BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Bab 4 Data dan Analisis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

4 Hasil dan Pembahasan

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

UNIVERSITAS INDONESIA. Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel dan Nanotube TiO 2 untuk Aplikasi Sel Surya Tersensitasi Zat Pewarna SKRIPSI

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. M yang berupa cairan berwarna hijau jernih (Gambar 4.1.(a)) ke permukaan Al 2 O 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Biomaterial Kitosan TiO 2 Pada Proses Kalsinasi Temperatur Rendah

BAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

Sintesis Lapis Tipis Fotokatalis ZnO-TiO 2 Menggunakan Metode Sol Gel dengan PEG (Polyethylene Glycol) sebagai Pelarut

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

MAKALAH SINTESIS NANOPARTIKEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

4 Hasil dan pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 5.1 Hasil Mikroskop nanofiber PEO 5 wt%

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA

SINTESIS TiO 2 NANORODS DAN KOMPOSIT TiO 2 NANORODS - ZnO UNTUK BAHAN FOTOANODA DSSC

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin 2016

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

PREPARASI KOMPOSIT TiO 2 -SiO 2 DENGAN METODE SOL-GEL DAN APLIKASINYA UNTUK FOTODEGRADASI METHYL ORANGE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

Fabrikasi Lapisan TiO 2 menggunakan Metode Spin-Coating dengan Variasi Pengadukan dan Karakterisasi Sifat Optisnya

Galuh Intan Permata Sari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

SINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

UNIVERSITAS INDONESIA. SINTESIS NANOTUBE TiO 2 MENGGUNAKAN PROSES HYDROTHERMAL UNTUK PENYISIHAN ZAT WARNA METHYL ORANGE TESIS

ALFA AKUSTIA WIDATI. DOSEN PEMBIMBING Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

Transkripsi:

29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas precursor (Ti-iP) dimana dalam penelitian kali ini antara molaritas 0,1 dan 0, 4. Dari grafik terlihat bahwa hasil XRD dengan molaritas 0,4 memiliki bidang kristal lebih tinggi yang tergambar melalui adanya peningkatan puncak pada tiap-tiap sudut (2tetha). Hal ini terjadi karena pada proses sol-gel dimana dalam tahapan hidrolisis terjadi reaksi antara prekursor (titanium iso-propoksida) dengan air yang menghasilkan senyawa dengan gugus hidroksil (Ti-OH) 4. Secara keseluruhan reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut: Ti(OPr iso ) 4 + H 2 O Ti(OPr iso ) 3 (OH) + (Pr iso )OH (4.1) Ti(OPr iso ) 3 + H 2 O Ti(OPr iso ) 2 (OH) 2 + (Pr iso )OH (4.2) Ti(OPr iso ) 2 + H 2 O Ti(OPr iso ) (OH) 3 + (Pr iso )OH (4.3) Ti(OPr iso ) 4 + H 2 O Ti(OH) 4 + (Pr iso )O (4.4) Setelah terbentuk senyawa hidroksil proses selanjutnya yaitu proses kondensasi dimana pada proses ini terjadinya proses polimerisasi yang menyebabkan adanya ikatan yang saling berhubungan antara Ti dan O membentuk suatu luas wilayah tertentu. Reaksi yang terjadi bisa ditulis seperti berikut: Ti-OH + OH-Ti [ Ti-O-Ti ] n + H 2 O (4.5) Dimana dengan semakin besarnya molaritas prekursor maka tentu saja menyebabkan semakin besar pula reaksi yang terjadi sehingga pembentukan jaringan-jaringan yang ada juga semakin banyak. Seiring dengan pemanasan yang terjadi dalam proses pengeringan, maka terbentuklah jaringan gel yang lebih kaku, kuat dan menyusut di dalam larutan sehingga akhirnya terbentuklah partikel TiO 2 yang amorfus.

30 (a) M = 0,4 M = 0,1 (b) M = 0,4 M = 0,1 Gambar 4.1 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi pengeringan dengan hidrolisis rasio: (a) Rw = 2 (b) Rw = 3,5 dengan konsentrasi 0,1 dan 0,4 M Berdasarkan hasil XRD pada gambar 4.1 terlihat bahwa telah terbentuknya bidang kristal dalam arah,,,, dan dimana pada arah tersebut merupakan arah bidang kristal anatase. Pembentukan kristalit pada proses sol-gel yang hanya melalui proses pengeringan tentu saja menimbulkan tanda tanya karena seharusnya untuk hasil proses sol-gel ini menghasilkan material yang amorfus. Akan tetapi bila ditelusuri dari proses pengerjaan maka kemunculan bidang kristal yang ada tidaklah mustahil. Pada proses pengerjaan penelitian ini dilakukan proses pematangan tidak seperti yang telah dilakukan untuk penelitian ini sebelumnya. Proses pematangan dilakukan menggunakan

31 magnetic stirrer seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pada proses ini kemungkinan suhu yang diatur tidak sesuai dengan yang seharusnya karena memang tidak ada kalibrasi terlebih dahulu terhadap alat yang digunakan dan perkiraan suhu didapatkan berdasarkan data suhu penggunaan alat tersebut hasil pengujian sebelumnya. Jadi mungkin saja suhu pemanasan yang terjadi jauh lebih tinggi dari seharusnya. Pada proses ini juga dilakukan pengadukan dengan tujuan agar mempercepat proses pengeringan karena memang ternyata waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan larutan hasil proses ini menghabiskan waktu yang cukup lama yaitu delapan hari sehingga kemungkinan inti-inti dari bidang kristal terbentuk pada jeda waktu dan perlakuan tersebut. Dari gambar hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil pengeringan saja juga bisa dilihat bahwa tinggi puncak untuk material dengan molaritas prekursor lebih besar (M = 0,4) lebih tinggi dibandingkan dengan molaritas yang lebih kecil dalam rasio air/prekursor yang sama. Hal ini dikarenakan hasil proses sol-gel dengan molaritas lebih tinggi menghasilkan jaringan yang lebih banyak, sehingga inti kristalit yang mungkin terbentukpun juga semakin banyak. Rasio air/prekursor atau yang lebih dikenal dengan hidrotermal rasio juga dikatakan mempengaruhi pembentukan partikel hasil proses sol-gel. Adanya peningkatan hidrotermal rasio meningkatkan reaksi pembentukan inti antara air dan alkoksida, sehingga akan lebih banyak gugus OR yang terikat dengan logam digantikan dengan jaringan gugus OH. Seperti yang diketahui pada proses solgel, akibat makin banyaknya Ti-OH yang terbentuk, makin besar pula kemungkinan kristalit untuk tumbuh akibat inti-inti yang terbentuk pada proses selanjutnya. Pada proses kali ini, karena khusus untuk proses pengeringan telah mengalami prosedur yang berbeda dengan literatur yang telah ada, sehingga pengaruh perubahan rasio tidak terlalu tampak untuk tiap perbedaan hidrolilis rasio.

32 (a) Rw = 3,5 Rw = 2 (b) Rw = 3,5 Rw = 2 Gambar 4.2 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi anil dengan konsentrasi: (a) M = 0,1 (b) M = 0,4 dengan hidrolisis rasio 2 dan 3,5 Hasil pengolahan data menggunakan software peakfit untuk mendapatkan FWHM dimana kemudian dengan data tersebut didapatkan besar kristal melalui perhitungan Scherrer: 0,89 t (4.6) B cos

33 Didapatlah besar kristal partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pengeringan untuk molaritas 0,1 dan 0,4 dan hidrolisis rasio 2 dan 3,5 Tabel 4.1 Hasil pengukuran besar kristal proses sol-gel pengeringan M = 0,1 M = 0,4 Rw = 2 2,87 3,39 Rw = 3,5 4,42 4,28 Dari tabel terlihat bahwa peningkatan molaritas meningkatkan kristalinitas partikel TiO 2 yang dihasilkan untuk Rw = 2 dimana ukuran kristal partikel meningkat dari 2,87 nm menjadi 3,39 nm. Namun untuk Rw = 3,5 terjadi penurunan ukuran kristalinitas dari 4,42 nm menjadi 4,28 nm. 4.2 Pengujian XRD Hasil Anil Tidak jauh berbeda dengan proses pengeringan, pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hasil anil ini akan dibandingkan juga pengaruh perbedaan molaritas prekursor (Ti-iP) dimana dalam penelitian kali ini antara molaritas 0,1 dan 0, 4. Material apabila ditahan pada temperatur anil dalam rentang waktu tertentu maka akan terjadinya proses pembesaran ukuran kristal. Pada kasus kali ini pembesaran kristal terjadi sesuai dengan proses anil pada umumnya yaitu dengan peningkatan suhu yang ada material seperti mendapatkan energi baru untuk dapat menyusun arahnya sendiri dimana dari sekian banyak bidang-bidang yang berbeda arahnya akibat suhu atau tingkat energi dan selang waktu tertentu kemudian bersatu membentuk satu bidang yang sama. Akibat proses inilah terjadinya perbesaran ukuran kristal. Gambar 4.3 dan 4.4 hasil XRD partikel TiO 2 yang mengalami proses anil terlihat bahwa terbentuk puncak-puncak pada sudut 2θ ~25,38 0 ; 38,63 0 ; 48,12 0 ; 54,87 0 ; dan 63,4 0 dimana pada sudut tersebut merupakan bidang anatase yaitu bidang,,,, dan. Pada proses ini tidak terbentuk bidang kristal rutile yang memang berdasarkan literatur pada kondisi temperatur tersebut kristal rutile dan brookite tidak akan terbentuk.

34 (a) M = 0,4 M = 0.1 (b) (101 ) (112 ) Rw = 3,5 (204 ) Rw = 2 Gambar 4.3 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi anil dengan hidrolisis rasio: (a) Rw = 2 (b) Rw = 3,5 dengan konsentrasi 0,1 dan 0,4 M

35 (a) Rw = 3,5 Rw = 2 (b) M = 0,4 M = 0,1 Gambar 4.4 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi anil dengan konsentrasi: (a) M = 0,1 (b) M = 0,4 dengan hidrolisis rasio 2 dan 3,5 Gambar 4.3 dan 4.4 juga menunjukkan bahwa peningkatan molaritas meningkatkan intensitas. Hal ini bisa saja menunjukkan terjadinya peningkatan ukuran kristal. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan formula Scherrer didapat bahwa besar ukuran kristal yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil pengukuran besar kristal proses sol-gel perlakuan anil Anil M = 0,1 M = 0.4 Rw = 2 2,89 3,57 Rw = 3,5 4,79 6,32

36 Ukuran kristal pada hidrolisis rasio 2 meningkat dari 2,89 menjadi 3,57 dengan dilakukannya perubahan molaritas prekursor. Pada hidrolisis rasio 3,5 pun juga meningkat dengan dilakukannya perubahan molaritas prekursor. Kejadian ini terjadi sama seperti penjelasan pada proses sol-gel proses pengeringan, yaitu karena bertambahnya jumlah reaksi yang terjadi dan akibatnya Ti-O-Ti yang terbentukpun semakin banyak, sehingga semakin besar kemungkinan terbentuknya inti-inti kristal yang pada akhirnya membentuk bidang kristal 4.3 Pengujian XRD Hasil post-hidrotermal Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dikatakan bahwa peningkatan kristalinitas pada material TiO 2 hasil proses sol-gel bisa dipengaruhi oleh banyaknya pemutusan rantai-rantai polimerisasi Ti-O-Ti yang amorfus, menghasilkan semakin banyaknya Ti-OH yang lebih flexible dan memicu terjadinya proses penyusunan ikatan Ti-O-Ti kembali yang lebih teratur sehingga memfasilitasi terbentuknya kristalit [14]. Pada akhirnya pertumbuhan kristalpun terjadi. Atas dasar tersebut maka besar ukuran kristal proses post-hidrotermal seharusnya merupakan yang terbesar dibandingkan proses pengeringan saja ataupun anil. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan setelah dilakukan perhitungan untuk mendapatkan ukuran besar kristalnya dengan menggunakan formula Scherrer, didapatkan ternyata ukuran partikel TiO 2 hasil perlakuan posthidrotermal memiliki ukuran terbesar. Ukuran tiap-tiap partikel hasil proses solgel kemudian diteruskan perlakuan hidrotermal bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil pengukuran besar kristal proses sol-gel perlakuan hidrotermal Hidrotermal M = 0,1 M = 0.4 Rw = 2 5,35 5,96 Rw = 3,5 5,96 6,85 Dari data tersebut terlihatlah bahwa perlakuan hidrotermal yang berfungsi sebagai pemecah sifat amorf berlangsung. Proses dimana senyawa Ti OH yang lebih fleksibel terurai dan tersusun menjadi Ti-O-Ti yang lebih teratur sehingga dapat

37 meningkatkan ukuran kristal pada material nanokristalin tersebut, dibuktikan dengan hasil ukuran besar kristal terbesar dibandingkan proses lainnya (a) M = 0,4 M = 0,1 (b) M = 0,4 M = 0,1 Gambar 4.5 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi hidrotermal dengan hidrolisis rasio: (a) Rw = 2 (b) Rw = 3,5 dengan konsentrasi 0,1 dan 0,4 M Gambar 4.5 dan 4.6 hasil XRD partikel TiO 2 yang mengalami proses hidrotermal juga terlihat bahwa terbentuk puncak-puncak yang sama seperti proses yang dibahas sebelumnya yaitu pada sudut 2θ ~25,38 0 ; 38,63 0 ; 48,12 0 ; 54,87 0 ; dan 63,4 0 yang merupakan bidang anatase yaitu bidang,,

38,, dan. Ternyata pada proses ini tidak juga memicu terbentuk bidang kristal rutile atau brookite yang memang seperti penjelasan sebelumnya berdasarkan literatur pada kondisi temperatur tersebut kristal rutile dan brookite tidak akan terbentuk. (a) Rw = 3,5 Rw = 2 (b) Rw = 3,5 Rw = 2 SUDUT DIFRAKSI 2TETHA ( ) Gambar 4.6 Tampilan hasil pengujian XRD partikel TiO 2 hasil proses sol-gel pada kondisi hidrotermal dengan konsentrasi: (a) M = 0,1 (b) M = 0,4 dengan hidrolisis rasio 2 dan 3,5

39 4.4 Perbandingan Proses Pengeringan, Anil, dan post-hidrotermal Dari keseluruhan pembahasan diatas yang berdasarkan tiap-tiap proses perlakuannya pada tingkat hidrotermal rasio dan molaritas tertentu, didapat bahwa perlakuan proses setelah proses pengeringan (anil dan hidrotermal) meningkatkan ukuran dari kristal. Besar data tiap proses bisa dilihat pada tabel berikut Tabel 4.4 Hasil pengukuran keseluruhan proses PENGERINGAN ANIL HIDROTERMAL M = 0,1 M = 0,4 M = 0,1 M = 0,4 M = 0,1 M = 0,4 Rw = 2 2,87 3,39 2,89 3,57 5,35 5,96 Rw = 3,5 4,42 4,28 4,79 6,32 5,96 6,85 Terlihat bahwa perlakuan proses setelah pengeringan merubah partikel TiO 2 hasil proses sol-gel dengan Rw 2 dan M 0,1 meningkat dari 2,87 nm menjadi 2,89 nm setelah proses anil, dan menjadi 5,35 setelah proses hidrotermal.untuk lebih jelasnya ditampilkan melalui grafik tiap prosesnya sebagai berikut: 8 7 6 5 4 3 4,42 4,28 6,32 4,79 3,39 3,57 2,87 2,89 6,85 5,96 5,35 Rw = 2 ; M = 0,1 Rw = 2 ; M = 0,4 Rw = 3,5 ; M = 0,1 Rw = 3,5 ; M = 0,4 2 1 0 PENGERINGAN ANIL HIDROTERMAL Gambar 4.7 Perbandingan Ukuran Kristal Tiap Perlakuan Proses Dari Gambar 4.7 terlihat jelas bahwa keseluruhan hasil yang ada menunjukkan bahwa perlakuan anil dan post-hidrotermal meningkatkan ukuran

40 dari kristalit yang ditunjukkan dengan hasil ukuran pada hasil proses sol-gel untuk setiap molaritas dan rasio hidrolisis yang sama yang meningkat. Dari tampilan Gambar 4.7 ditunjukkan pula bahwa peningkatan hidrolisis rasio dan molaritas juga meningkatkan ukuran kristalit yang terbentuk. Adanya peningkatan hidrotermal rasio meningkatkan reaksi pembentukan inti antara air dan alkoksida, sehingga akan lebih banyak gugus OR yang terikat dengan logam digantikan dengan jaringan gugus OH. Seperti yang diketahui pada proses sol-gel, akibat makin banyaknya Ti-OH yang terbentuk, makin besar pula kemungkinan kristalit untuk tumbuh akibat inti-inti yang terbentuk pada proses selanjutnya. Molaritas yang lebih tinggi meningkatkan ukuran kristalit dikarenakan hasil proses sol-gel dengan molaritas lebih tinggi menghasilkan jaringan yang lebih banyak, sehingga inti kristalit yang mungkin terbentukpun juga semakin banyak. Anomali terjadi pada partikel TiO 2 hasil proses sol-gel dengan Rw = 2 untuk M = 0,1 dan 0,4. Hal ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dikarenakan perbedaan-perbedaan kondisi proses dan cara pembuatannya dibandingkan dengan pengujian yang terlebih dahulu dilakukan yang menjadi literatur pembuatan sehingga partikel TiO 2 hasil proses sol-gel dengan Rw = 3,5 dan M = 0,1 meliki ukuran kristalit lebih besar dibandingkan TiO 2 hasil proses sol-ge dengan Rw = 2 dan M = 0,1.