III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari dua hal. Pertama, kebijakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

IV METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Struktur Biaya Produksi Usahaternak Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

IV METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

IV. METODE PENELITIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

STUDI KELAYAKAN BISNIS ( Domestic Resource Cost )

II. TINJAUAN PUSTAKA

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SENSITIVITAS

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

Prinsip Ekonomi dalam Usaha Perikanan. Kuliah Ke-3 EKONOMI PERIKANAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI GULA PADA PABRIK GULA DJATIROTO SKRIPSI

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani Padi Sawah sebagai Dampak dari adanya Subsidi Pupuk di Kabupaten Tabanan

Transkripsi:

III. KERNGK PEMIKIRN 3.1. Kerangka Teoritis Kerangka teoritis berisi teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan penelitian analisis keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani jambu biji. kerangka teoritis terdiri dari konsep daya saing, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dampak kebijakan pemerintah, dan matriks analisis kebijakan. 3.1.1. Konsep aya aing aya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional, komoditi tersebut diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi, sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya (imanjuntak,1992). Konsep daya saing berawal dari pemikiran dam mith dengan teori keunggulan absolut. Teori tersebut menjelaskan bahwa apabila suatu negara memproduksi suatu komoditi lebih efisien dan kurang efisien dalam memproduksi komoditi kedua (alternatif) dari negara lainnya, maka keuntungan dapat diperoleh dengan melakukan spesialisasi dalam meproduksi komoditi unggulan tersebut. Teori dam mith tersebut diperluas oleh avid Ricardo yang dipopulerkan melalui bukunya Principles of Political Economy and Taxation, yaitu teori keunggulan komparatif (Hadi, 2004). 3.1.2. Keunggulan Komparatif avid Ricardo pertama kali memperkenalkan konsep keunggulan komparatif pada awal abad ke 19 dengan hukum keunggulan komparatif yang 20

menyatakan bahwa setiap negara memiliki keunggulan komparatif dalam sesuatu dan memperoleh manfaat dengan memperdagangkannya untuk ditukar dengan barang lain (Lindert dan Kindleberger, 1995). ementara Hadi (2004) mengemukakan bahwa menurut teori keunggulan komparatif berdasarkan faktor efisiensi tenaga kerja, suatu negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengimpor barang di mana negara tersebut relatif kurang efisien dalam berproduksi. Heckscher-Ohlin kemudian mengembangkan teori keunggulan komparatif Ricardo dengan menyatakan bahwa negara-negara mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif dan mengimpor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang langka secara intensif. iaya untuk faktor-faktor produksi diterangkan dengan Teori iaya lternatif (Opportunity ost Theory), bahwa biaya dari suatu komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan agar diperoleh faktor-faktor produksi atau sumber produksi yang memadai untuk menghasilkan satu unit tambahan dari komoditi pertama. uatu negara dikatakan mempunyai keunggulan komparatif dalam suatu komoditi bila biaya alternatif yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya untuk komoditi lain. Menurut teori Heckscher-Ohlin, perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara (Hadi, 2004). chydlowsky (1984) dalam ulinuriman (1998) menyebutkan beberapa faktor yang memengaruhi keunggulan komparatif, diantaranya: 21

1) Perubahan keadaan ekonomi dunia ilihat dari sisi keunggulan komparatif, tingkat harga yang terjadi adalah apabila suatu negara dapat membeli atau menjual pada pasaran dunia. Hargaharga ini akan berubah setiap waktu dan tempat selain pengaruh inflasi dunia. Perubahan harga dunia merupakan unsur penting dalam perubahan keunggulan komparatif. 2) Lingkungan domestik alah satu unsur yang terpenting dari keunggulan komparatif adalah biaya faktor produksi. iaya tidak mungkin tetap setiap waktu. Mulai dari perubahan sumberdaya yang ada, misalnya proses kenaikan penyimpanan modal fisik dan manusia, proses reproduksi yang mengubah persediaan tenaga kerja dan kemudian memengaruhi perhitungan harga bayangan. Harga bayangan merupakan bagian dari faktor domestik yang hakikatnya merupakan komponen yang dinamis dari keunggulan komparatif. 3) Perubahan teknologi dan efisiensi dalam transportasi Perubahan teknologi setiap saat akan berpengaruh pada penggunaan input dalam usaha menghasilkan suatu output. Keadaan ini akan mengubah penggunaan biaya sumberdaya domestik dalam aktivitas tersebut. Teknologi yang lebih tinggi akan menghemat dalam penggunaan faktor domestik. elain itu biaya transportasi yang efisien juga berpengaruh dalam biaya yang digunakan. 3.1.3. Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif merupakan ukuran daya saing suatu komoditi pada kondisi harga aktualnya (harga pasar), yaitu tingkat harga yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Warr (1994) dalam ulinuriman (1998) menerangkan 22

bahwa konsep keunggulan kompetitif bukan merupakan konsep yang sifatnya menggantikan konsep keunggulan komparatif, tetapi merupakan konsep yang sifatnya melengkapi. Keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai keunggulan komparatif dengan distorsi pasar yaitu adanya sistem pemasaran dan intervensi pemerintah. pabila keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang relevan bagi suatu negara, maka keunggulan kompetitif merupakan ukuran daya saing untuk suatu perusahaan individu. Teori keunggulam kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter (1990) sebagai perluasan dari teori keunggulan komparatif. Menurut Porter keunggulan kompetitif tidak bergantung pada kondisi alam suatu negara, namun lebih ditekankan pada produktivitas. Porter menyebutkan bahwa peran pemerintah sangat penting dalan peningkatan daya saing selain faktor produksi (Lindert dan Kindleberger, 1995). Keunggulan dapat diciptakan antara lain melalui implementasi kebijakan pemerintah. 3.1.4. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah bertujuan meningkatkan ekspor ataupun sebagai usaha untuk melindungi produk dalam negeri agar dapat bersaing dengan produk luar negeri. Kebijakan tersebut biasanya diberlakukan terhadap input dan output yang menyebabkan terjadinya perbedaan antara harga input dan output yang diminta produsen (harga privat) dengan harga yang sebenarnya terjadi jika dalam keadaan perdagangan bebas (harga sosial) (Hidayat, 2009). da dua bentuk kebijakan pemerintah yang bisa diterapkan pada suatu komoditi, yaitu subsidi dan hambatan perdagangan. Kebijakan subsidi dibedakan menjadi dua, yaitu subsidi 23

positif dan subsidi negatif (pajak),sedangkan hambatan perdagangan berupa tarif dan kuota. Monke dan Pearson (1989) menjelaskan tentang kebijakan harga (price policies) dibagi menjadi tiga tipe kriteria, yaitu tipe instrumen (subsidi atau kebijakan perdagangan), penerimaan atau keuntungan yang akan diperoleh (produsen dan konsumen), dan tipe komoditi (impor atau ekspor). Tabel 5. Klasifikasi Kebijakan Pemerintah terhadap Harga Komoditi Instrumen ampak pada ampak pada Produsen Konsumen Kebijakan ubsidi ubsidi pada Produsen ubsidi pada Konsumen a. Tidak mengubah a. Pada barang-barang a. Pada barang-barang harga pasar dalam substitusi impor (+PI; substitusi impor (+I; negeri -PI) -I) b. Mengubah harga b. Pada barang-barang b. Pada barang-barang pasar dalam negeri orientasi ekspor orientasi ekspor (+PE; -PE) (+E; -E) Kebijakan Perdagangan (mengubah harga pasar dalam negeri) Keterangan : + : ubsidi - : Pajak PE : Produsen barang orientasi ekspor PI : Produsen barang substitusi impor E : Konsumen barang orientasi ekspor I : Konsumen barang substitusi impor TE : Hambatan barang ekspor TPI : Hambatan barang impor umber : Monke dan Pearson, 1989 1) Tipe Instrumen Hambatan pada barangbarang impor (TPI) Hambatan pada barangbarang ekspor (TE) Pada kriteria ini terdapat perbedaan antara kebijakan subsidi dan kebijakan perdagangan. Menurut alvatore (1997), subsidi adalah pembayaran dari atau untuk pemerintah. Kebijakan subsidi dibedakan menjadi subsidi positif dan subsidi negatif. ubsidi positif adalah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah, sedangkan subsidi negatif yaitu pembayaran kepada pemerintah yang biasanya 24

berbentuk pajak. Kebijakan subsidi bertujuan untuk melindungi konsumen dan produsen dengan menciptakan harga domestik agar berbeda dengan harga luar negeri. Kebijakan perdagangan adalah pembatasan yang diterapkan pada impor atau ekspor komoditi (Monke dan Pearson, 1989). Kebijakan perdagangan bisa berbentuk pajak (tarif) atau pembatasan jumlah komoditi yang diperdagangkan (kuota). Tujuan diterapkan kebijakan perdagangan adalah untuk mengurangi jumlah komoditi impor komoditi yang diperdagangkan dan menciptakan perbedaan harga di dalam dan luar negeri sehingga dapat mempertahankan daya saing komoditi di dalam negeri. Kebijakan perdagangan umumnya untuk melindungi produsen domestik. Monke dan Pearson (1989) menjelaskan perbedaan antara kebijakan perdagangan dengan kebijakan subsidi yang dibagi ke dalam beberapa aspek, yaitu:. Implikasi terhadap nggaran Pemerintah Monke dan Pearson (1989) menerangkan bahwa kebijakan perdagangan tidak akan berpengaruh pada anggaran pemerintah, sebaliknya kebijakan subsidi akan memengaruhi anggaran pemerintah. ubsidi negatif akan menambah anggaran pemerintah sedangkan subsidi positif justru akan mengurangi anggaran pemerintah.. Tipe lternatif Kebijakan da delapan tipe alternatif kebijakan perdagangan yang dilakukan pemerintah pada barang orientasi ekspor dan barang substitusi impor yang dapat dijelaskan dari Tabel 5, yaitu: 25

(a) ubsidi positif kepada produsen barang substitusi impor (+PI) (b) ubsidi positif kepada produsen barang orientasi ekspor (+PE) (c) ubsidi negatif kepada produsen barang substitusi impor (-PI) (d) ubsidi negatif kepada produsen barang orientasi ekspor (-PE) (e) ubsidi positif kepada konsumen barang substitusi impor (+I) (f) ubsidi positif kepada konsumen barang orientasi ekspor (+E) (g) ubsidi negatif kepada konsumen barang substitusi impor (-I) (h) ubsidi negatif kepada konsumen barang orientasi ekspor (-E) ubsidi positif yang dikenakan pada produsen maupun konsumen akan menyebabkan harga yang diterima produsen menjadi lebih tinggi dan lebih rendah bagi konsumen. ubsidi negatif seperti pajak akan menyebabkan harga yang diterima produsen lebih rendah dan membuat harga yang diterima oleh konsumen menjadi lebih tinggi. Kebijakan perdagangan terdapat dua tipe, yaitu hambatan perdagangan pada barang impor (TPI) dan hambatan perdagangan pada barang ekspor (TPE). Menurut Monke dan Pearson (1989), aliran impor atau ekspor dapat dibatasi oleh pajak perdagangan atau kebijakan kuota selama pemerintah mampu memiliki mekanisme yang efektif dalam mengontrol penyelundupan dan pasar gelap.. Tingkat Kemampuan Penerapan Kebijakan subsidi bisa diterapkan pada komoditi tradable dan komoditi non tradable, sedangkan kebijakan perdagangan hanya bisa diberlakukan pada komoditi tradable. 26

2) Kelompok Penerimaan Klasifikasi kelompok penerimaan adalah kebijakan yang dikenakan pada produsen dan konsumen. uatu kebijakan subsidi dan perdagangan menyebabkan terjadinya transfer antara produsen, konsumen, dan anggaran pemerintah. Jika tidak ada kebijakan subsidi dan kebijakan perdagangan, pemerintah melalui anggarannya harus membayar keseluruhan transfer ketika produsen mendapatkan keuntungan dan konsumen mengalami kerugian, atau konsumen mengalami keuntungan dan produsen mengalami kerugian. 3) Tipe Komoditi Pada kebijakan perdagangan terdapat komoditi yang akan diekspor dan komoditi yang diimpor. pabila pemerintah tidak memberlakukan kebijakankebijakan dalam komoditi ekspor-impor, maka harga domestik akan sama dengan harga internasional. Harga FO (harga di pelabuhan) digunakan untuk barang yang akan diekspor, sedangkan harga IF (harga di pelabuhan ekspor) berlaku untuk barang impor. Kebijakan pemerintah dapat dikenakan pada komoditi pertanian baik input ataupun output yang tentu saja dapat memengaruhi kesejahteraan produsen (petani) maupun konsumen. Umumnya kebijakan ini diberlakukan pada harga input dan harga output. 3.1.4.1. Kebijakan Harga terhadap Input Kebijakan harga input bisa merupakan pemberian subsidi atau pajak pada sarana produksi seperti pupuk, pestisida atau lainnya. Gambar 1(a) menunjukkan efek pajak terhadap input tradable yang digunakan. Pajak menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga pada tingkat harga output yang sama, output 27

domestik turun dari Q1 ke Q2 dan kurva supply bergeser ke atas. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah segitiga, merupakan perbedaan antara nilai output yang hilang dari Q2Q1 dengan biaya produksi dari output Q2Q1. Gambar 1 (b) memperlihatkan dampak subsidi input menyebabkan harga input maupun biaya produksi lebih rendah sehingga kurva supply bergeser ke bawah dan produksi meningkat dari Q1 ke Q2. Efisiensi ekonomi yang hilang sebesar, merupakan perbedaan antara biaya produksi setelah terjadi peningkatan output Q1Q2 dan peningkatan penerimaan output Q1Q2. P P Pw Pw Q 2 Q 1 Q Q 1 Q 2 Q (a) - II (b) + II Keterangan: - II = Pajak untuk input impor + II = ubsidi untuk input impor umber: Monke dan Pearson (1989) Gambar 1. ubsidi dan Pajak pada Input Pada input nontradable, intervensi pemerintah berupa halangan perdagangan tidak tampak karena input non tradable hanya diproduksi dan dikonsumsi di dalam negeri. Intervensi pemerintah adalah subsidi positif dan subsidi negatif (pajak) dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2(a) memperlihatkan sebelum diberlakukan pajak input, harga dan jumlah keseimbangan berada pada 28

Pd dan Q1. Ketika diberlakukan pajak (Pc-Pd) menyebabkan produk yang dihasilkan turun menjadi Q2. Harga di tingkat produsen turun menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen naik menjadi Pc. Efisiensi ekonomi yang hilang dari produsen sebesar E dan dari konsumen sebesar. Gambar 2(b) menunjukkan adanya subsidi menyebabkan produksi meningkat dari Q1 ke Q2, harga yang diterima produsen naik menjadi Pp dan harga yang diterima konsumen turun menjadi Pc. Kehilangan efisiensi dapat dilihat dari perbandigan antara peningkatan nilai output dengan meningkatnya biaya produksi dan meningkatnya keinginan konsumen untuk membayar. P P Pc Pd Pp Pp Pp Pd Pc O Q Q Q 3 Q 2 Q 1 Q 1 Q 2 (a) - N (b) + N Keterangan: N = Pajak untuk barang nontradable +N = ubsidi untuk barang nontradable umber: Monke dan Pearson (1989) Gambar 2. ampak ubsidi dan Pajak terhadap Input Non Tradable 3.1.4.2. Kebijakan Harga terhadap Output Kebijakan terhadap output diterapkan pada produsen yang menghasilkan komoditi yang merupakan barang substitusi impor dan barang yang berorientasi ekspor. Gambar 3(a) menunjukkan bentuk subsidi positif untuk produsen pada barang impor dimana harga yang diterima produsen lebih tinggi dari harga pasaran dunia. Hal ini menyebabkan output produksi dalam negeri meningkat dari 29

Q1 ke Q2 sedangkan konsumsi tetap sama dengan harga di pasaran dunia. ubsidi menyebabkan jumlah impor turun dari Q3-Q1 menjadi Q3-Q2. Tingkat subsidi per output sebesar (Pd-Pw) pada output Q2, maka transfer total dari pemerintah ke produsen sebesar Q2 x (Pd-Pw) arau PdPw. ubsidi menyebabkan barang yang tadinya diimpor, diproduksi sendiri dengan biaya yang dikorbankan Q1Q2. edangkan opportunity cost jika barang tersebut diimpor sebesar Q1Q2 sehingga efisiensi yang hilang sebesar. Gambar 3(b) menunjukan subsidi untuk produsen barang ekspor. danya subsidi dari pemerintah menyebabkan harga yang diterima produsen lebih tinggi daripada harga di pasar dunia. Harga yang tinggi berakibat pada peningkatan output produksi dalam negeri dari Q3 ke Q4, sedangkan konsumsi menurun dari Q1 ke Q2 sehingga jumlah ekspor meningkat dari Q3-Q1 menjadi Q4-Q2. Tingkat subsidi yang diberikan pemerintah adalah HG. Gambar 3(c) menunjukkan subsidi positif pada konsumen untuk output yang diimpor. Harga pasar dunia (Pw) lebih tinggi dari harga domestik (Pd). Tingkat subsidi positif sebesar Pw-Pd kepada konsumen menurun menyebaban produksi menurun dari Q1 menjadi Q2, tetapi konsumsi akan meningkat dari Q3 menjadi Q4 karena kebijakan subsidi akan mengubah harga dalam negeri menjadi lebih rendah. ubsidi tersebut menyebabkan impor meningkat dari Q2-Q1 menjadi Q4-Q2. Transfer pemerintah sebesar PwGHPd yang terdiri dari dua bagian, yaitu transfer dari produsen dan konsumen sebesar PwPd dan transfer dari pemerintah ke konsumen sebesar HG. engan demikian akan terjadi inefisiensi ekonomi pada sisi konsumsi dan produksi. i sisi produksi output yang 30

turun dari Q2 menjadi Q1 menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar Pw (Q2- Q1) atau sebsesar Q2FQ1 sedangkan besarnya input yang dapat dihemat sebesar Q2FQ1 sehingga terjadi inefisiensi sebesar F. i sisi konsumsi opportunity cost akibat meningkatnya konsumsi dari Q3 menjadi Q4 yaitu sebesar Pw (Q4- Q3) atau sebesar Q3EGHQ4. edangkan kemampuan membayar konsumen sebesar Q3EHQ4 sehingga inefisiensi yang terjadi sebesar F dan EGH. Gambar 3(d) memperlihatkan subsidi untuk barang ekspor, pada grafik tersebut harga dunia (Pw) lebih besar dari harga yang diterima produsen (Pd), harga lebih rendah menyebabkan konsumsi barang ekspor menjadi meningkat semula Q1 menjadi Q2. Perubahan ini akan menyebabkan opportunity cost sebesar Pw (Q2-Q1) atau area yang sama dengan kemampuan membayar konsumen sebesar Q1Q2, efisiensi ekonomi yang hilang sebesar kurva. 31

P P Pd E Pd Pw F Pw P Q 1 Q 3 Q 2 (a) + PI Q Pw P Q 2 Q 1 Q 3 Q 4 (b) + PE Q Pd Pw F Pd Q 2 Q 1 Q 3 E Q 4 Q Q 1 Q 2 Q (c) + I Keterangan: Pw : Harga di pasar dunia Pd : Harga domestik + PI : ubsidi kepada produsen untuk barang impor + PE : ubsidi kepada produsen untuk barang ekspor + I : ubsidi kepada konsumen untuk barang impor + E : ubsidi kepada konsumen untuk barang ekspor umber: Monke dan Pearson (1989) (d) + E Gambar 3. ampak ubsidi Positif terhadap Konsumen dan Produsen pada arang Ekspor dan Impor Kebijakan selain subsidi pada output adalah kebijakan restriksi (hambatan) perdagangan pada barang-barang impor. Gambar 4(a) menunjukkan adanya hambatan perdagangan pada barang impor dimana terdapat tarif sebesar Pd-Pw sehingga menaikkan harga di dalam negeri baik untuk produsen maupun 32

konsumen. Output domestik meningkat dari Q1 ke Q2 dan turunnya konsumsi dari Q3 ke Q4. engan demikian impor turun dari Q3-Q1 menjadi Q4-Q2. Terdapat transfer penerimaan dari konsumen sebesar PdPw yaitu kepada produsen sebesar PdEFPw dan kepada pemerintah sebesar FE. Efisiensi ekonomi yang hilang dari konsumen adalah perbedaan antara opportunity cost konsumen dalam mengubah konsumsi sebesar Q4Q3 dengan kemampuan membayar pada tingkat yang sama Q4Q3. ehingga efisiensi ekonomi yang hilang pada konsumen sebesar dan pada produsen sebesar EFG. Untuk 4(b) adalah kebalikan dari Gambar 4(a) P P Pw F H Pd E G Pd Pw F E J Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 K Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q (a) TPI (b) TE Keterangan: TPI = Hambatan perdagangan pada produsen untuk barang impor TE = Hambatan perdagangan pada konsumen untuk barang impor umber: Monke dan Pearson (1989) Gambar 4. Hambatan Perdagangan pada Komoditi Impor 3.1.5. Matriks nalisis Kebijakan Policy nalysis Matrix (PM) adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis efisiensi ekonomi serta intervensi pemerintah dan dampaknya pada usahatani. Empat aktivitas yang terdapat dalam sistem komoditi yang dapat 33

dipengaruhi terdiri dari tingkat usahatani, distribusi dari usahatani ke pengolah, pengolahan, dan pemasaran secara keseluruhan dan sistematis. Metode PM dikemukakan oleh Monke dan Pearson pada tahun 1989. nalisis ini dapat digunakan pada sistem komoditi dengan berbagai daerah, tipe usahatani dan teknologi. Kelebihan analisis PM adalah perhitungan dapat dilakukan secara keseluruhan, sistematis dan dengan output yang sangat beragam. Namun, kekurangannya adalah tidak membahas masing-masing analisis secara mendalam dan analisis hanya berlaku pada suatu saat saja (Nurmalina et al., 2009) Matriks PM dapat mengidentifikasi tiga analisis, yaitu analisis keuntungan (privat dan sosial), analisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) dan analisis dampak kebijakan yang memengaruhi sistem komoditi. elain itu metode PM dapat membantu pengambilan keputusan baik di pusat maupun di daerah untuk menelaah tiga isu sentral kebijakan pertanian. Isu pertama berkaitan dengan daya saing suatu sistem usaha tani pada tingkat harga dan teknologi yang ada. Isu ini dapat ditelaah melalui perbedaan harga privat sebelum dan setelah kebijakan diterapkan. Isu kedua adalah dampak investasi publik, dalam bentuk pembangunan infrastruktur yang berpengaruh pada tingkat efisiensi suatu sistem usaha. Efisiensi suatu sistem usaha tersebut dapat diukur melalui keuntungan sosial. Isu terakhir adalah dampak investasi baru dalam bentuk riset dan teknologi terhadap efisiensi suatu sistem usaha (Monke dan Pearson, 2004). Monke dan Pearson (1989) menggunakan beberapa asumsi dalam membangun matriks PM, asumsi-asumsi tersebut adalah: 34

1) Perhitungan berdasarkan harga privat (private cost) yaitu harga yang benarbenar terjadi dan diterima oleh produsen dan konsumen atau harga ang benarbenar terjadi setelah adanya kebijakan. 2) Perhitungan berdasarkan harga sosial (social cost) atau harga bayangan (shadow price) yaitu harga pada kondisi pasar persaingan sempurna atau harga yang terjadi bila tidak ada kebijakan atau intervensi pemerintah. Pada komoditi yang dapat diperdagangkan (tradable) harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar internasional. 3) Output bersifat tradable (dapat diperdagangkan) dan input dapat dipisahkan ke dalam komponen asing dan domestik. 4) Eksternalitas positif dan negatif saling meniadakan. 3.2. Kerangka Operasional Jambu biji merupakan salah satu buah yang memiliki nilai komersial dan memiliki potensi dalam perdagangan antar negara. Memasuki -FT (EN- hina Free Trade rea), Indonesia dituntut untuk menghasilkan komoditi pertanian yang mampu bersaing tak hanya di pasar domestik, tetapi juga di pasar internasional. erdasarkan Road Map Komoditi Unggulan Kota ogor (2008), Pemerintah Kota ogor berencana menjadikan jambu biji sebagai komoditi unggulan Kota ogor. iantara 6 kecamatan yang ada di Kota ogor, Kecamatan Tanah areal merupakan sentra produksi jambu biji. elain itu, tujuan dari Road Map tersebut adalah membangun pertanian yang berdaya saing untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Upaya pengembangan usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah areal masih mengalami beberapa kendala, yaitu produktivitas tanaman jambu biji yang 35

masih rendah, keterbatasan luas areal penanaman jambu biji akibat konversi lahan pertanian menjadi pemukiman, kualitas produksi jambu biji yang masih rendah, penurunan harga jambu biji akibat supply jambu biji yang melimpah pada saat musim panen, masalah distribusi dan pemasaran jambu biji, serta kebijakan pemerintah berupa pengurangan subsidi pupuk yang akan menyebabkan kenaikan harga pupuk di tingkat petani. Hal-hal tersebut dapat menghambat pengembangan usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah areal dan pada akhirnya akan memengaruhi daya saing jambu biji. Oleh karena itu dibutuhkan analisis mengenai keunggulan komparatif dan kompetitif pada usahatani jambu biji di Kecamatan Tanah areal agar pemerintah dapat merumuskan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung pengembangan usahatani jambu biji. nalisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Policy nalysis Matrix (PM), yaitu matriks analisis kebijakan yang bertujuan untuk mengukur tingkat daya saing suatu komoditi, mengetahui keuntungan ekonomi dan finansial dari suatu usahatani, serta menghitung transfer effects sebagai dampak dari sebuah kebijakan. nalisis keunggulan komparatif dilihat dari nilai keuntungan sosial dan rasio biaya sumberdaya domestik, sedangkan keunggulan kompetitif dilihat dari keuntungan privat dan rasio biaya privat. ampak kebijakan pemerintah yang berlaku pada kondisi existing dilihat dari Transfer Output, Transfer Input, Transfer ersih, Transfer Faktor, Koefisien Proteksi, Koefisien Keuntungan, dan Rasio ubsidi Produsen. Namun metode PM hanya mampu menganalisis pada kondisi existing saja. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui dampak apabila terjadi perubahan keadaan atau kebijakan yang dapat memengaruhi keunggulan komparatif dan kompetitif pada usahatani jambu biji di 36

Kecamatan Tanah areal. Kerangka pemikiran operasional dapat dijelaskan lebih lanjut pada Gambar 5. Road Map Komoditi Unggulan Kota ogor (Jambu biji sebagai komoditi unggulan Kota ogor) 1. Produktivitas rendah 2. Keterbatasan luas areal penanaman jambu biji 3. Rendahnya harga jambu biji saat musim panen 4. Kualitas rendah 5. Kenaikan harga pupuk 6. Masalah distribusi dan pemasaran aya aing Usahatani Jambu iji nalisis ensitivitas Policy nalysis Matrix (PM) ampak Kebijakan 1. Transfer Output 2. Transfer Input 3. Transfer Faktor 4. Transfer ersih 5. Koefisien Proteksi 6. Koefisien Keuntungan 7. Rasio ubsidi Produsen Keunggulan Komparatif 1. Keuntungan Ekonomi 2. iaya umberdaya omestik Keunggulan Kompetitif 1. Keuntungan Finansial 2. Rasio iaya Privat lternatif Kebijakan Keterangan: : Hubungan ntar Variabel : lat nalisis umber: Penulis (2010) Gambar 5. lur Kerangka Pemikiran Operasional 37