IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

METODOLOGI PENELITIAN

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

METODE PENELITIAN III. A. Lokasi dan Waktu. B. Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Jagung manis atau dikenal juga dengan sebutan sweet corn merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

PENANGANAN PASCA PANEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Tempat dan Waktu Metode Penelitian

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN KEMASAN BERBASIS INDIVIDU BUAH ALPUKAT UNTUK DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN DINGIN

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. lama dibandingkan perlakuan air dan asam asetat 0,5% (Tabel 2). Aplikasi BA 25

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

I. PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ukurannya membesar, buah diberi perlakuan pra-pendinginan pada ruangan

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola susunan buah secara acak seperti yang terlihat pada Gambar 9 adalah pola yang paling umum digunakan, terutama untuk buah-buahan yang dipasarkan untuk tujuan pasar tradisional. Pola ini adalah pola yang paling tua, paling sederhana dan berbiaya rendah dibandingkan dengan pola susunan teratur. Gambar 9. Pola penyusunan acak Pola susunan teratur yang dilakukan pada penelitian ini seperti terlihat pada Gambar 10. Menurut Waluyo (1990), buah-buahan harus disusun secara teratur ke dalam kemasan, supaya kedudukannya menjadi lebih kompak dan stabil selama pengangkutan, sehingga akan dapat mengurangi kerusakan mekanis yang terjadi akibat adanya getaran atau goncangan. Buah-buahan yang tidak disusun kompak dalam kemasan karton, apabila mendapat gaya dinamis berupa getaran atau goncangan akan menyebabkan buah-buahan tersebut saling berbenturan dan terjadi gesekan antara buah. Selain susunan buah menjadi lebih kompak, pola susunan teratur menghasilkan efisiensi penggunaan ruang kemasan yang lebih baik. Pada dimensi kemasan yang sama (430 mm x 330 mm x 240 mm), dengan pola 21

susunan teratur dapat termuat 158 buah (18,17 Kg). Sedangkan dengan pola susunan acak termuat 149 buah (17,14 Kg). Gambar 10. Pola penyusunan teratur a. Kemasan Tanpa Ventilasi Gambar 11.a dan 11.b menunjukkan pola perubahan suhu pada kemasan tanpa ventilasi dengan pola susunan teratur dan secara acak. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari jam 09.00 WIB, siang hari jam 12.45 WIB dan sore hari jam 16.30 WIB dengan lama proses pengambilan data selama 30 menit. Peningkatan dan penurunan suhu lingkungan, bagian dinding kemasan, dan bagian dalam kemasan seperti terlihat pada Tabel 6. Pagi Siang Sore Waktu pengamatan Pagi Siang Sore Waktu pengamatan T dalam kemasan T dinding T lingkungan T dalam kemasan T dinding T lingkungan a. Teratur b. Acak Gambar 11. Perubahan suhu dalam kemasan, dinding dan lingkungan pada kemasan tanpa ventilasi pada pagi, siang dan sore 22

Tabel 6. Peningkatan dan penurunan suhu pada pola susunan teratur dan acak kemasan tanpa ventilasi Waktu Pengukuran Kemasan Tanpa Ventilasi Susunan Teratur T lingkungan Susunan Acak T dinding T dalam T dinding T dalam Pagi 27.9 27.0 28.6 28.0 27.1 Siang 29.2 27.5 30.7 29.3 27.5 Delta +1.3 +0.5 +2.1 +1.3 +0.4 Sore 27.7 27.8 26.7 27.8 27.9 Delta -1.5 +0.3-4.0-1.5 +0.4 Delta merupakan nilai perubahan suhu pada pagi ke siang dan dari siang ke sore. Laju kenaikan dan penurunan suhu mempunyai pola yang sama antara susunan teratur dengan susunan acak, hanya nilai lajunya yang berbeda. Pada Tabel 6 terlihat bahwa suhu dinding dan suhu lingkungan dari pagi ke siang menunjukkan kenaikan suhu (delta positif) dan dari siang ke sore menunjukkan penurunan suhu (delta negatif). Suhu pada bagian dinding kemasan dipengaruhi langsung oleh suhu lingkungan, sehingga pola perubahannya mengikuti suhu lingkungan. Pada sore hari ketika suhu lingkungan mengalami penurunan yang cukup drastis akibat hari hujan, suhu dinding juga mengalami penurunan namun nilainya masih lebih tinggi dibanding suhu lingkungan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh suhu di bagian dalam kemasan yang tetap tinggi pada sore hari, juga dikarenakan dinding menyerap dan menyimpan panas. Laju peningkatan suhu bagian dalam kemasan untuk pola susunan teratur menurun pada sore hari, sementara untuk pola susunan acak cenderung konstan. Pada pola susunan buah yang teratur membentuk ruang antar buah sebagai lorong-lorong aliran udara yang membuat udara dalam kemasan lebih mudah bergerak. Kondisi ini menjadikan suhu bagian dalam kemasan pola susunan teratur relatip mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Dari hasil analisis sidik ragam didapat nilai F hitung sebesar 0.130 dan Pr>F sebesar 0.723 yang nilainya lebih besar dari selang 23

kepercayaan (α) sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pola susunan buah tomat tanpa ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu dalam kemasan. Sama seperti pada analisis sidik ragam, uji lanjut Duncan (Tabel 7) juga menyatakan bahwa pola susunan buah tomat tanpa ventilasi tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu dalam kemasan yang ditandai dengan persamaaan huruf yang menyertai. Tabel 7. Uji lanjut Duncan pengaruh pola susunan pada kemasan tanpa ventilasi terhadap suhu dalam kemasan. Susunan Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore Teratur 27.74 b 28.90 a 27.71 b Acak 27.79 b 28.96 a 27.78 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Duncan multiple range test (DMRT) b. Ventilasi Lingkaran Pola perubahan suhu dengan pola susunan teratur dan secara acak ventilasi lingkaran diperlihatkan pada Gambar 12.a dan 12.b, sedang laju perubahan suhu pada pagi, siang, dan sore dapat dilihat pada Tabel 7. Lubang ventilasi lingkaran terletak pada bidang Y (arah lebar), dengan demikian letak pengukuran suhu bagian dalam kemasan searah dengan aliran udara yang masuk dari lubang ventilasi (Gambar 8). Kondisi tersebut memberikan pengaruh terhadap laju perubahan suhu di bagian dalam kemasan, terutama pada pola susunan teratur. 24

34, 0 33, 0 32, 0 31, 0 30, 0 29, 0 28, 0 27, 0 26, 0 25, 0 24, 0 Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Waktu pengamatan Waktu pengamatan T dalam kemasan T dinding T lingkungan T dalam kemasan T dinding T lingkungan a. Teratur b. Acak Gambar 12. Perubahan suhu dalam kemasan, dinding dan lingkungan pada kemasan ventilasi lingkaran pada pagi, siang dan sore Tabel 8. Peningkatan dan penurunan suhu pada pola susunan teratur dan acak kemasan ventilasi lingkaran Waktu Pengukuran Kemasan Ventilasi Lingkaran Susunan Teratur T lingkungan Susunan Acak T dinding T dalam T dinding T dalam Pagi 29.1 28.6 29.2 28.7 27.8 Siang 30.4 29.2 30.6 29.5 27.9 Delta +1.3 +0.6 +1.4 +0.8 +0.1 Sore 29.5 29.3 28.5 28.5 28.2 Delta -0.9 +0.1-2.1-1.0 +0.3 Pada Tabel 8, perubahan suhu dinding mempunyai pola yang sama dengan kemasan tanpa ventilasi, yaitu dipengaruhi langsung oleh suhu lingkungan, sehingga pola perubahannya mengikuti suhu lingkungan. Pada sore hari ketika suhu lingkungan mengalami penurunan yang cukup drastis akibat hari hujan, suhu dinding juga mengalami penurunan namun nilainya masih lebih tinggi dibanding suhu lingkungan. Hal ini disebabkan karena dinding menyerap dan menyimpan panas ditambah dengan panas hasil proses respirasi tomat yang ada di dalam kemasan. Nilai laju perubahan susunan teratur meningkat pada siang hari sebesar 0.6 ºC dan pada sore hari menurun menjadi 0.1 ºC, sementara pada pola acak laju perubahannya meningkat antara siang dan sore dari 0.1 ºC 25

menjadi 0.3 ºC. Seperti halnya pada kemasan tanpa ventilasi, laju perubahan suhu bagian dalam kemasan untuk pola susunan teratur lebih dipengaruhi oleh lingkungan. Pada saat suhu lingkungan turun sebesar 2.1 ºC, suhu bagian dalam kemasan pada susunan teratur masih meningkat tetapi dengan laju yang rendah (dari 0.6 ºC di siang hari menjadi 0.1 ºC di sore hari). Dibanding dengan kemasan tanpa ventilasi, perubahan suhu pada kemasan berventilasi lebih terlihat. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh nilai F hitung sebesar 26.09 dan Pr>F sebesar 0.0001. Karena Pr>F nilainya lebih kecil dari selang kepercayaan (α = 0.05), maka hal ini menunjukkan bahwa susunan buah pada kemasan ventilasi lingkaran berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan suhu. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Tabel 9) waktu pengukuran pada siang dan sore hari menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap perubahan suhu yang ditandai dengan perbedaan huruf yang menyertainya. Sedangkan pada pagi hari pengaruhnya tidak berbeda nyata terhadap perubahan suhu. Tabel 9. Uji lanjut Duncan pengaruh pola susunan pada kemasan ventilasi lingkaran terhadap suhu dalam kemasan. Susunan Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore Teratur 29.04 bc 30.16 a 29.47 b Acak 28.56 cd 29.18 b 28.43 d c. Ventilasi Oval Pola perubahan suhu susunan teratur dan secara acak pada kemasan ventilasi oval dapat dilihat pada Gambar 13.a dan 13.b. Peningkatan dan penurunan suhu terlihat pada Tabel 10. Lubang ventilasi oval terletak tersebar pada sumbu X dan Y dengan jumlah lubang lebih banyak pada arah sumbu X, sementara posisi pengukuran suhu bagian dalam kemasan searah sumbu X, artinya aliran udara pada arah sumbu X lebih kecil dibanding sumbu Y. 26

Pagi Siang Sore Waktu pengamatan T dalam kemasan T dinding T lingkungan Pagi Siang Sore Waktu pengamatan T dalam kemasan T dinding T lingkungan a. Teratur b. Acak Gambar 13. Perubahan suhu dalam kemasan, dinding dan lingkungan pada kemasan ventilasi oval pada pagi, siang dan sore Lubang ventilasi oval terletak tersebar pada sumbu X dan Y dengan jumlah lubang lebih banyak pada arah sumbu X, sementara posisi pengukuran suhu bagian dalam kemasan searah sumbu X, artinya aliran udara pada arah sumbu X lebih kecil dibanding sumbu Y. Tabel 10. Peningkatan dan penurunan suhu pada pola susunan teratur dan acak kemasan ventilasi oval Waktu Kemasan Ventilasi Oval Pengukuran Susunan Teratur T lingkungan Susunan Acak T dinding T dalam T dinding T dalam Pagi 28.8 28.5 28.7 28.4 27.8 Siang 30.8 28.9 32.3 30.5 28.7 Delta +2.0 +0.4 +3.6 +2.1 +0.9 Sore 29.4 29.3 28.5 28.7 28.9 Delta -1.4 +0.4-3.8-1.8 +0.2 Pada Tabel 10, perubahan bagian dinding kemasan sama seperti halnya dua perlakuan sebelumnya, yaitu sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada saat suhu lingkungan meningkat, maka suhu bagian 27

dinding pun akan ikut naik, pada saat suhu lingkungan menurun, suhu bagian dinding pun turun laju kenaikan suhunya. Laju peningkatan suhu bagian dalam kemasan untuk pola susunan teratur cenderung konstan pada sore hari 0.4 ºC, sementara untuk pola susunan acak mengalami penurunan yang tajam dari 0.9 ºC pada periode pagi-siang menjadi 0.2 ºC pada periode siang-sore. Pola perubahan tersebut agak berbeda dengan pola perubahan suhu pada kedua perlakuan sebelumnya. Hal ini mungkin dikarenakan posisi pengukuran berada di antara buah tomat yang membentuk ruang kosong yang berhubungan langsung dengan udara luar. Pola acak akan membuat ruang-ruang kosong di antara buah tomat yang tidak tentu polanya sehingga memungkinkan terbentuk ruang kosong antar tomat yang terhubung langsung dengan udara luar. Secara statistik, hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan (Tabel 11) menunjukkan bahwa pola susunan buah tomat ventilasi oval tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu dalam kemasan. Dari hasil analisis didapat nilai F hitung sebesar 2.690 dan Pr>F sebesar 0.104 (lebih besar dari selang kepercayaan α = 0.05). Tabel 11. Uji lanjut Duncan pengaruh pola susunan pada kemasan ventilasi oval terhadap suhu dalam kemasan. Susunan Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore Teratur 28.76 cb 30.44 a 29.32 b Acak 28.28 c 30.24 a 28.91 b Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Duncan multiple range test (DMRT) 28

B. Pengaruh Ventilasi Terhadap Perubahan Suhu Produk-produk hasil pertanian (hortikultura) memerlukan kemasan sebagai wadah atau tempat yang dapat memberikan perlindungan dari sesuatu yang dapat merusak produk yang terdapat dalam kemasan tersebut. Pada penelitian ini digunakan kemasan karton flute AB tipe RSC sebagai bahan pengemasnya dengan dimensi kemasan 410 330 240 mm. Kemasan untuk produk-produk hasil pertanian tersebut memerlukan ventilasi yang cukup untuk mengeluarkan panas hasil metabolisme dan menurunkan suhu dalam kemasan sehingga sirkulasi udara dalam kemasan menjadi lebih baik dan akan menghindarkan kerusakan komoditas akibat akumulasi CO 2 pada suhu tinggi (Hidayat, 2006 dalam Aspihani, 2006). Perlakuan untuk melihat pengaruh ventilasi ada tiga yaitu kemasan tanpa ventilasi, kemasan ventilasi lingkaran (circle) dan kemasan ventilasi oval (oblong). Ketiga jenis perlakuan ventilasi tersebut masing-masing akan dibandingkan pengaruhnya terhadap sebaran suhu dalam kemasan dengan pola penyusunan tomat yang sama (Teratur dan Acak). Pembahasan pengaruh suhu diuraikan berdasarkan arah sumbu X dan Y dimana sumbu X merupakan arah panjang dan Y merupakan arah lebar, dengan pertimbangan posisi lubang ventilasi ada di arah sumbu X (ventilasi lingkaran) dan arah X maupun Y (ventilasi oval). Ventilasi merupakan sumber aliran udara yang masuk ke dalam kemasan. a. Pola Susunan Teratur Grafik perubahan suhu dengan pola susunan teratur terhadap sumbu X dapat dilihat pada Gambar 14.a, 14.b, dan 14.c. Secara umum, suhu bagian atas kemasan (T3, T6, T9) dipengaruhi oleh suhu lingkungan ( dan ). Suhu bagian dalam kemasan (T2,, T8) tanpa ventilasi hanya dipengaruhi oleh suhu dari tomat yang melakukan respirasi, sehingga perubahan suhunya konstan. Kemasan ventilasi lingkaran, suhu bagian dalamnya selain dipengaruhi oleh panas dari tomat juga dipengaruhi oleh suhu dari lingkungan. Letak lubang ventilasi lingkaran ada di bagian sisi lebar kemasan (Gambar 8) sehingga 29

aliran udara yang masuk ke dalam kemasan searah sumbu X. Keadaan ini menjadikan suhu bagian dalam kemasan akan cenderung mengikuti suhu lingkungan. Suhu bagian dalam ventilasi oval dipengaruhi suhu tomat dan suhu lingkungan, tetapi pengaruh suhu lingkungan lebih kecil dibanding pada ventilasi lingkaran dikarenakan luasan lubang ventilasi oval yang searah sumbu X lebih kecil dibanding dengan ventilasi lingkaran. 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 T3 T1 T2 T6 T4 T9 T8 T7 0 10.25 20.5 30.75 41 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) Atas Bawah a. Tanpa ventilasi b. Ventilasi lingkaran 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 T3 T2 T1 0 10.25 20.5 30.75 41 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) c. Ventilasi oval Atas Bawah Gambar 14. Nilai suhu rata - rata susunan teratur pada bagian atas, tengah dan bawah kemasan terhadap sumbu X Suhu bagian bawah kemasan (T1, T4, T7) tanpa ventilasi polanya mengikuti suhu bagian dalam kemasan, hanya dipengaruhi suhu tomat. Sedangkan suhu bagian bawah pada kemasan berventilasi baik itu lingkaran maupun oval, menunjukkan perbedaan suhu yang cukup terlihat antara suhu bagian tengah (T4) dengan suhu bagian yang berdekatan dengan dinding (T1 dan T7). Pada suhu bagian tengah lebih tinggi T6 T4 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 0 10.25 20.5 30.75 41 T9 T8 T7 T2 T3 T1 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) T6 T4 T9 T8 T7 Atas Bawah 30

dibandingkan dengan suhu yang berdekatan dengan dinding, dikarenakan adanya akumulasi panas dari tomat yang sedang melakukan respirasi. Pola perubahan suhu terhadap sumbu Y dapat dilihat pada Gambar 15.a, 15 b dan 15.c. Pada kemasan tanpa ventilasi, ventilasi lingkaran, dan ventilasi oval suhu bagian kanan dan kiri merupakan suhu dinding yang dipengaruhi langsung oleh suhu lingkungan, pola perubahan suhu dinding mengikuti perubahan suhu lingkungan. 34.0 33.0 32.0 31.0 30.0 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 T17 T16 T15 Kiri Kanan 0 16.5 33 Jarak Terhadap Sumbu y (cm) 34.0 33.0 32.0 31.0 T17 30.0 T15 T16 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 a. Tanpa ventilasi b. Ventilasi lingkaran 34.0 33.0 32.0 31.0 T17 T15 30.0 T16 29.0 28.0 27.0 26.0 25.0 24.0 T10 T12 T11 c. Ventilasi oval 0 16.5 33 Jarak Terhadap Sumbu y (cm) Kiri Kanan 0 16.5 33 Jarak Terhadap Sumbu y (cm) Gambar 15. Nilai suhu rata - rata FCC pada bagian kiri, tengah dan kanan kemasan terhadap sumbu Y Perubahan suhu bagian dalam kemasan () dengan suhu sekelilingnya dinyatakan dalam Tabel 12. Delta merupakan selisih antara suhu bagian dalam kemasan () dengan suhu dinding belakang (T11) dan suhu dinding depan (T16) (Gambar 8), yang menggambarkan perubahan suhu antar bagian-bagian tersebut. Suhu dinding depan lebih besar dari dinding belakang dikarenakan posisi dinding kemasan bagian belakang T12 T10 T11 Kiri Kanan T10 T12 T11 31

tidak langsung terkena panas matahari (Gambar 5). Kondisi ini juga mengakibatkan perubahan suhu dari arah dinding belakang lebih kecil dari pada dinding depan. Tabel 12. Perubahan suhu bagian dalam kemasan () pada pola susunan teratur kemasan tanpa ventilasi (I), ventilasi lingkaran (II), dan ventilasi oval (III) Jarak Titik Ukur I II III (cm) Suhu Delta Suhu Delta Suhu Delta 0 16.5 33 28.9 27.6 28.0 1.3 0.4 30.2 29.2 29.4 1.0 0.2 30.2 28.6 29.4 1.6 0.8 Berdasarkan nilai delta, diketahui bahwa suhu bagian tengah kemasan yang terpengaruh lebih besar dengan suhu lingkungan adalah kemasan berventilasi lingkaran. Hal ini ditunjukkan oleh nilai delta yang kecil. Bila dilihat dari posisi lubang ventilasi, seharusnya ventilasi oval menunjukkan delta yang lebih kecil dibanding dengan ventilasi lingkaran, mengingat luasan lubang ventilasi oval lebih besar dari pada ventilasi lingkaran untuk arah sumbu Y. Kondisi ini mungkin dikarenakan oleh titik pengambilan data suhu tengah () tidak berada pada posisi jalur lubang ventilasi oval (Gambar 8), sehingga perubahan suhu luar belum mencapai titik pengambilan data. Kemungkinan penyebab lainnya adalah pengaruh ventilasi lingkaran yang terkonsentrasi pada arah sumbu X membuat suhu di bagian tengah kemasan relatif lebih terpengaruh oleh suhu luar. Fenomena ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adhinata, 2008, dimana ventilasi lingkaran menghasilkan penyebaran suhu udara yang lebih cepat dibanding ventilasi oval. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh nilai F hitung sebesar 39.320 dan Pr>F sebesar 0.0001 (lebih kecil dari selang kepercayaan α = 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa ventilasi kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan suhu. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Tabel 13) dapat dilihat bahwa untuk kemasan berventilasi (lingkaran dan oval) tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu, 32

sedangkan jika dibandingkan dengan kemasan tanpa ventilasi berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu dalam kemasan. Tabel 13. Uji lanjut Duncan pengaruh tipe ventilasi kemasan terhadap suhu dalam kemasan pada pola susunan teratur Kemasan Tanpa ventilasi Ventilasi lingkaran Suhu 28.11 b 29.57 a Ventilasi oval 29.50 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% Duncan multiple range test (DMRT) b. Pengaruh ventilasi terhadap perubahan suhu pada pola susunan Acak Gambar 16.a, 16.b, 16.c menunjukkan grafik perubahan suhu pola susunan acak terhadap sumbu X. Sama seperti pada pola susunan teratur, secara umum suhu bagian atas kemasan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada kemasan tanpa ventilasi, suhu bagian dalamnya konstan hanya dipengaruhi oleh suhu tomat yang melakukan respirasi. Hal ini karena tidak ada suhu lingkungan yang masuk ke dalam kemasan akibat tidak adanya ventilasi pada kemasan, sehingga bagian dalam kemasan terlindungi dari pengaruh langsung sinar matahari. Suhu bagian dalam kemasan ventilasi lingkaran selain dipengaruhi oleh suhu tomat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Lubang ventilasi lingkaran yang searah sumbu X mempengaruhi bagian dalam kemasan sehingga memungkinkan aliran udara luar masuk ke dalam. Sama seperti ventilasi lingkaran, suhu bagian dalam kemasan ventilasi oval dipengaruhi oleh suhu tomat dan suhu lingkungan. Luasan lubang ventilasi oval yang searah sumbu X lebih sedikit dibandingkan ventilasi lingkaran, sehingga suhu lingkungan tidak mempengaruhi secara langsung suhu bagian dalam kemasan ventilasi oval. Kemasan tanpa ventilasi, suhu bagian bawahnya hanya dipengaruhi oleh suhu tomat dan polanya mengikuti suhu bagian dalam kemasan. Bagian bawah kemasan ventilasi lingkaran dan oval, suhu bagian 33

tengahnya mengalami akumulasi panas akibat proses respirasi tomat dan ada pengaruh suhu udara lingkungan yang masuk melalui lubang-lubang ventilasi sehingga suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang berdekatan dengan dinding. T3 T2 T1 Atas Bawah 0 10,25 20,5 30,75 41 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) T6 T4 T9 T7 T8 T3 T2 T1 0 10,25 20,5 30,75 41 T6 Atas Bawah 0 10,25 20,5 30,75 41 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) T4 T9 T8 T7 T3 T2 T1 T6 T4 T8 T9 T7 Jarak Terhadap Sumbu x (cm) a. Tanpa ventilasi b. Ventilasi lingkaran c. Ventilasi oval Gambar 16. Nilai suhu rata - rata Jumble pada bagian atas, tengah dan bawah kemasan terhadap sumbu X Gambar 17.a, 17 b dan 17.c menunjukkan grafik perubahan suhu pola susunan acak terhadap sumbu Y. Pada ketiga tipe kemasan, secara umum suhu bagian kanan dan kiri (dinding) dipengaruhi langsung oleh suhu lingkungan dan mengikuti perubahan suhu lingkungan. Atas Bawah 34

34, 0 33, 0 32, 0 31, 0 30, 0 29, 0 T 17 T 16 28, 0 27, 0 26, 0 25, 0 24, 0 0 16,5 33 Jarak Terhadap Sumbu y (cm) a. Tanpa ventilasi b. Ventilasi lingkaran c. Ventilasi oval Gambar 17. Nilai suhu rata - rata Jumble pada bagian kiri, tengah dan kanan kemasan terhadap sumbu Y Tabel 14 menunjukkan perubahan suhu bagian dalam kemasan () dengan suhu sekelilingnya. Tabel 14. Perubahan suhu bagian dalam kemasan () pada pola susunan acak kemasan tanpa ventilasi (I), ventilasi lingkaran (II), dan ventilasi oval (III) Jarak Titik Ukur I II III (cm) Suhu Delta Suhu Delta Suhu Delta 0 16.5 33 T17 T15 T16 28.9 27.6 28.1 Kiri Kanan 1.3 0.5 T12 T10 T11 29.4 28.4 28.6 0,0 16, 5 Jarak terhadap sumbu y (cm) 1.0 0.6 29.7 28.5 28.9 1.2 0.5 Kemasan ventilasi lingkaran memiliki nilai delta yang kecil dibandingkan tipe ventilasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa ventilasi lingkaran lebih besar dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Lubang ventilasi T17 T15 T16 0 16,5 33 Jarak Terhadap Sumbu y cm) Kiri Kanan T10 T12 T 5 Kiri Kanan T12 T10 T11 35

oval letaknya searah sumbu Y, seharusnya ventilasi oval menunjukkan delta yang lebih kecil dibandingkan ventilasi lingkaran (letak ventilasi searah sumbu X). Hal ini mungkin dikarenakan titik pengambilan data suhu tengah tidak berada pada posisi jalur lubang ventilasi oval dan selain itu mungkin juga disebabkan oleh lubang ventilasi lingkaran yang terkonsentrasi pada sumbu X membuat suhu bagian tengah relatif lebih terpengaruh suhu lingkungan. Sama seperti pola susunan teratur ventilasi lingkaran menghasilkan penyebaran suhu udara yang lebih cepat dibanding ventilasi oval (Adhinata, 2008). Dari hasil analisis sidik ragam didapat nilai F hitung sebesar 12.320 dan Pr>F sebesar 0.0001 (lebih kecil dari selang kepercayaan α = 0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa ventilasi kemasan berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan suhu buah tomat yang disusun secara acak. Berdasarkan uji lanjut Duncan (Tabel 15) juga menunjukkan bahwa tipe ventilasi untuk pola susuna acak berpengaruh nyata terhadap perubahan suhu dalam kemasan. Tabel 15. Uji lanjut Duncan pengaruh tipe ventilasi kemasan terhadap suhu dalam kemasan pada pola susunan acak Kemasan Tanpa ventilasi Ventilasi lingkaran Ventilasi oval Suhu 28.18 c 28.72 b 29.14 a C. Perubahan Mutu Buah Tomat Proses metabolisme pada buah-buahan dan sayuran segar dalam beberapa hal dapat menyebabkan penurunan mutu, tetapi di lain pihak dapat pula menyebabkan tercapainya derajat kematangan yang diinginkan. Menurut Soedibyo (1985), proses-proses metabolisme yang berhubungan dengan penurunan mutu buah-buahan segar adalah proses respirasi, akumulasi gas etilen, serta proses transpirasi atau penguapan. 36

Penyimpanan buah-buahan dan sayuran memberikan lebih banyak masalah dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, karena adanya aktifitas fisiologis dari buah ataupun sayuran. Hal ini akan memudahkan serangan oleh mikroba penyebab kerusakan. Penurunan mutu selama penyimpanan, selain disebabkan oleh pertumbuhan dan aktifitas mikroba, juga dapat disebabkan oleh aktivitas-aktivitas enzim di dalam bahan pangan, suhu, kadar air, udara sekeliling dan lama penyimpanan. Suhu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi respirasi. Selama proses respirasi, beberapa perubahan fisik terjadi pada buah tomat seperti proses pematangan, melunaknya daging buah tomat, susut bobot akibat kehilangan air, terbentuknya aroma dan gas-gas volatil serta perubahan tekstur dan rasa buah. Respirasi terus berlanjut dan akhirnya mengalami pelayuan dan diakhiri dengan proses pembusukan dan ditandai oleh hilangnya nilai gizi dan faktor mutu buah-buahan tersebut (Eskin et al., 1971 dalam sugiyono, 1999). a. Kekerasan Buah Tomat Awal dari proses pematangan adalah pelunakan buah. Hal ini lebih dikarenakan perubahan kimiawi sel dalam dinding sel. Saat mulai pematangan dan sebelum perubahan warna yang jelas, perubahan reaksi yang terjadi yaitu dari pecah sel menjadi luka memar sel (Turner, 1997). Kekerasan buah tomat yang disimpan selama 2 hari mengalami penurunan. Penurunan kekerasan buah tomat tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai kekerasan buah tomat tiap perlakuan selama 2 hari penyimpanan Susunan Ventilasi Kekerasan Awal Akhir % Tanpa Ventilasi 0.550 0.427 22.5 Teratur Lingkaran 0.395 0.299 24.3 Oval 0.449 0.345 23.2 Tanpa Ventilasi 0.528 0.411 22.1 Acak Lingkaran 0.375 0.287 23.5 Oval 0.443 0.342 22.8 37

Berdasarkan nilai kekerasan buah tomat, baik pola susunan teratur maupun acak diketahui bahwa kekerasan yang mengalami penurunan paling besar adalah ventilasi lingkaran. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tomat-tomat yang berada dekat dengan lubang-lubang ventilasi mengalami penurunan kekerasan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena suhu udara lingkungan yang tinggi mudah mengalir ke dalam kemasan melalui ventilasi-ventilasi yang ada, sehingga menyebabkan suhu udara di dekat dinding-dinding kemasan meningkat. Peningkatan suhu di sekitar dinding kemasan akan memicu laju respirasi buah tomat. Respirasi yang meningkat mempercepat proses perombakan padatan (gula pati) yang akan berakibat pada penurunan kekerasan (pelunakan) buah tomat. b. Total Padatan Terlarut Buah Tomat Suparno (2005) menyatakan peningkatan TPT dengan kandungan gula sederhana mungkin disebabkan oleh laju respirasi yang meningkat sehingga terjadi pemecahan oksidatif dari bahan-bahan yang kompleks seperti karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan kandungan pati menurun dan sukrosa terbentuk. Menurut Pantastico (1986) besarnya laju perombakan pati menjadi gula dipengaruhi oleh suhu dan enzim. Semakin tinggi suhu akan mempercepat respirasi yang menyebabkan perombakan pati menjadi gula yang lebih besar. Kenaikan gula ini merupakan petunjuk kimia telah terjadinya kemasakan. Tabel 17 menunjukkan Total Padatan Terlarut (TPT) buah tomat tiap perlakuan selama 2 hari penyimpanan. Tabel 17. Nilai TPT buah tomat tiap perlakuan selama 2 hari penyimpanan Susunan Ventilasi TPT Awal Akhir % Tanpa Ventilasi 3.2 3.5 9.4 Teratur Lingkaran 3.4 3.8 11.8 Oval 3.5 3.9 11.4 Tanpa Ventilasi 3.3 3.6 9.1 Acak Lingkaran 3.3 3.7 12.1 Oval 3.4 3.8 11.8 38

Selama 2 hari penyimpanan, nilai TPT buah tomat pada kedua pola susunan buah mengalami peningkatan. Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa ventilasi lingkaran (teratur dan acak) mengalami peningkatan nilai TPT yang lebih besar dibandingkan dua tipe kemasan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan pada perubahan kekerasan. Penurunan kekerasan buah tomat yang dikemas dengan tipe ventilasi lingkaran lebih besar dibanding dengan tipe yang lain. Penurunan kekerasan disebabkan oleh perombakan padatan (gula pati) sehingga nilai TPT menjadi meningkat. 39