Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi Slamet Kristianto 2, Soetjipto 3 Pendidikan Geografi jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Malang nenis.geo@gmail.com Abstrak: Permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 7 Malang adalah hasil observasi awal pada 24 Juli 2012, kelas XI IPS 5 rata-rata nilai siswa terhadap mata pelajaran geografi belum mencapai KKM yaitu 75. Nilai UTS yang tuntas 43,75% dan keaktifan siswa yang aktif di dalam kelas sebanyak 12 siswa. Hasil belajar dan keaktifan siswa kurang optimal karena kurang kondusifnya keadaan kelas, pembentukan kelompok siswa yang kurang heterogen atau seimbang, guru sering mengunakan metode ceramah kreatif, dan siswa jarang mendapat penghargaan hal ini berpengaruh terhadap semangat dan atusias siswa dalam mengikuti pelajaran. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar geografi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model TAI. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang menuntut peneliti untuk terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari perencanaan, penelitian hingga pelaporan data. Pengambilan data dilakukan dengan observasi. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS 5 dengan jumlah 33 siswa, pada materi Memahami Sumber Daya Alam. Hasil penelitian menunjukan bahwa keaktifan belajar dan hasil belajar siswa meningkat dari siklus I ke silkus II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif TAI dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Disarankan kepada guru geografi untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif TAI sebagai salah satu model pembelajaran alternatif agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi diharapkan selalu membimbing siswa berkemampuan bawah dan sedang. Bagi penelitian selanjutnya disarankan hendaknya mengaji model kooperatif TAI dengan variabel yang berbeda dan terpenting dalam model TAI harus tercipta pembimbingan dalam sebuah kelompok pada siswa berkemampuan akademik atas, sedang dan bawah. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar 1 Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Malang Angkatan dan 3 Pembimbing, Dosen Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Malang 1

2 Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan dapat membuat orang cerdas, kreatif, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya dalam pendidikan telah dilakukan, diantaranya pengembangan maupun penyempurnaan kurikulum yang dilakukan secara bertahap, konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Selain itu, pembelajaran adalah hal utama dalam pendidikan. Proses belajar akan mencapai hasil yang optimal apabila terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, menegaskan Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Materi yang berkaitan dengan membangun anak menjadi manusia kritis, dan kreatif, serta pemecah masalah melalui pembaharuan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan dan diharapkan hasil yang maksimal khususnya dalam pembelajaran. Sesuai dengan rencana pemerintah dengan diadakan kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada kurikulum ini siswa lebih dominan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru sebagai fasilitator dan mengembangkan pola fikir peserta didik untuk lebih kritis dalam pemahaman materi serta dapat mengaplikasikanya dikehidupan sehari-hari, sehingga siswa didorong untuk lebih kreatif dan aktif dalam mengembangkan materi belajar dari sekolah untuk dikontekstualkan di kehidupan sehari-hari. Namun kenyataannya, kurikulum yang diterapkan tidak sesuai dengan pelaksanaan yang ada di lapangan. Guru masih berorientasi pada target materi yang harus selesai semua dan penerapan metode ceramah dalam pembelajaran kurang kreatif, berakibat pada siswa belajar pengetahuan sendiri dan sikap belajar yang melalui aktivitas belajarnya. Sehingga siswa kurang 2

3 bersemangat dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa pasif karena hanya mengacu dalam penjelasan guru, jadi informasi-informasi yang didapat hanya terbatas dan kurang maksimal. Hasil belajar yang tampak jelas dalam pembelajaran hanya menghafal materi dan sub-sub dari materi kurang diperdalam dalam pemahamannya. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 24 Juli 2012 yang dilakukan peneliti kepada siswa dan diskusi dengan Drs. Suharto, M. Pd selaku guru geografi di kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang, diketahui bahwa rata-rata nilai siswa terhadap mata pelajaran geografi hanya 73,44 dengan kata lain belum mencapai KKM yaitu 75. Hal ini terbukti dengan adanya siswa yang mendapat nilai 100 dan ada siswa yang mendapat nilai 48 pada hasil ulangan tengah semester, bila di persentasekan ketuntasan klasikal UTS yang tuntas 43,75% sebanyak 14 siswa, sedangkan yang belum tuntas sekitar 56, 25% sebanyak 18 siswa (Lampiran 4). Selain itu, observasi awal pra tindakan untuk keaktifan siswa yang aktif di dalam kelas pada proses pembelajaran dengan rata-rata nilai yaitu 36,37% sebanyak 12 siswa, sedangkan siswa yang tidak aktif mencapai 63,64% sebanyak 21 siswa (Lampiran 6). Keseluruhan siswa XI IPS 5 merupakan kelas heterogen dengan perbedaan yang terlihat jelas antara siswa yang kurang pandai dan pandai, dari nilai ulangan tengah semester terdapat selisih yang jauh antara siswa yang berprestasi dan sebaliknya, yang menyebabkan kondisi kelas tidak kondusif. Saat kegiatan pembelajaran berlangsungnya siswa yang aktif hanya 5 10 siswa, siswa lain ada yang berbicara dengan temanya, ada yang membuka-buka buku geografi, juga beberapa siswa yang bermain HP. selain itu ketika pembentukan kelompok siswa yang menentukan sendiri anggota kelompoknya jadi siswa yang pintar dengan yang pintar dan sebaliknya. Sehingga kurang heterogen antar kelompok berakibat pada siswa yang pasif kurang faham dan nilai kelompok tidak maksimal. Selain itu tidak ada penghargaan kelompok membuat siswa kurang termotivasi melakukan diskusi, serta kerjasama antar anggota kelompokpun kurang optimal. Pada akhir pelajaran apabila guru bertanya tentang materi yang belum dipahami, hanya beberapa dari mereka yang bertanya karena kurang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya sehingga guru beranggapan bahwa semua siswa sudah memahami pelajaran. Pengunaan model pembelajaran masih minim karena masih berorientasi pada target materi harus habis, sehingga siswa mencari sendiri pengetahuan dan sikap belajar melalui berbagai aktivitas belajar, dan berakibat pada siswa kurang bersemangat dalam melaksanakan pembelajaran, siswa menjadi pasif, siswa mendapatkan informasi yang terbatas dan sedikit dari guru. Hasil belajar 3

4 yang dicapai kurang maksimal, keaktifan belajar seluruh siswa dalam kelas menjadi kurang optimal, karena hanya beberapa siswa saja yang aktif. Mengantisipasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar tidak dikuasai oleh siswasiswa tertentu saja, perlu mengunakan model pembelajaran lain yang sesuai dan mengembangkan keaktifan siswa, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar melibatkan peran serta siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses belajar dalam kelompok, bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman tentang materi pelajaran yang tidak diperoleh dari model ceramah. Pada pengajaran Teams Assisted Individualization (TAI) akan saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Model pengajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dapat diterapkan untuk mempermudah kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi dapat dipecahkan secara bersama-sama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok, jadi diperlukan kemampuan interaksi sosial yang baik antara semua anggota kelompok. Pengajaran dengan model pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan siswa. Inti dari pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) ini adalah pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen terdiri dari 4 5 siswa dalam setiap kelompoknya, diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI), dalam proses pembelajaran diharapkan materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa, siswa juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaran. Sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan Team Assisted Individualization (TAI) telah dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Diantaranya telah dilakukan oleh Syifa'ur Rokhmah, pada tahun 2012 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi Pada Siswa Kelas XI IPS2 MAN Mojokerto Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian ini dapat 4

5 meningkatkan keaktifan pada pra tindakan sebesar 45,89 meningkat pada siklus I sebesar 68,67 dan meningkat menjadi 84,89 pada siklus II. Sedangkan, untuk hasil belajar Siklus I rata-rata nilai siswa mencapai 69,73 dan meningkat pada Siklus II mencapai 84,04. Sri Agustina pada tahun 2010 melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geografi Siswa Kelas X-5 Semester 2 di SMA Negeri 7 Malang. Hasil penelitian ini terbukti menunjukan adanya peningkatan pada hasil keaktifan siswa pada siklus I sebesar 54,74% dan meningkat pada siklus II 83,33%. Ninda Ardyansyah pada tahun 2011 melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Geografi di SMA Negeri 1 Ngunut Tulungagung. Terbukti meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 72,97 dengan persentase ketuntasan belajar 62,2%. Pada siklus II terjadi peningkatan 76,35 dengan persentase ketuntasan belajar 86,5% Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Namun, dalam penelitian terdahulu dalam pelaksanaan sintak model TAI masih ada beberapa tahapan yang belum terlaksana seperti: tidak adanya pemberian penghargaan dan pengumuman kepada kelompok terbaik (Team Score And Team Recpgnition), pembimbingan antar anggota kelompok di dalam tahapan (Team Study), dan belum terlaksana sepenuhnya pemahaman materi saat (Student Creative). Sehingga, peneliti bertujuan dalam penelitian ini ingin menyempurnakan tahapan-tahapan dalam sintak yang belum terlaksana dengan maksimal, khususnya dalam tahapan dan nilai keaktifaan siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa yang masih kurang memenuhi ketuntasan KKM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perhatian lebih besar diberikan kepada model TAI yang lebih terlaksana. Ini dilakukan agar dalam penelitian sekarang mampu memberikan hasil yang lebih sempurna dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan beberapa alasan di atas maka penulis melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Geografi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) Pada Siswa Kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang. Diharapkan setelah dilakukan tindakan kelas tersebut, akan terjadi perbaikan kualitas pembelajaran Geografi secara signifikan. 5

6 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang menuntut peneliti untuk terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari perencanaan, penelitian hingga pelaporan data. Pengambilan data dilakukan dengan observasi. Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPS 5 dengan jumlah 33 siswa, pada materi Memahami Sumber Daya Alam. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yakni: 1) perencanaan, 2) aksi/pelaksanaan, 3) observasi/pengamatan, dan 4) refleksi. Selama perbaikan kualitas pembelajaran belum tercapai, maka pelaksanaan tindakan kelas akan terus dilaksanakan dari siklus pertama ke siklus kedua, dari siklus kedua ke siklus ketiga dan seterusnya. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data observasi awal, data nilai UTS Semester I, keaktifan, hasil belajar siswa. Sumber penelitian adalah guru dan siswa kelas XI IPS 5. Instumen penelitian yang digunakan lembar observasi, LKS, dan tes. Sedangkan, untuk pengumpulan data mengunakan tes, LKS, lembar observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Pelaksanaan penelitian ini mengunakan prosedur penelitian dengan mencari dan mengumpulkan informasi tentang kondisi siswa di kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil belajar siswa, sarana dan prasarana, kegiatan pembelajaran baik dari segi metode, media, dan mengamati permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan beberapa siklus sampai mencapai peningkatan keaktifan. Masing-masing siklus terdiri dari ke-empat tahapan, yaitu: a) Perencanaan tindakan berupa menyusun silabus, RPP, lembar observasi, LKS, tes; b) Aksi/tindakan berupa penerapan tahapan model TAI yaitu: Teaching group, Student Creative, Placemant test, Team, Team study, Whole class unit, Fact test, dan Team skor and team recognition; c) Observasi; d) Refleksi, Selanjutnya tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I. Analisis data yang digunakan untuk memperoleh data kekaktifan dan hasil belajar siswa mengunakan sebagai berikut: 1) Data nilai UTS, digunakan untuk menentukan kelompok belajar berdasarkan keheterogenan prestasi akademik yang dikelompokkan berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dengan menentukan kedudukan kemampuan siswa dalam tiga ranking yaitu: berkemampuan atas, sedang, dan bawah; 2) Keaktifan belajar siswa mengunakan lembar observasi serta mengunakan rumus untuk menghitung keaktifan kelompok dan keaktifan inidividu dengan ketentuan kriteria keberhasilan tindakan; 3) Hasil belajar diperoleh dari nilai tes siswa yang dilaksanakan setiap dua kali pertemuan atau akhir setiap siklus, dengan target kriteria 6

7 ketuntasan belajar individu telah mencapai nilai 75, serta apabila ketuntasan nilai klasikal sudah mencapai 85%, maka ketuntasan klasikal sudah terpenuhi. PEMBAHASAN 1. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Dapat Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan yang dilakukan dalam penelitian ini mengutamakan semua yang berhubungan dengan keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran Geografi, dengan beberapa ketentuan yang digunakan dalam penilaian keaktifan siswa berupa model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yaitu 13 deskriptor dan 4 golongan keaktifan yaitu: Visual Activities, Oral Activities, Listening Activities, Writing Activities, dalam model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). Keaktifan dalam proses pembelajaran merupakan hal terpenting, karena tanpa adanya keaktifan proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Menurut J. Dewey dalam Sardiman (2007: 97) Dalam belajar perlu ada aktifitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat atau learning by doing, ketika pembelajaran berlangsung ke dua aktifitas harus berkaitan seperti siswa yang aktif fisiknya dan mentalnya pun juga harus aktif, sehingga dapat paham dengan materi yang dipelajarinya. Berdasarkan dari hasil observasi keaktifan belajar pada siklus I yang menunjukan indikator keaktifan belajar siswa, ditemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan keaktifan belajar geografi pada siswa XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang. Pada siklus I maupun sebelumnya tindakan, penelitian keaktifan belum mencapai target yang ditentukan penelitian yaitu: Nilai rata-rata dari keseluruhan siswa dengan persentase taraf kerberhasilan tindakan dengan kategori Baik atau Sangat Baik. Faktor yang mengakibatkan keaktifan siswa belum memenuhi target dikarenakan siswa masih enggan untuk berdiskusi dengan kelompok yang dibentuk peneliti berdasarkan hasil penghitungan pada tahap Placement Test, peneliti mengunakan nilai hasil Ujian Tengah Semester (UTS) siswa pada semseter ganjil untuk membentuk penempatan siswa sesuai kemampuan akademik siswa (lampiran 5, 9 dan 25). Ketika tahap Team Study berlangsung beberapa kelompok masih belum aktif yaitu kelompok 3 dan 5. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siklus I, diketahui nilai rata-rata keaktifan siswa yaitu 7

8 66,20% dengan taraf keberhasilan Cukup. Sedangkan, keaktifan siswa secara kelompok dalam lembar observasi diperoleh nilai rata-rata keaktifan yaitu 64,66%, dengan taraf keberhasilan Cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 5 pada siklus I meningkat 29,83%. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat, disebabkan pemberian penekanan kepada siswa bahwa keberhasilan individu menentukan keberhasilan kelompok dan sebaliknya. Selain itu himbauan peneliti untuk siswa bahwa keberhasilan kelompok bukan hanya dilihat dari keaktifan anggota kelompok dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari peneliti maupun teman kelompok tapi juga dinilai dari kerjasama antar anggota kelompoknya dan juga penguasaan materi pembelajaran. Sehingga siswa-siswi yang keaktifannya kurang terutama dalam bekerjasama mulai berlomba-lomba dalam meningkatkan keaktifannya pada siklus II. Sardiman (2007:93) juga mengatakan bahwa Persaingan individu maupun kelompok dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. hal ini, terbukti dengan meningkatnya nilai rata-rata keaktifan kelompok pada siklus I mencapai 64,66% dan meningkat pada siklus II sebanyak 80,21%. Berdasarkan hasil observasi penelitian pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa dengan penerapan model Team Assisted Individualization (TAI) dengan pembelajaran yang menuntut siswa untuk belajar kelompok maupun sendiri atau individu. Terlihat pada siklus II seluruh anggota kelompok telah aktif berdiskusi maupun berkerjasama di kelompok masing-masing. Hal ini, terbukti dengan nilai rata-rata keaktifan pada siklus II meningkat menjadi 78,03% dengan taraf keberhasilan Baik. Sedangkan, keaktifan siswa secara kelompok diperoleh nilai rata-rata keaktifan yaitu 80,21% dengan taraf keberhasilan Baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa kelas XI IPS 5 pada siklus II sudah mencapai target penelitian dengan selisih peningkatan menjadi 11,83%. 2. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada hasil belajar siswa untuk siklus I, diperoleh tingkat pemahaman awal siswa pada standar kompetensi 2. Memahami Sumber Daya Alam, terlihat terdapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I sesudah diberi tindakan, hasil belajar siswa dengan ketuntasan klasikal 8

9 yaitu 53,33%, bila dibandingan dengan nilai pra tindakan ketuntasan klasikal siswa masih mencapai 43,75% selisihnya sekitar 9,58%. Hasil ini belum mencapai peningkatan hasil belajar secara klasikal yang diperoleh siklus I pada target ketercapaian materi geografi yaitu sebesar 85% dari seluruh siswa yang mendapat ketuntasan klasikal, yang telah mencapai minimal ketuntasan belajar individu sama atau lebih dari 75. Pada kegiatan pembelajaran selanjutnya siklus II sesudah diberi tindakan hasil ketuntasan klasikal meningkat sebesar 87,88%. Berdasarkan keseluruhan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang. Penelitian dapat dihentikan ketika nilai keaktifan dan hasil belajar siswa pada Siklus II telah mencapai target keberhasilan tindakan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 5 pada mata pelajaran geografi di SMA Negeri 7 Malang, sebagai berikut: 1. Keaktifan siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang meningkat setelah dilakukan penerapan model pembelajaran TAI yakni nilai rata-rata keaktifan belajar yang diperoleh siswa pada siklus I mencapai 66,20% dengan taraf keberhasilan Cukup meningkat menjadi 78,03% dengan taraf keberhasilan Baik, sedangakn untuk nilai rata-rata keaktifan kelompok pada siklus I mencapai 64,66% meningkat menjadi 80,21% pada siklus II. 2. Hasil belajar siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang, juga meningkat pada siklus I ketuntasan klasikal hasil belajar yang diperoleh siswa adalah 53,33%, dengan rata-rata nilai yaitu 74,00, serta nilai siswa dalam mengerjakan LKS mendapat rata-rata nilai yaitu 71,64 dan meningkat pada siklus II yakni 87,89% dengan rata-rata nilai yaitu 78,94, serta nilai siswa dalam mengerjakan LKS mendapt rata-rata nilai yaitu 75,15. Peningkatan tersebut telah mencapai kriteria ketuntasan minimum yang ditentukan yaitu 75, dengan ketuntasan klasikal seluruh siswa yaitu 85%. 9

10 Saran 1. Bagi guru geografi, model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat dijadikan alternatif pilihan dalam praktik pembelajaran di kelas agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru lebih menggali pemahaman siswa guna membuat siswa lebih aktif pada tanya jawab, mengungkapkan pendapat atai ide-ide yang dimiliki siswa, juga dalam hal pembentukan kelompok seharusnya guru lebih cermat dalam memilah-milah kemampuan siswa agar siswa yang pasif ikut berperan aktif dengan siswa yang aktif, jadi keaktifan siswa dalam berdiskusi, berkerjasama, dan berpendapat dapat meningkat. 2. Bagi siswa, khususnya siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 7 Malang, pada saat pembelajaran dengan model TAI perlu meningkatkan keaktifannya dan hasil belajar dengan lebih giat belajar dengan memahami isi materi yang diberikan, siswa juga diharapakan lebih aktif dalam bertanya maupun berargumentasi dalam diskusi maupun saat proses pembelajaran berlangsung, serta siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi diharapkan selalu membantu atau membimbing siswa yang berkemampuan bawah dan sedang. 3. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya menhaji model kooperatif TAI dengan variabel yang berbeda, dan diharapkan untuk merencanakan lebih matang dalam mengunakan model TAI karena dalam pelaksanaaanya mengunakan 8 sintak atau tahapan yang semuanya harus terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang telah dirancang, sehingga dibutuhkan ketepatan dalam merancang semua tahapan. Selain itu, yang terpenting dalam model TAI harus tercipta pembimbingan dalam sebuah kelompok dari siswa berkemampuan akademik atas, sedang dan bawah, serta peran siswa dalam setiap kelompok juga harus diperhatikan demi kelancaran dalam berdiskusi dan laporan kerja kelompok. DAFTAR RUJUKAN Sardiman, A,M Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : CV. Remadja. Undang-Undang RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Jakarta; Depdiknas. 10

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI 203 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI 0812 689 8822 SDN 002 Bagan Besar, Kota Dumai ABSTRACT This study aimed to describe the learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, ketika menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tiga kelas, yaitu kelas VII, VIII dan IX. yang telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMP Negeri 2 Susukan merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kabupaten Semarang. SMP Negeri 2 Susukan terletak di Dusun Wonosari, Desa Koripan,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses membangun peradaban bangsa. Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar guna menyiapkan sumber daya manusia dalam berbagai

Lebih terperinci

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir Paryitno 1 1 SMPN 1 Kalidawir, Tulungagung Email: 1 prayitno@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karenanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON 40 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS III A SEMESTER II SD MUHAMMADIYAH SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil. BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat dalam penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine whether

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam membentuk peserta didik yang diharapkan dapat

Lebih terperinci

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI EKONOMI SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN Tiamsa Napitupulu Guru Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO 176 PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO Oleh : Sopiyah IKIP Widya Darma Surabaya Abstrak:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IIIA SDN SEMBORO 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Kasmiati 10 Abstrak. Tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Karena dengan pendidikan kita dapat mempersiapkan kondisi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, kaena dengan pendidikan manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran kunci dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. Inti dari proses pendidikan adalah proses pembelajaran dimana memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia berlandaskan pada ideologi bangsa yaitu Pancasila dan landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan di segala bidang, maka upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditingkatkan melalui pendidikan

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SUB POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS BANGUN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT SISWA KELAS VII D SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dikembangkan untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik termaktub dalam tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan, karena manusia yang berkualitas dapat dilihat dari tingkat pendidikannya seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 4 Tahun 216 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 91-97 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENINGKATAN AKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia, dan dalam kondisi apapun

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SUB MATERI FUNGSI DAN KORESPONDENSI SATU-SATU DI KELAS VIII SMPIT AL-USWAH SURABAYA Anis Nuryani Matematika, FMIPA, Unesa ayat.arifin@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu meningkatkan kualitas bangsa baik pada bidang ekonomi, politik, sosial budaya, maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat. Kemampuan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini berbagai negara mengalami persaingan yang sangat hebat di segala aspek bidang, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Dari sekian banyak unsur sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu perbuatan atau proses yang didalamnya berupa pengalaman belajar langsung dalam sepanjang hidup baik didalam lingkungan atau yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI Oskar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, semakin baik juga sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia. Ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI MTs AL IMAN BABADAN PONOROGOTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Choyul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG Umar Wirahadi Kusuma Universitas Negeri Malang Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia. Dikatakan demikian karena pendidikan berfungsi dan bertujuan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Tutor Sebaya Untuk Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 2 Poso Pesisir Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan kunci utama tercapainya tujuan pendidikan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya dalah

Lebih terperinci

* Keperluan korespondensi:

* Keperluan korespondensi: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat. Globalisasi ini juga meliputi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Hasna Putri Azizah, Budi Utami* dan Haryono. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Hasna Putri Azizah, Budi Utami* dan Haryono. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 6 No. 1 Tahun 2017 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 31-38 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Widiya Sholichah 1 Sudarno Herlambang 2 Purwanto 3 Universitas Negeri Malang

Widiya Sholichah 1 Sudarno Herlambang 2 Purwanto 3 Universitas Negeri Malang Pengaruh Integrasi Model Pembelajaran ARIAS dengan Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS Pada Mata Pelajaran Geogarfi SMA Negeri 10 Malang Widiya Sholichah 1 Sudarno

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainnya sasaran pembangunan nasional. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bukan menjadi hal baru jika tingkat pendidikan penduduk sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bukan menjadi hal baru jika tingkat pendidikan penduduk sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan menjadi hal baru jika tingkat pendidikan penduduk sangat diperhatikan oleh negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan pendidikan adalah salah satu aspek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya

Lebih terperinci