Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VIII MTs MIFTAHUL ULUM ARGOTIRTO MALANG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI PEMODELAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

Sugiono 1 Hj. Titik Harsiati 2 Nurchasanah 3 Universitas Negeri Malang, jalan Semarang Nomor 5

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

III. METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Dengan Model Pembelajaran Cooperative Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Negeri 1 Samalantan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIE SMPK MARIA FATIMA JEMBER MELALUI TEKNIK PS3

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN BERPIDATO DENGAN METODE PEMODELAN

III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak melalui teknik discovery ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO MELALUI TEKNIK SCAFFOLDING SISWA KELAS IX SMP NEGERI 5 MOJOKERTO

MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIRENJA

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. atau Classroom Action Research (CAR). Pendekatan PTK dipilih karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN

masalah, penelitian yakni: (1) kemampuan guru menerapkan metode pemodelan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PTK (Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VI SDN NGRAMBE 2 NGRAMBE NGAWI

Mochammad Bayu Firmansyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Eka Asti Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Purworejo. Kata kunci: berbicara, pambagyaharja, metode pemodelan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK KERJA KELOMPOK SISWA KELAS V SDN NGOMPRO 2 KECAMATAN PANGKUR KABUPATEN NGAWI

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

BAB 3 PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN. Penelitian dilakukan di SMP PGRI 79 Leuwiliang dengan alamat Jalan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX MTs. MIFTAHUSSALAM KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE KARYA WISATA (FIELD TRIP)

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN METODE SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

jumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai meningkatkan keterampilan berbicara dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

Susanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: pembelajaran bercerita, metode TSTS, hasil belajar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 2 KARANGANYAR KEBUMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Beji Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus Dalam observasi

Bram Suryantoro Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN BABADAN I NGRAMBE NGAWI

Keyword: CIRC, Learning, Phoem

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Jurnal Biologi & Pembelajarannya, Vol.4, No.2, Oktober 2017, pp e-issn:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SLANT

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIDATO MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 1 SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Hasil observasi awal menunjukkan, proses pembelajaran berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tidak kondusif. Selama pembelajaran siswa cenderung pasif dan hasil pembelajaran berpidato masih tergolong rendah. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan dan hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui rangkaian tindakan siklus, yang dalam setiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan, teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa. Peningkatan berupa proses ditandai dengan peningkatan aktivitas dan antusias yang tinggi siswa. Peningkatan hasil belajar berpidato siswa secara produk ditandai dengan tercapainya ketuntasan hasil belajar dan meningkatnya penguasaan siswa pada aspek indikator penelitian dengan rata-rata pencapaian siklus 1 sebesar 76,2% dan siklus 2 sebesar 80,3%. Kata Kunci: teknik pemodelan, berpidato, tindakan kelas Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Menurut Nurgiyantoro (2001:278), ada beberapa bentuk kegiatan berbicara yang dapat dilatihkan untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa. Bentuk-bentuk kegiatan tersebut yaitu pembicaraan berdasarkan gambar, wawancara, diskusi, bercerita, dan pidato. Pidato merupakan salah satu bentuk kegiatan berbicara dan merupakan suatu aspek terpenting yang dapat menunjang keberhasilaan seseorang. Melalui pembelajaran berpidato, NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 104

siswa diharapkan mampu mengungkapkan gagasan, ide, dan pikiran kepada orang lain. Kegiatan berpidato juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri untuk berani tampil di depan publik. Selain hal tersebut, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini (1) proses pembelajaran berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tidak kondusif. Selama pembelajaran siswa cenderung pasif; (2) hasil pembelajaran berpidato masih tergolong rendah, masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu masih di bawah 70%, sehingga belum mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 70. Bertolak dari hal di atas, perlu dilakukan penelitian pembelajaran berpidato. Untuk itulah penulis akan meneliti kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tahun pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan teknik pemodelan (modelling). Alasan dipilihnya kelas IX-C karena didasarkan atas pertimbangan bahwa kelas terteliti tersebut dapat mewakili keseluruhan karakteristik kelas IX di sekolah terteliti. Sebab berdasarkan data awal prapenelitian ditemukan bahwa penempatan siswa dalam rombongan belajar menjadi sembilan kelas yaitu kelas IX-A sampai dengan kelas IX-I didasarkan atas prestasi atau kategori kemampuan siswa, dimana anak yang prestasinya tinggi berada di kelas IX-A seterusnya sampai yang prestasi di bawahnya berada di kelas IX-I. Dengan demikian, kelas terteliti yaitu IX-C dianggap dapat mewakili siswa yang sangat pandai, pandai, sedang, maupun rendah. Selain alasan di atas, penentuan kelas terteliti juga atas saran dan pertimbangan sekolah terteliti. Fokus penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam berpidato yang dirumuskan seperti berikut ini. 1) Bagaimana penerapan teknik modelling dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013? 2) Bagaimana hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013? Secara khusus kajian dalam tesis ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: 1) Penerapan teknik pemodelan (modelling) dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013. 2) Hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan (modelling) pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013. METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Burns (dalam Madya, 2009:9), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan. NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 105

Dalam penelitian tindakan melibatkan kolaborasi atau kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Penelitian tindakan juga bertujuan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara incremental dan berkelanjutan. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi (Burns 1999 lewat Madya, 2009:59). Siklus I Hal ini sejalan dengan pendapat Santoso (2009: 44), yang menyatakan ada empat langkah penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Guna mencapai tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan melalui rangkaian tindakan pada setiap siklus. Rangkaian tindakan pada setiap siklus penelitian yang akan dilakukan dalam bentuk bagan berikut ini. Kajian Ide Awal Pencarian Fakta dan Analisis Perumusan Masalah Umum Perencanaan Tindakan Observasi dan Monitoring Pelaksanaan Tindakan Refleksi Siklus II Merevisi Masalah (Terfokus) Perencanaan Tindakan Observasi dan Monitoring Pelaksanaan Tindakan Refleksi Bagan 1 Rancangan Penelitian Tindakan Model Elliot (dalam Priyatni, 2002). Ide awal penelitian ini bermula dari ditemukannya antara apa yang telah ditetapkan oleh suatu kebijakan dengan pelaksanaan di lapangan. Belum dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum, yaitu NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 106

mengarahkan pembelajaran berbicara pada kemampuan atau kemahiran berpidato hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Karena hal tersebut berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam kegiatan praktik pidato. Dengan melihat fenomena ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan jalan menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran berbicara yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa, terutama pada aspek kebahasaan, materi/isi, penampilan, intonasi, artikulasi, dan volume suara. Pencarian Fakta dan Analisis Pada tahap ini dilakukan observasi atau fenomena yang bermasalah. Peneliti berusaha untuk menemukan sebab atau kendala belum maksimalnya kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Malang Tahun 2012-2013. Berangkat dari fakta yang telah ditemukan, peneliti bersama guru Bahasa Indonesia bersama-sama mendiskusikan permasalahan berkaitan dengan rendahnya kemampuan berbicara siswa, terutama dalam aspek intonasi, artikulasi, dan volume suara dan kemampuan siswa dalam cara membuka dan menutup pidato serta keruntutan isi pidato. Untuk mengantisipasi hal ini, disepakati melalui pendekatan kontekstual dengan teknik pemodelan berpidato. Perencanaan Tindakan Rencana yang akan dilakukan adalah menggunakan pendekatan kontekstual dengan teknik pemodelan berpidato meliputi beberapa hal yang dirumuskan peneliti bersama guru yaitu: 1) Menyusun rancangan tindakan dengan menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dasar keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia SMPN kelas IX seperti tercantum dalam standar isi (laporan Permendiknas no. 22/2006) dengan mengintegrasikan teknik pemodelan dalam pembelajaran berpidato dengan komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai berikut: (a) tema, (b) topik, (c) kelas/cawu, ( d) waktu, (e) pembelajaran, (f) tujuan pembelajaran, (g) strategi pembelajaran, yang mencakup tahap pemfokusan, tahap pelaksanaan teknik pemodelan, tahap pembahasan, dan tahap penutup. 2) Merumuskan kriteria hasil belajar berpidato yang didasarkan pada butir-butir fokus pengamatan 3) Menyusun alat perekam data yang terdiri dari catatan lapangan dan panduan observasi yang berupa tabel perkembangan kemampuan berbicara siswa. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan merupakan langkah pelaksanaan rencana yang telah disusun bersama antara peneliti dan guru dengan prosedur tertentu yang telah disepakati. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut. 1) Melaksanakan pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan pada siswa kelas terteliti. Pelaksanaan tindakan tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru, sebab satuan pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disusun bersama antara guru dan peneliti. Pembelajaran berlangsung selama 4 minggu berturut-turut, tiap minggu 3 kali pertemuan, dan tiap pertemuan 2 NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 107

x 40 menit (2 jam pelajaran). Pelaksanaan tindakan dimulai sesuai jadwal yang telah disepakati/ditetapkan. 2) Melakukan pengamatan terhadap tindakan pembelajaran secara sistematis, kritis, dan obyektif. Pengamatan dilaksanakan secara komprehensif untuk mengamati gejala yang muncul baik yang mendukung atau yang menghambat pelaksanaan pembelajaran. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam catatan lapangan dan tabel pengamatan, hasilnya didiskusikan bersama guru dan peneliti sebagai dasar perbaikan/pemberian tindakan berikutnya. Pengamatan (Observasi) Peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan format pengamatan, catatan lapangan, dan perekaman. Refleksi Peneliti dan guru mendiskusikan pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Hasilnya digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan perbaikan dan merancang tindakan pembelajaran yang akan diterapkan pada siklus berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan tentang peningkatan kemampuan berpidato melalui teknik pemodelan (Modelling) siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang, sebagai berikut: Hasil penelitian tahap pratindakan Kriteria kategori ketuntasan pencapaian hasil pembelajaran berpidato siswa kelas IX-C SMPN 01 Singosari tahun pelajaran 2012/2013 tahap pratindakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut Tabel 1 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato tahap pratindakan No Aspek Rata2 Skor Kategori Kriteria ketuntasan 1 Kebahasaan 61.5 K belum tuntas 2 Materi/Isi 70.8 S tuntas 3 Penampilan 66.2 K belum tuntas 4 Intonasi 62.3 K belum tuntas 5 Artikulasi 64.65 K belum tuntas 6 Volume Suara 68.15 K belum tuntas J u m l a h 65.6 K belum tuntas Dalam tabel 1 tampak kategori ketuntasan kemampuan berpidato siswa terteliti secara umum menunjukkan kategori kurang dan belum mencapai ketuntasan proses belajar mengajar. Selain itu, dari tabel tersebut juga dapat diketahui hampir semua aspek berpidato yang menjadi indikator penelitian kategorinya kurang dan belum tuntas pencapaiannya, sebab nilai yang dihasilkan masih kurang dari 70% kecuali aspek penguasaan materi/isi yang mencapai nilai 70,8. Sedangkan persentase kemampuan berpidato siswa terteliti, secara umum tampak dalam tabel berikut. Tabel 2 Persentase Keterampilan Berpidato Siswa Tahap Pratindakan NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 108

No. Kategori Rentang Nilai N Frekuensi Persentase 1 Tinggi 86 s.d.100 30 - - 2 Sedang 70 s.d. 85 12 40% 3 Kurang 0 s.d.69 18 60% Jumlah 30 30 100 % Tabel 3 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus1 1 No Aspek Rata2 Skor Kategori 2 Materi / Isi 73.2 S tuntas 3 Penampilan 79.33 S tuntas 4 Intonasi 72.4 S tuntas 5 Artikulasi 74.65 S tuntas 6 Volume Suara 81.15 S tuntas J u m l a h 76.19 S tuntas Dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berpidato siswa terteliti secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kemampuan siswa pada kegiatan pratindakan untuk aspek kebahasaan, aspek penampilan, intonasi, aspek artikulasi, aspek volume suara yang pada kegiatan pratindakan termasuk kategori kurang dan belum tuntas sebab pencapaiannya masih kurang dari 70. Pada tindakan siklus 1 telah mencapai ketuntasan dengan skor di atas 70. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum tindakan pembelajaran siklus 1 dengan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan aspek berpidato siswa dan mengalami ketuntasan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum dan standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah. Sedangkan persentase kemampuan berpidato pada siklus 1 tampak dalam tabel di bawah ini. Tabel 4 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus 1 No. Kategori Interval Skor N Frekuensi Persentase 2 Tinggi 86-100 30 7 23,33% 3 Sedang 70-85 14 46.67% 4 Kurang 0-69 9 30% Jumlah 30 30 100 % Tabel 5 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus 2 No Aspek Rata2 Skor Kategori Kriteria Ketuntasan 1 Kebahasaan 80.35 S tuntas 2 Materi / Isi 76.8 S tuntas NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 109

3 Penampilan 87.33 T tuntas 4 Intonasi 76.5 S tuntas 5 Artikulasi 77.65 S tuntas 6 Volume Suara 83 S tuntas J u m l a h 80.25 S tuntas Pada pembelajaran siklus 2 kriteria kategori ketuntasan proses pembelajaran berpidato berdasarkan tabel di atas, semua aspek indikator penelitian telah mengalami ketuntasan proses pembelajaran. Kategori secara umum kemampuan berpidato siswa adalah sedang, pada aspek penampilan secara umum kategori siswa terteliti termasuk tinggi. Sedangkan dalam hal persentase keberhasilan proses pembalajaran secara klasikal terlihat dalam tabel persentase kemampuan berpidato siswa berikut. Tabel 6 Persentase kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 No. Kategori Interval Skor N Frekuensi Persentase 2 Tinggi 86-100 30 9 30% 3 Sedang 70-85 19 63,33% 4 Kurang 0-69 2 6,67% Jumlah 30 30 100 Singosari setelah melalui proses pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dalam tabel di atas, yaitu yang pada pembelajaran tindakan siklus 1 siswa yang bekemampuan tinggi dalam berpidato hanya sebesar 23,33% namun pada pembelajaran berpidato tindakan siklus 2 meningkat menjadi 30%, sedangakan kemampuan berpidato siswa yang kategori sedang meningkat dari 46,67% menjadi 63,33%. Adapun siswa yang kategori kemampuan rendah dalam berpidato dari pembelajaran siklus1 sebesar 30% pada pembelajaran siklus 2 terdapat 6,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa. PENUTUP Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan efektifitas teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa berupa penelitian tindakan kelas berdampak pada peningkatan keterampilan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. Kesimpulan yang diperoleh dari temuan penelitian adalah sebagai berikut. Penerapan pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan dilaksanakan dengan tindakan kelas siklus 1 dan siklus 2. Pembelajaran berpidato siklus 1 menggunakan peneliti sebagai model pidato, sedangkan pembelajaran siklus 2 model pidato berupa tayangan LCD proyektor pidato Kepala SMPN 1 Singosari dan ceramah agama Islam oleh seorang ustad dari dokumentasi sekolah. Teknik pemodelan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahap perhatian, (2) tahap retensi NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 110

(mengingat), (3) tahap reproduksi, dan (4) tahap presentasi. Peningkatan hasil belajar berupa proses ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berpidato berlangsung dan muncul antusias dan semangat yang tinggi. Selama proses pembelajaran, siswa memperhatikan dengan baik terhadap apa yang disampaikan oleh guru dan peneliti, sebagian siswa yang sebelumnya kurang percaya diri ketika tampil di depan dan grogi ketika berpidato, tetapi setelah dikenai tindakan, mereka lebih percaya diri, perubahan perilaku siswa menunjukkan kemajuan daripada pembelajaran siklus sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan perilaku siswa yang awalnya ragu-ragu setelah diberi tindakan siklus1 dan siklus 2 akhirnya mereka mampu tampil dengan cukup baik dari sebelumnya dan didukung oleh suasana kelas terkendali dan kondusif. Peningkatan hasil belajar berpidato siswa secara produk ditandai dengan meningkatnya penguasaan siswa pada aspek indikator penelitian yaitu aspek kebahasaan meningkat sebesar 14.61%. Aspek penguasaan meteri/isi pidato sebesar 10.51%. Aspek penampilan meningkat sebesar 18.25%. Sedangkan untuk aspek intonasi sebesar 46.11%, aspek artikulasi sebesar 14.11%, dan aspek volume suara meningkat sebesar 13.31%. Dalam hal ketuntasan hasil belajar berpidato, persentase keberhasilan yang dicapai siswa menunjukkan peningkatan 100%. Pembelajaran berpidato mengalami ketuntasan sebab diperoleh skor di atas ketentuan sebesar 70%. Sedangkan rata-rata peningkatan siklus 1sebesar 76,2% dan siklus 2 sebesar 80,3%. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato. Peningkatan terjadi setelah adanya tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Untuk itu, disarankan kepada guru bahasa Indonesia di SMP/M.Ts, penerapan teknik pemodelan dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran berpidato. Pemberian keleluasaan kepada siswa untuk memilih tema pidato untuk dikembangkan dalam kerangka pidato dan mempresentasikannya ke depan kelas. Pemilihan model yang digunakan kepada siswa hendaknya harus memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan disesuaikan dengan kematangan dan kemampuan siswa. Penelitian ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu disarankan agar para peneliti atau para guru mengembangkan penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs. Madya, Suwarsih. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 111

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22/2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Mendiknas. Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang:Universitas Negeri Malang. Santoso, Anang. 2009. Research Designs In Language Teaching. Malang:State University Of Malang. NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 Halaman 112