KELOMPOK 9
Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32 kali/menit suara ngorok dan seperti ada cairan dan tidak hilang pada penanganan awal. Pada pemeriksaan ditemukan fraktur tertutup pada paha sebelah kanan.
- Kepala : Mulut berdarah karena gigi depannya rontok - Conjungtiva anemis - Leher : Tidak ada pembesaran dileher trakea lurus, JVP tidak meninggi - Thorak : Tidakbada jejas di daerah dada - Jantung : Takikardi, Napas takipnoe - Abdomen : Tidak ada kelainan - Ekstremitas : Tungkai bawah kanan : Ada jejas di 1/3 tengah paha, bengkak, nyeri tekan +, nyeri lepas +, krepitasi +, tidak ada luka terbuka - Lain lain dalan batas normal
Masalah hipotesis 1. Tekanan darah 70/50 mmhg Shock hipovolemik. Disebabkan adanya kehilangan cairan masif sehingga perfusi darah ke organ organ vital menjadi berkurang. Apabila penyebab shock adalah perdarahan disebut Syok Hemoragik. 1 1. Nadi 132x permenit Takikardia. Merupakan suatu proses kompensasi jantung untuk memenuhi supply dan demand ke organ-organ seluruh tubuh. 2 1. Penurunan Kesadaran Somnolen atau sopor atau soporkoma atau koma. Disebabkan oleh perfusi darah ke jaringan otak yang berkurang menyebabkan penurunan kesadaran. Cedera kepala ringan berat. Dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan perubahan status mental. 3 1. Suara Nafas serak seperti ada cairan Trauma pada thorax misalnya trauma tumpul atau trauma tajam sehingga menyebabkan darah terakumulasi pada rongga thorax atau pada paru. 4
Pemeriksaan Kesadaran menurun Interpretasi Kesadaran yang menurun dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti adanya trauma pada kepala yang menyebabkan adanya perdarahan dan rusaknya jaringan pada otak Tekanan darah 70/50mmHg Normal tekanan darah adalah 120/80 mmhg. Pada pasien ini menandakan adanya hipotensi. Hipotensi dapat terjadi karena kehilangan cairan/ darah dalam jumlah yang banyak. Denyut nadi: 132 kali/menit Normal denyut nadi adalah 60-100 kali/ menit. Pada pasien ini 132 kali/menit menandakan adanya kompensasi dari tubuh untuk mencukupi perfusi ke jaringan. Kompensasi ini terjadi sebagai akibat dari hilangnya banyak darah dari tubuh
Pemeriksaan Respirasi rate: 32 kali/menit Interpretasi Normal respiratory rate 16-20 kali/menit. Peningkatan frekuensi napas sebagai mekanisme kompensasi dari kehilangan banyak darah, kemungkinan adanya suara mengorok menyebabkan pasien susah untuk bernapas sehingga pasien meningkatkan frekuensi napasnya Suara mengorok dan seperti ada cairan dan tidak hilang pada penanganan awal Kepala: - Mulut berdarah karena gigi depan rontok - Konjungtiva anemis Adanya sumbatan pada jalan napas. Mulut berdarah karena gigi depan rontok sebagai akibat dari trauma yang dialaminya yang mengenai daerah wajah. Tetap harus dianjurkan untuk pemeriksaan daerah kepala juga. Konjungtiva anemis sebagai akibat dari perdarahan
Leher: - Tidak ada pembesaran di leher - Trakea lurus - JVP tidak meninggi Normal tapi tetap harus ada pemasangan collar neck Thorax: - Tidak ada jejas di daerah dada Normal. Tetap dianjurkan untuk pemeriksaan inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Abdomen : Tidak ada kelainan Normal. Tetap harus dianjurkan untuk pemeriksaan penunjang Ekstremitas: Menunjukkan adanya fraktur tertutup os femur - Tungkai bawah kanan ada jejas di 1/3 tengah paha, bengkak, nyeri tekan +, nyeri lepas +, krepitasi+, tidak ada luka terbuka
Hb 7 gr%: Adanya kehilangan darah yang banyak sebagai indikasi untuk dilansanakan transfuse darah Leukosit 11.000: leukositosis dapat terjadi karena adanya proses peradangan.
Pemeriksa hendaknya memakai proteksi diri seperti masker, sarung tangan, baju lengan panjang kedap air dan sepatu kedap air untuk melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit
Perlu pemasangan pulseoxymeter untuk mengetahui denyut nadi dan saturasi oksigen sebagai monitor keberhasilan tindakan yang akan dilakukan. 1. Airways 2. Breathing 3. Circulation 4. Dissability 5. Exposure
Penilaian airway dilakukan dengan menilai jalan nafas bebas atau tidak Tindakan yang dapat dilakukan pada pengelolaan airways 1. Chin lift /jaw trust 2. Head tilt 3. Suction bila terdapat cairan pada jalan nafas 4. Tindakan jari menyapu apa bila tidak ada suction 5. Pemasangan oropharyngeal tube (geudel) atau NGT 6. Intubasi trakea 7. Needle 8. Tracheostomi
Breathing ditujukan untuk mengenali adanya gangguan ventilasi seperti : 1. Tension Pneumothoraks 2. Flail Chest 3. Massive Hemopthoraks 4. Contusio paru
Pengelolaan breathing : 1. Inspeksi : Apakah terdapat sianosis, luka tembus dada tulang iga,flail chest, gerakan oto nafas pernafasan. 2. Palpasi pada trakea, iga 3. Perkusi lihat ada tanda pneumothoraks 4. Listen : Bunyi jantung, paru,usus
Masalah sirkulasi pada pasien trauma sering kali diakibatkan oleh pendarahan yang sampai mengakibatkan syok. Apabila terjadi syok perlu perbaikan sirkulasi yang adekuat. Pengelolaan sirkulasi : 1. Pasang IV kateter besar 2. Ambil darah contoh 3. Berikan Ringer laktat/ Nacl hangat 4. Hindari cairan glukosa 5. Monitor urin
Dissabily menilai kesadaran dengan cepat apakah pasien sadar, hanya dengan respon nyeri, atau sama sekali tidak sadar. Metode AVPU dapat menjabarkan level kesadaran pasien A ( Awake / alert ) V (verbal) respon bicara P ( Pain ) respon nyeri U (Unrespons ) tidak ada respons
Pasien harus melepas baju dan penutup tubuh tanpa membuat hipotermia untuk memfasilitasi pemeriksaan selanjutnya untuk menentukan apakah ada cidera dibagian tubuh lainnya. Hipotermia, terbakar,dan kemungkinan terpajannya bahan kimia dan radioaktif harus dievaluasi dan dirawat sebagai prioritas ke lima dalam primary survey. Pada akhir dari primary survey, sebelum melanjutkan ke secondary survey ABCDE harus di evaluasi ulang dan dikonfirmasi. 5
Pengertian Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe) Tujuan Untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut Peralatan Stetoskop, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan/senter, gunting, thermometer, catatan, alat tulis
Prosedur Anamnesis Riwayat AMPE yang harus diingat yaitu : A : Alergi M : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya) P : Past illness (penyakit sebelumnya)/pregnancy (hamil) E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)
Setelah tanda vital pasien stabil, pemeriksaan berlanjut ke secondary survey untuk mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe). Bila saat pemeriksaan secondary survey ABC kembali terganggu, tindakan kembali ke primary survey.
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan adalah: Pemeriksaan roentgen vertebra Pemeriksaan roentgen kepala Pemeriksaan roentgen thoraks Oxi pulsemeter