BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, konsumen semakin banyak menuntut kemampuan perusahaan untuk memproduksi suatu produk, baik berupa barang atau jasa yang berkualitas tinggi. Tuntutan tersebut terasa semakin besar manakala persaingan di dunia bisnis semakin ketat. Perusahaan diharapkan tidak hanya mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, tetapi juga mampu untuk melakukan inovasi yang selaras dengan keinginan dan kebutuhan pasar. Hal ini membuat perusahaan untuk senantiasa melakukan peningkatan pada kualitas produk (Quality Improvement). Definisi kualitas sendiri telah diungkapkan oleh beberapa ahli. Beberapa diantaranya adalah : 1. Kualitas menunjukan sejauh mana produk atau proses memenuhi tuntutan customer (Montgomery, 1996) 2. Kualitas adalah kemampuan untuk melewati harapan (Deming, 1950) 3. Kualitas adalah kemampuan mengenai seberapa baik produk dibuat sesuai dengan spesifikasi dan tingkat toleransi yang diinginkan oleh perancang (Smith, 1998) Dari beberapa definisi kualitas di atas dapat disimpulkan bahwa semua definisi tersebut mengarah pada peningkatan kualitas (Quality Improvement).
2 Pada dasarnya terminologi dari peningkatan kualitas adalah upaya untuk menurunkan variansi. Jadi kualitas meningkat apabila variansi mengecil, begitu juga sebaliknya. Variansi dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai fluktuasi hasil dari berbagai kegiatan yang sama, sehingga untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang dekat dengan target, variansi yang terjadi harus dikendalikan. Pengendalian variansi ini menuntut adanya pengendalian proses, sehingga diharapkan hasil yang dicapai selalu baik, dalam arti kesalahan akan berkurang (Montgomery, 1990). Permasalahan di atas melatarbelakangi munculnya suatu penerapan Statistical Process Control (SPC) untuk menjamin proses produksi dalam kondisi baik dan stabil atau produk yang dihasilkan selalu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dengan kata lain, dalam Statistical Process Control (SPC) diterapkan teknik-teknik statistik untuk mengendalikan kualitas suatu proses. Dengan diterapkannya SPC, diharapkan dapat menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan spesifikasi. Salah satu alat utama dalam pengendalian proses tersebut adalah bagan kendali (control chart), yang diperkenalkan pertama kali oleh Walter A. Shewhart. Bagan ini berfungsi sebagai alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkendali secara statistik. Bagan kendali ini memperkenalkan batas-batas kendali yang dibentuk berdasarkan teori-teori statistik yang relevan. Bagan kendali lebih dikenal dengan bagan Shewhart atau bagan kendali univariat, yang mengontrol satu variabel saja.
3 Akan tetapi kenyataan di lapangan, variabel yang dikontrol dalam suatu proses tidak tunggal. Dengan kata lain variabel-variabel yang berhubungan bisa lebih dari satu variabel. Harold Hotelling telah memperkenalkan salah satu metode statistik yang disebut T 2 Hotelling yang digunakan untuk membangun bagan kendali multivariat yang disebut bagan kendali T 2 Hotelling yang memiliki kemampuan menghitung lebih dari satu karakteristik sekaligus dalam satu bagan, sehingga dapat dideteksi data keberapa yang di luar batas kontrol. Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) merupakan pemasok terbesar PT Frisian Flag Indonesia (FFI) (www.kompas.com), sehingga upaya untuk menjaga kualitas, KPBS secara terus-menerus melakukan pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang akan dipasarkan. Dalam pengendalian kualitas tersebut, kasus multivariat seringkali terjadi, yang merupakan kasus dengan melakukan pengendalian secara bersamaan dengan dua atau lebih karakteristik kualitas yang berhubungan. Pada tugas akhir ini akan dijelaskan bagaimana penerapan T 2 Hotelling dalam pengontrolan kualitas suatu proses produksi dan menghitung indeks kemampuan proses untuk mengetahui apakah suatu proses memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Atas dasar penjelasan di atas, penulis mengambil tugas akhir dengan judul Pengendalian Kualitas dengan Metode T 2 Hotelling (Studi Kasus pada Produksi Susu Murni di Koperasi Peternakan Bandung Selatan).
4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dari tugas akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan T 2 Hotelling dalam pengendalian kualitas produksi susu murni di KPBS Pangalengan? 2. Apakah produk susu murni yang dihasilkan oleh KPBS Pangalengan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah : 1. Mengetahui penerapan T 2 Hotelling dalam pengendalian kualitas produksi susu murni di KPBS Pangalengan. 2. Mengetahui informasi tentang kesesuaian produk susu murni yang dihasilkan oleh KPBS Pangalengan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. 1.4 Batasan Masalah Agar penelitian ini terfokus pada permasalahan yang diteliti, maka batasan yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik yang digunakan untuk mengukur kualitas produksi susu murni adalah Fat, SNF, Density, dan Rezasurin. 2. Data produksi yang digunakan hanya pada tanggal 2-7 Juni 2008. 3. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Software Minitab 14 dan Microsoft Office Excel 2003.
5 1.5 Manfaat Penulisan Secara teoritik manfaat dari penulisan ini adalah diharapkan dapat mengetahui sejauh mana teori-teori yang ada dapat diterapkan di lapangan atau dunia sesungguhnya bagi Penulis. 1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Sumber Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data produksi susu murni pada periode 2-7 Juni 2008 yang diperoleh dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan. Pada data karakteristik kualitas proses produksi susu murni ini terjadi kasus pengamatan berupa subgrup, yaitu dalam setiap pengambilan sampel diambil dari 4 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Adapun variabel-variabel kualitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Density (berat jenis) dengan spesifikasi 1.025 gr/cm 3-1.027 gr/cm 3 b. Fat (lemak) dengan spesifikasi 3.0 % - 3.5 %. c. SNF (Solid Non-Fat) dengan spesifikasi 7.6 % 7.8 %. d. Rezasurin dengan spesifikasi 4.0 % 5.0 %. 1.6.2 Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah: 1. Penerapan bagan kendali T 2 Hotelling dengan pengamatan berupa subgrup dengan bantuan Software Minitab 14 dan Microsoft Office Excel 2003.
6 Adapun tahapan dalam menerapkan bagan kendali T 2 Hotelling ini adalah sebagai berikut : a. Tahap 1 Pada tahap ini dilakukan pengontrolan data masa lalu baik mean dan variabilitas prosesnya. Selain itu, pada tahap ini juga akan didapatkan batas kendali (untuk mean proses) dan variansi-kovariansi (untuk variabilitas proses) yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan pada tahap kedua. b. Tahap 2 Pada tahap kedua ini dilakukan pengontrolan data masa datang dengan menggunakan batas kendali dan matriks variansi-kovariansi yang diperoleh pada tahap 1. 2. Jika bagan kendali menunjukkan bahwa suatu proses telah terkontrol baik mean maupun variabilitasnya, maka dilanjutkan untuk menghitung indeks kemampuan proses. Jika tidak, maka perlu dilakukan penelusuran penyebab ketidakstabilan proses. Setelah diketahui penyebab ketidakstabilan proses kemudian dilakukan pengontrolan kembali sampai seluruh data terkontrol. 3. menghitung indeks kemampuan proses dari data yang telah terkontrol karena telah melalui proses pengontrolan.
7 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada alur penelitian pada bagan 1.1 di bawah ini. Mulai Studi Literatur Bagan Kendali T2 Hotelling dengan Pengamatan Berupa Subgrup Pengambilan Data Kualitas Produksi Susu dari KPBS Pengujian Kemultinormalan Data Penerapan Bagan Kendali T 2 Hotelling Terkontrol Bagan Kendali Tidak Terkontrol Analisis Kemampuan Proses Selesai Penelusuran Penyebab dan Pengontrolan Bagan 1.1 Alur Penelitian