaruh ganda genotipe dan lingkungan pada interaksi diduga dengan ge yge yg. y. e + y.. = sehingga jumlah kuadrat interaksi dapat diturunkan sebagai berikut : JK ( GE) r z = r ( y y y + y ) r teras( zz' ) = g. e ge ge g.. e.. = Berdasarkan teorema pada aljabar matriks bahwa teras dari suatu matriks sama dengan jumlah seluruh akar ciri matriks tersebut: tr ( A) = i λ i maka jumlah kuadrat untuk pengaruh interaksi komponen ke-n adalah akar ciri ke-n pada pemodelan bilinier tersebut ( λ n ), jika analisis ragam dilakukan terhadap data rataan per genotipe lingkungan. Jika analisis ragam dilakukan terhadap data sebenarnya maka jumlah kuadratnya adalah banyaknya ulangan dikalikan akar ciri ke-n ( rλ ). Pengujian masing-masing komponen ini dilakukan dengan membandingkannya terhadap kuadrat tengah galat gabungan..3. Penguraian Derajat Kebebasan Derajat bebas untuk setiap komponen tersebut adalah a+b-1-n. Besaran derajat bebas ini diperoleh dari jumlah p parameter yang diduga dikurangi dengan jumlah n kendala. Banyaknya parameter yang diduga adalah a+b-1 sedangkan banyak kendala untuk komponen ke-n adalah n. Kendala yang dipertimbangakan adalah kenormalan dan keortogonalan..3. Penguraian Nilai Singular Penguraian Nilai Singular (Singular Value Decomposition) untuk matriks pengaruh interaksi Z sebagaimana dikemukakan oleh Greenacre (1984) adalah memodelkan matriks tersebut sebagai berikut: Z = U L A n

9 Dengan Z adalah matriks data terpusat, n x p, L adalah matriks diagonal D λ akar dari akarcirri positif bukan nol dari Z Z, ( n ) m m selanjutnya disebut nilai singular, A dan U adalah matriks ortonormal (A A=U U=I r ). Kolom-kolom matriks A={a 1,a,,a n } adalah vektor-vektor ciri Z Z sedangkan U diperoleh dengan: U = ZAL 1 Za1 = λ1 Za λ L Za n λ n.3.4 Nilai Komponen AMMI Secara umum nilai komponen ke-n untuk genotipe ke-g adalah 1 k n sedangkan nilai komponen utama untuk lokasi ke-e adalah l ρ. en k l ϕ n gn Dengan mendefinisikan L k (0 k 1) sebagai matrik diagonal yang elemen-elemen diagonalnya adalah elemen-elemen matriks L dipangkatkan k demikian juga dengan matrik L 1-k, dan G=UL k serta H=AL 1-k maka penguraian nilai singular tersebut dapat ditulis: Z=GH Dengan demikian skor komponen untuk genotipe adalah kolom-kolom matriks G sedangkan skor komponen untuk lingkungan adalah kolom-kolom matriks H. Nilai k yang digunakan pada analisis AMMI adalah ½..3.5 Penentuan Banyaknya Komponen AMMI Jika beberapa kolom pertama matriks G dan H telah dapat menghasilkan penduga Z dengan baik maka banyak kolom matriks G dan H dapat dikurangi. Gauch pada tahun 1988 dan kemudian Crossa 1990 mengemukakan dua metode penentuan banyaknya sumbu komponen utama yang sudah cukup untuk penduga, yaitu Postdictive Success dan Predictive Success.. Postdictive success berhubungan dengan kemampuan suatu model yang tereduksi untuk menduga data yang digunakan dalam membangun model tersebut. Salah satu penentuan banyaknya komponen berdasarkan Postdictive success adalah berdasarkan banyaknya sumbu tersebut yang nyata pada uji F analisis

10 ragam. Metode ini diusulkan oleh Gollob pada 1968 dan direkomendasikan oleh Gauch pada 1988 (Sumertajaya,1998). Predictive success berhubungan dengan kemampuan suatu model dugaan untuk memprediksi data lain yang sejenis tetapi tidak digunakan dalam membangun model tersebut (data validasi). Penentuan banyak sumbu komponen utama berdasarkan predictive success ini dilakukan dengan validasi silang, yaitu membagi data menjadi dua kelompok, satu kelompok untuk membangun model dan kelompok lain digunakan untuk validasi (menentukan jumlah kuadrat sisaan). Hal ini dilakukan berulang-ulang, pada setiap ulangan dibangun model dengan berbagai sumbu komponen utama. Banyaknya komponen utama yang terbaik adalah rataan akar kuadrat tengah sisa (RMSPD=Root Mean Square Predictive Different) dari data validasi paling kecil..3.6 Interpretasi Biplot AMMI Alat yang digunakan untuk menginterpretasi hasil dari metode AMMI adalah biplot. Pada dasarnya metode ini merupakan upaya untuk memberikan peragaan grafik dari suatu matriks dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi dua. Vektor-vektor yang dimaksud yaitu vektor yang mewakili nilai skor komponen lingkungan. Biplot adalah plot antara satu kolom G dengan kolom G yang lain yang ditampilkan secara bersama-sama dengan plot kolom H dengan kolom H yang lain yang bersesuaian dengan kolom G yang diplot (Jolliffe, 1986). Sebagian statistikawan membuat plot antar kolom U dan antar kolom H secara bersamaan. Sebagian peneliti pertanian (pemuliaan tanaman) bahkan membuat plot antara kolom-kolom tersebut dengan nilai rataan data asli per peubah amatan yang sesuai. Biplot pada analisis AMMI biasanya berupa biplot antara nilai komponen utama pertama dengan rataan respon (biplot AMMI1). Biplot antara komponen utama kedua dan nilai komponen pertama (biplot AMMI) bisa ditambahkan jika komponen utama kedua ini nyata Interpretasi biplot AMMI1 adalah bagi titik-titik yang sejenis. Jarak titiktitik amatan berdasarkan sumbu datar (rataan respon) menunjukkan perbedaan pengaruh utama amatan-amatan tersebut. Sedangkan jarak titik-titik amatan

11 berdasarkan sumbu tegak (KUI1) menunjukkan perbedaan pengaruh interaksinya atau perbedaan kesensitifannya terhadap lokasi. Biplot AMMI1 menunjukkan bahwa genotipe dikatakan mempunyai daya adaptasi baik pada suatu lingkungan jika genotipe dan lingkungan bertanda sama (berinteraksi positif). Biplot AMMI menggambarkan pengaruh interaksi antara genotipe dan lingkungan. Titik-titik amatan yang mempunyai arah yang sama berarti titik-titik amatan tersebut berinteraksi positif (saling menunjang), sedangkan titik-titik yang berbeda arah menunjukkan bahwa titik-titik tersebut berinteraksi negatif..4 Transfomasi Data Akibat ketaknormalan dan ketakhomogenan ragam pada model linier atau biliner telah disinggung pada sub bab.1. Transformasi pada peubah respon ditengarai merupakan upaya perbaikan atas kedua hal tersebut. Model linier atau bilinier dapat dikenakan pada data yang telah ditransformasi, dan sifat sebaran sisaan diasumsikan memenuhi sebaran Normal. Berikut ini akan dibahas tentang metode transformasi. Transformasi data pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk mungubah data dari suatu skala ke skala yang lain. Model linier yang klasik (analisis ragam atau regresi) telah dikembangkan berdasarkan pada beberapa asumsi pokok yaitu keaditifan (model pengaruh utama), ragam perlakuan yang homogen (keragaman data bersifat bebas dari rataan dan banyaknya ulangan), dan kenormalan data. Asumsi pertama berkaitan dengan struktur data yang pada akhirnya menyangkut penafsiran data, asumsi kedua berperan dalam menyederhanakan metode pendugaan parameter. Sedangkan yang terakhir sangat erat kaitannya dengan pengujian hipotesis. Metode pengujian hipotesis yang telah berkembang sangat lanjut adalah yang didasarkan pada kenormalan data, oleh karena itu patokan-patokannya dapat dengan mudah diperoleh dalam tabel-tabel sebaran statistik, seperti tabel t, F atau Khi-kuadrat (Aunuddin, 005). Dalam hal ini, transformasi bertujuan untuk mengatasi tiga masalah utama yaitu keheterogenan ragam, ketaknormalan galat, dan ketakaditifan/ketaklinieran pengaruh sistematik. Diakui bahwa bagaimanapun, tidak mudah mengatasi ketiga hal tersebut dengan satu langkah tunggal transformasi. Transformasi tunggal

1 biasanya manjur untuk mengatasi satu masalah tertentu tetapi tidak ketiganya. Keberhasilan transformasi untuk memperoleh kesederhanaan model (aditifitas/linieritas) mungkin mengakibatkan ketaknormalan dan ketakhomogenan ragam bila sebelumnya dua asumsi ini terpenuhi. Ada kalanya transformasi yang dilakukan untuk memperoleh ragam yang statbil membawa kita pada ketaknormalan (Rawling, J.O. et al., 1998). Beruntunglah, bahwa transformasi untuk memperoleh kehomogenan ragam dan ketaknormalan mempunyai kecenderugan diperoleh secara bersamaan (handin-hand), sehingga tidak jarang kedua asumsi dapat terpenuhi oleh suatu transformasi yang tepat (Bartlet, 1947 diacu dalam Rawling, J.O.et al.,1998) Transformasi untuk kehomogenan ragam seringkali juga memenuhi kenormalan. Transformasi logit, arcsinus, dan probit yang digunakan untuk menstabilkan ragam dan menyederhanakan model juga membuat distribusi mendekati kenormalan. Transformasi tersebut umumnya menarik (streching) ekor distribusi untuk memberikan bentuk distribusi yang mendekati bentuk genta. Demikian halnya dengan transformsi keluarga pangkat juga berguna untuk membuat distribusi menjadi semakin simetrik (mengurangi kemenjuluran). Harapannya adalah diperoleh distribusi data yang semakin mendekati Normal. Kriteria yang berbeda untuk menentukan tranformasi apa yang akan digunakan tidak harus munuju pada pilihan yang sama, tetapi sering terjadi transformasi yang optimum untuk suatu masalah juga memperbaiki masalah yang lain. Pada keluarga transformasi ini telah dikenal luas suatu metode perhitungan untuk menentukan transformasi optimum, yaitu transformasi Box-Cox..4.1 Transformasi Box-Cox Transformasi ini bertujuan memenuhi ketiga asumsi model linier, yaitu keheterogenan ragam, ketaknormalan galat, dan keaditifan/ketaklinieran pengaruh sistematik. Box-Cox menggunakan kriteria yang menggabungkan tujuan memperoleh model yang sederhana dan ragam yang homogen pada satu sisi serta tujuan kenormalan data pada sisi lain.

13 Metode transformasi Box-Cox menggunakan keluarga transformasi parametrik yang didefinisikan dalam bentuk terbakukan sebagai berikut: Y ( λ ) i λ Yi 1,untuk λ 0 λ 1 λ( Y& ) Y & ln ( Yi ),untuk λ = 0 = dengan Y & adalah rataan geometrik dari peubah asal yaitu Y& = exp [ ln( Y )] i i n (Rawling, J.O.et al.,1998; Box, Hunter, & Hunter, 1978) Parameter λ diperoleh secara empirik melalui penduga kemungkinan maksimum untuk beberapa nilai λ yang dipilih. Tahapan perhitungan sebagai berikut: 1. Nilai λ dipilih dari selang tertentu, umumnya λ [-,], katakanlah λ =[ -, -1.5,-1, -0.5, -0.5, 0, 0.5, 0.5, 1, 1.5, dan ]. Jumlah kuadrat sisaan dari model ( ) Y λ i dituliskan sebagai JKS (λ), dan ragam bagi λ didefinisikan sebagai σ ( λ) = JKS( λ) n 3. Untuk masing-masing λ dihitung fungsi kemungkinan L 1 [ ] ( λ) = ln ˆ σ ( λ) 4. Memaksimumkan fungsi kemungkinan sama artinya dengan meminimumkan jumlah kuadrat sisaan. Dengan membuat plot antara λ dan L ( λ) dan memperhatikan titik kritis λ pada L( λ) λ maks ini adalah penduga titik bagi λ.. maksimum, maka Catatlah bahwa λ dapat pula diperoleh dari plot atau antara λ dan JKS( λ ) n dengan memperhatikan λ pada JKS( λ) n minimum. Dengan transformasi ini kita akan memperoleh sebaran yang simetrik mendekati Normal. Ketakhomogenan ragam pun dapat dikurangi dengan transformasi ini.

14.5 Metodologi Penelitian.5.1 Data Terdapat dua gugus data yang digunakan dalam penelitian ini. Data pertama dari Balai Penelitian Padi (Balitpa) Departemen Pertanian RI di Sukamandi, Jawa Barat, merupakan data uji daya hasil percobaan multilokasi yang melibatkan 1 varietas padi pada 5 lokasi. Penelitian akan memodelkan data persentase gabah isi, yang diamati saat panen. Data kedua adalah data percobaan pengendalian terhadap hama daun pada galur kedelai tahan hasil persilangan oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Departemen Pertanian RI di Malang, Jawa Timur. Percobaan ini melibatkan empat galur/varietas kedelai tahan hasil persilangan (Wilis, IAC-100, IAC-80-596- dan W/80--4-0). Penelitian ini memanfaatkan data populasi hama daun pada umur 14 hari setelah tanam..5. Tahapan Penelitian Pada bagian ini akan disajikan secara ringkas tahapan penelitian, sebagaimana dalam Gambar.1. Data Percobaan Pengujian Kenormalan Normal Tidak Trasformasi Box-Cox Tidak Pengujian Kenormalan Normal Model AMMI Biplot AMMI Gambar.1 Langkah penggunaan transformasi kenormalan pada AMMI

15 Langkah langkah pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Kenormalan dilakukan dengan metode Anderson Darling atau Kolmogorov-Smirnov. Transformasi Box-Cox akan memperolah nilai lambda bagi peubah baru hasil transformasi. Transformasi Box-Cox dilakukan dengan bantuan GENSTAT (Lampiran 9). 3. Pengepasan model AMMI dilakukan dengan GENSTAT prosedur GAMMI dengan sebaran Normal dan fungsi hubung Identitas (Lampiran 10 & 11)..6 Hasil dan Pembahasan.6.1 Kestabilan Gabah Isi Varietas Padi: Data Persentase/Proporsi Data dalam bentuk proporsi biasanya tidak berdistribusi Normal. Hal ini ditunjukkan oleh uji kenormalan pada Gambar.3. Metode transformasi Box-Cox pada data proporsi gabah isi menghasilkan nilai dugaan lambda sebesar 7.80 pada nilai maksimum log-likelihood sebesar 160.79. Plot log-likelihood disajikan pada Gambar. sedangkan nilai lambda untuk beberapa nilai log-likehood disajikan pada Lampiran. Dengan demikian diperoleh transformasi pangkat 7.8. Katakanlah yp adalah peubah populasi hama daun maka peubah transformasinya adalah 7.80 yz = yp. Uji kenormalan menunjukkan peubah yz ini menyebar mengikuti distribusi Normal (Gambar.3 kanan). 80 60 Log likelihood 40 0 0 0 4 Lambda 6 8 10 Gambar. Plot log-likelihood transformasi Box-Cox data proporsi gabah isi

16 Analisis AMMI pada peubah yz menghasilkan nilai singular sebagai berikut 0.4041, 0.3483, 0.100, dan 0.1199. Kontribusi keragaman yang mampu diterangkan oleh masing-masing komponen adalah 37.34%, 3.18%, 19.40%, 11.08% menunjukkan bahwa tiga komponen pertama memiliki peran dominan dala menerangkan keragaman pengaruh interaksi. Probability.999.99.95.80.50.0.05.01.001 Probability.999.99.95.80.50.0.05.01.001 Average: 0.904975 StDev: 0.046383 N: 60 0.75 0.85 p 0.95 W-test for Normality R: 0.957 P-Value (approx): < 0.0100 Average: 0.487487 StDev: 0.164410 N: 60 0.1 0. 0.3 0.4 0.5 Yz 0.6 0.7 0.8 0.9 W-test for Normality R: 0.9940 P-Value (approx): > 0.1000 Gambar.3 Uji kenormalan data proporsi gabah isi sebelum transformasi (kiri) dan sesudah transformasi Box-Cox (kanan) Berdasakan metode postdictive success diperoleh dua komponen pertama yang nyata dengan nilai F sebesar 3.59 dan 3.11 pada nilai-p< 0.015 dan nilaip<0.015 (Tabel.1). Hal ini berarti proporsi gabah isi melalui transformasi pangkat 7.80 dapat diterangkan menggunakan model AMMI dengan kemampuan menerangkan keragaman pengaruh interaksi sebesar 69.51%. Tabel.1. Analisis ragam untuk data gabah isi yang ditransformasi Sumber Pengujian 1 Suku Pengujian Suku Derjat Jumlah Kuadrat Multiplikatif Multiplikatif Bebas Kuadrat Tengah Nilai F Nilai-p Nilai F Nilai-p Lingkungan 4 1.077 0.569 79.1 <0.000 143.06 0.0000 Genotipe 11 0.40 0.004 6.7 <0.001 11.34 0.0010 AMMI 1 14 0.1633 0.0117 3.59 <0.007 6.49 0.0061 AMMI 1 0.113 0.0101 3.11 <0.015 5.63 0.0103 AMMI 3 10 0.0441 0.0044.45 0.1086 Residual 8 0.0144 0.0018 Total 59 1.5948 0.070 Diagnosis sisaan menunjukkan kelayakan model ini, tidak ada penyimpangan yang serius pada plot sisaan (Gambar.4)

17 y Probability.999.99.95.80.50.0.05.01 stdres 3 1 0-1 -.001-3 Average: 0. 000000 StD ev : 0. 0156053 N: 60-0.04-0.0 0.00 residual AMMI 0.0 0.04 Anderson-Darling Normalit y Test (a) A-Squared: 0.555 (b) P-Value: 0.146 Gambar.4 Plot sisaan model AMMI data gabah isi yang ditransformasi: (a) Plot kenormalan sisaan; (b) Plot sisaan vs fitted value 0.1 0. 0.3 0.4 0.5 fit 0.6 0.7 0.8 0.9 Biplot AMMI1 memunjukkan varietas C (B19154F-PN-1-1-4) mempunyai nilai rataan gabah isi ternormalkan yang paling rendah diantara varietas yang laun, sedangkan varietas L (IR 64) mempunyai nilai rataan yang tertinggi (Lampiran 6). Vaietas K (OBS 1658) dan E (Bio-Xa-5) mempunyai nilai rataan gabah isi yang sama namun interaksi dengan lingkungan yang berbeda, demikian pula dengan varietas G (Bio-Xa-7) dan F (S3383-1D-PN-41-3-1). Interaksi genotpie dan lingkungan lebih jelas dan detail digambarkan oleh biplot AMMI Biplot AMM hasil transformasi Box-Cox (Gambar.5) memperlihatkan varietas A (B1078-B-MR--4-) relatif stabil pada seluruh lokasi, varietas lain beradaptasi secara spesifik pada lokasi tertentu. Varietas E (Bio-Xa-5) dan H (OBS. 1656) beradaptasi dengan baik di lokasi Talang sedangkan varietas G (Bio- Xa-7) di Maroangin. Varietas F (S3383-1D-PN-41-3-1) sangat baik di Jatibaru dan Maranu namun masih mungkin tumbuh dengan baik di Talang. Varietas J (OBS. 1657) dan D (S338-d-3-3) mampu beradaptasi di Jatibaru dan Maranu. Varietas L (IR 64) dan C (B19154F-PN-1-1-4) mampu beradaptasi di Paritdalam dan Maroangin, varietas K (OBS 1658) beradaptasi baik di Talang namun masih mungkin berkembang di Paritdalam. Varietas M (Memberamo) tidak secara spesifik beradaptasi dengan salah satu lokasi namun diperkirakan tidak mampu beradaptasi di Talang dan Paritdalam.

Log likelihood 18 E H Jatibaru F Maranu J D 0.6 0.5 0.4 0.3 0. K Talang 0.1B -0.1-0. -0.3-0.4 M A Paritdalam C L 0-0.4-0.3-0. -0.1 0 0.1 0. 0.3 0.4 0.5 G Maroagin Kode Galur Padi A B1078B-MR--4- B S354-G-1- C B9154F-PN-1-1-4 D S338-D-3-3 E Bio Xa-5 F S3383-1D-PN-41-3-1 G Bio Xa-7 H OBS. 1656 J OBS. 1657 K OBS. 1658 L IR. 64 M MEMBERAMO Gambar.5 Bilpot AMMI data gabah isi hasil transformasi Box-Cox.6. Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Daun: Data Frekuensi/Populasi Hama Metode transformasi Box-Cox pada data populasi hama daun menghasilkan nilai dugaan lambda sebesar 0.66 pada nilai maksimum log-likelihood sebesar -11.76. Plot log-likelihood disajikan pada Gambar.6 sedangkan nilai lambda untuk beberapa nilai log-likehood disajikan pada Lampiran 4. Pow er : Box-Cox -0-40 -60-80 -100 0 4 Lambda 6 8 10 Gambar.6 Plot log-likelihood transformasi Box-Cox data populasi hama daun Dengan demikian transformasi yang diperoleh adalah transformasi pangkat 0.66. Katakanlah a adalah peubah populasi hama daun maka peubah transformasinya adalah 0.66 az = a. Uji kenormalan menunjukkan peubah az ini menyebar mengikuti distribusi Normal (Gambar.7).

19 Normal Probability Plot.999.99.95 Probability.80.50.0.05.01.001 Average: 1.65575 StDev: 0.58940 N: 0 1.0 1.5 az.0.5 W-test for Normality R: 0.9958 P-Value (approx): > 0.1000 Gambar.7 Plot uji kenormalan hasil transformasi Box-Cox data populasi hama daun Analisis AMMI pada peubah az menghasilkan nilai singular sebagai berikut 1.451, 0.7614, 0.1505. Kontribusi keragaman yang mampu diterangkan oleh masing-masing komponen adalah 61.41%, 3.%, dan 6.37%, menunjukkan bahwa dua komponen pertama memiliki peran dominan dalam menerangkan keragaman pengaruh interaksi. Tabel. Analisis ragam untuk populasi hama daun yang ditransformasi Sumber Pengujian 1 Suku Pengujian Suku Derjat Jumlah Kuadrat Multiplikatif Multiplikatif Bebas Kuadrat Tengah Nilai F Nilai-p Nilai F Nilai-p Hama Daun 4.659 0.5665 5.64 0.03 50.0 0.0197 Genotipe 3 1.65 0.5417 5.40 0.039 47.83 0.005 AMMI 1 6.1065 0.3511 3.50 0.077 31.00 0.0316 AMMI 4 0.5797 0.1449 1.80 0.0738 Residual 0.07 0.0113 Total 19 6.5999 0.3474 Berdasakan metode postdictive success diperoleh komponen pertama yang nyata dengan nilai F sebesar 31.00 pada nilai-p<0.04, sedangkan komponen kedua nyata nilai-p=0.074 (Tabel.). Sekalipun nilai-p komponen kedua cukup besar namun dua komponen pertama sangat dominan, kemampuan menerangkan keragaman pengaruh interaksi sebesar 93.63%. Hal ini berarti populasi hama daun melalui transformasi pangkat 0.66 dapat diterangkan menggunakan model AMMI. Diagnosis sisaan juga memperkuat hal ini, tidak ada penyimpangan yang serius pada plot sisaan (Lampiran 3). Biplot AMMI1 menunjukkan genotipe IAC-100 merupakan genotipe dengan nilai rataan populasi hama (ternormalkan) paling rendah, sedangkan Wilis

0 yang paling tinggi (Lampiran 7). Selengkapnya, interaksi ini digambarkan oleh Biplot AMMI dengan lebih baik. Gambar.8 menunjukkan biplot AMMI data populasi hama daun tanaman kedelai yang ternormalkan. Pada fase ini, populasi Lamprosema hampir sama pada semua genotipe. Genotipe IAC 80 paling tahan terhadap keseluruhan hama daun pada fase ini (14 HST) dibanding yang lain. Sementara genotipe lain secara spesifik rentan terhadap hama tertentu. W/80 relatif rentan terhadap Lalat Kacang (Agromyza), IAC 100 relatif rentan terhadap Emproasca. -0.9-0.4 0.1 0.6 1.1 1 Longitarsus 0.5 Wilis IAC-80 IAC-100 0 Bemisia Lamprosema Emproasca Agromyza -0.5 W/80-1 Gambar.8 Biplot AMMI data populas hama daun yang ditransformasi.7 Simpulan Transformasi pangkat Box-Cox mampu mengatasi ketaknormalan data. Dengan transformasi Box-Cox dapat dilakukan pemodelan interaksi menggunakan model AMMI secara sahih pada data ternormalkan. Studi kestabilan gabah isi varietas padi melalui transformasi memberikan informasi bahwa varietas A (B1078-B-MR--4-) relatif stabil pada seluruh lokasi, varietas lain beradaptasi secara spesifik pada lokasi tertentu. Varietas E (Bio-Xa-5) dan H (OBS. 1656) beradaptasi dengan baik pada di Talang sedangkan varietas G (Bio-Xa-7) di Maroangin. Varietas F (S3383-1D-PN-41-3-1) sangat baik di Jatibaru dan Maranu namun masih mungkin tumbuh dengan baik di

1 Talang. Varietas J (OBS. 1657) dan D (S338-d-3-3) mampu beradaptasi di Jatibaru dan Maranu. Varietas L (IR 64) dan C (B19154F-PN-1-1-4) mampu beradaptasi di Paritdalam dan Maroangin, varietas K (OBS 1658) beradaptasi baik di Talang namun masih mungkin berkembang di Paritdalam. Varietas M (Memberamo) tidak secara spesifik beradaptasi dengan salah satu lokasi namun diperkirakan tidak mampu beradaptasi di Talang dan Paritdalam. Studi ketahanan hama daun kedelai pada data ternormalkan memberikan genotipe Wilis dan IAC 80 memiliki kesamaan, sama-sama relatif tahan terhadap keseluruhan hama daun pada fase ini (14 HST) dibanding yang lain. Sementara genotipe lain secara spesifik rentan terhadap hama tertentu. W/80 relatif rentan terhadap Lalat Kacang (Agromyza), IAC 100 relatif rentan terhadap Emproasca.