BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Maraknya pertumbuhan pusat-pusat ritel modern di Kota Bandung tidak terlepas dari pertumbuhan pendpuduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Duncan dan Hollander, 1979, perdagangan ritel berupa bisnis penjualan barang ke konsumen akhir (individu, rumah tangga dan atau perusahaan/lembaga) telah berubah. Bisnis ritel telah dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dalam bidang ekonomi, sosial, teknologi dan lingkungan politik serta kondisi persaingan. Penduduk (individu atau rumah tangga) sebagai potensi pasar ritel yang mempengaruhi peluang hadirnya pusat ritel modern dipengaruhi oleh faktor demografi, ekonomi dan gaya hidup. Selama kurun waktu , jumlah penduduk Kota Bandung menunjukan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1.24 % per tahun, walaupun LPP ini masih tinggi namun menunjukan penurunan jika dibandingkan dengan periode tahun sebesar 3.52% per tahun. Tingginya angka pertumbuhan ini disebabkan selain karena pertumbuhan alamiah juga karena arus urbanisasi pasca krisis moneter tahun 1997 untuk mencari pekerjaan ke Kota Bandung. Di sisi lain, pertumbuhan fasilitas ritel modern di Kota Bandung sangat pesat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat sudah mencapai 156 pusat ritel modern di Kota Bandung (Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Bandung). Jika dibanding dengan tahun 2002 yaitu sebanyak 93 unit (Bappeda, 2002), jumlah ini telah berkembang cukup pesat. Dalam kurun waktu 5 tahun ( ) jumlahnya telah meningkat sebesar 67.74% (63 unit). Hal ini menunjukan bahwa meningkatnya permintaan akan barang dan jasa di Kota Bandung berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan peningkatan perekonomian penduduk Kota Bandung. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan permintaan akan barang dan jasa meningkat. Di sisi lain dengan meningkatnya aktivitas perekonomian membuka peluang bagi meningkatnya tenaga kerja yang membutuhkan barang dan jasa guna mendukung kegiatannya dalam beraktivitas. 1

2 Pertumbuhan penduduk yang meningkat dengan luasan wilayah yang tetap mengakibatkan kepadatan penduduk di Kota Bandung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sampai tahun 2007, kepadatan penduduk Kota Bandung telah mencapai jiwa/ha, namun sebarannya tidak merata (BPS Kota Bandung). Wilayah Bandung Barat (wilayah Kota Bandung lama) memiliki intensitas kepadatan yang tinggi di banding wilayah Bandung Timur (wilayah pemekaran Kota Bandung). Hal ini pun berdampak terhadap distribusi penyebaran pusat ritel modern. Dawson (1974 p.156) dalam Healey and Ilbery berpendapat bahwa faktor utama yang mendorong pertumbuhan kegiatan ritel pada wilayah suburban adalah desentralisasi dari permintaan. Pertumbuhan aktivitas perkotaan yang tinggi pada wilayah pusat kota mengakibatkan pusat kota menjadi jenuh dan harga lahan menjadi tinggi mengakibatkan pergeseran permukiman penduduk ke arah suburban dan daerah pinggiran kota. Dalam kurun waktu 5 tahun penduduk wilayah Bandung Timur telah mengalami pertumbuhan 1.2% per tahun ( ) mencapai pada tahun 2005 atau % dari total penduduk Kota Bandung. Namun dengan luas wilayah yang 41.07% dari luas wilayah kota Bandung maka wilayah ini memiliki kepadatan penduduk yang rendah. Untuk itu maka Pemerintah Kota Bandung melalui kebijakan tata ruangnya membagi wilayah Bandung menjadi 6 (enam) wilayah pengembangan (WP) dalam rangka memeratakan pembangunan melalui kebijakan pengembangan dua pusat primer yang melayani enam pusat sekunder (RTRW Tahun 2013, 2004). Pusat-pusat kegiatan tersebut harus didukung oleh fungsi-fungsi pelayanan, salah satunya adalah perbelanjaan atau niaga. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain bersumber dari pasar tradisional penduduk memenuhinya dari sarana perbelanjaan yang tersebar di Kota Bandung. Berbelanja sudah berkembang belakangan ini, berbelanja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan saja tetapi sudah berkembang artinya menjadi suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu. Gaya hidup mempengaruhi kebutuhan akan barang dan jasa yang akan dikonsumsi oleh individu ataupun rumah tangga. Dengan demikian masing-masing akan memutuskan pilihan jenis produk sesuai dengan tingkat kepuasan dan daya belinya. Keberadaan ritel modern seperti supermaket, hypermarket dan 2

3 departement store semakin banyak ditemui di kota-kota besar di Indonesia. Dengan beraneka ragam produk yang ditawarkan, tata ruang yang bagus dan nyaman, udara yang bersih dan sejuk serta mempunyai fasilitas parkir yang luas tidaklah mengherankan jika ritel modern ini menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai kalangan pengunjung baik yang bermobil ataupun tidak bermobil memadati pusat-pusat ritel modern untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau hanya sekedar berekreasi. Distribusi spatial dari aktivitas seperti tempat tinggal, tempat kerja, tempat rekreasi, pendidikan, pusat perbelanjaan memiliki keputusan penentuan lokasi sesuai dengan karakteristik aktivitas masing-masing. Adanya perbedaan, baik alamiah maupun buatan di antara wilayah dalam suatu kota menyebabkan perbedaan dalam peluang untuk tumbuh dan berkembang aktivitas sosial ekonomi. Adanya perbedaan tersebut telah mendorong terciptanya kecenderungan bagi penduduk dan aktivitas sosial ekonominya serta berbagai sarana dan fasilitas pelayanan untuk mengelompok atau beraglomerasi pada daerah-daerah tertentu yang merupakan daerah-daerah pemusatan di dalam suatu wilayah. Dalam kurang dari empat puluh tahun sejak awal hadirnya pusat ritel modern pertama di Bandung (1967), diamati bahwa telah terjadi aglomerasi pusatpusat ritel modern di pusat kota maupun daerah sub pusat kota (peralihan). Distribusi spatial dari aktivitas tersebut menunjukan bahwa manusia perlu melakukan perjalanan untuk mencapai lokasi dimana aktivitas itu berada. Keinginan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya mewujudkan dalam sistem kegiatan baik rutin (bekerja, sekolah, berbelanja, rekreasi), atau terlembaga menciptakan ruang di dalam kota. Pusat perbelanjaan merupakan tujuan orang melakukan pergerakan sehingga membentuk pusat-pusat kegiatan baru yang berada di luar kawasan pusat. Secara rasional, orang akan cenderung memenuhi kebutuhan barang dan jasa dari fasilitas perbelanjaan yang terdekat. Namun perilaku manusia merupakan fungsi dari individu dan lingkungan. Individu memiliki kehendak dan lingkungan turut menentukan apakah kehendak itu akan dilaksanakan atau tidak. Sehingga dapat terjadi bahwa individu melakukan perjalanan berbelanja ke wilayah lain karena keinginan/kehendaknya tidak tercapai dari lokasi yang terdekat. 3

4 Dalam proses perkembangan dan pertumbuhan kota, maka aktivitas belanja dapat dikelompokkan sebagai aktivitas turunan. Artinya bahwa bersamaan dengan perkembangan kota maka sarana-sarana pendukung pelayanan kota muncul dengan sendirinya sebagai hasil dari mekanisme pasar maupun sebagai hasil dari kebijakan pembangunan kota. Sesuai dengan teori Christaller bahwa secara naluriah manusia akan mencari suatu pusat pemenuhan kebutuhan yang paling dekat, mudah, murah dicapai serta yang sesuai dan dapat memenuhi selera kebutuhannya. Dengan mengembangkan pusat-pusat ritel baru ke arah pinggiran kota terutama ke arah Timur Kota Bandung maka diduga akan ada perubahan pergerakan penduduk ke pusat kegiatan baru tersebut. Untuk mengetahui bagaimana arah perubahan pergerakan yang akan terjadi di pusat-pusat kegiatan baru tersebut, maka perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pola pergerakan belanja penduduk wilayah Bandung Timur. Pola pergerakan belanja tersebut diketahui dengan meneliti perilaku pergerakan belanja berdasarkan karakteristik perilaku pergerakan berbelanja dikaitkan dengan karakteristik sosial ekonomi penduduk. Dengan mengenali pola pergerakan belanja penduduk maka dapat diketahui perkembangan Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern di Kota Bandung. I.2 Rumusan Permasalahan Dengan perkembangan ritel modern yang sangat pesat serta distribusi ritel yang tidak merata, memberikan dampak baik positif maupun negatif bagi pembangunan Kota Bandung. Di satu sisi, pusat ritel dapat memacu pertumbuhan ekonomi wilayah maupun meningkatkan pendapatan penduduk dengan peluang terbukanya lapangan kerja. Di sisi lain, pusat ritel dengan orientasi profit memilih lokasi yang strategis seperti kawasan-kawasan pusat bisnis, perkantoran yang mengakibatkan lokasinya teraglomerasi di pusat-pusat kota maupun daerah transisi antara pusat dan pinggiran Kota Bandung. Sampai dengan tahun 2002 tercatat bahwa 23.7% lokasi mall terpusat di pusat kota, 43% lainnya di daerah sub pusat kota dan 33.3% sisanya di daerah pinggiran (Bappeda,2002). Dalam rangka memberikan pelayanan bagi seluruh masyarakat Bandung dan wilayah sekitarnya pemerintah berusaha untuk menyebarkan pusat-pusat 4

5 aktivitas secara merata ke seluruh kota sesuai dengan hirarki pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar kesenjangan perkembangan antara wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung Timur tidak terjadi. Salah satu pusat kegiatan adalah pusat perbelanjaan. Desentralisasi penduduk ke pinggiran kota karena tingginya intensitas pemanfaatan lahan di pusat kota dan meningkatnya harga lahan diikuti oleh desentraslisasi pusat-pusat kegiatan seperti ritel modern. Hadirnya ritel modern di wilayah Bandung Timur seperti di sepanjang koridor Jalan Soekarno Hatta dan di perumahan atau permukiman. Hal ini mengindikasikan ada perubahan pergerakan belanja ke ritel modern di wilayah Bandung Timur. Muncul pertanyaan kemudian, apakah pertumbuhan ritel modern di Bandung Timur mengubah perilaku belanja penduduk disekitarnya. Salah satu cara untuk mengetahui pola belanja penduduk adalah dengan meneliti perilaku pergerakan belanja. Dengan teridentifikasinya pola pergerakan belanja penduduk wilayah Bandung Timur maka akan memberi gambaran Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern di Kota Bandung. I.3 Tujuan dan sasaran penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengamati Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern dengan mengidentifikasi pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Pola pergerakan belanja diidentifikasi dengan meneliti karakteristik perilaku pergerakan berbelanja dan karakteristik individu penduduk. Kajian terhadap pola pergerakan belanja ini sangat penting karena akan memberi gambaran perilaku berbelanja penduduk. Dengan gambaran tersebut dapat memprediksikan perubahan pola belanja jika ada ritel modern baru. Rencana pengembangan Gedebage sebagai pusat primer ke dua akan didukung oleh pusatpusat kegiatan setingkat kota. Pusat perbelanjaan merupakan salah satu fasilitas perkotaan yang akan melengkapi fungsi dan peran Gedebage sebagai pusat primer. Penyediaan fasilitas perbelanjaan baru tersebut akan berdampak pada perubahan pola pergerakan penduduk jika penyediaannya sesuai dengan pola belanja penduduk Bandung Timur. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh kesimpulan bahwa dengan karakteristik sosial ekonomi penduduk dan pola perilaku pergerakan dalam berbelanja dapat memberi gambaran Bandung Timur 5

6 sebagai tujuan belanja ritel modern. Adapun sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut : 1. Mengindetifikasi karakteristik pergerakan belanja penduduk meliputi tujuan pergerakan, intensitas pergerakan, moda yang digunakan, jarak, dan waktu. Selain itu dikaitkan dengan jenis barang, jenis ritel dan alasan berbelanja yang mempengaruhi perilaku pergerakan 2. Mengindetifikasi hubungan antara karakteristik sosial ekonomi individu dengan karakteristik pergerakan berbelanja meliputi hubungan antara jenis pekerjaan, penghasilan, pendidikan dengan arah dan tujuan pergerakan belanja. Hal ini penting karena sebenarnya karakteristik sosial ekonomi penduduk akan mempengaruhi pola perilaku penduduk dalam berbelanja I.4 Pentingnya penelitian Penelitian ini menekankan pada pola perilaku pergerakan berbelanja penduduk. Kajian ini penting dikarenakan dengan mengetahui pola pergerakan ini akan memberi gambaran jelas bagaimana perilaku penduduk wilayah Bandung Timur dalam berbelanja ke pusat-pusat ritel modern. Dari gambaran tersebut dapat diperoleh gambaran umum wilayah Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern. Karakteristik individu (tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya) dan faktor karakteristik pergerakan (tujuan pergerakan, jarak, moda yang digunakan, dan sebagainya) merupakan aspek penting dalam merubah struktur ruang wilayah Bandung Timur. Rencana pemerintah untuk mengembangkan Gedebage sebagai pusat primer telah dilaksanakan. Berbagai fasilitas umum dan sosial mulai diarahkan pengembangannya ke wilayah Bandung Timur. Pusat ritel modern sebagai salah satu fasilitas pelayanan umum mulai bermunculan disepanjang koridor jalan Soekarno Hatta, misalnya Metro Trade Center dengan Hypermarket sebagai ritel utamanya, Carrefour di persimpangan jalan Terusan Kiaracondong dan jalan Soekarno Hatta menunjukan bahwa perusahaan ritel modern sudah mulai berkembang ke arah Bandung Timur walaupun masih dalam jumlah yang terbatas. Dengan hadirnya beberapa ritel modern tersebut minimal akan mempengaruhi 6

7 pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Untuk itu kajian pola pergerakan berbelanja ini akan menjadi gambaran umum Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern. I.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup ini terbagi dalam dua bagian yaitu pertama, ruang lingkup materi yang menjelaskan hal-hal yang menjadi pokok pembahasan penelitian ini. Kedua, ruang lingkup wilayah yang menjelaskan wilayah penelitian panelitian ini Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah perluasan Kotamadya Bandung Tahun 1987 berdasarkan PP No. 16 Tahun 1987 yang terdiri dari dua wilayah pengembangan yaitu wilayah pengembangan Gedebage dan wilayah pengembangan Ujungberung. Sesuai PP No. 03 Tahun 2004, wilayah pengembangan Gedebage mencakup Kecamatan Bandung Kidul, Margacinta dan Rancasari di luar kelurahan Mekarmulya, sedangkan wilayah pengembangan Ujungberung mencakup Kecamatan Cicadas, Arcamanik, Ujungberung, Cibiru dan Kelurahan Mekarmulya. Selanjutnya dalam penulisan ini, kedua wilayah pengembangan tersebut dikategorikan wilayah Bandung Timur Untuk lebih jelasnya ruang lingkup penelitian ini dapat dilihat pada tabel I.1 dan gambar I Ruang Lingkup Materi Untuk dapat memperoleh temuan penelitian yang lebih terfokus, penelitian ini akan dibatasi pada beberapa aspek, selain masalah keterbatasan waktu dan biaya. Di samping wilayah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, materi yang dibahas dan diteliti pada penelitian ini adalah dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut : 1. Karakteristik sosial ekonomi yang membahas jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan kepemilikan kendaraan. 2. Karakteristik perilaku pergerakan berbelanja membahas tujuan pergerakan berbelanja, intensitas berbelanja, moda yang digunakan, jarak tempuh, waktu 7

8 tempuh, yang dikaitkan dengan jenis produk, jenis ritel dan alasan berbelanja. 3. Tinjauan terhadap Kota Bandung dan tinjauan internal wilayah Bandung Timur untuk mengetahui gambaran awal dalam hal pola penggunaan lahan, aspek kependudukan dan perkembangan dan distribusi fasilitas ritel modern di wilayah penelitian 5. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel rumah tangga secara proporsi di seluruh wilayah kelurahan/desa yang ada di wilayah Bandung Timur. Hal ini dimaksudkan untuk melihat gambaran perilaku berbelanja penduduk wilayah Bandung Timur pada pusat-pusat ritel modern di Kota Bandung. 6. Analisis pola berbelanja penduduk Bandung Timur pada pusat-pusat ritel modern dilakukan hanya pada orang dewasa. Anak-anak (usia <15 Tahun) tidak termasuk dalam unit analisis karena diasumsikan pergerakannya mengikuti orang dewasa (orang tua). Pola belanja ini dilihat dari aspek karakteristik individu dan pola perilaku pergerakan penduduk dalam mengkonsumsi ritel. Berdasarkan kajian diatas akan disimpulkan gambaran umum Bandung Timur sebagai tujuan ritel modern. Kesimpulan ini menjadi masukan terhadap penyediaan fasilitas pusat ritel modern di wilayah Bandung Timur dalam kerangka pemerataan distribusi aktivitas kegiatan guna mengurangi kejenuhan aktivitas di wilayah Bandung Barat. 8

9 Tabel I.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian W ilayah Pe nge m bangan W P Gedebage W P U jungberung Sumber : PP No. 03 Tahun 2004\ Desa/ K e cam atan Kelurahan 1. Bandung K idul 1. W ates 2. M engger 3. Batununggal 4. K ujangsari 2. M argacinta 1. M argasenang 2. M argasari 3. Sekejati 3. Rancasari 1. D arw ati 2. Cisaranten K idul 3. Cipamokolan 1. Cibiru 1. Cipadung K ulon 2. Cipadung K idul 3. P asirbiru 4. Cipadung 5. P alasari 6. Cisurupan 2. U jungberung 1. Cisaranteun W etan 2. U jungberung 3. P asanggrahan 4. P asirjati 5. P asirw angi 6. Cigending 7. P asirendah 3. Arcamanik 1. Cisaranteun K ulon 2. Cisaranten 3. Sukamiskin 4. Sindangjaya 4. Cicadas 1. A ntapani K idul 2. A ntapani Tengah 3. A ntapani 4. K arangpamulang 5. M andalajati 5. Rancasari 4. M ekarmulya 9

10 10

11 I.6 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian terbagi atas tiga bagian yaitu metode pendekatan, sistematika (kerangka pikir) dan tahapan penelitian Metode Pendekatan Untuk mencapai tujuan dan sasaran yaitu mengamati Bandung Timur sebagai tujuan belanja ritel modern dengan mengidentifikasi pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur, didekati dengan mengamati pola perilaku pergerakan belanja penduduk di antaranya : 1. Tujuan pergerakan belanja dengan variabel : jarak tempuh, moda yang digunakan, waktu tempuh, frekuensi kunjungan. Tujuan pergerakan belanja disini adalah ritel modern dan pusat-pusat ritel modern yang tersebar di Kota Bandung (kecuali minimarket). Pola perilaku pergerakannya dapat digambarkan dengan arah dan jarak yang ditempuh untuk mencapai lokasi ritel modern tersebut. Arah pergerakan belanja tersebut dapat berupa pergerakan belanja ke luar wilayah studi maupun di dalam wilayah studi dengan melihat tujuan lokasi ritel modern yang dikunjungi. Tujuan lokasi, moda yang gunakan dan frekuensi didekati dengan mengajukan pertanyaan secara tertutup sedangkan jarak tempuh dan waktu tempuh diajukan dengan pertanyaan secara terbuka kepada responden melalui kuesioner. 2. Sasaran belanja dengan variabel jenis ritel modern dan jenis produk. Sasaran menunjuk pada objek yang akan digunakan untuk menjelaskan motivasi individu dalam berbelanja ke pusat ritel modern. Jenis ritel modern dan jenis produk merupakan faktor daya tarik kunjungan berbelanja penduduk. Jenis ritel modern dan jenis produk didekati dengan mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang diolah menggunakan data sekunder. 3. Alasan menggunakan fasilitas pusat-pusat ritel modern terdekat didekati untuk mengetahui pendapat/opini penduduk tentang keberadaan pusat ritel modern yang berada dekat dengan lokasi tempat tinggal. Alasan ini didekati dengan mengajukan pertanyaan semi tertutup. Artinya responden diberi alternatif jawaban namun diberi peluang untuk memberikan jawaban lain. 11

12 1.6.2 Kerangka Pikir Untuk memahami keseluruhan penelitian telah disusun kerangka pemikiran yang terdiri dari tahap-tahap pengerjaan yang harus dilalui secara diagramatik dapat di lihat pada gambar I.2 Gambar I.2 Kerangka Pemikiran Perkembangan Kota Perkembangan Struktur Kota Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan dan distribusi Ritel Modern Perilaku Pergerakan Belanja Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik Pergerakan Pola Pergerakan Penduduk Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian literatur terhadap karakteristik wilayah Bandung. 2. Tinjauan teoritis mengenai pola pergerakan penduduk dan perilaku belanja. 3. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi penduduk wilayah penelitian. 4. Mengidentifikasi pola perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah penelitian 5. Menjelaskan pola belanja penduduk pada wilayah Bandung Timur 12

13 1.6.3 Tahapan Penelitian Agar proses penelitian dapat berjalan dengan lebih mudah dan hasil yang diperoleh dapat lebih rasional dan akurat, maka disusun suatu metode pendekatan untuk melakukan penelitian sebagai usaha pemecahan masalah. Adapun diagram tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Gambar I.3 Diagram Tahapan Penelitian Pengamatan Awal Tinjauan pustaka Lokasi Survey Pengumpulan data Data Primer Data sekunder Karakteristik Rumah Tangga 1. RTRW Kota Bandung Tahun Komposisi keluarga 2. RDTRK Wilayah Gedebage & Ujungberung 2. Pendapatan Keluarga 3. Jumlah Penduduk 3. Pekerjaan Keluarga 4. Klasifikasi Ritel Modern 4. Pemilikan Kendaraan 5. Jumlah Penduduk 6. Jumlah keluarga per kecamatan Karakteristik Pergerakan Berbelanja Rumah Tangga 1. Tujuan Berbelanja 2. Intensitas Kunjungan 3. Jarak ke Lokasi Tujuan 4. Waktu Tempuh 5. Moda yang digunakan 6. Jenis Barang 7. Alasan Pengolahan dan Analisis Data Analisis Karakteristik sosial ekonomi dan pergerakan penduduk (Analisis Deskriptif) Hasil analisa dan kesimpulan Pembahasan Kesimpulan 13

14 Tahapan penelitian yang dilakukan akan dijelaskan secara lebih terinci. Tahap awal adalah melakukan kajian terhadap Kota Bandung untuk mengetahui perkembangan dan distribusi ritel. Selanjutnya menentukan lokasi wilayah studi yaitu kelurahan se wilayah Bandung Timur. Tahapan berikutnya adalah tahap pengumpulan data, pengumpulan data primer yang terdiri dari data karakteristik keluarga, karakteristik pergerakan belanja. Pada tahap pengumpulan data juga dikumpulkan data-data sekunder yang mendukung penelitian. Pada tahap pengolahan dan analisis data dilakukan analisis deskriptif terhadap data-data primer yang diperoleh sehingga diketahui karakteristik sosial ekonomi dan pola pergerakan penduduk. Pada tahap berikutnya dilakukan kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan disertai saran untuk penggunaan penelitian dan penelitian selanjutnya Metode Pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Untuk memperoleh gambaran mengenai batas-batas wilayah penelitian, dilakukan dengan merujuk pada peraturan pemerintah No. 03 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung. 2. Survei primer, dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi dan perilaku pergerakan berbelanja anggota keluarga. Teknik penyebaran kuesioner ini adalah dengan menyebarkannya pada unit-unit rumah tangga yang tersebar di 33 (tigapuluh tiga) kelurahan di wilayah Bandung Timur, sehingga rumah tangga di setiap kelurahan di wilayah Bandung Timur dapat terwakili. Hal ini dilakukan untuk melihat karakteristik penduduk Bandung Timur dalam berbelanja. Kuisioner disebarkan dalam kurun waktu seminggu pada minggu kedua bulan agustus 2007 yang mana sebagian besar disebarkan pada hari kerja mulai senin - jumat. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah semua 14

15 penghuni dalam satu rumah (ayah, ibu, anak dan semua yang tinggal dalam rumah). Untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih terkait dengan penelitian ini, digunakan teknik proporsional sampling menurut wilayah kelurahan. Dalam penelitian ini, anggota populasi yang diambil dalam sampel adalah jumlah keseluruhan unit rumah tangga per wilayah kelurahan pada tujuh kecamatan di wilayah Bandung Timur. Jumlah sampel yang diambil dari populasi digunakan rumus slovin (husein umar, 1998) sebagai berikut : N n Nd 2 +1 Dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi D = derajat kesalahan penulis dalam pengambilan sampel populasi Berdasarkan rumus diatas, dengan jumlah keseluruhan unit rumah tangga di 33 (tiga puluh tiga) kelurahan di wilayah Bandung Timur tahun 2005 sebesar (data dari laporan hasil pendataan keluarga yang dilakukan oleh BKKBN) dengan derajat kesalahan 7%. Maka diperoleh jumlah kuesioner yang disebar 212 buah. Untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang kurang valid maka jumlah kuesioner ditambah 10%, sehingga jumlah keseluruhan kuesioner yang disebar adalah 225 buah. Penyebaran kuesioner ke unit-unit rumah tangga disesuaikan dengan proporsi jumlah unit rumah tangga di 1 (satu) kelurahan dibandingkan dengan seluruh unit rumah tangga di wilayah Bandung Timur. Untuk jelasnya dapat di lihat pada tabel I.2. Survei sekunder, berupa kajian pustaka yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang telah disimpulkan pihak lain namun berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Sumber data yang diperoleh berasal dari Dinas Tata Kota Bandung, Bappeda Kota Bandung, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung. 15

16 Tabel I.2 Pembagian jumlah sampel per kecamatan di Kota Bandung* Kecamatan Jumlah Jumlah Penduduk Keluarga Sampel Bandung Kidul 50,119 10, Margacinta 118,299 21, Rancasari 64,659 15, Cibiru 79,968 17, Ujungberung 77,096 18, Arcamanik 62,777 14, Cicadas 97,561 23, , , *Data sebaran sampel per kelurahan terlampir (Lamp. A) Metode Analisis Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih muda dibaca dan diinterprestasikan. Dalam penelitian ini teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat pola pergerakan penduduk berdasarkan pola perilaku pergerakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi). Menerjemahkan hasil kuesioner ke dalam bentuk deskiptif menggunakan bantuan program statistik SPSS (Statistical Programme for Social Science) untuk memudahkan analisis data. Untuk memahami karakteristik pola perilaku pergerakan belanja penduduk digunakan analisis tabulasi silang (crosstab) pada pergerakan rumah ke pusat ritel modern dengan menggunakan SPSS terhadap variabel-variabel yang ada dalam kuesioner. 1.7 Sistematika Pembahasan Sistimatika penulisan pada bab ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran penelitian, pentingnya penelitian, ruang lingkup, metodologi penelitian dan sistimatika pembahasan 16

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan pembahasan terhadap teori-teori yang mendasari ide-ide penelitian. Teori yang dibahas meliputi tinjauan perilaku berbelanja, tinjauan ritel modern, tinjauan pergerakan penduduk, tinjauan struktur ruang dan tinjauan terhadap studi-studi terdahulu BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH BANDUNG TIMUR Bab ini membahas tentang kondisi eksisting wilayah Bandung secara umum dan Bandung Timur secara khusus meliputi tata guna lahan, kependudukan, perekonomian dan sebaran ritel modern BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR Bab ini akan membahas tentang karakteristik ekonomi dan sosial penduduk, karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk serta hubungan antara karakteristik perilaku pergerakan belanja dengan karakteristik sosial ekonomi. BAB V KESIMPULAN Bab ini akan menyimpulkan temuan-temuan studi tentang pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur dan rekomendasi hasil studi yang diusulkan. Selain itu pada bab ini juga diuraikan tentang kelemahan-kelemahan studi dan saran studi selanjutnya. 17

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG

BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG BAB III KARAKTERISTIK WILAYAH TIMUR KOTA BANDUNG Sebelum menganalisis lebih jauh, terlebih dahulu akan dibahas karakteristik Kota Bandung dan secara khusus wilayah Bandung Timur meliputi kondisi karakteristik

Lebih terperinci

63

63 62 63 64 65 66 Berdasarkan gambar IV.8 bila dikaji berdasarkan batasan administrasi asal kelurahan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kelurahan dari Kecamatan Cicadas dominan melakukan kunjungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR Pada bab ini akan dianalisis pola pergerakan belanja wilayah Bandung Timur. Pola pergerakan belanja meliputi dua aspek yaitu karakteristik

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Industri ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara., terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu maupun masyarakat luas selalu berusaha dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Baik individu maupun masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa

I. PENDAHULUAN. berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan yang dapat berupa I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pusat perbelanjaan yang tumbuh semakin pesat di Jakarta setelah berlalunya kerusuhan yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1998 merupakan fenomena tersendiri. Pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas sosial ekonomi. Hal ini tercermin dengan semakin meningkatnya penggunaan lahan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kotakota di Indonesia termasuk kota Bandung. Penanganan dan pengendalian permasalahan persampahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Kota Bandung yang sangat tinggi baik secara alami maupun akibat arus urbanisasi mengakibatkan permintaan untuk perumahan semakin besar. Salah

Lebih terperinci

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL TUGAS INDIVIDU Oleh: MUHAMMAD HANIF IMAADUDDIN (3613100050) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan ekonomi seperti saat ini, saat gelombang ekonomi mengakibatkan krisis di berbagai area kehidupan, masyarakat membutuhkan adanya sumber modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Modern Superindo Godean (terletak di pinggir kota Yogyakarta). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran studi dimaksudkan untuk menjelaskan sistematika alur pemikiran penulis terkait topik yang diambil. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian, karena objek penelitian merupakan sumber diperolehnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, yaitu meliputi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv vi ix xi xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan kehidupannya, manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya kebutuhan tersebut,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Permasalahan yang terjadi di semua negara berkembang, termasuk di Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan urbanisasi yang tinggi akibat laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REDESAIN RAU TRADE CENTER (RTC) DI KOTA SERANG Sebagai Pusat Perbelanjaan Bernuansa Modern Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini masyarakat baik para pekerja maupun para pelajar banyak mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari yang praktis, dekat dengan tempat tinggalnya

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian terdapat di Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon yang secara astronomis terletak pada lintang 6 42 50 LS - 6 44 00 LS

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan teknik analisis komponen utama menggunakan sofware SPSS for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas masyarakat. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Seiring dengan tumbuhnya sebuah kota,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini di zaman pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan teknologi yang sangat pesat dan sulit untuk diprediksi. Manusia yang berperan sebagai konsumen dari

Lebih terperinci

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RADITYA MAHARSYI DANANJAYA L2D 005 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Secara garis besar teori-teori tersebut membahas mengenai tinjauan perilaku berbelanja, tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai

Lebih terperinci

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan di bidang ekonomi dalam beberapa tahun terakhir di kotakota besar di Indonesia, menyebabkan usaha ritel khususnya berskala besar (modern)

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 133 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM Metodologi penelitian ini menguraikan tahapan penelitian yang dilakukan dalam studi ini. Penggunaan metode yang tepat, terutama dalam tahapan pengumpulan dan pengolahan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar tradisional di negeri ini tidak terlepas dari sejarah dan budaya nenek moyang kita. Namun, seiring perubahan gaya hidup konsumen, pasar tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang berjalan atau berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang berjalan atau berhenti. Untuk kendaraan-kendaraan yang berhenti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas terdiri dari berbagai aspek yang saling berkaitan. Lalu lintas yang baik adalah yang mampu mewujudkan arus yang lancar, kecepatan yang cukup, aman, nyaman,

Lebih terperinci

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN Iwan Setiawan iwan4671@gmail.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudi No 229

Lebih terperinci

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN Pemilihan lokasi perumahan oleh penghuni, pengembang, dan pemerintah dianalisis berdasarkan hasil kuesioner dengan menggunakan sofware SPSS for windows. Penentuan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan PT Trans Retail Indonesia PT Trans Retail Indonesia atau Carrefour adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa retail/bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau yang sering disebut shopping mall belakangan diketahui sebagai produk yang ada karena imbas dari kombinasi antara perkembangan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung memiliki angka pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi, yaitu sekitar 0,972% (Kota Bandung dalam Angka, 2004). Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin berkembang dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya bisnis ritel di Indonesia disebabkan oleh semakin luasnya pangsa pasar yang membuat produsen kesulitan untuk menjual produknya langsung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap Negara didunia adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan bisa terjadi dimana saja dan dimensi kemiskinan

Lebih terperinci

Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional

Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan proses tawar-menawar. Dalam suatu daerah atau wilayah pasar menjadi pusat dari kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di tambah dengan kebutuhan hidup sehari hari yang harus terpenuhi. Suatu lahan kota akan mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi. BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi merupakan salah satu pemukiman padat penduduk yang dekat dengan pusat kota dan tingkat pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan kriteria

Lebih terperinci

Pola Perubahan Berbelanja Masyarakat Akibat Perubahan Pusat Perbelanjaan di Kecamatan Wonokromo

Pola Perubahan Berbelanja Masyarakat Akibat Perubahan Pusat Perbelanjaan di Kecamatan Wonokromo JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-43 Pola Perubahan Berbelanja Masyarakat Akibat Perubahan Pusat Perbelanjaan di Kecamatan Wonokromo Justin Putri Pitasari dan Putu Gde Ariastita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sektor transportasi dengan sarana dan prasarana yang memadai, sangatlah diperlukan adanya untuk pertumbuhan dan perkembangan wilayah sebagai tempat kegiatan manusia

Lebih terperinci

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perlambatan ekonomi global berdampak hampir di semua negara sehingga berpengaruh terhadap target pencapaian jangka panjang, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses perkembangan dan pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia melahirkan sektor informal. Salah satu wujud sektor informal di perkotaan adalah lahirnya pedagang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa maupun dalam perdagangan berdampak besar terhadap perekonomian suatu bangsa. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat berasalnya para

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR Oleh : ANIARANI ANDITA 15403045 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Βαβ Ι Πενδαηυλυαν I TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Βαβ Ι Πενδαηυλυαν I TINJAUAN UMUM I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pertambahan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi seiring kegiatan didalamnya memicu terjadinya pengembangan wilayah secara keseluruhan dan merata di Kota Semarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ritel yang saat ini tumbuh dan berkembang pesat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat, setiap perusahaan bersaing untuk menarik pelanggan dan mempertahankan eksistensinya di pasar. Termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha kuliner di Indonesia berlangsung sangat cepat, meskipun sekarang ini perekonomian Indonesia mengalami masa yang cukup sulit. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH Penyusunan garis besar langkah kerja merupakan suatu tahapan kegiatan dengan menggunakan metodologi. Metodologi pendekatan analisis dilakukan dengan penyederhanaan

Lebih terperinci

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha retail (eceran) tumbuh pesat, jumlah dan lokasi usahanya cenderung mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat dipengaruhi

Lebih terperinci