BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR Pada bab ini akan dianalisis pola pergerakan belanja wilayah Bandung Timur. Pola pergerakan belanja meliputi dua aspek yaitu karakteristik penduduk seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pemilikan kendaraan dan karakteristik pergerakan belanja meliputi tujuan lokasi belanja, intensitas belanja, moda yang digunakan, jarak tempuh dan waktu tempuh dikaitkan dengan jenis ritel yang dikunjungi, produk yang dibeli, alasan menggunakan fasilitas pusat ritel modern tersebut. IV.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk Survei dilakukan pada satuan unit anggota rumah tangga. Sampel diambil dari 225 unit rumah tangga yang tersebar di 33 kelurahan pada 7 kecamatan yang berada di Wilayah Bandung Timur. Unit rumah tangga yang menjadi sampel penelitian dipilih secara acak, tanpa memperhatikan golongan ekonomi rumah tangga tersebut, sehingga tiap unit rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data hanya 210 unit rumah tangga yang valid. Rumah Tangga tersebut terdiri dari 792 anggota rumah tangga, 198 anggota diantaranya berusia di bawah 15 tahun. Dalam analisis pola perilaku berbelanja khususnya pola pergerakan berbelanja dianggap pola perilaku pergerakan belanja anak di bawah usia 15 tahun mengikuti pola kedua orang tuanya sehingga tidak termasuk dalam data analisa, sehingga jumlah responden yang tersisa 594 responden. Disamping itu terdapat 103 anggota rumah tangga yang tidak valid karena tidak menjawab pertanyaan dalam lembar kuesioner. Oleh karena itu jumlah kuesioner yang akan diolah lebih lanjut dalam studi hanya berjumlah 491 buah. 47
Karakteristik Individu yang dianggap mempengaruhi pola perilaku individu dalam berbelanja di pusat ritel modern meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan rumah tangga dan kepemilikan kendaraan bermotor. IV.1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil survei, 266 orang (54.18%) berjenis kelamin wanita dan 225 orang (45.82%) berjenis kelamin pria. Dari proporsi tersebut nyata bahwa prosentase antara penduduk berjenis kelamin pria dan wanita yang memanfaatkan pusat ritel modern hampir seimbang. Hal ini menunjukan bahwa penduduk dengan jenis kelamin pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk berbelanja pada pusat ritel modern. Gambar IV.1 Frekuensi Penduduk menurut Jenis Kelamin 54.18% 45.82% Pria Wanita Sumber: Hasil Analisis 2007 IV.1.2 Umur Berdasarkan hasil survei, sebagian besar penduduk wilayah studi yang berbelanja ke pusat ritel modern merupakan penduduk dengan interval umur 35-44 tahun sebanyak 135 orang (27.49%) menyusul penduduk dengan interval umur 25-34 tahun sebanyak 132 orang (26.88%), interval umur 15-24 tahun sebanyak 131 orang (26.68%), interval umur 45-54 tahun sebanyak 82 orang (16.70) kemudian penduduk dengan interval umur 55-64 tahun sebanyak 8 orang (1.63). 48
sedangkan penduduk dengan interval umur diatas 65 tahun merupakan penduduk yang paling kecil dalam melakukan aktivitas belanja ke pusat ritel modern yaitu sebanyak 3 orang (0.61%). Gambar IV.2 Frekuensi Penduduk menurut Kelompok Umur > 65 Tahun 0.61 55-64 Tahun 1.63 45-54 Tahun 16.70 35-44 Tahun 27.49 25-34 Tahun 26.88 15-24 Tahun 26.68 Sumber: Hasil Analisis 2007 Berdasarkan analisis pengolahan data, kelompok umur remaja dan dewasa (15-54 tahun) merupakan kelompok umur dominan pada pusat ritel modern modern. Kecilnya kelompok orang tua dengan umur diatas 55 tahun, umum memiliki kondisi yang lebih lemah, dengan demikian tidak mengherankan jika kelompok umur ini lebih kecil dari kelompok umur remaja dan dewasa. Kelompok umur orang tua termasuk dalam kelompok konsumen yang tidak diuntungkan (Bromley & Thomas,1993). Adanya kelompok yang tidak diuntungkan berdasarkan jenis kelamin lebih disebabkan karena keterbatasan dalam kemampuan mobilitas. IV.1.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pola berpikir dan gaya hidup sehari-hari. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar penduduk wilayah studi yang berbelanja ke pusat-pusat ritel modern dominan berpendidikan SLTA sebanyak 218 orang (44.40%) disusul kelompok penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 108 orang (22%), kelompok sarjana (S1,S2,S3) sebanyak 88 orang (17.92%) dan sebagian kecil penduduk dengan kelompok tingkat pendidikan Diploma I,II dan II sebanyak 43 orang (8.76%), kelompok tingkat pendidikan SD 49
sebanyak 32 (6.51%) dan kelompok penduduk tingkat lainnya (belum/tidak sekolah) sebanyak 2 orang (0.41%), Gambar IV.3 Frekuensi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Lainnya 0.41 Sarjana S1/S2/S3 17.92 Diploma I,II,III 8.76 SLTA 44.40 SLTP 22.00 SD 6.52 Freq (%) Sumber: Hasil Analisis 2007 IV.1.4 Jenis Pekerjaan Penduduk Jenis pekerjaan penduduk sangat terkait dengan waktu luang yang dimiliki untuk melakukan pergerakan berbelanja. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa sebagian besar penduduk di wilayah studi yang berbelanja ke pusat ritel modern adalah berstatus ibu rumah tangga sebanyak 143 orang (29.12%). Disusul penduduk dengan status pelajar/mahasiswa sebanyak 88 orang (17.92%), penduduk dengan status karyawan swasta sebanyak 72 orang (14.66%), penduduk dengan status PNS sebanyak 60 orang (12.22%), penduduk dengan status wiraswasta sebanyak 54 orang (11.00%), penduduk dengan status dagang sebesar 30 orang (6.11%), penduduk dengan status pengangguran/belum bekerja sebanyak 17 orang (3.46%), penduduk dengan status buruh sebanyak 10 orang (2.04), penduduk dengan status pensiunan sebanyak 8 orang (1.63%), penduduk dengan status lainnya (supir, pembantu, ahli mekanik) sebanyak 7 orang (1.43%) dan TNI/Polri sebanyak 2 orang (0.41%). Dengan demikian ibu rumah tangga mempunyai peluang lebih banyak dalam mengunjungi pusat ritel modern dibanding jenis pekerjaan lainnya. Waktu berbelanjanya pun tidak terbatas, dapat dilakukan kapan saja. 50
Gambar IV.4 Frekuensi Penduduk menurut Jenis Pekerjaan TNI/Polri Lainnya Pensiunan Buruh Tidak/belum kerja 0.41 1.43 1.63 2.04 3.46 Dagang 6.11 Wirasw asta PNS Karyaw an Sw asta 11.00 12.22 14.66 Pelajar/Mahasisw a 17.92 Ibu rumah tangga 29.12 Sumber : Hasil analisi 2007 IV.1.5 Tingkat Pendapatan Keluarga Tingkat pendapatan ini digambarkan untuk menunjukan status golongan penduduk. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa sebagian besar penduduk wilayah studi memiliki pendapatan antara Rp. 1.500.000,- sampai Rp. 3.000.000,- sebanyak 99 keluarga (47.14%). Kemudian diikuti oleh penduduk yang berpendapatan kurang dari Rp. 1.500.000,- sebanyak 93 keluarga (44.29%), dan sebagian kecil penduduk berpendapatan antara Rp. 3.000.000,- sampai Rp. 4.500.000,- sebanyak 12 keluarga (5.71%), penduduk dengan pendapatan Rp. 4.500.000,- sampai Rp. Rp. 6.000.000,- sebanyak 2 keluarga (0.95%), penduduk dengan pendapatan Rp. 6.000.000,- sampai Rp. 7.500.000,- sebanyak 1 keluarga (0.48) dan penduduk dengan pendapatan lebih besar dari Rp. 7.500.000,- sebanyak 3 keluarga (1.43%) 51
Gambar IV.5 Frekuensi Penduduk menurut Kelompok Tingkat Pendapatan 47.14% 44.29% 1.43% 5.71% 0.48% 0.95% < Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.001,- s/d Rp. 3.000.000,- Rp. 3.000.001,- s/d Rp. 4.500.000,- Rp. 4.500.001,- s/d Rp. 6.000.000,- Rp. 6.000.001,- s/d Rp. 7.500.000,- > Rp. 7.500.001,- Sumber : Hasil analisis 2007 Berdasarkan analisa data tersebut, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa status golongan penduduk wilayah studi adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Kelompok golongan ekonomi rendah (menengah ke bawah) termasuk dalam kelompok konsumen yang tidak diuntungkan (Bromley & Thomas,1993). Adanya kelompok yang tidak diuntungkan berdasarkan tingkat pendapatan lebih disebabkan karena keterbatasan dalam kemampuan daya beli dan mobilitasi. IV.1.6 Kepemilikan kendaraan bermotor Kepemilikan kendaraan bermotor sangat berpengaruh dalam kemudahan mobilitas ke pusat ritel modern. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa sebagian besar keluarga di wilayah studi memiliki jenis kendaraan sepeda motor sebanyak 102 keluarga (48.57%) disusul dengan keluarga yang memiliki dua jenis kendaraan sepeda motor dan mobil sebanyak 50 keluarga (23.81%), keluarga yang tidak memiliki kendaraan sebanyak 32 orang (15.24%), keluarga yang memiliki jenis kendaraan mobil pribadi sebanyak 14 keluarga (6.67%) dan jenis kendaraan lainnya seperti sepeda sebanyak 12 keluarga (5.71%) 52
Gambar IV.6 Frekuensi Penduduk menurut Kepemilikan Kendaraan 15.24% 5.71% 48.57% 23.81% 6.67% Sepeda motor Mobil Sepeda motor & mobil Tidak punya lainnya Sumber : Hasil analisis 2007 Dari analisa data tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk wilayah studi mempunyai alternatif pilihan ke pusat ritel modern dengan moda pribadi (sepeda motor/mobil pribadi) atau angkutan umum. IV.2 Perilaku Pergerakan Berbelanja Penduduk Pada bagian ini akan diidentifikasi tentang perilaku pergerakan berbelanja penduduk wilayah studi. Pergerakan berbelanja yang dimaksudkan disini adalah pergerakan berbelanja menuju pusat-pusat ritel modern di Kota Bandung. Perilaku pergerakan berbelanja dikaji menurut tujuan pergerakan berbelanja, intensitas belanja, moda yang digunakan, jarak tempuh, waktu tempuh. Disamping itu, dikaji pula jenis ritel yang dikunjungi, jenis produk yang dibeli, dan alasan menggunakan jenis ritel tersebut. TIV.3.1T Tujuan Pergerakan Berbelanja Tujuan pergerakan berbelanja penduduk wilayah studi terdiri dari tujuan pergerakan belanja eksternal dan tujuan pergerakan belanja internal. Yang dimaksud dengan tujuan pergerakan berbelanja eksternal adalah pergerakan berbelanja ke pusat ritel modern yang berlokasi di luar wilayah studi (Wilayah 53
Bandung Barat) sedangkan pergerakan belanja internal adalah pergerakan berbelanja di dalam wilayah studi (wilayah Bandung Timur). Berdasarkan analisa data, 55.60 % penduduk wilayah studi berbelanja ke ritel modern yang berada di wilayah Bandung Barat dan 44.40% penduduk sisanya lebih memilih menggunakan pusat ritel yang berada di dekatnya (wilayah Bandung Timur). Selain itu bila dilihat berdasarkan tempat perbelanjaan yang dikunjungi, King Shopping Center (21.18%) merupakan tempat perbelanjaan yang dominan dikunjungi pada kunjungan pergerakan ke wilayah Bandung Barat dan Griya Ujungberung (18.33%) untuk wilayah Bandung Timur sedangkan ritel modern lainnya dikunjungi dalam jumlah yang kecil. Gambar IV.7 Frekuensi Kunjungan berdasarkan Tujuan Pergerakan 21.18 18.33 0.20 0.61 0.81 1.221.63 2.65 5.70 4.684.68 3.87 1.631.832.042.24 0.811.43 0.200.200.200.410.410.410.410.410.41 3.463.46 7.74 6.72 Borma Darwati Superindo Jl. Soekarno Hatta Grosir Jl. Ujungberung Borma Cipadung Makro Jl. Soekarno Hatta Borma Jl. Margacinta MTC Jl. Soekarno Hatta Borma Jl. Rancabolang Griya Arcamanik Borma Jl. Cipamokolan Griya Jl. Ujungberung IBCC Jl. Cianjur ITC Kebon kelapa Borma Jl. Kiaracondong Yogya Jl. Sunda PVJ Jl. Sukajadi Borma Jl. Buah Batu Griya Yogya Jl. Kiaracondong Griya Yogya Jl. Moh. Toha Indogrosir Jl. A. Yani Yogya Jl. Kepatihan Matahari Jl. Dalem Kaum Yogya Jl. Pahlawan Griya Yogya Jl. Buah Batu Matahari Jl. Kiaracondong BEC Jl. Purnawarman IITC Jl. Kopo Molis BIP Jl. Merdeka 56 BSM Jl. Gatot Subroto Kings Shopping Centre Internal Eksternal Frekuensi tujuan pergerakan berbelanja penduduk per kelurahan wilayah studi menurut tujuan dan arah pergerakan berbelanja dapat dilihat pada gambar IV.8 54
55
56
57
58
59
60
61