BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI


BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman, 1996: 16).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif korelasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

Total 202 orang 100 %

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui berbagai penelitian terdahulu tentang kepuasan kerja dan work life

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Gedung SMP Negeri 1 Gemawang terletak di Jl. Muncar Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN ORANGTUA DAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. sesuatu yang berkenaan dengan penelitian. Penelitian dilaksanakan di wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. 1. Variabel tergantung : Persepsi terhadap penggunaan alat kontrasepsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. (2003), penelitian korelasioanal merupakan penelitian untuk mengetahui ada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

komputer program program Statistical Packages for Social Sciences

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian SMU N 1 Getasan adalah salah satu sekolah yang ada di Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan yang beralamat di Jl. Raya Kopeng KM. 08 Getasan. Sekolah ini terletak di kaki gunung Merbabu. Walaupun sekolah ini berada di daerah pedesaan, akses untuk menuju sekolah ini sangat mudah, karena lokasi sekolah ini berada tepat di tepi jalan raya Kopeng. Suasana di sekolah ini seperti keadaan di daerah pegunungan pada umumnya yaitu memiliki suhu udara yang dingin. Sekolah ini terletak di antara dua dusun yaitu di sebelah utara sekolah ini adalah dusun Kenteng dan di sebelah selatan sekolah ini adalah dusun Bumiayu yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. SMU N 1 Getasan merupakan sekolah yang memiliki kualitas baik, karena sekolah ini sudah memiliki akreditasi A. Lingkungan sekolah ini cukup bersih, fasilitas di sekolah ini sendiri di antaranya adalah, lapangan basket, lapangan voli dan perpustakaan. Untuk lapangan basket itu sendiri memiliki multi fungsi, selain digunakan untuk bermain basket, lapangan ini juga bisa digunakan untuk bermain futsal karena disebelah ring basket tersedia juga dua gawang sepakbola kecil yang berukuran 1 X 0,5 meter, dan lapangan basket ini juga biasa digunakan untuk melaksanakan upacara Bendera setiap hari senin. 37

38 Kegiatan-kegiatan organisasi yang diadakan di SMU Negeri 1 Getasan antara lain, Osis dan Bantara untuk kegiatan ekstrakulikuler antara lain, futsal, voli, basket, dan karate. Siswa-siswa yang bersekolah di SMU Negeri 1 Getasan ini sebagian berasal dari sekitar daerah Kecamatan Getasan dan sebagian berasal dari Kota Salatiga. Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari penulisan biodata di skala siswa-siswa SMU Negeri 1 Getasan kelas X, subjek berusia 15 sampai 17 tahun atau bisa dikatakan dalam masa remaja tengah. B. Persiapan Penelitian 1. Perijinan Penelitian Persiapan penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a. Pengurusan surat permohonan izin pengambilan data dari fakultas untuk melaksanakan penelitian di SMU Negeri 1 Getasan. b. Menghubungi Wakil Kepala Sekolah bagian kesiswaan SMU Negeri 1 Getasan untuk menjajagi kemungkinan pelaksanaan penelitian dengan membawa surat pengantar dari fakultas dan contoh skala yang akan digunakan dalam penelitian. Surat pengantar dari fakultas itu kemudian peneliti berikan kepada Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan. c. Mendiskusikan dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan mengenai waktu yang tepat dan tata cara pelaksanaan penelitian.

39 Berdasarkan surat pengantar dari fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan Nomor 49PU- F.Psi/VII/2012 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Getasan, maka penulis bertemu dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan agar diijinkan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Penelitian yang dilakukan di SMU Negeri 1 Getasan ini memiliki siswa atau subjek penelitian kurang lebih sebesar 364 orang. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SMU berjumlah 40 orang dengan usia 15 sampai 17 tahun. 2. Penyusunan Alat Ukur Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat penelitian berupa skala. Skala tersebut terdiri dari pernyataan tertulis yang berasal dari aspek-aspek yang hendak diukur, yang akan diberikan kepada subjek untuk dijawab. Dalam penelitian ini skala yang akan digunakan adalah skala tertutup, dimana jawaban sudah ditentukan sehingga subjek tidak dapat memberikan jawaban di luar dari pilihan yang telah ditentukan oleh penulis. Alat ukur tersebut di buat untuk mengukur Kematangan Emosi dan kompetensi interpersonal pada remaja tengah. Skala Kematangan Emosi terdiri dari 30 item pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel kematangan emosi yaitu, dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain, tidak bersifat impulsif, memiliki kontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, berpikir obyektif, memiliki tanggung jawab.

40 Tabel 4.1 Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kematangan Emosi Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable Dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain 1, 2, 3 16, 17, 18 Tidak bersifat impulsif 7, 8, 9 19, 20, 21 Memiliki kontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik 13, 14, 15 25, 26, 27 Berpikir obyektif 22, 23, 24 10, 11, 12 Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30 4, 5, 6 Dalam melakukan penskoringan untuk item-item pernyataan dalam skala Kematangan Emosi, digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 4. Skala Kompetensi Interpersonal terdiri dari 30 item pernyataan yang disusun berdasarkan aspek-aspek variabel kompetensi interpersonal yaitu, kemampuan berinisiatif, kemampuan untuk bersikap terbuka (self disclosure), kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan memberikan dukungan emosional, kemampuan dalam mengatasi konflik.

41 Tabel 4.2 Komposisi Aspek dan Nomor Item pada Skala Kompetensi Interpersonal Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable kemampuan berinisiatif 1, 2, 3 16, 17, 18 kemampuan untuk bersikap terbuka (self 7, 8, 9 25, 26, 27 disclosure) kemampuan untuk bersikap asertif 10, 11, 12 28, 29, 30 Kemampuan memberikan dukungan emosional 19, 20, 21 13, 14, 15 kemampuan dalam mengatasi konflik 22, 23, 24 4, 5, 6 Dalam melakukan penskoringan untuk item-item pernyataan dalam skala Kompetensi Interpersonal digunakan empat alternatif pilihan jawaban, yaitu pada item favorable, skor untuk pilihan sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sedangkan untuk penskoringan pilihan jawaban pada item unfavorable, skor untuk pilihan sangat setuju 1, setuju 2, tidak setuju 3, sangat tidak setuju 4. 3. Uji Coba Alat Ukur Uji coba alat ukur bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala sehingga hasil pengukurannya yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba

42 dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 dengan menggunakan try out terpakai. Uji coba terpakai adalah subjek yang digunakan untuk uji coba digunakan sekaligus untuk penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga dan biaya ( Hadi, 1992) 4. Tahap Pengambilan Data Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus 2012 pukul 09.00 WIB pagi. Pada saat itu SMU Negeri 1 Getasan untuk siswa-siswa kelas X sedang diadakan pembuatan kartu pelajar sehingga siswa-siswa kelas X waktu itu pelajarannya dikosongkan selama 2 jam pelajaran (90 menit) oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan waktu inilah yang digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah incidental sampling. Menurut Supramono (1993) teknik sampling insidental yaitu pemilihan sampel yang terjadi secara kebetulan pada saat diadakan pengumpulan data. Cara pengambilan data yang peneliti gunakan adalah dengan memberikan skala kepada siswasiswa yang peneliti jumpai secara kebetulan di kelas-kelas yang sedang menunggu giliran untuk membuat kartu pelajar. Peneliti dalam menyebarkan skala dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, peneliti saat itu membagikan skala di kelas X.2 dan peneliti menunggu siswa-siswa X.2 pada saat mengisi skala hingga pengisian skala selesai, dan skala yang lain peneliti berikan kepada

43 wakil kepala sekolah yang juga ikut membantu peneliti dalam menyebarkan skala di kelas lain. Di dalam kelas yang peneliti tunggu jumlah siswanya sekitar 15 siswa. Setelah para siswa kelas X.2 selesai mengisi skala, peneliti kemudian menyebarkan skala di kelas X.1 dan pada saat itu Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan kembali mendatangi peneliti untuk meminta skala lagi, kemudian peneliti memberikan sejumlah skala kepada bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan untuk disebarkan kepada siswa-siswa kelas X di ruangan yang lain, sementara peneliti tetap menunggui siswa-ssiwa kelas X.1 mengisi skala hingga selesai. Saat seluruh siswa-siswa kelas X.1 selesai mengisi skala, bapak Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan datang beberapa saat kemudian dengan membawa skalaskala yang telah terisi, kemudian peneliti ditanya oleh bapak wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apakah skala yang terkumpul sudah cukup untuk data penelitiannya, dan peneliti menjawab sudah cukup, waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan pengambilan data kurang lebih selama 90 menit. Seluruh skala yang peneliti sebarkan sekitar 60 skala dan yang dikembalikan kepada peneliti berjumlah 42 skala dengan 2 skala yang tidak peneliti gunakan hal ini dikarenakan ke dua skala tersebut tidak diisi secara lengkap atau ada item-item yang terlewati. Dari pengambilan data yang telah diperoleh peneliti, maka data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini berjumlah 40 skala.

44 C. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment, sedangkan untuk uji reliabilitas menggunakan teknik alpha Cronbach. Item pada skala pengukuran dapat dikatakan memiliki validitas baik apabila mempunyai koefisien korelasi item total r 0,25 (dalam Azwar, 1999) a. Skala Kematangan Emosi Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala kematangan emosi yang terdiri dari 30 item, pada penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan terdapat 12 item soal yang gugur, sehingga 18 item soal lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 12, 17, 19, 23, 24, dan 30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 18 item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak antara 0,266 hingga 0,564.

45 Tabel 4.3 Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Kematangan Emosi Aspek Kematangan Item Favorable Unfavorable Emosi valid Dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang 1*, 2*, 3* 16, 17*, 18 2 lain Tidak bersifat impulsif 7*, 8*, 9* 19*, 20, 21 2 Memiliki kontrol emosi dan ekspresi emosi secara 13, 14, 15 25, 26, 27 6 baik Berpikir obyektif 22, 23*, 24* 10, 11, 12* 3 Memiliki tanggung jawab 28, 29, 30* 4, 5, 6 5 Total item valid 6 12 18 * : item yang gugur Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas pada Kematangan Emosi sebesar α = 0,815 yang berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala Kematangan Emosi termasuk dalam kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur pada skala Kematangan Emosi dapat dilihat pada tabel 4.3 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C.

46 b. Skala Kompetensi Interpersonal Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment, diperoleh hasil bahwa skala kompetensi interpersonal yang terdiri dari 30 item, pada penghitungan uji validitas yang pertama menunjukkan terdapat 15 item soal yang gugur, sehingga 15 item soal lainnya dinyatakan valid. Item-item yang gugur adalah nomor 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 16, 22, 23, 25, 26, 28, 29 dan 30. Kemudian dilakukan penghitungan uji validitas yang kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya di pengujian yang kedua ini sudah tidak ada lagi item yang gugur. Jadi item yang valid pada skala ini berjumlah 15 item, dan memiliki koefisien validitas yang bergerak antara 0,258 hingga 0,635. Tabel 4.4 Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Kompetensi Interpersonal Item Aspek Kematangan Emosi Favorable Unfavorable valid kemampuan berinisiatif 1*, 2*, 3* 16*, 17, 18 2 kemampuan untuk bersikap 7*, 8*, 9 25*, 26*, 27 2 terbuka (self disclosure) kemampuan untuk bersikap 10*, 11, 12 28*, 29*, 30* 2 asertif Kemampuan memberikan 19, 20, 21 13, 14, 15 6 dukungan emosional kemampuan dalam 22*, 23*,24 4*, 5, 6 3

47 mengatasi konflik Total item valid 7 8 15 * : item yang gugur Setelah itu dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan analisis teknik Alpha Cronbach. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas pada Kompetensi Interpersonal sebesar α = 0,826 yang berarti bahwa dalam penghitungan uji reliabilitasnya skala Kompetensi Interpersonal termasuk dalam kategori sangat memuaskan (Azwar,1999). Item yang valid dan gugur pada skala Kompetensi Interpersonal dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran C. D. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kematangan Emosi sebesar 0,640 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan nilai Kolmogorov Smirnov untuk variabel Kompetensi Interpersonal sebesar 0,780 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel dan grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D. 2. Uji Linearitas Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai deviation from linierity F sebesar 0,963 dengan signifikansi sebesar 0,533 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa

48 kematangan emosi memiliki korelasi linier dengan kompetensi interpersonal. Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat di lampiran E. E. Analisis Deskriptif Untuk mengukur tinggi rendahnya masing-masing variabel penelitian digunakan interval sebagai berikut : Jumlah skor tertinggi Jumlah skor terendah Jumlah jenjang 1. Variable Kematangan Emosi Variabel Kematangan Emosi memiliki item valid sebanyak 18 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1 hingga 4 menurut jenis item favorabel dan unfavorabel. Skor tertinggi: 4 x 18 = 72 Skor terendah: 1 x 18 = 18 Berdasarkan analisis deskriptif kematangan emosi dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval adalah: Interval = Jumlah skor tertinggi Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang = 72 18 5 =10,8 Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai interval yang akan digunakan adalah sebesar 10,8 maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut:

49 18 x < 28,8 = Sangat Rendah 28,8 x < 39,6 = Rendah 39,6 x < 50,4 = Sedang 50,4 x < 61,2 = Tinggi 61,2 x < 72 = Sangat Tinggi Hasil analisis deskriptif dukungan Kematangan Emosi diperoleh jumlah nilai minimum adalah 34.00 dan jumlah nilai maximum 63.00, dengan mean 51,52 dan standart deviasi 6,09. Tabel 4.5 Hasil pengukuran variable Kematangan Emosi Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max Sangat rendah 18 x < 28,8 0 0% Rendah 28,8 x < 39,6 1 2,5% Sedang 39,6 x < 50,4 14 35% Tinggi 50,4 x < 61,2 23 57,5% 51,52 6,09 34 63 Sangat tinggi 61,2 x 72 2 5% Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat prosentase kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kematangan emosi yang tinggi. 2. Variabel Kompetensi Interpersonal Variabel Kompetensi Interpersonal memiliki item valid sebanyak 15 item, dengan skor item berjenjang dari skor 1 hingga 4 menurut jenis item favorable dan unfavorabel.

50 Skor tertinggi: 4 x 15 = 60 Skor terendah: 1 x 15 = 15 Berdasarkan analisis deskriptif Kompetensi Interpersonal dapat ditentukan kategori subyek menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari interval adalah: Interval = Jumlah skor tertinggi Jumlah skor terendah Jumlah Jenjang = 60 15 5 = 9 Berdasarkan perhitungan di atas dapat dihitung nilai interval yang akan digunakan adalah sebesar 9 maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut: 15 x < 24 = Sangat Rendah 24 x < 33 = Rendah 33 x < 42 = Sedang 42 x < 51 = Tinggi 51 x < 60 = Sangat Tinggi Hasil analisis deskriptif dukungan Kompetensi Interpersonal diperoleh jumlah nilai minimum adalah 25.00 dan jumlah nilai maximum 56.00, dengan mean 43,02 dan standart deviasi 5,74. Tabel 4.6 Hasil pengukuran variabel Kompetensi Interpersonal Kategori Interval F (%) Mean SD Min Max Sangat rendah 15 x < 24 0 0%

51 Rendah 24 x < 33 1 2,5% Sedang 33 x < 42 12 30% Tinggi 42 x < 51 24 60% Sangat tinggi 51 x < 60 3 7,5% 43,02 5,74 25 56 Dari Tabel 4.6 di atas dapat dilihat prosentase Kompetensi Interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Hal ini berarti siswa-siswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi. F. Uji Korelasi Setelah dilakukan uji asumsi menunjukkan bahwa ke 2 variabel berdistribusi normal dan memiliki korelasi linear, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian korelasi Product moment dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi diperoleh r = 0,596 (p<0,05) hal ini berarti ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal. Dari hasil penghitungan korelasi antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal, sumbangan efektif atau peranan kematangan emosi terhadap kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar (0,596)² yaitu 35,52%, artinya variasi

52 kematangan emosi memberikan sumbangan efektif atau peranan terhadap munculnya Kompetensi Interpersonal sebesar 35,52% sedangkan 64,48% dijelaskan oleh faktor lain. G. Pembahasan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah diperolehnya nilai r = 0,596 dan p < 0, 05. Dengan demikian maka hipotesis dalam penelitian ini yang menyebutkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, dinyatakan diterima. Semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi kompetensi interpersonal pada masa remaja tengah, begitu pula sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah kompetensi interpersonal remaja tengah. Dengan kata lain kematangan emosi memberi peran terhadap tingginya kompetensi interpersonal. Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal disebabkan karena remaja tengah yang memiliki kematangan emosi, berarti memiliki kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri yang mana menurut Walgito (2002) menyatakan bahwa aspek-aspek kematangan emosi adalah 1) dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya, 2) tidak bersifat impulsif yaitu merespon stimulus dengan cara berpikir baik, dapat mengatur pikirannya untuk memberikan

53 tanggapan terhadap stimulus yang mengenainya, 3) dapat mengontrol emosi dan ekspresi emosi secara baik, 4) dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik, 5) mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustrasi dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian. Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi berarti memiliki sifat atau kemampuan-kemampuan yang menjadi bagian di dalam kematangan emosi itu sendiri di antaranya adalah dapat menerima keadaan diri sendiri maupun orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan obyektifnya (Walgito, 2002), sehingga remaja tengah mampu untuk menerima keadaan lingkungan dan kondisi orang-orang disekitar sebagaimana adanya atas segala kelebihan dan kekurangannya, yang mana hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dengan lingkungan di sekitarnya dan akan membantu remaja tengah dalam menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Remaja tengah yang memiliki kematangan emosi dapat berpikir obyektif sehingga orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik (Walgito, 2002). Sifat-sifat tersebut akan membuat remaja tengah mudah diterima dan mudah disukai oleh orang-orang di sekitar sehingga dari hal tersebut akan membuat remaja tengah merasa senang dan nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

54 Adanya hubungan yang positif antara kematangan emosi dengan kompetensi interpersonal juga dapat dilihat dari definisi Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) yang menyatakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri, menempatkan diri, dan menghadapi berbagai kondisi dengan suatu cara tertentu. Dari pengertian kematangan emosi menurut Green (dalam Safaria dan Farni, 2006) tersebut menyatakan bahwa salah satu kemampuan yang ada dalam kematangan emosi di antaranya adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri. Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh terhadap perkembangan kompetensi interpersonal, hal ini dikarenakan kemampuan untuk menyesuaikan diri merupakan salah satu dari faktorfaktor yang memengaruhi perkembangan kompetensi interpersonal, Sebagaimana menurut Willis (1981) menyatakan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi kompetensi interpersonal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu sendiri meliputi usia, jenis kelamin, konsep diri, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan berempati, kemampuan menghargai orang lain, dan kemampuan berkomunikasi. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan, pola asuh orang tua, latar belakang sosial pendidikan dan ekonomi, dan dominasi kelompok. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kematangan emosi memiliki pengaruh yang baik untuk perkembangan kompetensi interpersonal seorang remaja tengah. Hal ini juga

55 didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoudi (2012) yang menyatakan bahwa ketika kematangan emosional tinggi tingkat umum penyesuaian diri juga cukup baik. Hasil analisis data menunjukkan bahwa variasi skor variabel kompetensi interpersonal dipengaruhi oleh variasi skor variabel kematangan emosi sebesar 35,52%, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal sebesar 64,48%. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kompetensi interpersonal menurut Lunandi (1987) yaitu, faktor psikologis, faktor fisik, faktor sosial, faktor budaya, dan faktor waktu Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai berikut prosentase kematangan emosi yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 57,5% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Sedangkan prosentase kompetensi interpersonal yang dimiliki subyek tertinggi sebesar 60% yaitu pada kategori tinggi. Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu pada kategori sangat rendah. Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa siswasiswa remaja tengah SMU Negeri 1 Getasan memiliki kematangan emosi dan kompetensi interpersonal yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena SMU Negeri 1 Getasan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi yang mana dari kegiatan tersebut seorang remaja tengah memiliki lebih banyak kesempatan untuk bergaul atau berinteraksi dengan orang lain sehingga dapat membuat kemampuan kompetensi interpersonalnya berkembang.

56 Selain itu saat berinteraksi dengan orang lain, para siswa tentu saja akan bertemu dengan orang yang memiliki pemikiran, kepribadian dan karakter yang berbeda sehingga dari perbedaan-perbedaan tersebut, memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, perselisihan dan konflik baik itu secara pribadi maupun organisasi, sehingga dari hal tersebut dapat membuat siswa untuk melatih kontrol emosi dan ekspresi emosi sehingga dari hal tersebut kemampuan kematangan emosinya pun juga bisa berkembang dengan baik.