4 Hasil dan Pembahasan
|
|
- Teguh Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan dipilih karena tingkat melarutkan bahan-bahan seperti TTIP ini kecil sehingga proses pembentukan hidroksida yang kemudian menjadi padatan oksida berlangsung lebih lambat. Beda halnya jika digunakan air sebagai pelarut di mana ketika TTIP dicampurkan ke dalam air seketika akan terbentuk padatan oksida TiO 2 secara spontan (dalam hitungan detik). Oleh karena itu apabila digunakan pelarut yang yang tingkat kepolarannya tinggi seperti air, sulit untuk dilakukan suatu modifikasi sintesis di mana nantinya akan diberikan beberapa teknik pengkontrolan pertumbuhan kristal padatan TiO 2. Campuran TTIP dengan etanol ini kemudian ditambahkan beberapa ml larutan KCl dan diaduk hingga homogen selama 10 menit. Larutan KCl ini berfungsi untuk menjaga agar jumlah molekul air yang hilang selama proses pemanasan berlangsung tidak terlalu banyak. Hal ini bertujuan untuk mencegah agar proses hidrolisis berlangsung lambat sehingga kontrol terhadap pertumbuhan kristal dapat dilakukan. Hilangnya molekul air dengan cepat pada sistem akan menyebabkan pembentukan kristal oksida lebih cepat dan spontan sehingga mengakibatkan efek medan, pemanasan serta tekanan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap pertumbuhan kristal. Hal ini tentu saja akan mempersulit mendapatkan morfologi serta karakter kristal sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutya dari pencampuran tersebut akan didapatkan larutan putih keruh dan selanjutnya akan terjadi proses hidrolisis. Larutan keruh tersebut dimasukkan ke dalam wadah sintesis (dalam hal ini digunakan botol parfum dengan tebal 2,5 cm) dan selanjutnya wadah ini ditempatkan pada suatu holder teflon yang telah dilengkapi dengan dua elektroda alumunium. Kedua sisi elektroda ini disambungkan dengan menggunakan kabel berlapis teflon yang kemudian kedua ujung kabel tersebut dihubungkan kepada sumber tegangan DC maksimal 5000 volt untuk mengalirkan medan listrik selama sintesis berlangsung. Sumber medan listrik yang digunakan memiliki rentang dari 0 kv sampai dengan 5 kv. Larutan yang telah dimasukkan ke dalam botol kaca ini selanjutnya dibiarkan dalam dua keadaan yaitu tanpa ditutup (tekanan rendah/ seri-1) dan ditutup (tekanan tinggi/seri-2) selama kurang lebih 2 hari dan dipanaskan pada temperatur sekitar C. 27
2 Pengamatan dilakukan dalam rentang sekali dalam 6 jam di mana terlihat bahwa laju berkurang nya tingkat kekeruhan pada masing masing kondisi (seri-1 dan seri-2) berbeda. Pada seri-1 karena kondisinya tidak dalam keadaan ditutup maka pada saat pemanasan berlangsung sebagian pelarut menguap sedikit demi sedikit sampai akhirnya semua pelarut teruapkan. Selama seri-1 ini berlangsung, laju kekeruhan dari larutan yang ada di dalam wadah sintesis sukar untuk diamati karena kemungkinan selama pemanasan dilakukan sebagian oksida yang telah terbentuk namun masih berada dalam fasa larutannya ikut menguap dengan pelarut etanol. Untuk seri-1 ini mekanisme yang berlangsung dapat dituliskan sebagai berikut : z+ z 1 + [ Ti( H 2 O) 6 ] + H 2O [ Ti( H 2O) 5( OH)] + H 3O (4.1a) Ti Δ + ( OH ) z + zh 2O TiOz + zh 3O (4.1b) Selanjutnya spesi asam okso MO z- z ini akan kehilangan kembali molekul air yang kemudian membentuk oksida TiO 2. Padatan putih yang dihasilkan kemudian dikumpulkan sebagai padatan oksida TiO 2 amorf. Untuk seri-2 hampir sama dengan seri-1 di mana larutan keruh yang telah dimasukkan ke dalam wadah sintesis ditempatkan di holder teflon kemudian diberi efek medan listrik selama waktu yang sama dengan seri-1 yaitu dua hari (48 jam). Pada seri ini laju berkurangnya kekeruhan larutan lebih mudah untuk diamati karena penguapan pelarut dapat sangat lambat bahkan cenderung untuk tidak menguap (dalam hal ini apabila terjadi penguapan uap pelarut hanya menempel pada dinding botol kaca, tidak sampai keluar sistem). Dalam prakteknya, mekanisme pembentukan oksida TiO 2 dapat dengan mudah dikontrol karena interaksi antara pelarut dengan molekul TTIP yang sangat kuat memungkinkan penambahan ph dapat mempercepat proses hidrolisis. Namun seringkali interaksi antara pelarut dengan zat terlarut yang kuat menentukan seberapa besar derajat hidrolisis kation terjadi. Derajat hidrolisis merupakan gambaran seberapa kuat kation (logam) akan berinteraksi dengan pelarut dan seberapa besar tingkat kelarutan hidroksida atau oksida logam yang dihasilkan. Besarnya derajat hidrolisis sangat dipengaruhi oleh muatan dan jari-jari ion logam. Derajat hidrolisis ini secara sederhana dapat dituliskan sebagai : pk a = (Z 2 /r) (4.1c) Dari persamaan tersebut tidak bisa secara eksplisit digambarkan seberapa kuat atau seberapa besar derajat hidrolisis kation logam itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih dalam lagi bagaimana peran besarnya muatan dan jari-jari ion logam dalam interaksinya dengan pelarut. Faktor Z 2 /r menggambarkan suatu perbandingan antara muatan dan jari-jari ion logam di 28
3 mana hal ini menginterpretasikan rentang kategori tingkat keasaman dari ion logam itu sendiri. Semakin kecil perbandingan Z 2 /r maka semakin tidak asam ion logam dan sebaliknya. Interval rasio ini dimulai dari 0 sampai dengan lebih besar dari 0,22 di mana untuk perbandingan Z 2 /r > 0,22 dapat dikatakan bahwa kation logam dapat bereaksi secara irreversible dengan air menghasilkan oksida atau hidroksida. Untuk kation Ti 4+ perbandingan Z 2 /r memiliki rentang 0,16 0,22 dengan keelektronegatifan > 1,8 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut (13) : Tabel 4.1 Hubungan antara rasio Z 2 /r dan keasaman ion logam Rasio Z 2 / r χ p Kategori Interval pka Contoh 0,00-0,01 < 1,8 kation non asam ion muatan (+1) blok s 0,00-0,01 > 1,8 kation asam (sangat lemah) 11,5-14 Tl + 0,01-0,04 < 1,8 kation asam (sangat lemah) 11,5-14 Ion muatan (+2) blok s, f 0,01-0,04 > 1,8 kation asam (lemah) 6-11,5 Ion muatan (+2) blok d 0,04-0,10 < 1,8 kation asam (lemah) 6-11,5 Ion muatan (+3) blok f 0,04-0,10 > 1,8 kation asam (sedang) 1-6 Ion muatan (+3) blok d 0,10-0,16 < 1,8 kation asam (sedang) 1-6 Ion muatan (+4) blok f 0,10-0,16 > 1,8 kation asam (kuat) (-4)-1 Ion muatan (+4) blok d 0,16-0,22 < 1,8 kation asam (kuat) (-4)-1 > 0,16 > 1,8 kation asam (sangat kuat) < (-4) > 0,22 < 1,8 kation asam (sangat kuat) < (-4) Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa TiO 2 berada pada rentang perbandingan di atas 0,16 sehingga dapat dikategorikan ke dalam golongan kation yang asam. Hal ini diakibatkan karena jari-jari ion logam Ti besar sehingga perbandingan kuadrat muatan dengan jari-jari kation logam akan semakin kecil. Nilai perbandingan ini secara eksperimen dapat dilihat dari kecepatan ion logam Ti (biasanya Ti 4+ ) bereaksi dengan air membentuk endapan oksida atau hidroksida secara spontan. Akan tetapi apabila dilakukan penambahan asam seperti HCl, 29
4 endapan oksida atau hidroksida tersebut akan terlarut kembali. Untuk mempermudah melihat rentang perbandingan antara muatan dan jari-jari dalam kaitannya ke tingkat keasaman dari ion logam, maka nilai perbandingan tersebut dapat dialurkan terhadap nilai pka seperti gambar 4.1. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai pka maka kation logam akan bersifat basa dan sebaliknya, semakin rendah nilai pka maka ion logam akan bersifat lebih asam. Gambar 4.1 Nilai pka sebagai fungsi dari muatan, jari-jari atom, dan keelektronegatifan Penggunaan botol kaca sebagai wadah sintesis juga memiliki peran yang penting guna mendapakan pengaruh medan listrik yang diberikan selama sintesis berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan botol kaca pipih dengan tebal sekitar 2,5 cm. Selain itu juga jarak antara dinding wadah sintesis dengan elektroda juga perlu diperhatikan dengan tujuan yang sama yaitu agar didapat pengaruh medan listrik yang besar terhadap proses hidrolisis yang terjadi. Dalam kasus ini apabila medan listrik yang digunakan sebesar 5000 V dan tebal wadah 2,5 cm, maka besarnya medan listrik yang terjadi adalah 2000 V cm
5 4.2 Karakterisasi Padatan TiO 2 dengan Menggunakan Difraksi Sinar-X Struktur padatan TiO 2 dapat ditentukan dengan metode XRD. Data yang diperoleh berupa difraktogram pengaluran intensitas terhadap sudut 2 theta. Dari puncak-puncak yang diperoleh, dapat ditentukan sifat kristalinitas padatan. Puncak yang tajam dengan intensitas tinggi menunjukkan padatan tersebut bersifat kristalin dan sebaliknya puncak yang lebar menunjukkan bahwa padatan tersebut bersifat amorf. (A) 2θ (B) 2θ Gambar 4.2 Pola spektrum sinar-x dari (A) seri-1 tanpa medan listrik dan (B) seri-1 dengan medan listrik 5 kv Gambar 4.2 di atas merupakan difraktogram sinar-x untuk hasil seri-1 (tekanan rendah). dapat dilakukan identifikasi puncak-puncak yang dihasilkan untuk memastikan terbentuknya kristal TiO 2. Gambar di atas merupakan difraksi sinar-x dari hasil seri-1. Dari difraktogram tersebut dapat dilihat bahwa puncak tajam terjadi pada posisi 2 theta sekitar 45 0 dan Hal ini menunjukkan adanya puncak TiO 2 dengan struktur anatase (110). Namun ada perbedaan intensitas antara tanpa diberi medan listrik dengan yang diberi medan listrik. Dari difraktogram yang diberikan medan listrik terlihat adanya pengurangan intensitas sekitar 31
6 50% dari tanpa yang diberikan medan listrik. Bila dilihat dari struktur anatase kisi kristal TiO 2 dalam satu bidang orientasi terdapat gugus Ti dan O secara bergantian di mana apabila diberikan medan listrik dengan arah tegak lurus bidang orientasi makan akan terjadi pergeseran posisi atom-atom Ti dan O. Pergeseran ini terjadi akibat adanya polarisasi oleh medan listrik di mana masing masing atom akan bergerak menuju muatan yang berlawanan sehingga posisi awal atom Ti dan O akan berubah (yang positif akan bergerak mendekati ke yang negatif dan sebaliknya yang negatif bergerak mendekat ke yang positif). Diharapkan jika semakin besar medan listrik yang diberikan maka polarisasi atau perubahan posisi atom atom dalam suatu kisi kristal oksida akan semakin mudah terjadi. Selain puncak anatase seharusnya juga terdapat puncak rutil pada posisi 2 theta sekitar 27 0, namun akibat morfologi TiO 2 yang didapat sangat amorf maka puncak tersebut tidak dapat diidentifikasi. (A) 2θ (B) 2θ Gambar 4.3 Pola spektrum sinar-x dari (A) seri-2 tanpa medan listrik dan (B) seri-1 dengan medan listrik 5 kv 32
7 Beda halnya dengan sintesis pada seri-2 di mana difraktogram yang didapat menggambarkan TiO 2 yang dihasilkan sangat amorf sehingga sulit sekali untuk menentukan puncak-puncak anatase dan rutil dari kristal oksida logam tersebut. Dari kedua difraktogram pada gambar 4.3 meskipun sulit untuk menentukan mana puncak rutil dan anatase, namun terdapat sedikit perbedaan ketajaman puncak pada 2 theta sekitar 28 0 dan Hal ini sebenarnya menggambarkan keberadaan puncak rutil dan anatase namun dalam kisi kristalnya antara yang rutil dan anatase saling bertumpang tindih sehingga sulit untuk membedakannya. Selama proses sintesis berlangsung, tekanan dan temperatur merupakan dua parameter yang sangat berperan penting dalam menentukan sifat kekristalan dari padatan oksida yang dibuat sehingga apabila hanya salah satu variabel saja yang diperhatikan maka variabel lain tidak cukup untuk memberikan efek guna mencapai tingkat kekristalan yang diinginkan. Pada sintesis TiO 2 yang dilakukan, temperatur yang digunakan berkisar antara C sedangkan tekanan yang diberikan dapat berasal dari tekanan uap H 2, H 2 O dan beberapa spesi gas lain yang dihasilkan dari pemanasan di dalam wadah sintesis. Dari segi energitika dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya temperatur dan tekanan maka derajat ketidakteraturannya akan semakin berkurang sehingga kristal padatan yang dihasilkan lebih teratur (kristalin). Semakin kristalin suatu padatan oksida maka semakin teratur susunan atom-atom dalam kisi kristalnya dan sebaliknya jika semakin tidak teratur padatan oksida yang dihasilkan amorf (tidak teratur). 4.3 Karakterisasi Padatan TiO 2 dengan Menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) Morfologi permukaan dan ukuran partikel TiO 2 dapat diidentifikasi dengan pengamatan menggunakan Scaning Electron Microscopy (SEM). Gambar 4.4 Hasil Scanning Electron Microscopy (A) seri-1 medan listrik 0 kv dan (B) seri- 1 medan listrik 5 kv 33
8 Dilihat dari hasil seri-1 terdapat perbedaan dari segi morfologi antara tanpa diberi medan listrik dan diberi medan listrik. Pada yang diberi medan listrik terdapat bulk pada beberapa daerah. Bulk ini dapat merupakan akibat dari proses aglomerasi beberapa partikel kecil oksida akibat ukuran satu partikel oksida yang semakin kecil yang diakibatkan oleh pengaruh medan listrik yang diberikan. Pada saat medan listrik diberikan akan terjadi dipol muatan positif (Ti) dan negatif (O) pada kristal yang mengikuti arah medan listrik yang diberikan. Oleh karena itu susunan atom-atom pada kristal TiO 2 akan berubah sedemikian sehingga terjadi distorsi di beberapa tempat. Adanya distorsi ini didukung oleh data analisa sinar-x di mana kristalinitas padatan oksida sangat rendah. Kristalinitas yang rendah yang disebabkan oleh ukuran butiran yang mengecil sehingga pada saat butiran oksida TiO 2 ini terbentuk lalu kemudian butiran kecil padatan oksida ini akan bergabung membentuk aglomerasi atau agregat di beberapa bagian atau sering disebut dengan istilah bulky yang secara termodinamika lebih stabil. Untuk seri-2 (Gambar 4.5) antara yang diberi medan listrik dan tidak diberi medan listrik juga terdapat perbedaan. Meskipun dari gambar yang diperoleh kurang bisa memperlihatkan perbedaan yang jelas namun bisa dilihat untuk oksida yang diberikan medan listrik ukuran partikel lebih kecil dan distribusinya dalam sistem oksida lebih besar. Hal ini dapat diakibatkan oleh arah orientasi medan listrik mengganggu interaksi atom Ti dan O dalam satu sistem oksida. Dalam hal ini jarak antara atom Ti dan O akan berubah menjadi lebih kecil. Posisi atom Ti dan O yang awal akan terganggu oleh desakan energi listrik sehingga jarak antara atom Ti dan O setelah diberikan efek medan listrik akan berubah. Seberapa besar perubahan jarak yang dihasilkan tentu saja juga sangat dipengaruhi oleh kehomogenan serta intensitas medan listrik yang diberikan pada semua daerah hidrolisis. Efek medan listrik akan sangat besar jika daerah hidrolisis dekat dengan sumber medan listrik yang diberikan. Selain itu juga efek tekanan yang diberikan selama sintesis dilakukan akan memberikan tambahan energi kepada molekul-molekul oksida untuk mengatur posisinya sedemikian sehingga lebih teratur. Hal ini sejalan dengan hukum termodinamika yang menjelaskan bahwa semakin besar tekanan yang diberikan maka keteraturannya akan meningkat (entropi menurun). 34
9 Gambar 4.5 Hasil Scanning Electron Microscopy (A) seri-1 medan listrik 0 kv dan (B) seri- 1 medan listrik 5 kv Secara umum pada seri-1 dan seri-2 terdapat beberapa kesamaan dalam hal perubahan ukuran partikel ketika padatan oksida diberikan efek medan listrik. Sedangkan dari segi distribusi partikel dalam suatu daerah tetentu terdapat perbedaan. Adapun hal yang membedakannya adalah pada seri-1 untuk oksida yang tidak diberikan medan listrik kehomogenan ukuran sangat tinggi di semua daerah sedangkan pada seri-2 untuk yang diberikan efek medan listrik justru lebih homogen dibandingkan dengan tanpa yang diberikan medan. Adanya kebalikan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa parameter yang digunakan (tekanan, temperatur dan besar medan listrik) haruslah disesuaikan sedemikian sehingga diperoleh hasil yang diinginkan. Diharapkan dengan meningkatnya temperatur, tekanan serta medan listrik yang diberikan besar maka akan diperoleh oksida yang ukurannya kecil dan distribusi yang lebih merata. 4.4 Karakterisasi Padatan TiO 2 dengan Menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet Padatan oksida juga dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet. Hal ini bertujuan untuk melihat seberapa besar absorbansi dan pada panjang gelombang berapa oksida logam dapat menyerap sinar pada daerah sinar tampak. 35
10 (A) (B) Gambar 4.6 Spektrum serapan TiO 2 (A) seri-1 medan listrik 0 kv dan (B) seri-1 medan listrik 5 kv Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa serapan pada daerah sinar tampak kurang begitu terlihat. Diduga bahwa serapan berlangsung pada daerah ultraviolet pada panjang gelombang lebih kecil dari 300 nm. Kalau dilihat dari adanya puncak serapan pada panjang gelombang sekitar 500 nm antara oksida yang tanpa diberikan dan diberikan medan listrik tidak terlalu jauh berbeda. Namun besarnya absorbansi yang dihasilkan berbeda pada panjang gelombang 500 nm tersebut. Terlihat untuk oksida yang diberikan efek medan listrik absorbansi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanpa yang diberikan medan. Dari data diketahui kecenderungan puncak absorbansi untuk oksida yang diberikan medan listrik terjadi pada panjang gelombang yang lebih kecil dibandingkan dengan oksida yang tanpa diberikan medan listrik. Hal ini dapat mengindikasikan adanya perubahan puncak absorbansi akibat berubahnya panjang gelombang maksimumnya. (A) (B) Gambar 4.7 Spektrum serapan TiO 2 (A) seri-2 medan listrik 0 kv dan (B) seri-1 medan listrik 5 kv 36
11 Gambar 4.7 merupakan spektrum ultraviolet untuk seri-2 (tekanan tinggi). Sama seperti hasil pada seri-1, pada seri-2 ini juga terjadi pergeseran puncak absorbansi pada rentang panjang gelombang nm. Dari hasil ini puncak oksida yang diberi medan listrik bergeser ke panjang gelombang yang lebih kecil. Hal ini sejalan dengan hasil yang didapat dari seri-1 di mana juga didapat hasil untuk oksida yang diberi medan listrik terjadi pergeseran ke panjang gelombang yang lebih kecil. Fenomena terjadinya pergeseran puncak ini dapat dianalisis dari berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek distorsi yang terjadi pada kebanyakan senyawasenyawa dari logam transisi. Menurut teori medan kristal, Crystal Field Theory, jarak dari atom-atom yang terikat pada atom pusat (ion logam) akan sangat menentukan terjadinya pembelahan orbital d suatu ion logam (8). Pembelahan ini disebabkan peningkatan energi tolak menolak elektron pada orbital yang saling tumpang tindih. e g ion bebas 0,6Δ o 0,4Δ o Δ o t 2g dalam medan O h Gambar 4.8 Pembelahan orbital d logam transisi dan energinya Untuk koordinasi oktahedral gaya tolakan yang besar adalah pada d 2 2 z dan d 2 x -y. Hal ini diakibatkan karena pada kedua posisi sumbu itu kerapatan elektron dari atom-atom yang mendekat ke arah ion logam semakin besar sehingga memberikan energi coulomb yang tinggi dibandingkan dengan posisi sumbu yang lain yaitu sumbu d xy, d xz, dan d yz sehingga untuk ketiga sumbu tersebut akan terjadi penurunan tingkat energi. Adanya pembelahan orbital ini tentu saja akan mengakibatkan adanya eksitasi elektron pada orbital d dari posisi ground state (t 2g ) ke level tereksitasi (e g ) apabila suatu kompleks diberi energi sebesar hv. Banyaknya keadaan elektron yang dapat ditempati oleh electron yang tereksitasi memberi gambaran seberapa banyak puncak yang akan muncul pada spektrum UV. 37
12 Untuk oksida TiO 2 itu sendiri susunan atom-atom nya berbentuk oktahedral di mana atom Ti bertindak sebagai atom pusatnya. Medan listrik yang diberikan selama sintesis dapat mengeser posisi Ti dan O dari posisi idealnya. Hal ini akan menyebabkan jarak antara Ti dan O dapat bergeser dan mengakibatkan medan oktahedral antara atom-atom O dan Ti pada sumbu d 2 2 z atau d 2 x -y akan mengakibatkan adanya perubahan tolakan elektron. Hal ini mendorong terjadinya pembelahan orbital pada sumbu tersebut sehingga energinya akan berubah oleh medan listrik sehingga pembelahan orbital akan semakin mudah untuk terjadi. Untuk percobaan seri-1 dan seri-2 hasil yang didapatkan cukup konsisten di mana setelah pemberian medan listrik dilakukan terjadi pergeseran panjang gelombang ke nilai yang lebih kecil atau terjadinya pemisahan tingkat energi yang lebih besar. 38
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN ANALISIS
BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciUntuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam
Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari
Lebih terperinciBAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciPENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT
PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)
Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinciBab III Metoda Penelitian
28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinciBab IV Hasil Dan Pembahasan
33 Bab IV Hasil Dan Pembahasan Pada bagian ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa-senyawa yang disintesis. Sampel dipreparasi dengan menggunakan proses sonikasi pada campuran material-material
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan
Lebih terperinciSTRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA
STRUKTUR KIMIA DAN SIFAT FISIKA Objektif: Bab ini akan menguraikan tentang sifatsifat fisika SENYAWA ORGANIK seperti : Titik Leleh dan Titik Didih Gaya antar molekul Kelarutan Spektroskopi dan karakteristik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat
BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Hasil XRD dan Ukuran Kristalit TiO 2 Pola difraksi sinar-x dari ZnO, TiO 2 yang dihasilkan dari pengeringan produk proses hidrolisis Ti-iP, dan TiO 2 yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode eksperimen. Material yang digunakan berupa pasta TiO 2 produksi Solaronix, bubuk Dyesol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak
Lebih terperinciBENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA
BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi
Lebih terperinciREAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1
REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.
10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR KERJA
BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
Lebih terperinciPengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal
Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Institut Pertanian Bogor dimulai bulan Mei 2010 sampai Bulan Mei 2011 3.2.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD
9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram alir penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian
Lebih terperinci4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL
4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL 21 Pendahuluan Sel surya hibrid merupakan suatu bentuk sel surya yang memadukan antara semikonduktor anorganik dan organik. Dimana dalam bentuk
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin
Lebih terperinciSOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)
SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah
Lebih terperinciEksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data
7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam
Lebih terperinci2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL
3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pori
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit
Lebih terperinciFISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.
1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Hidrasi dan Hidrolisis Ion dalam Pelarut
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Hidrasi dan Hidrolisis Ion dalam Pelarut Di alam ini tidak semua elemen selalu terdapat dalam bentuk bebas. Ada juga yang terdapat sebagai apa yang disebut dengan ion. Sama halnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Reaksi kimia yang terjadi selama perubahan dari larutan prekursor menjadi gel memiliki pengaruh yang berarti terhadap struktur dan homogenitas kimia dari gel. Permasalahan
Lebih terperinciLARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinci