BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis impeller lain yang membentuk pola aliran radial maupun tangensial. Gambar di bawah ini akan menunjukkan pola aliran yang terbentuk untuk jenis impeller propeller, turbin dan paddle sederhana dalam tangki memakai sekat ataupun tidak memakai sekat. Tabel 4.1 Tabel Pola Aliran untuk Variasi Jenis Impeller Jenis Impeller Kecepatan Gambar Pola Aliran Tanpa Sekat Dengan Sekat Propeller 4 Turbin 4 Paddle 4

2 Tabel 4.1 memaparkan gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis impeller dan pemasangan sekat. Untuk jenis propeller dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran radial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara horizontal menuju ke pusat propeller lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan ke bawah. Sedangkan untuk propeller tanpa sekat terbentuk aliran aksial karena pelet-pelet plastik bergerak secara vertikal. Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis propeller adalah aliran aksial pada tangki tanpa sekat (Oldshue, 1983) dan untuk tangki dengan sekat adalah aliran aksial seperti yang ditunjukkan pada gambar : Gambar 4.1 Pola Aliran Aksial untuk Propeller (Nienow, dkk, 1997) Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis propeller tanpa sekat dan dengan sekat tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu aliran radial pada propeller tanpa sekat. Hal ini disebabkan karena : 1. Ketidakakuratan dalam melihat pola aliran yang terbentuk. 2. Kurang teliti dalam penentuan jenis dari pola aliran. Untuk jenis turbin dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran radial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara horizontal menuju ke pusat turbin lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan ke bawah. Sedangkan untuk tanpa sekat terbentuk aliran aksial karena pelet-pelet plastik bergerak secara vertikal. Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk pada tangki tanpa sekat untuk impeller jenis turbin 3 atau 4 bilah adalah aliran aksial dan untuk turbin 6 bilah adalah radial (Paul, dkk, 2004), sedangkan yang dipakai dalam percobaan ini adalah turbin 6 bilah sehingga pola alirannya radial. Untuk tangki dengan sekat, pola alirannya adalah aliran radial, seperti yang ditunjukkan pada gambar :

3 Gambar 4.2 Pola Aliran Radial untuk Turbin (Nienow, dkk, 1997) Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis turbin tanpa sekat dan dengan sekat tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu aliran aksial pada jenis turbin dengan sekat. Hal ini disebabkan karena : 1. Ketidakakuratan dalam melihat pola aliran yang terbentuk. 2. Kurang teliti dalam penentuan jenis dari pola aliran. Untuk jenis paddle dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran radial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara horizontal menuju ke pusat paddle lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan ke bawah. Sedangkan untuk tanpa sekat terbentuk aliran aksial karena pelet-pelet plastik bergerak secara vertikal. Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis paddle, pada tangki tanpa sekat adalah aliran aksial (Nienow, dkk, 1997), dan untuk tangki dengan sekat adalah aliran radial seperti yang ditunjukkan pada gambar : Gambar 4.3 Pola Aliran Radial untuk Paddle (Sinnott, 2005) Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller jenis paddle dengan sekat tidak sesuai dengan teori yang ada, yaitu paddle akan menghasilkan aliran aksial aliran, sedangkan untuk tangki tanpa sekat juga tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu, membentuk aliran aksial. Hal ini disebabkan karena : 1. Ketidakakuratan dalam melihat pola aliran yang terbentuk.

4 2. Kurang teliti dalam penentuan jenis dari pola aliran. Pada percobaan yang tidak menggunakan sekat, terdapat vorteks pada saat impeller mulai dijalankan, yaitu dengan tinggi vorteks masing-masing untuk propeller 1,6 cm, turbin 2,4 cm, dan paddle 2,3 cm. Namun pada percobaan yang menggunakan sekat, tidak terdapat vorteks pada alirannya. Di dalam tangki yang tidak dipasangi sekat maka cairan akan berotasi dan membentuk vorteks (Zlokarnik, 2001). Jadi, hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, yaitu pola aliran untuk tangki tanpa sekat adalah radial untuk propeller dan paddle, dan untuk tangki bersekat tergantung jenis impeller yang digunakan, misalnya propeller menghasilkan pola aliran radial, sedangkan turbin dan paddle menghasilkan pola aliran aksial. Hal ini disebabkan karena : 1. Ketidakakuratan dalam melihat pola aliran yang terbentuk. 2. Kurang teliti dalam penentuan jenis dari pola aliran.

5 Kecepatan Impeller (rpm) 4.2 Percobaan untuk Dispersi Padatan Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu Pencampuran 400 Propeller 300 Turbin Paddle Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.4 Pengaruh Kecepatan Impeller Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Tanpa Sekat Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan level kecepatan 4, 5, dan 6, atau 206,667 rpm, 255,556 rpm, dan 304,445 rpm untuk masing-masing impeller. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5, 6, waktu yang diperlukan adalah 18 detik, 12 detik, dan 10 detik, sedangkan untuk turbin pada level kecepatan yang sama adalah, 12 detik, 9 detik, 5 detik. Untuk paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 13 detik, 7 detik, dan 4 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan. Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi seragam dan lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi (Albright, 2009). Waktu pencampuran meningkatkan banyaknya partikel yang

6 tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu pencampuran dari padatan dan cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001). Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari 400 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200 cp, atau volume cairan lebih besar dari 2000 liter. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar dari 1150 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 50 cp atau volume cairan lebih besar dari 500 liter. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan(itb, 2010). Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan diameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah dkk, 2008) Jadi, hasil yang didapat telah sesuai dengan teori dimana waktu pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan impeller (Zlokarnik, 2001), selain itu waktu pencampuran oleh paddle lebih cepat karena paddle merupakan impeller dengan bilah yang besar sehingga biasa digunakan untuk mengaduk cairan dengan viskositas tinggi menghasilkan pergerakan cairan yang viskos di dalam tangki (Holland, 1973). Diikuti dengan turbin yang menghasilkan pola aliran radial yang memiliki tegangan geser yang besar dan bergerak secara radial terhadap dinding tangki (Paul dkk, 2004). Sedangkan, propeller yang memiliki waktu pencampuran paling besar karena arah aliran aksial yang ditimbulkannya hanya bergerak secara paralel terhadap dinding tangki sehingga waktu pencampurannya lebih lama (Oldshue, 1983).

7 Kecepatan Impeller (rpm) Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu Pencampuran 400 Propeller 300 Turbin Paddle Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.5 Pengaruh Kecepatan Impeller Propeller Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Dengan Sekat Gambar 4.5 menunjukkan grafik pengaruh kecepatan impeller propeller terhadap waktu pencampuran pasir dan air (H 2 O) untuk tangki tanpa dan dengan sekat. Level kecepatan yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 atau 206,667 rpm, 255,556 rpm, dan 304,445 rpm untuk tangki tanpa dan dengan sekat. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5,dan 6, waktu yang diperlukan adalah 13 detik, 9 detik, dan 5 detik, sedangkan untuk turbin pada level kecepatan yang sama adalah, 11 detik, 7 detik, 4 detik. Untuk paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 12 detik, 6 detik, dan 3 detik. Selain itu juga tidak terbentuk vorteks pada cairan. Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir.

8 Salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana pengaduk adalah kebutuhan daya untuk memutar impeller. Bila aliran di dalam tangki adalah turbulen, kebutuhan daya dapat diperkirakan dari hasil kali aliran q yang didapat dari impeller dan energi kinetik Ek per satuan volume fluida (Coulson and Richardson, 1999). Turbin merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis propeller (Uhl & Gray, 1966). Pemakaian sekat akan meningkatkan laju pencampuran (Albright, 2009) dan proses pencampuran naik menjadi 2 atau 4 kali bila dibandingkan dengan tanpa sekat (Cheremisinoff, 2000). Sekat tidak dibutuhkan pada cairan viskositas tinggi atau pada cairan dengan bilangan Reynold terlalu rendah serta sekat akan menaikkan daya pada agitator (Paul, dkk, 2004). Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yaitu kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran dan pemakaian sekat akan mempercepat pencampuran.

9 Fraksi Padatan (gr) Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu Pencampuran Propeller Turbin Paddle Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.6 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Tanpa Sekat Gambar 4.6 menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan fraksi padatan 20 gram,40 gram dan 60 gram. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa fraksi padatan berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada fraksi padatan 20 gram,40 gram dan 60 gram, waktu yang diperlukan adalah 7 detik, 9 detik, dan 8 detik, sedangkan untuk turbin pada fraksi padatan yang sama adalah, 5 detik, 6 detik, 6 detik. Untuk paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 4 detik, 6 detik, dan 5 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan. Dari teori perubahan densitas viskositas daya menghasilkan perbedaan pengadukan untuk kecepatan putaran dan diameter pengaduk yang sama.semakin besar densitas fluida, maka akan semakin besar pergerakannya dan semakin besar viskositas fluida sehingga pergerakan gluida akan semakin kecil untuk kecepatan putaran dan diameter pengaduk yang sama (Nurhafizah, 2010). Kebanyakan padatan tersuspensi di dalam cairan yang bergerak di dalam tangki.bila jumlah padatan sedikit, partikel bergerak mengelilingi tangki tetapi

10 Fraksi Padatan (gr) memiliki perpindahan massa yang lebih lambat dibandingkan campuran zat cair (Mc Cabe, 1993). Jika fraksi padatan tersuspensi semakin banyak maka perpindahan massanya akan semakin lambat sehingga waktu pencampuran untuk mencapai homogen semakin lama. Berdasarkan perbandingan teori dan hasil percobaan di dapatkan bahwa hasil tidak sesuai dengan teori.dimana pada saat fraksi padatan meningkat terjadi fluktuasi pada fraksi padatan 40 gram dan 60 gram seiring kenaikan waktu pengadukan pada impeller propeller dan paddle..hal tersebut dikarenakan : 1. Tidak menentukan jenis pengaduk dan posisi pengaduk yang paling efisien untuk pengadukan 2. Perbandingan massa padatan terlalu kecil dengan massa cairan sehingga pergerakan massa susah ditentukan Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu Pencampuran Propeller Turbin Paddle Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.7 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Dengan Sekat Gambar 4.7 menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan fraksi padatan 20 gram, 40 gram dan 60 gram.

11 Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa fraksi padatan berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan fraksi. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada fraksi padatan 20 gram, 40 gram dan 60 gram. Waktu yang diperlukan adalah 9 detik, 10 detik, dan 9 detik, sedangkan untuk turbin pada fraksi padatan yang sama adalah 5 detik, 8 detik, 7 detik. Untuk paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 4 detik, 6 detik, dan 5 detik. Selain itu juga tidak terbentuk vorteks pada cairan. Dari teori perubahan densitas viskositas daya menghasilkan perbedaan pengadukan untuk kecepatan putaran dan diameter pengaduk yang sama. Semakin besar densitas fluida, maka akan semakin besar pergerakannya dan semakin besar viskositas fluida sehingga pergerakan gluida akan semakin kecil untuk kecepatan putaran dan diameter pengaduk yang sama (Nurhafizah dkk, 2008). Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengandiameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah dkk, 2008) Kebanyakan padatan tersuspensi di dalam cairan yang bergerak di dalam tangki.bila jumlah padatan sedikit, partikel bergerak mengelilingi tangki tetapi memiliki perpindahan massa yang lebih lambat dibandingkan campuran zat cair (Mc Cabe, 1993). Jika fraksi padatan tersuspensi semakin banyak maka perpindahan massanya akan semakin lambat sehingga waktu pencampuran untuk mencapai homogen semakin lama. Berdasarkan perbandingan teori dan hasilpercobaan di dapatkan bahwa hasil tidak sesuai dengan teori. Dimana terjadi peningkatan waktu pencampuran pada propeller,turbin dan padlle saat fraksi padatan 60 gram. Hal tersebut dikarenakan : 1. Tidak menentukan jenis pengaduk dan posisi pengaduk yang paling efisien untuk pengadukan 2. Perbandingan massa padatan terlalu kecil dengan massa cairan sehingga pergerakan massa susah ditentukan

12 Posisi Pengaduk (C/H) Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu Pencampuran 1 4/5 3/5 2/5 Propeller Turbin Paddle 1/ Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.8 Pengaruh Posisi Pengaduk Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Tanpa Sekat Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan posisi pengaduk =,, dan. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa posisi pengaduk berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan posisi pengaduk. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada posisi pengaduk pengaduk =, dan, waktu yang diperlukan adalah 9 detik, 10 detik, dan 9 detik, sedangkan untuk turbin pada posisi pengaduk yang sama adalah, 5 detik, 8 detik, 7 detik. Untuk paddle pada posisi pengaduk yang sama, waktu yang diperlukan adalah 4 detik, 6 detik, dan 5 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan. Dari teori, jarak impeller yang lebih besar pembentukan waktu pencampuran yang lebih rendah dibandingkan dengan jarak impeller yang lebih kecil. Dalam beberapa hal ada ketetapan untuk mengubah posisi impeller untuk suspensi padat. Penempatan impeller terbaik adalah dari ujung impeller ke dasar tangki. Kriteria ini dikembangkan Dickey (1984) berdasarkan viskositas cairan dan rasionya dari kedalaman tangki (Wallas, 1990)

13 Posisi Pengaduk (C/H)) Jadi hasil percobaan yang telah dilakukan untuk paddle telah sesuai dengan teori, yaitu pada posisi = memiliki waktu pengadukan paling cepat, sedangkan pada propeller dan turbin waktu pencampurannya lama. Terjadinya fluktuasi pada percobaan dikarenakan aliran turbulen sehingga mengganggu penglihatan saat terjadi keseragaman pencampuran. Hal ini dikarenakan: 1. Ketidakakuratan di dalam menghitung waktu, 2. Kurang teliti dalam pembacaan waktu pencampuran Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu Pencampuran 1 4/5 3/5 2/5 Propeller Turbin Paddle 1/ Waktu Pencampuran (s) Gambar 4.9 Pengaruh Posisi Pengaduk Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki Dengan Sekat Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan posisi pengaduk = 2 / 5, 1 / 3, dan ½. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa grafik cenderung meningkat pada propeller, turbin dan padlle. Hal ini dibuktikan dengan propeller pada posisi pengaduk = 2 / 5, 1 / 3, dan ½. waktu yang diperlukan adalah 12 detik, 12 detik, dan 13 detik, sedangkan untuk turbin pada posisi pengaduk yang sama adalah, 6 detik, 9 detik, 7 detik. Untuk

14 paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 7 detik, 18 detik, dan 12 detik. Selain itu juga tidak terbentuk vorteks pada cairan. Dari teori, jarak impeller yang lebih besar pembentukan waktu pencampuran yang lebih rendah dibandingkan dengan jarak impeller yang lebih kecil. Dalam beberapa hal ada ketetapan untuk mengubah posisi impeller untuk suspensi padat. Penempatan impeller terbaik adalah 1 / 3 dari ujung impeller ke dasar tangki. Kriteria ini dikembangkan Dickey (1984) berdasarkan viskositas cairan dan rasionya dari kedalaman tangki (Wallas, 1990) Jadi pada posisi = 1 / 3 harus memiliki waktu pencampuran paling cepat. Dari percobaan, belum ada yang sesuai dengan teori ini disebabkan karena adanya aliran yang turbulen sehingga mengganggu penglihatan saat keadaan yang seragam.

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA WAKTU PENCAMPURAN DI SUSUN OLEH KELOMPOK : VI (enam) Ivan sidabutar (1107035727) Rahmat kamarullah (1107035706) Rita purianim (1107035609) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks. ABSTRAK Pengadukan (agitation) merupakan suatu operasi yang menimbulkan gerakan pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, yang mana gerakannya membentuk suatu pola sirkulasi. Salah satu sistem

Lebih terperinci

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan.

MIXING. I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. MIXING I. Tujuan Percobaan Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. II. Perincian Kerja Menghomogenkan Larutan garam (NaCl); Mengoperasikan mixing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektivnya pengadukan dan pencampuran zat cair dalam prose situ. Pengadukan (agitation) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II MIXING APARATUS

BAB II MIXING APARATUS BAB II MIXING APARATUS 2.1. Tujuan Percobaan - Mengetahui pengaruh jenis pengaduk dan baffle terhadap angka Frounde pada air dan minyak kelapa - Mengetahui hubungan antara bilangan Reynold (N Re ) terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Teori 1.1.1 Pengertian Pengadukan Pengadukan (agitation) adalah gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mixer Mixer merupakan salah satu alat pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang seragam atau homogen. Terdapat dua jenis mixer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan 1.2 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Dapat menjelaskan pola aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk. 2. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat dan tanpa

Lebih terperinci

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN - 2012 Mechanical Mixing Tujuan : Sifat 2 baru (rheologi, organoleptik, fisik) untuk melarutkan berbagai campuran Meningkatkan transfer massa dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut. kematangan tertentu. Ketiga komposisi yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Dodol Dodol sebagai makanan khas biasanya terbuat dari tepung beras ketan dicampur gula merah aren dan santan kelapa. Ketiga bahan baku tersebut kemudian diproses

Lebih terperinci

TANGKI BERPENGADUK (TGK)

TANGKI BERPENGADUK (TGK) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA TANGKI BERPENGADUK (TGK) Koordinator LabTK Dr. Dianika Lestari / Dr. Pramujo Widiatmoko PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat

PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat PAPER MESIN DAN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN Mesin Pencampuran Bahan Cair-Padat Disusun oleh: Kelompok 3 Shift A1 Rendy Yus Sriyanto (240110110010) Hana Lestari I (240110110012) Farah Nuranjani (240110110027)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Digester Digester merupakan alat utama pada proses pembuatan pulp. Reaktor ini sebagai tempat atau wadah dalam proses delidnifikasi bahan baku industri pulp sehingga

Lebih terperinci

Turbin Parson adalah jenis turbin reaksi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Turbin mempunyai komponen-komponen utama sebagai berikut:

Turbin Parson adalah jenis turbin reaksi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Turbin mempunyai komponen-komponen utama sebagai berikut: B. TURBIN REAKSI Pada turbin reaksi, uap masuk ke roda dengan tekanan tertentu dan mengalir pada sudu. Uap ketika meluncur, memutar sudu dan membuatnya bergerak. Kenyataannya, runner turbin berotasi karena

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Analisa efek secondary..., Paian Oppu Torryselly, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan pompa sentrifugal untuk memindahkan fluida air dari satu wadah ke wadah yang lain, lazim kita temui dalam dunia industri maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair

Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Simulasi Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk menggunakan Side-Entering Impeller untuk Suspensi Padat-Cair Oleh : 1. Brilliant Gustiayu S. (2308 100 074) 2. Ayu Ratna Sari (2308 100 112) Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Sugeng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan)

Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan) Mixing & Agitation in Food Processing (Pencampuran dan Pengadukan dalam Pengolahan Pangan) SUHARGO 2000 BAHAN KULIAH TEKNIK PRODUK PERTANIAN I JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab III Aliran Putar

Bab III Aliran Putar Bab III Aliran Putar Ada banyak jenis aliran fluida dalam dunia teknik, dimana komponen rotasi dari nilai rata-rata deformasi memberikan kontribusi lebih besar terhadap pola aliran yang terjadi. Memperhatikan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL Oleh: ANGGIA PRATAMA FADLY 07 171 051 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1.Fluida Fluida dipergunakan untuk menyebut zat yang mudah berubah bentuk tergantung pada wadah yang ditempati. Termasuk di dalam definisi ini adalah

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

Bab VI Hasil dan Analisis

Bab VI Hasil dan Analisis Bab VI Hasil dan Analisis Dalam bab ini akan disampaikan data-data hasil eksperimen yang telah dilakukan di dalam laboratorium termodinamika PRI ITB, dan juga hasil pengolahan data-data tersebut yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm

PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI INSULATION MATERIAL PADA ELEMEN PEMANASMESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER DAN PUTARAN 280 Rpm SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk cair atau gas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalorimeter Menurut Nurfauziawati, Nova ( 2010) kalor adalah energi mekanik akibat gerakan partikel materi dan dapat dipindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengukuran jumlah

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

Pengadukan dan Pencampuran

Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan dan Pencampuran Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar (terdispersi).

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN

BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN BAB III DASAR-DASAR PERENCANAAN 3.1 Perencanaan Bejana dan Pengaduk. Dasar-dasar perencanaan dari bejana dan pengaduk merupakan suatu dasar perencanaan yang didasarkan pada suatu teori-teori yang ada dan

Lebih terperinci

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium A. Strategi perancangan bioreaktor Kinerja bioreaktor ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Pengadukan dan Pencampuran. Proses pengadukan dan pencampuran material biasanya terjadi dibanyak proses kimia seperti di dalam proses pembuatan cat, dimana bahan ataupun

Lebih terperinci

Teori Koagulasi-Flokulasi

Teori Koagulasi-Flokulasi MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui 2. Mengetahui 3. Memahami II. TEORI DASAR Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

Tekanan Dan Kecepatan Uap Pada Turbin Reaksi Perbandingan Antara Turbin Impuls Dan Turbin Reaksi

Tekanan Dan Kecepatan Uap Pada Turbin Reaksi Perbandingan Antara Turbin Impuls Dan Turbin Reaksi Turbin Uap 71 1. Rumah turbin (Casing). Merupakan rumah logam kedap udara, dimana uap dari ketel, dibawah tekanan dan temperatur tertentu, didistribusikan disekeliling sudu tetap (mekanisme pengarah) di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Dasar Teori Pompa Sentrifugal... Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan gaya sentrifugal.

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun LAMPIRAN 107 R e a k t o r (R-01) LAMPIRAN Fungsi : mereaksikan asam sulfat dan natrium nitrat membentuk asam nitrat dan natrium bisulfat Kondisi operasi: 1.Tekanan 1 atm 2.Suhu 150⁰C kec reaksi 3.Konversi 90%

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1

Koagulasi Flokulasi. Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Koagulasi Flokulasi Shinta Rosalia Dewi 9/25/2012 1 Campuran ada 3 : 1. Larutan 2. Koloid 3. Suspensi 9/25/2012 2 Sistem Koloid : campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen dengan ukuran partikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika jawaban anda BENAR, pilihlah alasannya yang cocok dengan jawaban anda. Begitu pula jika

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI

STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI SKRIPSI TK 141581 STUDI PENGARUH KECEPATAN IMPELER TERHADAP ALIRAN FLUIDA DALAM FERMENTOR BIOETHANOL SECARA VISUALISASI Eizel Mauldy Muhammad NRP. 2313 100 105 Nicholas Abie NRP. 2313 100 134 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Nama :... Kelas :... FLUIDA Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Kompetensi dasar : 8.. Menganalisis

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN i IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengaruh Variasi Putaran Pengaduk Pada Disolusi Triklorofenol (TCP) dalam Air Pada Konsentrasi Awal Tetap Nilai konsentrasi terlarut dari disolusi TCP dalam air

Lebih terperinci

PENGUKURAN ALIRAN TUNAK PADA SALURAN TERBUKA DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK DASAR POMPA TURBIN. Disusun Oleh : Latif Wahyu

PENGUKURAN ALIRAN TUNAK PADA SALURAN TERBUKA DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK DASAR POMPA TURBIN. Disusun Oleh : Latif Wahyu PENGUKURAN ALIRAN TUNAK PADA SALURAN TERBUKA DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK DASAR POMPA TURBIN Disusun Oleh : Latif Wahyu 121724015 POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BANDUNG 2014 PENGUKURAN ALIRAN TUNAK PADA SALURAN

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara pada waktu pengadukan 4 jam dan suhu reaksi 65 C yaitu berturut turut sebesar 9; 8,7; 8,2. Dari gambar 4.3 tersebut dapat dilihat adanya pengaruh waktu pengadukan terhadap ph sabun. Dengan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN

PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN PENGARUH DESAIN IMPELLER, BAFFL ve, DAN KECEPATAN PUTAR PADA PROSES ISOLASI MINYAK KELAPA MURNI DENGAN METODE PENGADUKAN Didik Purwanto Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

Oleh: STAVINI BELIA

Oleh: STAVINI BELIA FLUIDA DINAMIS Oleh: STAVINI BELIA 14175034 TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menjelaskan prinsip kontinuitas dan prinsip bernaulli pada fluida dinamik dalam kehidupan seharihari. 2. Siswa dapat menganalisis

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN

PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN PERANCANGAN DAN SIMULASI MESIN MIXER KAPASITAS 6,9 LITER PUTARAN 280 RPM MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT 14.0 DAN PENGUJIAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif

2.1 Zat Cair Dalam Kesetimbangan Relatif PERTEMUAN VI 1.1 Latar Belakang Zat cair dalam tangki yang bergerak dengan kecepatan konstan tidak mengalami tegangan geser karena tidak adanya gerak relative antar partikel zat cair atau antara partikel

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2

Pembahasan UAS I = 2/3 m.r 2 + m.r 2 = 5/3 m.r 2 = 5/3 x 0,1 x (0,05) 2 Pembahasan UAS 2014 1. Sebuah cakram homogen berjari-jari 0,3 m pada titik tengahnya terdapat sebuah poros mendatar dan tegak lurus dengan cakram. Seutas tali dililitkan melingkar pada sekeliling cakram

Lebih terperinci

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN 3 GEAK MELINGKA BEATUAN Kincir raksasa melakukan gerak melingkar. Sumber: Kompas, 20 Juli 2006 Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu benda bergerak pada garis lurus, gerak

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng ALIRAN FLUIDA Kode Mata Kuliah : 2035530 Bobot : 3 SKS Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng Apa yang kalian lihat?? Definisi Fluida Definisi yang lebih tepat untuk membedakan zat

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

GMBB. SMA.GEC.Novsupriyanto93.wordpress.com Page 1

GMBB. SMA.GEC.Novsupriyanto93.wordpress.com Page 1 1. Sebuah benda bermassa 1 kg berputar dengan kecepatan sudut 120 rpm. Jika jari-jari putaran benda adalah 2 meter percepatan sentripetal gerak benda tersebut adalah a. 32π 2 m/s 2 b. 42 π 2 m/s 2 c. 52π

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN Page 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan efflux time dalam dunia industri banyak dijumpai pada pemindahan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan pipa tertutup serta tangki sebagai

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL LOGO POMPA CENTRIFUGAL Dr. Sukamta, S.T., M.T. Pengertian Pompa Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Klasifikasi

Lebih terperinci

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit

Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit TUGAS UNIT OPERASI II : MEKANIKA FLUIDA Proses Pengosongan Mixer Batch Larutan Cat Densitas 1,66; Viskositas 110 Cp; Volume 20000 Liter Ke Hopper Pengalengan Selama 20 Menit Disusun oleh : Kelompok 7 Abrar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci