IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KERJA SISWA 4

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

Hasil Penelitian dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr

I. PENDAHULUAN. Unsur P merupakan unsur hara makro utama bagi tanaman selain N dan K. Unsur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq)

a. Pengertian leaching

c. Suhu atau Temperatur

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

Frek = 33,5 Hz. Gambar 4.1 Grafik perpindahan massa kecepatan aliran 1.3 m/s 2. Untuk kecepatan aliran 1.5 m/s

LEMBAR KERJA SISWA 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Ferry Riyanto Harisman Powerpoint Templates Page 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KINEMATIKA PARTIKEL. Gerak Lurus Gerak Melingkar

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

3 METODOLOGI PENELITIAN

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

Hukum Kesetimbangan Distribusi

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

Sulistyani, M.Si.

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Kinetika Kimia dan Mekanisme Reaksi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA

Massa atom merupakan massa dari atom dalam satuan massa atom (sma).

HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan serapan pada berbagai panjang gelombang tertera pada Gambar 2.

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

wanibesak.wordpress.com

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KINETIKA REAKSI HIDROLISA PATI DARI KULIT NANGKA DENGAN KATALISATOR ASAM CHLORIDA MENGGUNAKAN TANGKI BERPENGADUK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

PERCOBAAN 03 LAJU INVERSI GULA

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

KAJIAN SELEKTIVITAS ION Pb +2 DAN Cr +3 PADA PROSES PERTUKARAN ION

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan dalam Tabel 2 berikut.

BAB.IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data analisis kandungan Resin, Wax dan Aspalten di dalam minyak mentah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Diskusi

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

i IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Variasi Putaran Pengaduk Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Konsentrasi Awal Tetap Nilai konsentrasi terlarut dari disolusi TCP dalam air dengan konsentrasi awal tetap yaitu 75 ppm terhadap variabel kecepatan pengadukan dapat dilihat pada Tabel 4.1. ' Tabel 4.1 Konsentrasi zat terlarut dengan variabel kecepatan pengadukan pada berbagai selang waktu dengan konsentrasi awal 75 ppm Konsentrasi (ppm) dengan variable kecepatan pengadukan Waktu (menit) 150 rpm 300 rpm 450 rpm 0 0 0 0 15 21.17 36.62 42.08 30 32.73 49.87 60.26 45 40.52 57.66 66.75 46.23 61.82 66.75 75 51.56 63,9 66.75 90 56.62 65,45-105 60.39 66,62-120 63.77 66,62-135 66.10 66,62-150 67.01 66,62-165 67.53 - - 180 67.53 - - 20

4.1.2 Pengaruh Variasi Konsentrasi Partikel Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Putaran Pengadukan Tetap Nilai konsentrasi terlarut dari disolusi TCP dalam air dengan kecepatan pengadukan 150 rpm dan 300 rpm terhadap variabel konsentrasi partikel dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3. Tabel 4.2 Konsentrasi zat terlarut dengan variabel konsentrasi partikel pada berbagai selang waktu dengan kecepatan pengadukan 150 rpm Waktu (menit) Konsentrasi (ppm) dengan variable kecepatan pengadukan 75 100 125 0 0 0 0 15 12.79 7.93 3.07 30 17.77 12.91 8.05 45 25.23 20.37 13.03 60 35.19 27.84 22.98 90 50.12 37.79 32.93 120 60.07 45.26 40.4 150 65.05 52.72 47.86 180 67.54 57.7 52.84 210 67.54 62.68 57.82 240 67.54 67.65 62.79 270-67.65 67.77 300 m - 67.77 21

Tabel 4.3 Konsentrasi zat terlarut dengan variabel konsentrasi partikel pada berbagai selang waktu dengan kecepatan pengadukan 300 rpm Waktu (menit) Konsentrasi (ppm) dengan variable kecepatan pengadukan 75 100 125 0 0 0 0 15 30.21 12.91 8.05 30 35.19 22.86 15.51 45 40.16 30.33 22.98 60 47.63 37.79 27.96 75 55.09 47.75 32.93 90 62.56 55.21 35.42 105 67.54 62.68 40.4 120 67.54 65.16 47.86 150 67.54 67.65 52.84 180-67.65 60.3 210-67.65 65.28 240 - - 67.77 270 67.77 300 67.77 22

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Variasi Putaran Pengaduk Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Konsentrasi Awal Tetap Selain dari Tabel 4.1, Nilai konsentrasi terlarut dari disolusi TCP dalam air dengan konsentrasi awal tetap yaitu 75 ppm terhadap variabel kecepatan pengadukan juga dapat dilihat dari grafik berikut: so o n o so loo ISO 2oa W.^ktLi (menit) Gambar 4.1 Pengaruh Laju Putaran Pengadukan terhadap laju disolusi TCP dengan konsentrasi awal 75 ppm Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada laju putaran 150 rpm kenaikan kelarutan TCP beijalan lambat. Saat 30 menit pertama kelarutan TCP pada laju putaran pengadukan 150 rpm hanya sekitar 32,73 ppm. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan jika kita membandingkan disolusi TCP pada laju putaran 300 rpm dan 450 rpm pada waktu yang sama. Pada laju putaran 300 rpm disaat waktu yang sama, dissolusi TCP telah mencapai 49.87 ppm meningkat hingga hampir satu setengah kali lipat dari laju putaran 150 rpm. Peningkatan kelarutan TCP meningkat tajam pada laju putaran pengadukan 450 rpm, pada waktu 30 menit pertama kelarutan TCP pada laju putaran pengaduk ini hampir medekati kesetimbangan. Dari kurva tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan putaran pengadukan berbanding lurus dengan konsentrasi TCP terlarut. Semakin besar kecepatan pengadukan maka konsentrasi zat terlarut akan semakin besar pula dan 23

begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa kenaikan laju putaran pengadukan akan mempercepat tercapainya keadaan setimbang dari disolusi TCP dan meningkatkan kelarutan TCP terhadap pertambahan waktu. Sehingga adanya hubungan yang erat terhadap laju putaran pengadukan terhadap waktu yang diperlukan dalam proses disolusi TCP. Dengan pengadukan, air sebagai pelarut memperoleh energi dari luar sehingga kontak antara partikel-partikel zat terlarut dengan air akan semakin besar. Hal ini menyebabkan partikel TCP akan melarut dengan cepat. Namun dari konsentrasi awal TCP yang ingin dilarutkan yaitu 75 ppm, temyata tidak semuanya dapat melarut sempuma. Dengan kata lain, peristiwa disolusi TCP ini telah mencapai konsentrasi jenuh. Konsentrasi jenuh (Cs) adalah konsentrasi dimana penambahan solute pada solvent tertentu tidak akan menghasilkan larutan tertentu yang memiliki konsentrasi lebih tinggi pada suatu kondisi operasi tertentu. Hal ini dapat dilihat secaia fisik, dengan adanya endapan pada permukaan campuran triklorofenol dan pelarut selama pengadukan. Konsentrasi jenuh triklorofenol pada berbagai varabel laju putaran pengadukan dapat dilihat dalam Tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4 Konsentrasi Jenuh TCP pada Berbagai Laju Putaran Pengadukan Laju Putaran Pengadukan(rpm) Konsentrasi Jenuh (Cs) 150 67.53 ppm 300 66.62 ppm 450 66.75 ppm Pada Gambar 4.1 juga dapat dilihat walaupun disolusi TCP pada tiap variabel laju putaran pengadukannya memiliki konsentrasi jenuh yang sama dimana bila dirata-ratakan setara dengan 66,96 ppm, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan jenuh berbeda-beda. Waktu untuk keadaan jenuh semakin cepat tercapai seiring dengan meningkatnya kecepatan pengadukan. Jika pada laju putaran pengadukan 150 rpm disolusi TCP telah memperoleh keadaan jenuh pada waktu 165 menit, maka pada saat laju putaran 300 rpm keadaan jenuh terjadi lebih cepat pada menit ke-105 dan semakin cepat 24

pada laju putaran pengadukan 450 rpm yang mencapai kondisi jenuh pada waktu 45 menit. Konsentrasi Jenuh (Cs) ini digunakan untuk memperoleh kurva hubungan -In terhadap waktu, sehingga kita akan memperoleh koefisien transfer massa pada kecepatan pengadukan 150 rpm, 300 rpm dan 450 rpm dengan konsentrasi awal tetap yaitu 75 ppm. Tabel 4.5 Koefisien Transfer Massa pada Variabel Laju Putaran Pengadukan Laju Putaran (Kia)si (menit"') Pengadukan (rpm) 150 0.025 300 0.044 450 0.075 Kurva hubungan antara variabel kecepatan pengadukan dengan koefisien transfer massa dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini. 0,08 0.07 0.06 X, 0.05 I 0.04 5; 0.0.3 0.02 0.01 0 0 100 200 300 laju putaran pengadukan (rpm) 400 500 Gambar 4.2 Pengaruh Laju Putaran Pengadukan terhadap koefisien transfer massa TCP dengan konsentrasi awal 75 ppm 25

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kenaikan koetisien transfer massa pada disolusi TCP meningkat seiring dengan kenaikan laju putaran pengadukan dan meningkat tajam saat kecepatan pengadukan 450 rpm. Hal ini dikarenakan pada kecepatan pengadukan tersebut tumbukan yang teijadi antar partikel begitu cepat hingga menyebabkan vorteks sehingga proses disolusi lebih cepat terjadi menuju titik kesetimbangan maka koefisien transfer massa yang diperoleh lebih tinggi dibanding dengan laju putaran pengadukan 150 rpm dan 300 rpm. Dari penelitian variabel laju putaran pengadukan yang telah dilakukan dapat dipilih laju putaran pengadukan yang akan digunakan untuk penelitian variabel konsentrasi partikel. Kecepatan pengadukan yang dipilih merupakan laju putaran pengadukan yang kondisinya relatif baik dari variabel penelitian laju putaran pengadukan yaitu pada 150 rpm dan 300 rpm. Laju putaran pengadukan 450 rpm dapat dikatakan tidak layak digunakan karena menimbulkan vorteks. 4.2.2 Pengaruh Variasi Konsentrasi Partikel Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Putaran Pengadukan Tetap Selain dari Tabel 4.2 dan 4.3, hasil analisa terhadap konsentrasi disolusi TCP dengan variable konsentrasi partikel pada putaran pengadukan 150 rpm dan 300 rpm juga dapat dilihat dari grafik-grafik berikut: -» 75 ppm «-100 ppm 125 ppm u I I 0 50 100 150 200 250 300 350 Waktu (menit) Gambar 4.3 Pengaruh Konsentrasi Partikel terhadap laju disolusi TCP dengan laju putaran pengadukan 150 rpm 26

80 10 o O 30 60 90 120 ISO 180 2 10 240 270 BOO 330 Waktu (menit) Gambar 4.4 Pengaruh Konsentrasi Partikel terhadap laju disolusi TCP dengan laju putaran pengadukan 300 rpm Pada Gambar 4.3 dan 4.4 dapat dilihat kelarutan TCP ditinjau dari segi variabel konsentrasi partikel pada kecepatan pengadukan 150 dan 300 rpm. Pada Gambar 4.3 untuk kecepatan pengadukan 150 rpm, dapat dilihat bahwa pada konsentrasi partikel awal 125 ppm kenaikan kelarutan TCP beijalan lebih lambat daripada variabel konsentrasi lainnya. Hal ini dapat dilihat pada 30 menit pertama, kelarutan TCP pada konsentrasi 125 ppm hanya sekitar 8,05 ppm. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan jika kita membandingkan disolusi TCP pada konsentrasi 100 ppm dan 75 ppm pada waktu yang sama. Pada konsentrasi 100 ppm disaat waktu yang sama, disolusi TCP telah mencapai 12.91 ppm. Peningkatan kelarutan TCP meningkat untuk variabel konsentrasi partikel 75 ppm dimana pada waktu 30 menit pertama kelarutan TCP telah mencapai 17.77 ppm. Pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada laju putaran 300 rpm, kelarutan TCP beijalan lebih lambat pada konsentrasi 125 ppm. Saat 30 menit pertama kelarutan TCP pada konsentrasi partikel 125 ppm hanya sekitar 15.51 ppm. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan jika kita membandingkan disolusi TCP pada konsentrasi partikel 100 ppm dan 75 ppm pada waktu yang sama. Pada konsentrasi partikel 100 ppm disaat waktu yang sama, dissolusi TCP telah mencapai 22.86 ppm. Peningkatan kelarutan TCP meningkat tajam pada konsentrasi partikel 75 ppm, pada waktu 30 menit pertama kelarutan TCP pada 27

laju putaran pengaduk ini mencapai 35.19 ppm atau meningkat dua kali lipat dari variabel konsentrasi partikel 100 ppm. Dari Gambar 4.3 dan 4.4 dapat disimpulkan bahwa kenaikan kelarutan TCP beijalan lebih cepat pada laju putaran pengadukan 300 rpm. Kenaikan konsentrasi tertinggi pada tiap waktunya sebelum mencapai kondisi jenuh adalah pada variabel konsentrasi 75 ppm. Namun, jika diamati terdapat adanya kesamaan pada konsentrasi jenuh (Cs) dari tiap variasi konsentrasi partikelnya walaupun kecepatan pengadukannya berbeda. Konsentrasi jenuh triklorofenol pada berbagai varabel konsentrasi partikel dapat dilihat dalam tabel 4.6 dibawah ini. Tabel 4.6 Konsentrasi Jenuh TCP pada Berbagai Konsentrasi Partikel Konsentrasi Jenuh TCP (ppm) pada berbagai Konsentrasi partikel kecepatan pengadukan (ppm) 150 rpm 300 rpm 75 67.54 67.54 100 67.65 67.65 125 67.77 67.77 Dari Gambar 4.3 dan 4.4, dapat juga dilihat walaupun disolusi TCP pada tiap variasi konsentrasi partikelnya memiliki konsentrasi jenuh yang sama dimana bila dirata-ratakan setara dengan 67,65 ppm, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan jenuh pada laju putaran pengadukan 150 rpm dan 300 rpm berbeda-beda. Waktu untuk kondisi jenuh semakin lambat tercapai seiring dengan peningkatan konsentrasi partikel. Jika dibandingkan waktu dalam mencapai kondisi jenuh antara laju putaran pengadukan 150 rpm dengan 300 rpm dari tiap variabel konsentrasi partikelnya secara keseluruhan, maka waktu yang paling lama dalam mencapai kondisi jenuh adalah pada laju putaran 150 rpm. Hal ini disebabkan tumbukan antar partikel TCP yang lambat di dalam air sehingga laju disolusinya akan menjadi lambat pula. 28

Konsentrasi Jenuh (Cs) ini digunakan untuk memperoleh kurva hubungan - In C C terhadap waktu, sehingga kita akan memperoleh koefisien transfer massa pada konsentrasi partikel 75 ppm, 100 ppm dan 125 ppm terhadap kecepatan pengadukan 150 rpm dan 300 rpm. Tabel 4,7 Koefisien Transfer Massa pada Variabel Konsentrasi Partikel Koefisien transfer massa pada berbagai kecepatan Konsentrasi Partikel pengadukan (ppm) 150 rpm 300 rpm 75 0.018 0.024 100 0.01 0.021 125 0.009 0.012 Kurva hubungan antara variabel kecepatan pengadukan dengan koefisien transfer massa dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini. 0.03 0.025 0.02 'c. V E 0.015 0.01 t, rpm as 300 rpm 0.005 0 50 100 Konsentrasi Partikel (ppm) 150 Gambar 4.5 Pengaruh Konsentrasi Partikel TCP terhadap koefisien transfer massa TCP dengan kecepatan pengadukan 150 dan 300 rpm 29

Dari Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa untuk kecepatan pengadukan 150 rpm dan 300 rpm secara keseluruhan, koefisien transfer massa pada disolusi TCP menurun seiring dengan kenaikan konsentrasi partikel. Hal ini dikarenakan pada variabel konsentrasi partikel, semakin tinggi konsentrasi partikel artinya semakin banyak jumlah TCP yang dilarutkan dalam air sehingga proses disolusi lebih lama terjadi menuju titik kesetimbangan maka koefisien transfer massa yang diperoleh cendrung menurun. 30