BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

Bab III Metodologi Penelitian

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS MENGUNAKAN ULTRASONIC NEBULIZER DAN PEMANAS BERTINGKAT

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

3 Metodologi Percobaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB IV PROSES PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

Bab 3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

3. Metodologi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis merupakan suatu lapisan dari bahan organik, anorganik, metal,

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari

Pembuatan Nanopartikel CeO 2 dengan Metode Simple Heating : Efek Penambahan Massa Polyethyleneglycol (PEG) Terhadap Ukuran Kristal yang Terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

Bab III Metoda Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

4 Hasil dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

LOGO MERITIA ARDYATI DANY PRATAMA PUTRA Oleh: Pembimbing: Ir. Minta Yuwana, MS Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : a. Uji kerja pemanas, pada penelitiaan ini akan dilihat kemampuan pemanas dan konsistensi temperatur pemanas dengan cara mencoba pada beberapa kontrol temperatur dan melihat range temperatur yang dihasilkan. b. Pembuatan partikel nanostrukutur dengan mengunakan dua metoda, pertama adalah metoda Spray Drying dengan partikel nanostrukur adalah TiO 2 dan yang kedua adalah membuat partikel Y2O3:Eu dengan mengunakan metoda Spray Pyrolysis berbahan Y(NO 3 ) 3. 6H 2 O dan Eu(NO 3 ) 3. 6H 2 O. c. Karakterisasi material nanostruktur dengan mengunakan SEM. Gambar 11. Metoda penelitian metoda Spray 4.1 Uji Kerja Pemanas Proses uji kerja pemanas sangatlah sederhana, tujuan dari uji kerja adalah melihat kestabilan pemanas dalam mengontrol pemansan. Karena kestabilan proses pemanasan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir baik bentuk, permukaan dan sifat fisika partikel. Proses uji kerja pemanas dilakukan dengan mengatur kontrol temperatur pada temperatur setting (setting value) kemudian diperhatikan kenaikan temperatur pemanas yang dicatat adalah temperatur setting 25

dan temperatur tertinggi. Peralatan yang dibutuhkan dalam uji kerja adalah terminal kabel, pemanas, kontrol temperatur dan thermocouple. Gambar 12. Grafik proses uji kerja pemanas Dapat disimpulkan besaran perubahan temperatur tidak lebih besar dari ~ 0.5% sehingga temperatur kerja pemanas sangat dan penggunaan temperatur pemanasan akan sangat stabil sehingga penelitian partikel nanostruktur dapat dikerjakan lebih lanjut. Pengunaan temperatur kerja bergantung kepada beberapa faktor utama yaitu pada pengunaan thermocouple tipe K dimana daerah kerja yang dimiliki oleh jenis ini berada pada daerah -199.9 1200 o C, dari data menujukan kinerja pamanas pada suhu rendah (27 100 o C) kadangkala mengalami kinerja pemanasan tidak stabil hal ini dapat dikarenakan pengaruh kondisi udara luar yang dingin yang mengalir kedalam pemanas dan dapat mendinginkan pemanas. 4.2 Sintesis Partikel Nanomaterial Pada dasarnya metoda Spray Pyrolysis tidak berbeda dengan metoda Spray Drying, perbedaan mendasar dikedua metoda ini adalah terletak pada pemakaian 26

larutan. Spray Drying adalah proses pembentukan partikel nanostruktur dengan diameter nanometer menjadi partikel dengan ukuran mikrometer dan tidak membutuhkan reaksi kimia dalam proses pemanasan partikel. Sedangkan pada metoda Spray Pyrolysis adalah membentuk partikel nanostrukur dengan mengunakan metoda spray dengan mereaksikan zat-zat kimia dan akan mengalami proses reaksi kimia dalam proses pemanasan baik proses oksidasi maupun dalan inert atau proses pendopingan zat pada material semikonduktor. 4.2.1 Spray Drying Persiapan prosedur dan peralatan dalam produksi partikel nanostrukur dengan mengunakan metoda Spray Drying dapat dijelaskan dengan Gambar 6. Terdiri dari (a) penghasil spray Ultrasonic Nebulizer, (b) tabung reaktor, dan (c) pengumpul partikel. Langkah awal pengunaan reaktor Spray Drying dalam percobaan ini, seperti pembersihan reaktor (tabung quartz, tabung nebulizer dan penyaring), pemasangan reaktor Spray Drying sesuai dengan konfigurasi, peletakan substrat pada penyaring dan pemanasan awal tabung reaktor agar pemanasan material nanostruktur berada pada temperatur yang terkontrol. Bahan baku yang dibutuhkan dalam sistesis material nanostruktur TiO 2 : a) Partikel nanostruktur TiO 2 (Brataco Chemical, titan dioxide anatase S985) b) Aquades (iwaki) Peralatan yang digunakan dalam sisntesis : a) Reaktor Spray Drying b) Gelas kimia 100 ml c) Batang pengaduk d) Neraca timbang analitik Pengaturan parameter sintesis yang sesuasi dengan yang diperlukan dilakukan secara bertahap, yaitu ; a) pengaturan temperatur pemanas berada pada daerah kerja, (b) pengaturan debit aliran udara, (c) membuat larutan dilanjutkan dengan pengaturan frekuensi dan intensitas produksi droplet. Secara lengkap percobaan yang dilakukan dapat dijelaksan dengan skema dan penjelasan sebagai berikut: 27

Gambar 13. Metoda penelitian metoda Spray Drying a) Memasang semua perangkat reaktor pada konfigurasi seperti gambar 11. b) Mengatur temperatur pemanas pada daerah kerja dengan temperatur pemanas 1 dan 2 adalah 300 o C dan pemanas 2 adalah 400 o C, dan temperatur saringan (filter) berada pada temperatur 150 o C perlakuan ini agar uap air tidak mengalami kondensasi dipenyaring partikel. Gambar 14. pengaturan temperatur pemanas dalam percobaan 1 dan percobaan 2. 28

c) Jalankan sistem aliran udara sehingga udara mengalir kedalam tabung reaktor. Hal ini dilakukan agar sistem dapat berjalan stabil sebelum semua sistem reaktor Spray Drying dijalankan. Dengan mengunakan persamaan (12) didapatkan waktu yang dibutuhkan untuk menjadi partikel adalah sebesar 3 10-4 4 10-4 s. Sedangkan dengan kecepatan udara yang dipakai adalah 2 l/min akan membutuhkan waktu sebuah droplet adalah 0.675 s. Waktu pemanasan droplet yang lebih lama dibandingkan proses penguapan droplet dikarenakan adanya faktor sintering antara partikel nanostrukur didalam droplet sehingga diharapkan akan terbentuk material nanostruktur dengan ukuran mikrometer. d) Larutan partikel nanostruktur dibuat pada konsentrasi 0.1 molar e) Setelah temperatur reaktor telah mencapai dan stabil pada temperatur yang ditetapkan maka Ultrasonic Nebulizer dijalankan pada frekuensi 0.8 MHz untuk menghasilkan droplet dengan ukuran rata-rata 10 dan aliran droplet rata-rata sebanyak 4 ml/min. Dengan asumsi pemanasan stabil maka waktu pemanasan total yang dibutuhkan akan sekitar 15-20 menit. f) Setelah semua proses selesai partikel dapat diambil dari saringan partikel. 4.2.2 Spray Pyrolysis Prosedur pelaksanaan sintesis partikel nanostruktur dengan mengunakan metoda Spray Pyrolysis tidak berbeda dengan metoda Spray Drying, yaitu seperti pembersihan reaktor (tabung quartz, tabung nebulizer dan penyaring), pemasangan reaktor Spray Drying sesuai dengan konfigurasi, peletakan substrat pada penyaring dan pemanasan awal tabung reaktor agar pemanasan material nanostruktur berada pada temperatur yang terkontrol. Bahan baku yang dibutuhkan dalam sistesis material nanostruktur TiO 2 : a) Yttrium Nitrate Hexahidrate, 4N (Y(NO 3 ) 3.6H 2 O) KANTO CHEMICAL CO.INC min 99.99 % b) Europium (III) Nitrate Hexahidrate, 3N5 (Eu(NO 3 ) 3.6H 2 O) KANTO CHEMICAL CO.INC min 99.95 % c) Aquades (iwaki) 29

Peralatan yang digunakan dalam sisntesis : a) Reaktor Spray Drying b) Gelas kimia 100 ml c) Batang pengaduk d) Neraca timbang analitik Pengaturan parameter sintesis yang sama dengan metoda Spray Drying dan dilakukan secara bertahap, yaitu : (a) pengaturan temperatur pemanas, (b) pengaturan debit aliran udara, (c) membuat larutan Y(NO 3 ) 3.6H 2 O dan Eu(NO 3 ) 3.6H 2 O dilanjutkan dengan pengaturan frekuensi dan intensitas produksi droplet. Dijelaskan dengan kerangka sebagai berikut : a) Memasang semua perangkat reaktor pada konfigurasi seperti gambar 11. b) Mengatur temperatur pemanas pada daerah kerja dengan temperatur pemanas 1 dan 2 adalah 300 o C dan pemanas 2 adalah 400 o C, dan temperatur saringan (filter) berada pada temperatur 150 o C perlakuan ini agar uap air tidak mengalami kondensasi dipenyaring partikel. Gambar 15. pengaturan temperatur pemanas dalam percobaan 1 c) Jalankan sistem aliran udara sehingga udara mengalir kedalam tabung reaktor. Hal ini dilakukan agar sistem dapat berjalan stabil sebelum semua sistem reaktor Spray Drying dijalankan. Dengan mengunakan persamaan (12) didapatkan waktu yang dibutuhkan untuk menjadi partikel adalah sebesar 3 10-4 4 10-4 s. Sedangkan dengan kecepatan udara yang dipakai adalah 2 l/min akan memberikan waktu pemanasan sebuah droplet didalam 30

tabung reaktor selama 0.675 s. Waktu pemanasan droplet yang lebih lama dibandingkan waktu penguapan droplet dikarenakan adanya proses oksidasi material, penyisipan atom dopan dan faktor sintering hasil akhir partikel nanostrukur dan diharapkan didapatkan partikel dengan ukuran nanometer. d) Larutan Y(NO 3 ) 3.6H 2 O pada konsentrasi 0.006 molar dengan dopan Eu(NO 3 ) 3.6H 2 O sebanyak maksimal 5 % dari fraksi mol Y(NO 3 ) 3.6H 2 O. e) Setelah temperatur reaktor telah mencapai dan stabil pada temperatur yang ditetapkan maka Ultrasonic Nebulizer dijalankan pada frekuensi 0.8 MHz untuk menghasilkan droplet dengan ukuran rata-rata dan aliran droplet rata-rata sebanyak 4 ml/min. Dengan asumsi pemanasan stabil maka waktu pemanasan total yang dibutuhkan akan sekitar 15-20 menit. f) Setelah proses selesai partikel dapat diambil dari saringan partikel. 4.3 Karakterisasi Material dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi dengan metode difraksi sinar-x (XRD) dalam bentuk serbuk di Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Output dari SEM adalah berupa gambar 2D yang memperlihatkan penampang melintang partikel nanostruktur yang terbentuk untuk setiap bahan yang berbeda. Interpretasi hasil gambar 2D yang didapatkan adalah dengan melihat bentuk dan morfologis partikel dan memperkirakan proses pembentukan partikel. Selain itu ukuran partikel dapat diukur dengan mengukur diameter partikel yang terbentuk. 31