Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil Dan Pembahasan"

Transkripsi

1 33 Bab IV Hasil Dan Pembahasan Pada bagian ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa-senyawa yang disintesis. Sampel dipreparasi dengan menggunakan proses sonikasi pada campuran material-material awal. Kemudian diikuti oleh proses pemanasan dan menghasilkan material berupa serbuk yang sangat halus. Senyawa-senyawa ini dikarakterisasi dengan menggunakan XRD untuk mengetahui kristalinitas dan kecocokan struktural kristalinnya dengan melihat indeks dari puncak-puncak yang muncul. Selanjutnya data XRD serbuk ini di-refine untuk mengetahui sistem kristal senyawa yang disintesis. Metode yang digunakan dalam refinement data XRD adalah metode Le Bail dengan bantuan perangkat lunak Rietica177. Karakterisasi lain yang dilakukan adalah pemeriksaan morfologi sampel dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Pengukuran fotoluminesens dilakukan untuk mengetahui karakter optoelektrik senyawa-senyawa yang disintesis dengan menggunakan spektrofluorometer tipe RF-5301PC. IV.1 Hasil Sintesis dan Analisis Morfologi Dalam pembahasan hasil eksperimen, semua senyawa hasil sintesis ditunjukkan pada Tabel IV.1 dan diberi label untuk memudahkan pembahasan. Tabel IV. 1 Rumus kimia senyawa-senyawa hasil síntesis. o. Rumus Kimia Disingkat SrTiO 3 Ca 0,2 Sr 0,8 TiO 3 Ca 0,4 Sr 0,6 TiO 3 Ca 0,5 Sr 0,5 TiO 3 Ca 0,6 Sr 0,4 TiO 3 Ca 0,8 Sr 0,2 TiO 3 CaTiO 3 Ca 0,5 Sr 0,5 Ti 0,95 Pr 0,05 O 3 Ca 0,5 Sr 0,5 Ti 0,95 Eu 0,05 O 3 Ca 0,5 Sr 0,5 Ti 0,95 Tb 0,05 O 3 STO CSTO_20 CSTO_40 CSTO_50 CSTO_60 CSTO_80 CTO CSTO:Pr CSTO:Eu CSTO:Tb

2 34 Selama proses sintesis, terdapat beberapa catatan penting yang berhasil diamati. Pertama, pada saat pencampuran Ca(OH) 2 dan Sr(OH) 2 ke dalam air, wadah menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa kalor pelarutan kedua senyawa ini bernilai negatif (eksoterm). Kelarutan kedua senyawa yang sangat kecil dalam 100 gram air (Ca(OH) 2 = 0,16 gram; Sr(OH) 2 = 2,25 gram), menyebabkan kesulitan pengamatan dalam membedakan senyawa-senyawa prekursor dengan senyawa target. Sehingga baik sebelum dan sesudah disonikasi tidak terdapat perbedaan secara visual antara senyawa-senyawa prekursor dengan senyawa target. Teramati pula selama proses sonikasi temperatur penangas (water bath) pada sonikator meningkat dari temperatur 26 o C menjadi o C. Hal ini diakibatkan karena proses sonikasi menggunakan gelombang suara yang dihasilkan dari getaran transducer dalam water bath. Ketika TiIPP berada dalam lingkungan berair, maka dengan cepat menjadi TiO 2. Hal ini teramati ketika pencampuran Ca(OH) 2 dan Sr(OH) 2 di mana larutan hasil pencampuran menjadi lebih kental (viscous). Hal ini pun akan berpengaruh pada saat sonokimia, karena derajat viskositas larutan mempengaruhi kavitasi dalam wadah reaksi sehingga intensitas tumbukan molekul-molekul pereaksi menjadi lebih lambat. Selanjutnya, setelah serbuk putih hasil sonikasi dikeringkan, pola difraksi sinar-x serbuk menunjukkan bahwa senyawa yang dihasilkan masih amorf. Untuk meningkatkan kristalinitas sampel-sampel dipanaskan pada berbagai temperatur yaitu 500, 800 dan 1000 o C. Secara fisik tidak terjadi perubahan pada sampel setelah dipanaskan, kecuali pada sampel yang disisipi ion Tb 3+, yakni warnanya menjadi coklat muda. Morfologi partikel, yang secara umum terlihat pada Gambar IV.1 menunjukkan bahwa sampel yang dipreparasi menggunakan sonokimia berbentuk bola-bola (spheres). Terlihat pula adanya ketidakhomogenan dalam bentuk dan ukuran partikel pada senyawa CSTO:Pr yang dipanaskan pada temperatur o C, sementara pada temperatur pemanasan 1000 o C sampel menjadi lebih homogen dan terlihat adanya sintering pada permukaan partikel-partikel berbentuk bola.

3 35 Gambar IV.1 Foto SEM sampel CSTO:Pr setelah annealling pada 100 o C (A), 500 o C (B), 800 o C (C) dan 1000 o C (D). IV.2 Pola Diffraksi sinar-x dan Refinement Dalam pengukuran pola difraksi suatu kristal, ketika ukuran kristalit hampir mendekati ukuran 1 Å, akan terjadi pelebaran yang cukup besar pada puncakpuncak utama difraktogram. Fenomena pelebaran ini teramati pada pola difraksi sinar-x untuk semua sampel. Pelebaran ini berkaitan dengan ukuran sebenarnya partikel. Meskipun tidak dapat digunakan untuk menetukan ukuran partikel sebenarnya, tetapi lebar puncak difraktogram dapat digunakan untuk menentukan ukuran rata-rata partikel. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar aturan ini berlaku yaitu bahwa partikel bebas dari tekanan/regangan, kemudian hanya dilakukan pada satu puncak difraksi. Jenis pelebaran itu sendiri ada beberapa

4 36 macam: (1) Instrumental Broadening (2) Crystallite Size Broadening (3) Strain Broadening. Dengan mengabaikan jenis pertama dan ketiga, maka ukuran ratarata kristalit dapat dihitung menggunakan rumusan Debye-Scherrer: (IV. 1) Di mana D = ukuran partikel (nm); K = konstanta (0,87-1), dalam laporan ini digunakan nilai K= 0,9; λ = panjang gelombang radiasi (nm); β = integrasi luas puncak refleksi (FWHM, radian). Tabel IV.2 berikut menunjukkan hasil perhitungan ukuran rata-rata kristalit menggunakan rumusan Debye-Scherrer: Tabel IV.2 Hasil perhitungan ukuran rerata kristalit Ca x Sr 1-x TiO 3 yang dipanaskan pada temperatur 800 o C berdasarkan Persamaan Debye- Scherrer. o Sampel FWHM d 220 (rad) D (nm) STO CSTO_20 CSTO_40 CSTO_50 CSTO_60 CSTO_80 CTO 0,0046 0,0061 0,0021 0,0057 0,0036 0,0028 0, ,94 23,85 57,96 25,37 40,58 50,75 50,78 Ukuran rata-rata kristalit pada bidang 220 sebelum penggantian kation Sr 2+ oleh kation Ca 2+ yaitu 29,94 nm. Seiring dengan penggantian kation sampai dengan 50%, ukuran kristalit mengalami penurunan. Sementara pada penggantian di atas 50% ukuran kristalin kembali meningkat. Lebih lanjut, dapat diketahui bahwa untuk sampel CSTO_50 yang disisipi 5% mol kation logam tanah jarang mengalami pengurangan ukuran kristalit seperti ditunjukkan pada Tabel IV.3. Dari Tabel IV.3 terlihat bahwa dengan penyisipan kation logam tanah jarang (RE) menyebabkan penurunan ukuran sekitar 3% dari ukuran kristalit tanpa dopan. Selain itu pada sampel CSTO:Pr dan CSTO:Eu terlihat adanya pengaruh temperatur pemanasan terhadap ukuran. Pada sampel CSTO:Pr peningkatan temperatur pemanasan menyebabkan ukuran semakin kecil kemungkinan

5 37 disebabkan oleh semakin teraturnya kristal. Sedangkan fenomena penurunan ukuran kristalit sebagai akibat dari penyisipan kation Eu 3+ dan Tb 3+ belum dapat dengan baik dijelaskan di sini. Karena keduanya menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan kation Pr 3+. Tabel IV.3 Hasil perhitungan ukuran rerata kristalit CSTO:RE berdasarkan Persamaan Debye-Scherrer. o Sampel T ( o C) D (nm) 1 CSTO_ ,37 2 CSTO:Pr CSTO:Eu CSTO:Tb ,58 18,46 18,46 17,96 17,96 21,55 17,96 17,96 17,96 IV.2.1 (Ca,Sr)TiO 3 Material ini dipreparasi dengan sonokimia dan diikuti dengan perlakuan pemanasan pada temperatur 800 o C selama 2 jam. Pola difraksi dari sampel Ca x Sr 1-x TiO 3 (Gambar IV.2) memiliki kemiripan dengan STO berstruktur perovskit hanya saja puncak difraksi pada 2θ = 22 tidak begitu terlihat pada komposisi Ca 0,4 sampai 0,6. Dari Gambar IV.2 dapat dilihat adanya penurunan intensitas dan pergeseran 2θ ke arah yang lebih besar seiring dengan peningkatan subsitusi Sr 2+ oleh Ca 2+. Hal ini disebabkan karena jejari kation Sr 2+ (1,58 Å) sedangkan Ca 2+ (1,48 Å), sehingga terjadi kontraksi kisi. Adanya pengaruh substitusi kation Sr 2+ oleh Ca 2+ terhadap pergeseran kisi dapat dijelaskan dengan Persamaan Bragg yang ditulis dalam Persamaan IV.2. (IV. 2) Persamaan Bragg ini dapat diartikan bahwa ketika terjadi penggantian kation oleh kation lain yang lebih kecil akan menyebabkan penurunan jarak interplanar kisi kristal, dengan demikian kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan nilai θ. (33)

6 38 # # Puncak # Perovskite perovskit peak TiO 2(R) CaO TiO(B) TiO 2(R) # # # # # # Gambar IV.2 Pola difraksi sinar-x sampel C x Sr 1-x TiO 3 yang dipreparasi dengan menggunakan sonokimia diikuti dengan pemanasan pada temperatur 800 o C selama 2 jam. # = puncak-puncak khas perovskit, TiO 2 (R) = rutil, TiO 2 (B) = brookit. Dengan bantuan perangkat lunak yang berisi data base pola difraksi sinar-x berbagai material, dapat diketahui bahwa terdapat pengotor berupa fasa TiO 2. Fasa brookit (JCPDS : ) dan rutil (JCPDS: ) diperkirakan muncul karena proses hidrolisis TiIPP pada saat sonikasi terjadi lebih cepat dibanding laju reaksi pembentukan struktur perovskit. Irradiasi ultrasonik dalam preparasi TiO 2 dipengaruhi oleh jenis prekursor. Dalam penelitian ini digunakan TiIPP yang menurut Huang akan menghasilkan fasa anatase. Fasa rutil kemungkinan tidak ditemukan sebagai pengotor pada temperatur reaksi rendah, tetapi rutil dapat terbentuk akibat adanya peningkatan temperatur selama sonikasi dan perlakuan pemanasan setelah sonikasi. (34) Pengotor lain yang juga dapat diidentifikasi adalah senyawa CaO (JCPDS: ). Pengotor ini diduga muncul akibat kelarutan Ca(OH) 2 dalam air sangat kecil (0,16 gram/100 gram air) sehingga dengan waktu sonikasi yang relatif

7 39 sebentar menyebabkan adanya spesi Ca(OH) 2 yang belum larut dan dengan perlakuan temperatur (annealing) menyebabkan spesi Ca(OH) 2 ini dengan mudah membentuk fasa kristalin CaO, akan tetapi dalam udara lembab fasa ini akan membentuk Ca(OH) 2. Dari data diffraksi yang telah dihaluskan (lampiran A), dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan parameter kisi perovskit, di mana a p (parameter sel kubik perovskit ideal) mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar IV.3. Gambar IV.3 Parameter kisi (a, b, c) dan parameter perovskit (a p ) pada senyawa (Ca,Sr)TiO 3 sebagai fungsi fraksi mol Ca. Pada perovskit dengan geometri kubus sempurna, nilai a berkaitan dengan jari-jari ionik kation-kation penyusun perovskit, dengan Persamaan IV.3. (IV. 3) di mana a p = parameter kisi perovskit, r A = jari-jari ionik Ca 2+ /Sr 2+, r B = jari-jari ionik Ti 4+, dan r O = jari-jari ionik O 2-. Tabel IV.4 menunjukkan perbandingan perhitungan parameter perovskit (a p ) hasil eksperimen dengan teoritis. Perbedaan yang cukup signifikan dalam nilai a p hasil

8 40 eksperimen kemungkinan karena perbedaan geometri molekul yang tidak lagi kubus sempurna. Akan tetapi secara keseluruhan hasil ini menunjukkan kesamaan dalam kecenderungan penurunan nilai parameter perovskit dengan meningkatnya kation Ca 2+. Tabel IV.4 Hasil perhitungan parameter perovskit hasil eksperimen dan teoritis. Sampel a p teoritis a p exp STO 3,9457 3,9157 CSTO_20 3,9174 3,8994 CSTO_40 3,8891 3,8832 CSTO_50 3,8749 3,8362 CSTO_60 3,8608 3,8674 CSTO_80 3,8325 3,8544 CTO 3,8042 3,8317 *r Sr 2+ = 1,44 A; r Ca 2+ = 1,34 A; r Ti 4+ = 0,745 A; r O 2- = 1,35 A (*sumber: IV.2.2 (Ca,Sr)TiO 3 :Pr Pola difraksi untuk sampel CSTO yang disisipi kation Pr 3+ dapat dilihat pada Gambar IV.4. Sementara hasil dari indeks Miller untuk puncak-puncak untuk sampel CSTO:Pr ditunjukkan pada Tabel IV.5. Tabel IV.5 Puncak-puncak unik dan indeks miller sampel CSTO:Pr yang dipreparasi dengan metode sonokimia dan pemanasan pada temperatur 1000 o C. 2θ ( o ) D Hkl 23,42 3,7956 (200) 33,03 2,7067 (220) 40,63 2,2168 (222) 47,28 1,9210 (004) 58,65 1,5732 (224) 68,88 1,3616 (404) 78,23 1,2202 (062) Tabel IV.5 menunjukkan posisi puncak-puncak yang muncul dan cocok dengan puncak dengan struktur perovskit. Dilihat dari posisi 2θ pada setiap sampel yang

9 41 berbeda perlakuan pemanasannya tidak mengalami pergeseran. Akan tetapi intensitas puncak d 220 mengalami peningkatan hal ini menunjukkan kristalinitas sampel semakin baik dengan perlakuan pemanasan. Gambar IV.4 Pola difraksi sinar-x untuk sampel CSTO:Pr dengan perbedaan temperatur pemanasan (A = 100 o C, B = 500 o C, C = 800 o C dan D = 1000 o C). Puncak-puncak pengotor ditandai dengan (T) untuk TiO 2 dan (O) untuk CaO, sementara puncak-puncak perovskit ditandai dengan #. Dari Gambar IV.4 dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa puncak pengotor yang tampak pada semua sampel. Adapun pengotor-pengotor yang berhasil diidentifikasi adalah puncak TiO 2 (T) dan CaO (O). Puncak-puncak TiO 2 masih muncul terutama setelah disonikasi. Pada pemanasan 100 o C tidak teramati adanya puncak perovskit. Transisi fasa anatase rutil mulai teramati pada temperatur di atas 500 o C, meskipun demikian puncak-puncak pengotor ini hampir menyatu dengan baseline. Transisi fasa yang terjadi ini diakibatkan oleh perlakuan temperatur. Ketika temperatur dinaikkan anatase mengalami kristalisasi dan bahkan pada temperatur tinggi fasa anatase tidak lagi ditemukan. (35) Pada temperatur di atas 500 o C puncak

10 42 perovskit mulai tampak, dengan kata lain TiO 2 terintegrasi dalam struktur perovskit. Adanya fasa TiO 2 rutil (non-luminesens material) menyebabkan intensitas PL pada sampel CSTO:Pr yang dipanaskan pada temperatur o C menjadi rendah dan dapat juga mengakibatkan pergeseran puncak emisi. (36) Gambar IV.5 Pola difraksi hasil refinement sampel CSTO:Pr yang dipanaskan pada temperatur 1000 o C. Garis merah ( ) menunjukkan pola difraksi hasil perhitungan/model, sementara pola difraksi hasil observasi ditunjukkan dengan bulatan putih (o), puncak-puncak difraksi model ditunjukkan dengan garis vertikal biru ( ), selisih atau residu ditunjukkan dengan garis hijau ( ). Pola difraksi sinar-x ini cocok dengan perovskit grup ruang Bmmb di mana residu dari pola difraksi model dengan pola difraksi hasil observasi teramati cukup kecil. Gambar IV.5 menunjukkan hasil difraksi untuk sampel CSTO:Pr yang dipanaskan sampai temperatur 1000 o C. Terlihat bahwa pola difraksi model dengan hasil observasi berhimpit pada setiap puncaknya, dengan menghasilkan residu garis hijau. Tabel IV.6 menunjukkan hasil refinement pola difraksi sinar-x dengan menggunakan metode Le Bail. Dapat dilihat dari nilai residual faktor yang masing-masing menunjukkan harga yang cukup kecil (R p dan R wp < 6%). Hal ini menunjukkan kecocokan pola difraksi hasil observasi dengan data hasil perhitungan (Lampiran A).

11 43 Tabel IV.6 Parameter sel hasil refinement sampel SCTO:Pr dengan metode Le Bail. Parameter Sel CSTO:Pr_100 CSTO:Pr_500 CSTO:Pr_800 CSTO:Pr_1000 Grup ruang - B m m b B m m b B m m b a (Å) - 7,804(3) 7,781(4) 7,750(4) b (Å) - 7,709(3) 7,776(3) 7,770(6) c (Å) (2) 7,731(3) 7,764(2) Z R p (%) R wp (%) GOF(%) IV.2.3 (Ca,Sr)TiO 3 :Eu Pola difraksi untuk sampel CSTO:Eu ditunjukkan pada gamabr IV.6. Seperti halnya sampel CSTO:Pr, pola difraksi untuk sampel CSTO:Eu hasil pemanasan pada temperature 100 o C menunjukkan sampel masih dalam fasa amorf. Gambar IV.6 Pola difraksi sampel CSTO:Eu yang dipreparasi dengan metode sonokimia kemudian dipanaskan pada temperatur 100 o C (A), 500 o C (B), 800 o C (C), dan 1000 o C (D). Puncak-puncak perovskit (#) mulai muncul pada temperatur 500 o C. Sedangkan puncak pengotor yang teridentifikasi adalah TiO 2 (T). Pola difraksi sinar-x mengindikasikan adanya puncak-puncak kristal CSTO:Eu yang muncul setelah pemanasan di atas 500 o C yaitu dengan orientasi pada

12 44 bidang (200), (220), (222), (004), (224), (404) dan (062) seperti pada puncak CSTO:Pr. Tidak ada puncak yang mengindikasikan adanya oksida dari europium. Jadi host perovskit dan kation europium berada dalam satu fasa. Identifikasi jenis pengotor dalam sampel ini pun masih sama, yaitu puncak-puncak (TiO 2 ) dan CaO masih muncul dalam pola difeaksi sampel CSTO:Eu. Hasil penghalusan dari sampel CSTO:Eu dengan menggunakan metode Le Bail ditunjukkan pada Gambar IV.7 dan parameter sel disajikan dalam Tabel IV.7. Gambar IV.7 Pola difraksi hasil refinement CSTO:Eu yang dipanaskan pada temperatur 1000 o C (keterangan Gambar sama dengan keterangan pada Gambar II.5). Tabel IV.7 Parameter sel hasil refinement sampel CSTO:Eu dengan metode Le Bail. Parameter sel CSTO:Eu_100 CSTO:Eu_500 CSTO:Eu_800 CSTO:Eu_1000 Grup ruang - Bmmb Bmmb Bmmb a (Å) - 7,816(8) 7.812(5) 7,761(6) b (Å) - 7,791(3) 7.780(2) 7,756(2) c (Å) - 7,749(3) 7,747(3) 7,768(5) R p (%) - 5,411 5,148 5,506 R wp (%) - 6,798 6,353 6,621 GOF, χ, (%) - 0,409 0,391 0,400 Z Dari hasil penghalusan diperoleh nilai R p dan R wp yang berada pada rentang yang dapat diterima untuk suatu proses refine dan puncak-puncak difraksi telah menunjukkan kecocokan bahwa hasil sintesisnya adalah suatu senyawa perovskit.

13 45 Oksida pengotor berupa TiO 2 muncul pada 2θ( o ) = 27 dan 45. Puncak pengotor ini semakin berkurang dengan meningkatnya temperatur pemanasan. IV.2.4 (Ca,Sr)TiO 3 :Tb Gambar IV.8 menunjukkan pola difraksi sinar-x sampel CSTO:Tb yang dipreparasi dengan metode yang sama yakni sonokimia yang diikuti dengan perlakuan pemanasan pada berbagai temperatur. Gambar IV.8 Pola difraksi sampel CSTO:Tb yang dipreparasi dengan metode sonokimia kemudian dipanaskan pada temperatur 100 o C (A), 500 o C (B), 800 o C (C), dan 1000 o C (D). Puncak-puncak teridentifikasi: Perovskit (#), TiO 2 (T) dan CaO (O). Pola difraksi untuk sampel CSTO:Tb setelah dipanaskan pada temperatur 100 o C masih sangat amorf. Di mana puncak-puncak yang mendominasi adalah puncak dari TiO 2 brookit (JCPDS: ). Pada temperatur pemanasan yang lebih tinggi terjadi transformasi fasa TiO 2 menjadi rutil (JCPDS: ). Kristalinitas CSTO:Tb semakin tinggi dengan peningkatan temperatur pemanasan hal ini teramati dengan intensitas puncak dengan orientasi 220 yang mengalami kenaikan. Pola difraksi yang dihaluskan menghasilkan parameter sel dan faktor

14 46 refinement yang sesuai dengan grup ruang Bmmb. Hasil refinement sampel CSTO:Tb ditunjukkan oleh Gambar IV.9. Gambar IV.9 Pola difraksi hasil refinement CSTO:Tb yang dipanaskan pada temperatur 1000 o C. (keterangan Gambar sama dengan keterangan pada Gambar IV.5). Parameter sel yang dihasilkan dari penghalusan pola difraksi ditunjukkan pada Tabel IV.8. Terlihat bahwa pada pemanasan 1000 o C menyebabkan kristal memiliki geometri mendekati tetragonal. Tabel IV. 8 Parameter sel hasil refinement sampel CSTO:Tb dengan metode Le Bail Parameter sel CSTO:Tb_100 CSTO:Tb_500 CSTO:Tb_800 CSTO:Tb_1000 Grup ruang - Bmmb Bmmb Bmmb a (Å) - 7,860(9) 7,815(4) 7,770(3) b (Å) - 7,780(7) 7,779(2) 7,767(3) c (Å) - 7,690(8) 7,735(2) 7,747(3) R p (%) - 6,134 5,370 5,595 R wp (%) - 8,096 6,776 6,793 GOF, χ, (%) ,373 0,409 Z IV.3 Fotoluminesensi IV.3.1 Spektrum Luminesensi (Ca,Sr)TiO 3 STO berfasa amorf mengalami fotoluminesens dengan mengemisikan warna hijau pada temperatur kamar setelah di eksitasi dengan panjang gelombang 488 nm. Sementara fasa kristalin (pada bulk crystal) STO tidak menunjukkan spektrum PL. (37) Dalam penelitian ini, STO kristalin menunjukkan spektrum PL setelah

15 47 dieksitasi dengan panjang gelombang 220 nm seperti ditunjukkan pada Gambar IV.10. Gambar IV.10 Spektrum luminesensi Ca x Sr 1-x TiO 3 yang dieksitasi dengan λ= 220 nm pada temperatur kamar. Dari Gambar IV.10 dapat dilihat spektrum fotoluminesens CSTO yang dipreparasi dengan sonokimia dan dilanjutkan dengan pemanasan pada temperatur 800 o C. Fenomena yang cukup menarik adalah bahwa dengan perbedaan konsentrasi logam Ca, intensitas PL pada 2,6 ev juga berbeda. Secara umum, intensitas pada 2,6 ev menurun dengan adanya substitusi kation Sr 2+ oleh Ca 2+ di mana intensitas tertinggi dimilki oleh STO (x=0). Anomali teramati pada komposisi x = 5 dan x = 8. Pada komposisi ini keberadaan kation Ca meningkatkan kembali intensitas pada 2,6 ev. Diduga peningkatan ini akibat peningkatan sumbu simetri pada CSTO karena transformasi fasa pada CSTO dari sistem kristal ortorombik (x=5) kubik (x=8). Emisi pada 3,4 ev menunjukkan intensitas yang cukup kuat. Spektrum ini berada pada daerah celah energi STO. Selain itu emisi warna hijau ditunjukkan dengan spektrum melebar pada daerah (max = 470 nm (2,6 ev)) yang merupakan ciri khas spektrum untuk transisi elektronik d d. (37) Menurut Mochizuki nanokristal STO berluminesens pada puncak 2,4 ev setelah di induksi dengan laser argon pada 325 nm dalam kondisi vakum. Akan tetapi pola spektrum

16 48 yang ditunjukkan berbeda karena spektrum dari hasil penelitian ini selain melebar terdapat juga fine structure yang diprediksi akibat adanya transisi elektronik d f. Akan tetapi jenis rekombinasi dari keadaan tereksitasi ke keadaan dasar yang terjadi belum dapat diidentifikasi. (38) Spektrum pada 3,2 ev dapat dijelaskan dengan adanya fenomena transfer muatan dari O 2- ke Ti 4+(38). Diperkirakan bahwa spektrum emisi ini terjadi akibat adanya rekombinasi electron-hole dari eksiton terdelokalisasi dalam Ti 3+ O - dalam kisi oktahedron TiO 6. Serta informasi besaran perbedaan energi eksitasi (band to band) dengan energi emisi mengindikasikan adanya relaksasi yang sangat kuat dari eksiton. (3) IV.3.2 Spektrum Luminesensi (Ca,Sr)TiO 3 :Pr Gambar IV.10 menunjukkan pola spektrum emisi dan eksitasi untuk SCTO:Pr pada temperatur ruang. Gambar IV.10 (a) menunjukkan spektrum emisi sampel setelah di eksitasi dengan λ = 325 nm. Spektrum emisi yang muncul pada 2,06 ev ini merupakan transisi elektonik f-f dari kation Pr 3+, yaitu dari tereksitasi 1 D 2 menuju keadaan dasar 3 H 4. (5) Sementara transisi dari 3 P 0 3 H 4 teramati dengan adanya puncak pada 2,5 ev. Untuk spektrum emisi dengan λ eksitasi = 220 dapat dilihat pada Lampiran B. (a) Gambar IV.11 Spektrum fotoluminesens emisi (a) dan eksitasi (b) pada temperatur ruang untuk sampel CSTO:Pr yang dipanaskan pada berbagai temperatur. (b)

17 49 Sementara dari Gambar IV.11(b) dapat dilihat bahwa untuk mengemisikan foton dengan λ=610 spektrum eksitasi CSTO:Pr muncul pada 3,7 ev. Dari informasi ini dapat di jelaskan bahwa elektron mengalami transisi dari keadaan dasar ( 3 H 4 ) ke keadaan tereksitasi pertama ( 1 G 4 ) kemudian ke keadaan tereksitasi ke dua ( 1 S 0 ) seperti diilustrasikan pada Gambar IV.12. Gambar IV. 12 Diagram tingkat energi untuk ion Pr 3+ λ eksitasi = 325 nm. Gambar IV.13 Plot grafik pengaruh temperatur pemanasan terhadap parameter kisi CSTO:Pr yang diperoleh dari refinement data XRD dengan spacegroup Bmmb dan Z=8.

18 50 Dapat dilihat pada Gambar IV.11 (a) terdapat penurunan intensitas pada 2,06 ev setelah sampel dipanaskan sampai temperatur 800 o C kemudian meningkat kembali setelah dipanaskan pada temperatur 1000 o C. Fenomena penurunan intensitas sebagai fungsi temperatur dapat dijelaskan dengan fakta bahwa terjadi penurunan nilai-nilai parameter sel (a, b, c) pada struktur perovskit seperti ditunjukkan oleh Gambar IV.13. Akibatnya sampel yang telah dipanaskan sampai temperatur 1000 o C memiliki paramter kisi yang mendekati stukrtur kubus di mana nilai a, b dan c tidak jauh berbeda. Dalam kasus CSTO:Pr, sampel yang telah dipanaskan pada temperatur 800 o C membentuk kisi tetragonal dan setelah dipanaskan pada temperatur 1000 o C kisi kristal mendekati kubus. IV.3.3 Spektrum Luminesensi (Ca,Sr)TiO 3 :Eu Gambar IV.14 menunjukkan spektrum fotoluminesens CSTO:Eu yang dieksitasi pada λ = 463 nm. Dapat dilihat bahwa terdapat dua puncak dengan intensitas tinggi yaitu pada 2,02 ev dan 2,09 ev. Gambar IV.14 Spektrum fotolumunisen emisi pada temperatur ruang untuk sampel CSTO:Eu yang dipanaskan pada berbagai temperatur yang dieksitasi pada λ = 463 nm.

19 51 Spektrum emisi pada sampel CSTO:Eu berkaitan dengan emisi dari ion Eu 3+ yang berasal dari transisi elekronik dari 5 D 0 menuju 7 F J (J = 1, 2, ) yang berasal dari konfigurasi elektron 4f 6 (Transisi dari J = 0 menuju J = 0 dilarang, karena momentum total tidak berubah). Spektrum rendah pada daerah 2,09 ev berasal dari transisi dipol magnetik 5 D 0 7 F 1 sedangkan emisi yang cukup kuat pada daerah 2,02 ev merupakan transisi dipol hipersensitif elektron 5 D 0 7 F 2 yang di induksi oleh kekurangan simetri inversi pada site Eu 3+. (39) Fenomena pelebaran pada puncak 2,09 dan 2,02 ev dapat dijelaskan sebagai berikut. Jarak antara Ti 4+ dengan O 2- dalam material berstruktur perovskit biasanya lebih kecil apabila dibandingkan dengan jarak dari kation site A terhadap O 2- (jika A bervalensi 2+). (4) Sehingga ketika kation trivalen dari logam tanah jarang seperti Eu 3+ disisipkan ke dalam host material CSTO, akan lebih cenderung untuk menempati site kation alkali tanah karena ukuran ionnya. Oleh karena itu jika Eu 3+ dapat menempati site Ti 4+ akan menyebabkan interaksi yang kuat dengan oksigen terdekat dibandingkan dengan kation alkali tanah (Yamamoto dalam Samantaray). (4) Untuk spektrum emisi dengan λ eksitasi = 220 nm dapat dilihat pada Lampiran B. IV.3.4 Spektrum Luminesensi (Ca,Sr)TiO 3 :Tb Gambar IV.15 menunjukkan spektrum fotoluminesens CSTO:Tb yang dieksitasi dengan λ 220 nm setelah sampel di panaskan pada berbagai temperatur. Dari Gambar IV.15 dapat dilihat bahwa spektrum fotoluminesens CSTO:Tb memiliki kemiripan dengan CSTO. Sedikit perbedaan terlihat pada daerah 1,7 ev yang memperlihatkan adanya transisi elektronik yang lain pada CSTO:Tb. Kemungkinan merupakan transisi elektronik dari elektron pada 4f. jika diamati dengan seksama, spektrum CSTO:Tb memiliki sedikit perbedaan pada puncak 3eV. Pada puncak ini teramati dengan penyisipan kation Tb kemiringan pada spektrum CSTO:Tb lebih meningkat dibandingkan CSTO pada suhu yang sama. Puncak yang muncul pada daerah 3 ev diidentifikasi sebagai puncak yang muncul dari transisi 3 D 3 7 F 6.

20 52 Gambar IV.15 Spektrum emisi CSTO:Tb yang di eksitasi dengan λ = 220 nm pada temperatur kamar. Fenomena yang cukup menarik dari spektrum ini adalah adanya penguatan pada puncak 3,4 ev yang disebabkan adanya penyisipan kation Tb 3+. Pada sampel yang dipanaskan 500 o C, CSTO:Tb memiliki spektrum dua kali lebih kuat dibandingkan CSTO. Peningkatan intensitas pada puncak 3,4 ev ini diduga akibat adanya penggantian kation Ti 4+ oleh Tb 3+ yang mengakibatkan populasi transfer muatan dari O - 2 yang semakin besar.

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan Bab ini memaparkan hasil dari sintesis dan karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit Sr 2 Mg 1-X Fe x MoO 6-δ dengan x = 0,2; 0,5; 0,8; dan

Lebih terperinci

STUDI SIFAT LUMI ESE SI A OPARTIKEL Ca x Sr 1-x TiO 3 :RE (RE = Pr 3+, Eu 3+, dan Tb 3+ ) YA G DIPREPARASI DE GA METODE SO OKIMIA TESIS

STUDI SIFAT LUMI ESE SI A OPARTIKEL Ca x Sr 1-x TiO 3 :RE (RE = Pr 3+, Eu 3+, dan Tb 3+ ) YA G DIPREPARASI DE GA METODE SO OKIMIA TESIS STUDI SIFAT LUMI ESE SI A OPARTIKEL Ca x Sr 1-x TiO 3 :RE (RE = Pr 3+, Eu 3+, dan Tb 3+ ) YA G DIPREPARASI DE GA METODE SO OKIMIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL

2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL 3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi

Lebih terperinci

Petunjuk Refinement. Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica

Petunjuk Refinement. Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica Petunjuk Refinement Analisis Pola Difraksi Sinar-X Serbuk Menggunakan Metode Le Bail Pada Program Rietica Rolan Rusli 19 Januari 2011 Kata Pengantar Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING

PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA

BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

Hubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25

Hubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25 Hubungan kristalinitas sampel CaO, CaO pada 0,08 dan CaO pada 0,25 Sampel 2 ( o ) Tinggi Puncak, I (counts) I/Io % Kristalinitas Kristalinitas CaO > CaO pada 0,25 > CaO pada 0,08 CaO 37,34 1248,68* 1 100

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH

STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH STUDI MIKROSTRUKTUR SERBUK LARUTAN PADAT MxMg1-xTiO3 (M=Zn & Ni) HASIL PENCAMPURAN BASAH Istianah () Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN MATERIAL JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO

Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO Efek Doping Senyawa Alkali Terhadap Celah Pita Energi Nanopartikel ZnO Ira Olimpiani,*, Astuti Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS

ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS ASPEK STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS La 1-x (Sr,Ca) x FeO 3-δ SEBAGAI BAHAN KATODA PADA SEL BAHAN BAKAR PADATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS

PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS PENENTUAN TEMPERATUR CURIE SENYAWA OKSIDA LOGAM BERSTRUKTUR AURIVILLIUS TIPE CuBi 4 Ti 4 O 15 (CBT) EMPAT LAPIS TEMPERATURE CURIE DETERMINATION OF THE CRYSTAL STRUCTURE OF THE FOUR-LAYER AURIVILLIUS OXIDES

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka 5 Bab II Tinjauan Pustaka Pada bagian ini akan dipaparkan fenomena semikonduktivitas pada material dalam perspektif mekanika gelombang yang menjadi landasan kemunculan celah energi pada semikonduktor.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM Oleh: Ella Agustin Dwi Kiswanti/1110100009 Dosen Pembimbing: Prof. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. Bidang Material Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas 39 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas Lampung. Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan di UPT. Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7

SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 56 SINTESIS DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA OKSIDA LOGAM PIROKLOR TIPE Sr 2 Nb 2 O 7 DAN Ba 2 Nb 2 O 7 Synthesis and Structure Characterization of Metal Oxide Pyrochlore Type Sr 2 Nb 2 O 7 and Ba 2 Nb 2

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-x. Sinar-X digunakan untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL BAB V WUJUD ZAT A. Standar Kompetensi: Memahami tentang ilmu kimia dan dasar-dasarnya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan se-hari-hari terutama yang berhubungan langsung dengan kehidupan. B. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA PEROVSKIT GANDA Sr 2 Mg 1-X Fe X MoO 6-δ SEBAGAI MATERIAL ANODA PADA SEL BAHAN BAKAR DENGAN METODA SOL-GEL (Synthesis and Characterization Double Perovskit Compound Sr

Lebih terperinci

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA

SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA 27 SINTESIS OKSIDA LOGAM AURIVILLIUS SrBi 4 Ti 4 O 15 MENGGUNAKAN METODE HIDROTERMAL DAN PENENTUAN SIFAT FEROELEKTRIKNYA Synthesis of Metal Oxide Aurivillius SrBi 4 Ti 4 O 15 Using Hydrothermal Method

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat, kebutuhan akan sumber energi meningkat pula. Termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL X-RAY DIFFRACTOMETER (XRD) Untuk menentukan besar kristalit dari unsur penyusun utama layer oksida DSSC maka dilakukan pengujian XRD. Pengujian dilakukan untuk material

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci