PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSATAKA

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Sifat-sifat Ruang Banach

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

TOPOLOGI RUANG LINEAR

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

SYARAT FRITZ JOHN PADA MASALAH OPTIMASI BERKENDALA KETAKSAMAAN. Caturiyati 1 Himmawati Puji Lestari 2. Abstrak

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

II. LANDASAN TEORI ( ) =

KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

REPRESENTASI OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS. ( Skripsi ) Oleh ANGGER PAMBUDHI

STRUKTUR ALJABAR: RING

BIMODUL-C* HILBERT. Oleh: Raden Muhammad Hadi. Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

ALJABAR-C* KOMUTATIF Commutative C*-algebra

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

REPRESENTASI OPERATOR LINIER PADA RUANG BARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SILABUS MATAKULIAH TEORI INTEGRAL (MAA 525)

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Y dikatakan linear jika untuk setiap x, Diberikan ruang Hilbert X atas lapangan F dan T B( X ), operator T

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

SYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

untuk setiap x sehingga f g

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Program Studi Teknik Mesin S1

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI DANIEL SALIM FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPOK 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATRIKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 1

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

REPRESENTASI OPERATOR LINIER PADA RUANG BARISAN. Oleh ARTHA KURNIA ALAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Pada umumnya suatu teorema mempunyai ruang lingkup yang terbatas seperti pada Teorema Proyeksi Orthogonal. Teorema Proyeksi Orthogonal pada Ruang Hilbert berperan sangat penting dalam membicarakan Teorema Spectral untuk operator-operator Linier Terbatas yang self-adjoint. Dengan melihat dan mempelajari kasus-kasus inilah maka penulis merasa tertarik mengadakan studi literatur tentang sifat-sifat Proyeksi Orthogonal pada Ruang Hilbert. Dengan tujuan untuk melihat beberapa sifat suatu Proyeksi dan sifat-sifat Orthogonal dalam suatu Ruang Hilbert dan sekaligus menunjukkan adanya kaitan antara Proyeksi dan Orthogonal. Metodologi Adapun metode yang dipakai penulis pada tulisan ini adalah metode Deskripsi dan Explanatory dengan langkah-langkah sebagai berikut : Langkah I : Meninjau beberapa Teorema dan pendefenisian pada Ruang Linier kemudian dilanjutkan pada Ruang Linier Bernorm. Langkah II : Mengartikan Ruang Hilbert dan menunjukkan sifat-sifat khusus yang dimiliki Ruang Hilbert yang berkaitan dengan Proyeksi-proyeksi. Langkah III : Menggunakan Teorema mengenai sifat-sifat Orthogonal pada Ruang Hilbert. Langkah IV Langkah V : Menunjukkan sifat-sifat dari suatu Proyeksi pada Ruang Hilbert. : Membuktikan Teorema-teorema Proyeksi Orthogonal yang berkaitan pada Ruang Hilbert. Dalam hal ini sebagai dasar pemikiran pada Teorema Pectral untuk operator linier terbatas yang sellf-adjoint. 2002 digitized by USU digital library 1

Landasan Teori Sebagai landasan teori pada tulisan ini ditinjau beberapa teorema dan defenisi pada Ruang Linier yang kemudian berkaitan dengan Ruang Linier Bernorm. Kemudian pokok permasalahan adalah Proyeksi-proyeksi Orthogonal pada Ruang Hilbert, maka perlu juga dipahami sifat-sifat suatu Proyeksi dan Orthogonal, Operator Linier Terbatas yang Self-Adjoint dan Ruang Hilbert itu sendiri. 2.1. Ruang Linier Suatu Ruang Linier atas Field K dapat didefenisikan sebagai berikut : Defenisi 2.1.1. Jika E adalah suatu Himpuan tak kosong ( E 0 ) maka E adalah suatu Ruang Linier atas Field K, dinotasikan dengan ( E, K, +,. ), dimana + dan. merupakan pemetaan yang didefenisikan sebagai berikut : + : E x E E + ( x, y ) x + y. : K x E E. ( α, x ) α x Dengan memenuhi aksioma-aksioma berikut : 1. x + ( y + z ) = ( x + y ) + z ; x, y E 2. x + y = y + x ; x, y E 3. θ E x + θ = x ; x E 4. x E -x E x + (-x) = θ 5. ( α + β ) x = α x + β x ; x E & α, β K 6. α ( x + y ) = α x + β y ; x, y E, α K 7. α ( β x ) = ( α β ) x ; x E, α, β K 8. 1. x = x. 1 = x ; x E 9. θ. x = θ ; x E Jika K = R (Himpunan Bilangan Riel) maka E disebut Ruang Vektor Riel atau Ruang Linier Riel. Jika K = C (Himpunan Bilangan Kompleks) maka E disebut Ruang Vektor Kompleks atau Ruang Linier Kompleks. 2.2. Ruang Linier Bernorm Suatu Ruang Linier Bernorm didefenisikan sebagai berikut : Defenisi 2.2.1. Andaikan E suatu Ruang Linier atas K. : E R adalah suatu pemetaan dengan : x. (x) = x disebut norm pada E jika dan hanya jika memenuhi axioma-axioma sebagai berikut : 1. x 0 ; x E 2. x = 0 x = 0 ; x E 3. α x = α x ; x E ; α K 4. x + y x + y ; x, y E Suatu Ruang Linier Bernorm atass K adalah pasangan ( E,. ) dimana E suatu Ruang Linier atas K dan. adalah norm pada E. Defenisi 2.2.2. 2002 digitized by USU digital library 2

Suatu himpunan bagian F dari Ruang Linier E atas K dikatakan Ruang Bagian Linier dari E jika dan hanya jika x + y F dan α x F; x, y F dan α K. Defenisi 2.2.3. Andaikan F dan G adalah Ruang Bagian Linier dari Ruang Linier E. ruang E disebut Direct Sum (jumlah langsung) dari F dan G jika dan hanya jika : E = F + G dan F G = { 0 } Ditulis bahwa : F + G = { x + y ; x F, y G } Jadi E adalah Direct Sum dari F dan G ditulis : E = F G Jelaslah bahwa E = F G jika dan hanya jika untuk setiap x E maka dapat disajikan secara tunggal bahwa : x = y + z dimana y F dan z G 2.3. Ruang Banach Suatu Ruang Banach dapat didefenisikan sebagai berikut : Defenisi 2.3.1. Ruang Linier Bernorm E yang lengkap disebut Ruang Banach jika dan hanya jika Barisan cauchy Konvergen di E. 2.4. Ruang Dual Kata Fungsional digunakan untuk mengenal pemetaan-pemetaan dari suatu Ruang Linier atas K terhadap K sendiri. Defenisi 2.4.1. Andaikan E suatu Ruang Linier atas K : f : E K disebut fungsional linier jika memenuhi axioma sebagai berikut : f ( α x + β y ) = α f (x) + β f (y) ; x, y E ; α, β K\ Defenisi 2.4.2. Ruang Babach L ( E, K ) dari semua functional linier teerbatas pada Ruang Linieer Bernorm E atas K disebut Ruang Dual ( Ruang Rangkap ) dari E, dan dinotasikan dengan E*. Elemen-elemen dari Ruang Dual E* dinyatakan dengan x #, y #,... 2.5. Annihilator Defenisi 2.5.1. E adalah suatu Ruang Linier Bernorm atas K, X E dimana Y E* dimana X, Y didefenisikan sebagai berikut : X = { x* E* ; x* (x) = 0 ; x X } Y = { x E ; x* (x) = 0 ; x* Y } Himpunan X dan Y masing-masing disebut Annihilator dari X dan Y. 2.6. Operator Linier Operator T adalah pemetaan dari suatu Ruang Linier E ke Ruang Linier F ( T : E F ) dimana E dan F adalah Ruang Linier atas Field K yang sama. Defenisi 2.6.1. E dan F Ruang Linier atas Field K yang sama. Operator T dari dan F disebut Operator Linier jika memenuhi sifat-sifat sebagai berikut : 1. T ( x 1 + x 2 ) = T ( x 1 ) + T ( x 2 ) ; x E 2. T ( α x ) = α T ( x ) ; x E ; α K Umumnya T ( x ) cukup ditulis dengan Tx. 2002 digitized by USU digital library 3

Defnisi 2.6.2. Dari F Ruang Linier Bernorm, Operator Linier T dari E ke F disebut Operator Linier Terbatas jika dan hanya jika : { Tx : x 1, x E } adalah himpunan bilangan riel yang terbatas. Jadi : T terbatas M Tx M bilamana x 1. Defenisi 2.6.3. Andaikan T L ( E, F ). ℵ ( T ) = { x : Tx = 0 } disebut Ruang Null dari T. Range dari T ditunjukkan dengan R ( T ). Jelasnya ℵ ( T ) dan R ( T ) adalah Ruang Bagian Linier dari E dan F. Defenisi 2.6.4. Suatu operator T L ( H ) dikatakan self-adjoint jika dan hanya jika : T = T* Himpunan dai semua operator-operator linier terbatas yang self-adjoint pada H dinyatakan dengan S. Defenisi 2.6.5. Andaikan T L ( H ). Operator tunggal T* L ( H ) yang memenuhi : Tx, y = x, T*y ; x, y H disebut Adjoint Ruang Hilbert dari T. Jelasnya untuk semua x, y H T*x, y = y, T*x = Ty, x = x, Ty Dari sini : T L ( H ) adalah self-adjoint jika dan hanya jika : Tx, y = x, Ty ; x, y H Defenisi 2.6.6. Operator T L ( E ) dikatakan suatu Regular jika dan hanya jika ada S L ( E ) sehingga : TS = ST = I Operator S disebut invers dari T, I disebut Operator Identitas. Jika S 1, S 2 L ( E ) dan TS 1 = S 1 T = I, TS 2 = S 2 T = I Maka : S 1 = IS 1 = ( S 2 T ) S 1 = S 2 ( TS 1 ) = S 2 I = S 2. Dengan demikian S 1 dan S 2, ini menunjukkan bahwa invers T adalah tunggal. Lemma 2.6.7. Andaikan T, S L ( H ) dan α K, maka kondisi-kondisi berikut dipenuhi. a.. ( T + S )* = T* + S* b. (α T )* = ά T* c. ( TS )* = S* T* d. ( T* )* = T e. I* = I f. T adalah regular T* adalah Regular dan jika T Regular ( T* ) -1 = ( T -1 )* Berdasarkan defenisi 2.6.5. diperoleh : a. x, ( T + S )* y = ( T + S )x, y = Tx, y + sx, y = x, T*y + x, S*y 2002 digitized by USU digital library 4

= x, ( T* + S* )y Dari sini ( T + S )* = T* + S* b. Dari defenisi diperoleh : ( α T )*y, x = y, (α T )x = y, α ( Tx ) = ά y, Tx = ά T*y, x = ά T*y, x Dari sini ( T )* = T* c. ( TS )* = S* T* Dari defenisi diperoleh : x, ( TS )*y = ( TS )x, y = Sx, T*y = x, S* T* y Dari sini ( TS )* = S* T* d. ( T* )* Dari defenisi diperoleh : ( T* )*x, y = x, T*y = Tx, y Dari sini ( T* )* = T e. I* = I Dari defenisi diperoleh : I*y, x = y, I*x = ( Iy, x Dari sini I* = I f. Andaikan T adalah regular maka : I = TT -1 = T -1 T Dengan menggunakan sifat ( c ) dan ( e ) diperoleh : I = I* = ( TT -1 )* = ( T -1 )* Ini menunjukkan T* adalah regular, an ( T* ) -1 = ( T -1 )* Dengan demikian, jika T* adalah regular maka dengan sifat ( d ) : T = ( T* )* juga regular Teorema 2.6.8. Andaikan T, S S dan α, β R maka : α T + β S S jadi TS S TS = ST Dari Lemma 2.6.7. ( a ) dan ( b ) diperoleh : α T + β S S dengan demikian Lemma 2.6.7. ( c ) diperoleh : ( TS )* = S* T* = ST Jadi ( TS )* = TS jika dan hanya jika TS = ST Defenisi 2.6.9. Suatu Operator T S dikatakan positive jika dan hanya jika Tx, x 0, x H Himpunan dari semua operator-operator positive dalam S dinyatakan dengan S*. Lemma 2.6.10. Untuk setiap T S diperoleeh T 2 S* T 2 x, x = Tx, Tx 0, x H Jelaslah bahwa operator-operator 0 dan I adalah positive. 2002 digitized by USU digital library 5

Jika T L ( H ) maka T*T S* sebab : T*Tx, x = Tx, Tx 0. 2.7. Ruang Hilbert Pada bagian ini H adalah suatu Ruang Hilbert dengan Inner Product B. Defenisi 2.7.1. E suatu Ruang Linier atas K. B : E x E K dikatakan suatu bentuk Symetric Hermitean, jika dan hanya jika : a. B ( α x + β y, z ) = α B ( x, z ) + β B ( y, z ) ; x, y, z E α β K b. B ( x, y ) = B ( y, x ) ; x, y E c. B ( x, x ) 0 ; x E d. B ( x, x ) = 0 x = 0 Suatu bentuk Simetris Hermitean Positif pada E disebut suatu Inner Product atau suatu Skalar Produk pada E. Contoh 2.7.1. n Persamaan B ( x, y ) = ξ k ή k k= 1 dimana : x = ( ξ 1, ξ 2,, ξ n ) dan y = ( η 1, η 2,, η n ) dalam K n, di defenisikan suatu Inner Product pada K n. Defenisi 2.7.2. Suatu Ruang Hilbert adalah suatu Ruang Linier H atas K bersamaan dengan suatu Inner Produk B sedemikian hingga dihubungkan ke Ruang Linier Bernorm ( H,. ) dimana : x = B ( x, x ) ½, x H adalah lengkap. Dengan demikian suatu Ruang Hilbert dapat dikatakan suatu Ruang Banach yang mana norm ditentukan oleh suatu Inner Product. Dalam penulisan lebih sederhana, Inner Product b ( x, y ) pada Ruang Hilbert dinotasikan dengan x, y. Dengan demikian B ( x, y ) = x, y. Lemma 2.7.3. Andaikan B adalah suatu Inner Product pada E dan ambil x, y E sehingga : B ( x, z ) = B ( y, z ) z E x = y B ( x y, x y ) = B ( x, x y ) - B ( y, x y ) = 0 B ( x, x y ) = B ( y, x- y ) Maka dari sini x = y Teorema 2.7.4. Andaikan B adalah suatu bentuk Simetris Hermitean non negatif pada E, maka : B ( x, y ) 2 B ( x, y ) B ( y, y ) ; x, y E Ambil x, y E; untuk setiap t R dan α K dimana α = 1 diperoleh t 2 B ( x, x ) + 2 t Re ( α b ( x, x ) + B ( y, y ) ) 0..( 1 ) Ketidaksamaan ( 1 ) mencakup untuk semua bilangan-bilangan riel t, maka diperoleh ( Re ( α B ( x, y ) ) ) 2 B ( x, x ) B ( y, y ) ( 2 ) Untuk setiap α K dengan α = 1 Dengan memilih α sehingga : 2002 digitized by USU digital library 6

α B ( x, y ) = B ( x, y ) Dari ketidaksamaan ( 2 ) diperoleh B ( x, y ) 2 B ( x, x ) B ( y, y ) Teorema 2.7.5. Andaikan B suatu bentuk Simetris Hermitean non negatip pada E maka : B ( x + y, x + y ) = B ( x, x ) + 2 Re B ( x, y ) + B ( y, y) B ( x, x ) + 2 B ( x, y ) + B ( y, y ) B ( x, x ) + 2 B ( x, x ) ½ B ( y, y ) ½ + B ( y, y ) = { B (x, x ) ½ + B ( y, y ) ½ } 2 { B (x, x ) ½ + B ( y, y ) ½ } 2 Dari sini diperoleh : B ( x + y, x + y ) ½ B ( x, x ) ½ + B ( y, y ) ½ Lemma 2.6.7. Andaikan B adalah perkalian dalam pada E dan ambil. suatu norm pada E yang didefenisikan dengan : x = B ( x, x ) ½, maka ( x, y ) B ( x, y ) adalah pemetaan kontinu dari E x E into K. E x E adalah Ruang Linieer Bernorm dengan norm yang didefenisikan dengan : ( x, y ) = max { x, y }. Dengan menggunakan ketidaksamaan 2.7.4. diperoleh : B ( x, y ) - B ( x 0, y 0 ) = B ( x - x 0, y ) = B ( x 0, y y 0 ) B ( x x 0, y ) + B ( x 0, y y 0 ) x x 0 y + x 0 y y 0 Dengan demikian jika : y y 0 1 diperoleh : B ( x, y ) - B ( x 0, y 0 ) ( 1 - x 0 - y 0 ) maksimum dari : { x x 0, y y 0 } yang mana pemetaan :: ( x, y ) B ( x, y ) adalah kontinu pada ( x 0, y 0 ). 2002 digitized by USU digital library 7

Proyeksi-proyeksi Orthogonal pada Ruang Hilbert Bab ini adalah merupakan pokok peermasalahan, dimana akan diamati hubungan antara Proyeksi dan sifat-sifat Orthogonal, dan dari sini dapat ditunjukkan adanya kaitan antara Proyeksi ddan Orthogonal. 3.1. Representasi Proyeksi dan Orthogonal Pada Ruang Hilbert Defenisi 3.1.1. Suatu Operator Linier P pada E dikatakan suatu Proyeksi jika daan hanya jika P 2 = P. Lemma 3.1.2. Andaikan P adalah suatu Proyeksi pada E, maka : a. I - P adalah Proyeksi pada E b. R ( P ) = { x E : Px = x } c. R ( P ) = ( I P ) d. E = R ( P ) R ( I P ) e. Jika P adalah terbatas maka ( P ) dan ( I P ) adalah tertutup a. Karena I P adalah Proyeksi pada E maka : ( I P ) = I 2-2 P + P 2 = I - 2P + P = I - P b. Jelasnya bahwa { x E : Px = x } R ( P ). Pada sisi lain diandaikan x R ( P ) x = Py Untuk beberapa y E diperoleh : Px = P 2 y = Py = x, ini menunjukkan bahwa : { x E ; Px = x } = ( P). c. Pembuktian ini lanjutan dari ( b ), dan pengamatan bahwa ( I P)x = 0 jika dan hanya jika x = Px. d. Untuk setiap x E diperoleh : x = Px + ( I P )x. Dengan demikian E = R ( P ) + R ( I P ). Jika x R ( P ) R ( I P ) maka dengan memakai sifat ( b ), yaitu : R ( P ) = { x E : Px = x } dikaitkan ke P dan I P diperoleh : x = Px = ( I P )x Dari sini : x = Px = P ( ( I P )x ) = ( P - P* )x = ( P - P )x = 0 Ini menunjukkan bahwa R ( P ) R ( I P ) = { 0 } dan dari sini jelaslah bahwa : E = R ( P ) R ( I P ). e. Ini dibuktika dari bahagian ( c ), jika dikaitkan ke P dan I P diperoleh : R ( P ) = ℵ ( I P ) dan R ( I P ) = ℵ ( P ), dan dari sini R ( P ) dan R ( I P ) adalah tertutup sebab Ruang Null yang manapun dari Operator Linier Terbatas adalah tertutup. Lemma 3.1.3. Andaikan M dan N adalah Ruang Bagian Linier dari E dimana E = M N maka ada suatu Proyeksi tunggal P dan E dengan R ( P ) = M dan R ( I P ) = N. 2002 digitized by USU digital library 8

Andaikan x E maka ada suatu titik yang tunggal yaitu y M dan z N dimana x = y + z. Misalkan Px = y, ini mendefenisikan suatu pemetaan P dari E ke P itu sendiri, dan mudah untuk menunjukkan bahwa P adalah linier. R ( P ) = M dan ℵ ( P ) = N Untuk setiap x E diperoleh Px M dan oleh karena itu P ( Px ) = Px, ini menunjukkan bahwa P 2 = P dan jelaslah bahwa P adalah Proyeksi pada E. Telah diketahui bahwa : R ( P ) = M dan ℵ ( P ) = N dengan lemma 3.1.2. ( c ) jika dikaitkan ke I - P diperoleh : ℵ ( P ) = R ( I - P ) jadi R ( I P ) = N. Selanjutnya dimisalkan Q adalah suatu Proyeksi E dimana : R ( Q ) = M dan R ( I P ) = N untuk setiap x E diperoleh : x = QX + ( I - Q ) x, Qx M dan ( I Q ) x N. Dengan demikian dari defenisi haruslah didapat Px = Qx, ini membuktikan bahwa : P = Q Bagian ( d ) dan ( e ) dari lemma 3.1.2. menunjukkan bahwa jika P adalah suatu Proyeksi terbatas pada, maka E mempunyai peruraian jumlah langsung. E = R ( P ) R ( I P ) dimana R ( P ) dan R ( I P ) adalah Ruang Bagian Linier Tertutup di E. Toerema 3.1.4. Andaikan E adalah Ruang Banach dan misalkan M dan N adalah Ruang Bagian Linier Tertutup dari E dimana E = M N maka ada suatu Proyeksi yang tunggal dan terbatas P pada E, sehingga : R ( P ) = M dan R ( I P ) = N. Dengan lemma 3.1.3. ada suatu Proyeksi tunggal pada E sehingga R ( P ) = M dan R ( I P ) = N. Disini akan dibuktikan bahwa P adalah tertutup. Andaikan : ( x n ) suatu barisan dalam E sehingga : lim x n = x dan lim Px n = y n n Karena Px n M dan M adalah tertutup diperoleh y M Jadi : x n - Px n = ( I P ) x n N dan N tertutup Oleh karena itu : x - y = lim ( x n - Px n ) N n Dengan lemma 3.1.2. ( b ) Py = y dan dengan lemma 3.1.2. ( c ) dikaitkan pada I P diperoleh : ( P ( x y ) ) = 0 Akibatnya : y = Py = Px, ini membuktikan bahwa P adalah tertutup. Teorema 3.1.5. Andaikan K adalah suatu Himpunan Bagian Convveeks Tertutup yang tak kosong dari H dan x 0 H, maka ada suatu titik yang tunggal k 0 K dengan : d ( x 0, K ) = x 0 - k 0 Ambil δ = d ( x 0, K ) dan pilih satu barisan ( k n ) dalam K dengan : Lim k n - x n = δ 2002 digitized by USU digital library 9

Akan dibuktikan bahwa ( k n ) Barisan Cauchy dengan menggunakan Hukum Parallelogram diperoleh : 2 k m x 0 2 + 2 k n x n 2 = ( k m + k n ) 2x 0 2 + k m k n 2 ( 1 ) Untuk m, n = 1, 2, Karena K adalah conveks maka ½ ( k m + k n ) K Jadi : ( k m + k n ) 2x 0 = 2 ½ ( k m + k n ) x 0 2 δ.. ( 2 ) Untuk m, n = 1, 2, Selanjutnya karena : lim k n x 0 = δ memberikan ε > 0 ada suatu bilangan bulat positif N n dimana : kn x0 < ( δ 2 + ε 2 / 4 ) ½ n N ( 3 ) Dari ( 1 ), ( 2 ) dan ( 3 ) maka : k m k n < ε ; m, n N Ini menunjukkan bahwa ( k n ) Barisan Cauchy dari H yang lengkap, maka barisan ( k n ) konvergen. Ambil : K 0 = lim k n diperoleh k 0 K, sebab k n K dan K tertutup. n Jadi : k 0 x 0 = lim k n x 0 = δ. n Tinggal membuktikan bahwa k 0 adalah tunggal. Andaikan k 0 K dan k 0 x 0 = δ, ambil ( h n ) suatu barisan yang diberikan oleh : H 2n 1 = k 0 dan h 2n = k 0 ; untuk n = 1, 2, Maka h n K dan lim h n x 0 = δ sehingga : Terbuktilah bahwa ( h n ) barisan konvergen. Ini hanya mungkin berlaku apabila k 0 = k 0 Jadi terbuktilah k 0 titik tunggal dimana k 0 K. Defenisi 3.1.6. Suatu titik x H dikatakan Orthogonal terhadap titik y H jika dan hanya jika : x, y = 0 x Orthogonal terhadap y jika dan hanya jika y Orthogonal terhadap x. Diberikan suatu himpunan bagian A dari H ditulis : A = { x H : x, y = 0 y A } Himpunan A disebut Complement Orthogonal dari A dalam H. jelaslah bahwa 0 A untuk setiap himpunan bagian A dari H. Simbol digunakan dalam 2 arti yang berbeda yaitu sebagai simbol Annihilator dan Complement Orthogonal. Untuk menunjukkan Annihilator dari suatu himpunan bagian X dari Ruang Linier Bernorm E digunakan simbol X, sedangkan simbol Complement Orthogonal A H adalah A. Annihilator X adalah suatu himpunan bagian dari Dual E*. Lemma 3.1.7. Andaikan A adalah Himpunan Bagian yang tak kosong dari H, maka A adalah Ruang Bagian Linier Tertutup dari H dan A ( A ) Ambil x, y A dan α, β K maka untuk semua z diperoleh : 2002 digitized by USU digital library 10

α x + β y, z = α x,, z + β y, z = 0 Ini menunjukkan bahwa α x + β y A dan dari sini A adalah Ruang Bagian linier dari H. Andaikan ( x n ) suatu Barisan Convergent dalam A dengan lim x n = x maka n untuk setiap y A, dari lemma 2.7.6. dinyatakan bahwa : x, y = lim x n, y = 0 n Ini menunjukkan bahwa x A dan A tertutup. Jelaslah bahwa : A ( A ) Teorema 3.1.8. Andaikan A suatu Ruang Bagian Linier tertutup dari H maka H = A A Disini harus dibuktikan bahwa H = A + A dan A A = { 0 }. Jelaslah bahwa A A = { 0 } Ambil x H, karena A adalah tertutup dan conveks, oleh teorema 3.1.5. ditunjukkan bahwa ada suatu titik tunggal x A, dengan x x 1 = d ( x, A ) Akan dibuktikan bahwa : x x 1 A, andaikanlah kontradiksi maka : x x 1 A dan pilih suatu titik y A dengan x x 1, y 0 Karena A adalah Ruang Bagian Linier dari H, ambil α y sebagai pengganti y untuk beberapa α K yang sesuai maka : x x 1, y adalah riel. Untuk setiap bilangan riel t dipenuhi : x x 1 ty 2 = x x 1 ty, x x 1 ty = x x 1 2 2t x x 1, y + t 2 y 2 Ambil t 0 = y -2 x x 1, y disini jelas y 0, Sehingga persamaan menjadi : x x 1 t 0 y 2 = x x 1 2 - y -2 x x 1, y 2 < x x 1 2 Dari x 1 + t 0 y A ini jelas kontradiksi, maka kenyataanya adalah x x 1 = d(x,a ). Sebagai konsekuensinya harus dipenuhi : x x 1 A. Dari x = x 1 + ( x x 1 ) ini, terbuktilah H = A + A. Karena A A = { 0 } dan H = A + A maka terbuktilah H = A A. Lemma 3.1.9. Andaikan A adalah Ruang Bagian Linier Tertutup dari H maka A = ( A ). Disini perlu ditunjukkan A ( A ) dan ( A ) A. Jelaslah bahwa dari lemma 3.1.7. A ( A ). Andaikan x ( A ), dengan teorema 3.1.8. diperoleh x = y + z dengan y A dan z A. Karena : y, z = 0 diperoleh : z + z = y, z + z, z = y + z, z = x, z = 0 dari sini z = 0 Ini menunjukkan bahwa ( A ) A. Karena A ( A ) dan ( A ) A terbuktilah : A = ( A ). 2002 digitized by USU digital library 11

3.2. Pembuktian Teorema Proyeksi Orthogonal pada Ruang Hilbert. Defenisi 3.2.1. Suatu Proyeksi Orthogonal pada H adalah Proyeksi pada H yang juga merupakan Operator Linier Terbatas yang self-adjoint pada H. Sebenarnya Proyeksi-proyeksi Orthogonal pada H merupakan Proyeksiproyeksi yang dihubungkan dengan penguraian jumlah langsung (direct sum decomposition) dari bentuk : H = F F dimana : F adalah Ruang Bagian Linier Tertutup dari H Lemma 3.2.2. Andaikan P suatu Proyeksi Orthogonal pada H maka : R ( P ) = R ( I P ) Andaikan x R ( P ) maka untuk setiap y H diperoleh : Px, y = x, Py = 0 Dan dengan menggunakan lemma 2.7.3. didapat Px = 0 Dengan demikian : x = ( I P ) x R ( I P ) Sebaliknya andaikan pula x R ( I P ) maka Px = 0 Dengan lemma 3.1.2. ( b ) dimana : P dan I P saling bertukar. Jadi untuk setiap y H diperoleh : x, Py = Px, y = 0 Dengan demikian x R ( P ). Teorema 3.2.3. Andaikan F suatu Ruang Bagian Linier Tertutup dari H. maka ada suatu Proyeksi Orthogonal yang tunggal P pada H dimana : R ( P ) = F Dengan menggunakan teorema 3.1.8. diperoleh : H = F F dan akibatnya dengan lemma 3.1.3. ada suatu Proyeksi tunggal P pada H dimana : R ( P ) = F dan R ( I P ) = F. Untuk setiap x H diperoleh : x = Px + ( I P )x dan Px, ( I P )x = 0 Jadi : x 2 = x, x = Px, Px + ( I P )x, ( I P )x = Px 2 + ( I P )x 2 Dan oleh karena itu : Px x. Ini membuktikan bahwa P terbatas dan P 1. Misalkan x, y H maka karena : Px, ( I P )y = ( I P )x, Py = 0 diperoleh : Px, y = Px, Py + ( I P )y = Px, Py = Px + ( I P )x, Py = x, Py Ini menunjukkan bahwa : P adalah self-adjoint, dan dari P adalah suatu Proyeksi Orthogonal. 2002 digitized by USU digital library 12

Andaikan bahwa Q adalah satu Proyeksi Orthogonal pada H, dimana R ( Q ) = F maka dengan lemma 3.2.2. R ( I Q ) = R ( Q ) = F Akibatnya : Dengan sifat tunggal dari P diperoleh P = Q. Dengan demikian : R ( P ) = F Lemma 3.2.4. Andaikan P adalah suatu Proyeksi Orthogonal pada H, maka : a. P S + b. Px, x = Px 2 ; x H c. P = 1 kecuali P = 0 Untuk setiap x H, diperoleh : Px, x = Px 2, x = Px, Px = Px 2 0 Ini membuktikan ( a ) dan ( b ), seperti dalam bukti teorema 3.2.3. bahwa : P 1 Anggap bahwa P 0 dan pilih x H dimana : Px 0 maka : Px = P( Px ) P Px yang memberikan P 1 dan ini membuktikan ( c ) yaitu : P = 1 dimana P 0 Teorema 3.2.5. Andaikan P dan Q adalah Proyeksi Orthogonal pada H, maka ke 4 syarat berikut adalah equivalent. a. R ( P ) R ( Q ) b. P Q c. P = PQ d. P = QP Misalkan bahwa R ( P ) R ( Q ), maka untuk setiap x H diperoleh : P (x) R ( Q ) dari sini Px = Q ( Px ) Ini menunjukkan bahwa : P = QP Dari pembuktian ( a ) terbuktilah ( d ). Misalkan bahwa P + QP, maka : P = P* = ( QP )* = P*Q* = PQ. Dengan demikian dari pembuktian ( d ) terbuktilah ( c ) Andaikan bahwa P + PQ maka dengan lemma 3.2.4. bagian ( b ) dan ( c ) diperoleh. Untuk setiap x H, Px, x = Px 2 = PQx 2 P 2 Qx 2 = Qx, x. 2002 digitized by USU digital library 13

Ini menunjukkan bahwa P Q sehingga terbuktilah ( b ) dari pembuktian ( c ). Akhirnya anggap bahwa P Q dan andaikan : x R ( P ) maka : x, x = Px, x Qx, x Dari sini : ( I Q ) x, x 0 Dengan lemma 3.2.4. bagian ( a ) diperoleh : ( I Q ) x, x 0 Akibatnya dengan lemma 3.2.4. bagian ( b ) diperoleh : ( I Q )x 2 = ( I Q )x, x = 0 Dengan demikian : x = Qx - ( I Q )x = Qx R ( Q ). Ini menunjukkan bahwa : R ( P ) R ( Q ), maka dari pembuktian ( b ) terbuktilah ( a ). Jadi jika P dan Q adalah Proyeksi-proyeksi Orthogonal pada H yang memenuhi salah satu syarat-syarat adalah teorema diatas maka : P = PQ 2002 digitized by USU digital library 14

Rangkuman Dari pembicaraan mengenai studi pembuktian teorema Proyeksi Orthogonal pada Ruang Hibeert diatas, maka dapat dibuat rangkuman sebagai berikut : 1. F suatu ruang bagian linier tertutup dari Ruang Hilbert H, maka : F = H H 2. B suatu Inner Product pada E dan x, y E. B ( x, z ) = B ( y, z ). Untuk setiap z E maka x = y. 3. E dan F Ruang Linier Bernorm, t L ( E, F ) maka Ruang Null dari T ditunjukkan dengan : ℵ ( T ) = { x E : Tx = 0 } 4. A 0 ; A H Maka : Complement Orthogonal dari A dalam H dinotasikan dengan : A = { x H : x, y = 0 y A } 5. P adalah Proyeksi Linier pada E dan P dikatakan suatu Proyeksi jika : P 2 = P. 6. x H dikatakan Orthogonal terhadap titik y H jika dan hanya jika : x, y = 0 Atau : x Orthogonal terhadap y jika dan hanya jika y Orthogonal terhadap x dimana H adalah Ruang Hilbert. 2002 digitized by USU digital library 15

DAFTAR PUSTAKA 1. Brown, A.L. and Page, A, Element of Functional Analysis, Van Nostrad Reinhold Company, London, 1970. 2. Yosida Kosaku, Functional Analysis, Sixth Edition, Springer Verlag Berlin Heidelberg, New York, 1980. 3. Kreyzig Erwin, Introductory Functional Analysis With Applcations, John Wiley & Sons Second Edition, New York Chichester Brishane Toronto 1978. 4. Limaye, Balmohan, Vishnu, Functional Analysis, Wiley Eastern Limited, New Delhi, 1981. 5. Rudin, Walter, Functional Analysis, Tata MC Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi, 1973. 2002 digitized by USU digital library 16