IV. PERBANDINGAN KONFIGURASI MATRIKS INTERAKSI: METODE PROCRUSTES

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

II. MODEL AMMI PADA DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL: TRANSFORMASI KENORMALAN

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Masalah Overdispersi dalam Model Regresi Logistik Multinomial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

Penanganan Ketaknormalan Data Pada Model AMMI dengan Transformasi Box-Cox (Data Non-normality on AMMI Models: Box-Cox Transformations)

Metode Procrustes Dalam untuk Pendugaan Heritabilitas dari Karakter Agronomik Beberapa Galur Kacang Hijau

Bab 2 LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

aljabar geo g metr me i

BAB. IX ANALISIS REGRESI FAKTOR (REGRESSION FACTOR ANALYSIS)

ANALISIS PROCRUSTES SKRIPSI. Oleh: Kartika Andriyani J2A

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL AMMI TERAMPAT UNTUK DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL ALFIAN FUTUHUL HADI

TINJAUAN PUSTAKA. pendugaan modelnya. Salah satu metode statistika yang dapat mengatasinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODOLOGI HASIL DAN PEMBAHASAN

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

SILABUS. Mengenal matriks persegi. Melakukan operasi aljabar atas dua matriks. Mengenal invers matriks persegi.

Penerapan Analisis Procrustes dalam Emergence Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur di BEI

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

DATA DAN METODE. Data

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki hubungan di antara dua atau lebih peubah prediktor X terhadap peubah

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATEMATIKA. Sesi TRANSFORMASI 2 CONTOH SOAL A. ROTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu.

ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA DENGAN METODE THEIL

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Plot jenis pengamatan pencilan.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 1 PENDAHULUAN. Secara umum persamaan regresi linier dengan k variabel bebas dinyatakan dengan :

ANALISIS BIPLOT DAN PROCRUSTES TERHADAP PERUBAHAN KURIKULUM TPB IPB ANGKATAN 2010/2011 DAN 2011/2012 ABRAHAM MADISON MANURUNG

BAB I PENDAHULUAN. suatu metode yang disebut metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square OLS).

BAB 1 PENDAHULUAN. ii Bagaimana rata-rata atau nilai tengah dibuat oleh Stimulan eksternal.

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

Transformasi Datum dan Koordinat

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL ( KKM ) MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS XII ( 3 ) SEMESTER I

Merakit Sifat Ketegaran Terhadap Ketaknormalan Data dan Pengamatan Pencilan Pada Model AMMI

Penerapan Pemodelan Matematika untuk Visualisasi 3D Perpustakaan Universitas Mercu Buana

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT

BAB III MODEL REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA MODEL REGRESI POISSON

PEMODELAN DENGAN REGRESI LOGISTIK. Secara umum, kedua hasil dilambangkan dengan (sukses) dan (gagal)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Universitas Negeri Malang

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y.

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS

Tabel 1 Sudut terjadinya jarak terdekat dan terjauh pada berbagai kombinasi pemilihan arah acuan 0 o dan arah rotasi HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang tema yang diambil dalam

Esther Wibowo

Pengertian. Transformasi geometric transformation. koordinat dari objek Transformasi dasar: Translasi Rotasi Penskalaan

MODEL MODEL LEBIH RUMIT

ANALISIS PROCRUSTES PADA INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH (STUDI KASUS IPM TAHUN 2008 DAN 2013)

BAB II LANDASAN TEORI

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception

ANALISIS FAKTOR (FACTOR ANALYSIS)

REGRESI LINEAR SEDERHANA

MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

Distribusi Normal Distribusi normal, disebut pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak digunakan dalam berbagai

ANALISIS BIPLOT DAN PROCRUSTES TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT VICHA ANGELA ARISANDHI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat

Materi Aljabar Linear Lanjut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMETAAN PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI DESTY PUTRI SARI

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

Transkripsi:

IV. PERBANDINGAN KONFIGURASI MATRIKS INTERAKSI: METODE PROCRUSTES 4.1 Pendahuluan Dua pendekatan dalam menangani ketaknornalan data pada pemodelan bilinier telah dibicarakan pada bab-bab sebelumnya. Bab 2 membicarakan penggunaan transformasi Box-Cox untuk mengatasi pelanggaran asumsi yaitu ketaknormalan distribusi peubah respon pada AMMI. Sedangkan bab 3 membicarakan model biliner dalam kelas pemodelan linier terampat (GAMMI). GAMMI mengakomodir ketaknormalan respon melalui penetapan distribusi respon dan fungsi hubung yang bersesuaian dengan distribusi peubah respon itu sendiri. Pendekatan transformasi bagaimanapun menemui kesulitan mana kala transformasi yang diinginkan tidak mudah diperoleh. Tujuan pemodelan statistika adalah menyediakan interpretasi atas fenomena yang dipelajari, dan menyatakannya dengan bahasa yag sesuai dengan bidang aplikasi. Karenanya, ada alasan lain untuk tidak melakukan transformasi data. Pada kondisi tertentu kesimpulan yang diperoleh dari data pada skala asal menjadi amat peting karena mudah dipahami jika diperoleh langsung dari data asal (McCullagh & Nelder, 1989). Sebaliknya, kesimpulan dari analisis pada data tertrasformasi tidak dapat secara langsung diterapkan pada data asal. Sementara itu, untuk memahami interpetasi model biliner pada kelas GLM membutuhkan landasan statistika lebih dalam dan pengetahuan tambahan tentang komputasi. Hal ini mungkin menimbulkan kesulitan lain bagi peneliti bidang terapan di luar statistika dan matematika. Perbandingan kedua pendekatan ini perlu dilakukan untuk menilai sejauh mana kedekatan hasil dari kedua pendekatan ini. Tentu saja dengan tetap memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perbandingan ini dapat dilakukan pada matriks interaksi dugaan dari kedua pendekatan. Hal ini

43 sesuai dengan tujuan utama pemodelan bilinier, yaitu memodelkan pengaruh interaksi. Bab ini bertujuan membandingkan penggunaan pendekatan transformasi kenormalan pada model AMMI dengan pendekatan model GAMMI pada gugus data yang sama. 4.2 Kesesuaian Dua Konfigurasi Matriks: Metode Procrustes Analisis peubah ganda seringkali memberikan koordinat dari segugus titik dalama ruang berdimensi banyak (multidimensi). Secara khusus hal ini diperoleh dari upaya merepresentasi data sebagai jarak antara titik-titik objek dalam ruang multidimensi tersebut. Salah satu diantaranya adalah analisis komponen utama ataupun biplot yang melibatkan konsep jarak (jarak Pitagoras ataupun Mahalanobis) didalamnya. Jarak antar titik tidak berubah dengan berubahnya titik asal (origin), tidak pula berubah bila sumbu koordinatnya diputar. Dua figur dalam ruang dimensi r dan masing-masing mewakili n titik dikatakan kongruen jika keduanya dibedakan oleh suatu transformasi yang kekar. Dua figur, X dan X *, dikatakan mempunyai bentuk yang sama jika keduanya dihubungkan oleh suatu transformasi kesamaan sehingga : X * = β X Γ + 1 N τ' dimana Γ = 1, τ(rx1) dan β > 0 adalah skalar. (τ, β,γ) merupakan komponen translasi, skala dan rotasi transformasi kesamaan dari X ke X *. Metode Procrustes Biasa (Ordinary Procustes Method) bertujuan untuk membandingkan dua konfigurasi titik yang mewakili n unit pengamatan yang sama. Pada prinsipnya, untuk melihat kesamaan bentuk dan ukuran dari dua konfigurasi, salah satu konfigurasi dibuat tetap, sementara konfigurasi lainnya ditransformasi sehingga cocok dengan konfigurasi yang pertama (Digby & Kempton, 1987). Menurut Digby & Kempton (1987) ada tiga tipe transformasi yang diperlukan : translasi, rotasi sumbu koordinat dan penskalaan yang dilakukan jika kedua konfigurasi mempunyai skala yang tidak sama.

44 Translasi adalah perpindahan paralel dari setiap titik pengamatan ke suatu titik asal yang baru. Secara aljabar, translasi ini dapat dinyatakan sebagai berikut: X * = XH dengan H matrik translasi, X adalah matriks data dan X * adalah matriks data setelah ditranslasi. Rotasi adalah perputaran, titik ataupun sumbu koordinat. Pada metode Procrustes ini, rotasi yang diperbolehkan adalah rotasi sumbu koordinat. Pada dasarnya, rotasi ini adalah penggunaan suatu matriks ortogonal sebagai matriks transformasi. Jadi, jika suatu gugus pengamatan X ingin dirotasikan dengan suatu matriks rotasi Γ, X * = X Γ, maka matriks Γ tersebut haruslah memenuhi kedua sifat tersebut di atas, atau secara aljabar linear dapat dituliskan sebagai : Γ'Γ = I dan ΓΓ' = I Pada metode Procrustes, jenis perpindahan yang dipilih adalah perpindahan yang dapat meminimumkan jumlah kuadrat jarak antara tititk-titik pada konfigurasi yang dipindahkan terhadap titik-titik yang sesuai pada konfigurasi yang dibuat tetap (Digby & Kempton, 1987). Statistik R 2 (R-kuadrat) adalah salah satu ukuran yang digunakan untuk menggambarkan kesamaan bentuk kedua konfigurasi yang dibandingkan. Nilai ini menunjukkan berapa persen pengamatan pada kedua konfigurasi yang dapat dianggap sama. Jika nilai ini sama dengan 1 (100 %), berarti kedua konfigurasi mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan yang terdapat sebelum teknik Procrustes diterapkan hanya disebabkan karena rotasi, translasi atau penskalaan. Anggaplah kita memiliki dua konfigurasi yaitu A dan R. Konfigurasi A tetap sedangkan konfigurasi R ditransformasi menjadi Z, dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, ingin didapat, Γˆ, dan βˆ yang bisa meminimumkan jumlah kuadrat jarak (m 2 AR) titik-titik yang dipindahkan terhadap titik-titik yang sepadan pada konfigurasi yang dibuat tetap. Secara aljabar dituliskan: m 2 AR = tr ( (A-Z) (A-Z) ) Untuk meminimumkan nilai m 2 AR ini, akan lebih baik kalau kedua matriks A dan R dipusatkan terlebih dahulu di titik asal. Matriks translasi dugaan dapat

45 ^ ^ ^ ~ ~ diperoleh dengan menyelesaikan persamaan : ( A A ) β ( R R ) Γ = 1 N τ dengan ~ A dan ~ R adalah matriks data terpusat. Nilai β dan matriks rotasi Γ diperoleh dengan meminimumkan : tr(( AS ~ R ~ )'( AS ~ R ~ )) tr( A ~ ' A ~ 2 β Γ β Γ = ) + β tr( Γ' R ~ ' R ~ Γ) 2 βtr( A ~ ' R ~ Γ) Misalkan penguraian nilai singular (Singular Value Decomposition) dari A ~ ' R ~ didefinisikan : maka dugaan nilai β, matriks Γ adalah: ~ ~ A ' R = ULQ' Γ^ = QU '. Karena Q dan U adalah matriks ortogonal, maka matriks Γ^ juga merupakan matriks ortogonal, sehingga dapat digunakan sebagai matriks rotasi. Sedangkan penduga parameter skala adalah : β^ ^ ( ~ ~ ' ) = tr A ( ~ R Γ ~ tr R ' R ) Matriks kesalahan adalah simpangan matriks dugaan terbaik Z terhadap matriks target, yaitu matriks A. Matriks kesalahan secara aljabar dapat ditulis dalam bentuk: E = (A - Z) Dengan demikian, jumlah kuadrat galat ini adalah jumlah kuadrat unsur-unsur pada matriks simpangan. Jumlah Kuadrat Total (JKT) dan jumlah kuadrat galat (JKG) secara aljabar dapat dituliskan : JKT = tr (A A) dan JKG = tr ((A-Z) (A-Z)) Sedangkan R 2 yang merupakan suatu ukuran kesamaan kedua konfigurasi dapat dihitung dengan rumus : R 2 = 1 - JKG/JKT = 1 - tr ((A-Z) (A-Z))/tr (A A) Pembandingan kedua gugus data dilakukan dengan melihat besarnya nilai R 2. Jika nilai R 2 mendekati nilai 1 (100 %), berarti dua gugus data yang dibandingkan memiliki kemiripan karakteristik.

46 Dalam GENSTAT, procrustes rotasi orthogonal adalah metoda yang paling umum digunakan, dan disajikan oleh The ROTATION Directive. Anggaplah bahwa ada dua satuan koordinat untuk n titik dengan r dimensi dalam n r matriks X dan Y. Gugus X dijadikan acuan yang dianggap tetap, dan konfigurasi Y akan digeser dan diputar sedemikian sehingga diperoleh kesesuaian terbaik terhadap X. Di sini terbaik berarti meminimumkan penjumlahan dari jarak kuadrat antara titik-titik pada koordinat X dan koordinat terbaik setelah digeser dan diputar, titik-titik pada Y. Translasi terbaik (pergeseran titik orogin) membuat centroids untuk keduanya koordinat secara bersamaan; ini mudah dilaksanakan dengan translasi kedua-duanya sedemikian sehingga centroids mereka adalah di titik asal itu. Setelah translasi, dicari rotasi terbaik melalui penguraian nilai singular (Lawes Agricultural Trust, 2003). 4.3 Metodologi Dari dua bab terdahulu dijelaskan metode mengepasan model AMMI dan GAMMI sehingga diperoleh hasil pemodelan interaksi. Langkah penelitian pada bab ini adalah sebagai berikut: 1. Pemodelan AMMI untuk data proporsi gabah isi padi dan populasi hama daun yang telah ditransformasi Box-Cox. 2. Pemodelan GAMMI logit-link untuk data asal proporsi gabah isi padi, dan model GAMMI log link untuk data asal populasi hama daun kedelai. 3. Pembentukan matriks interaksi dugaan dari model AMMI dan model GAMMI. Pembentukan matriks interaksi ini dapat dilakukan dengan cara: a. Membentuk matriks skor genotipe dan matrik skor lingkungan dari model penuh (full model) b. Mengalikan matriks skor genotipe dan matriks skor lingkugan untuk memperoleh matriks interaksi dugan 4. Menghitung kesesuaian kedua matriks iteraksi dugaan dengan metode Procrustes menggunakan prosedur Procrustes Rotation pada GENSTAT (Lampiran 12).

47 4.4 Hasil Perbandingan Matriks Interaksi 4.4.1 Matriks Interaksi Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Daun Model AMMI pada data hama daun yang ditransformasi dengan pangkat 0.66 melalui metode trasformasi box-cox menghasilkan matriks interaksi sebagai berikut: -0.527851-0.062761 0.665758-0.109114 0.033889 0.116444-0.130709-0.184108-0.023206 0.221626 0.192549 0.441590-0.134987 0.176737-0.675950 0.218851-0.248173-0.346669-0.044436 0.420517 Sedangkan model GAMMI Log-link data hama daun menghasilkan matriks interaksi sebagai berikut: 0.532780 0.037319 0.624311-0.241579 0.112729 0.139683-0.136263-0.234720 0.004502 0.226799 0.194269 0.326580-0.036568 0.246332-0.730612 0.198829-0.227636-0.353022-0.009255 0.391085 Perbandingan kedua matriks interaksi yang dihasilkan kedua metode ini menggunakan metode procrustes diperoleh nilai R kuadrat sebesar 98.73% Angka ini menunjukkan bahwa pada pendugaan matriks interaksi kedua metode ini sangat dekat, tidak banyak berbeda. Apakah ini berasal dari peran penggunaan transformasi Box-Cox, tidaklah sertamerta kita dapat katakan demikan. Sebab bila kita kita menggunakan AMMI secara langsung pada data asal diperoleh R- kuadrat procrustes sebasar 98.26%. Hal yang paling mungkin berperan dalam hal ini adalah karakter distribusi data rataan populasi hama mirip dengan sebaran Normal (Lampiran 8). Penggunaan AMMI model penuh tidak menemui masalah ketaknormalan, namun pada penentuan model AMMI terbaik (dua komponen) ditemui sisaan yang tidak menyebar Normal (Lampiran 3). Bila kita perhatikan sel baris petama kolom pertama kedua pada kedua matriks tersebut di atas, terlihat angka yang sama cukup besar (dibandingkan angka pada sel-sel lain) namun berbeda tanda. Secara geometris hal ini berarti pada dimensi tersebut titik ini berada pada posisi yang berlawanan sehingga menyebabkan perbedaan pada konfigurasi kedua matriks ini. Namun bila titiktitik lain relatif sama maka perbedaan ini menjadi tidak tampak atau tidak terdeteksi oleh metode procrustes, karena secara matetatis metode procrustes tidak

48 memperhatikan tanda. Karena itulah meskipun kedua matriks interaksi di atas sangat mirip, namun interpretasi kestabilan/ketahanan terhadap hama penyakit dapat saja berbeda. 4.4.2 Matriks Interaksi Kestabilan Gabah Isi Varietas Padi Melalui AMMI model penuh (4 komponen) pada data proporsi gabah isi yang ditransformasi dengan pangkat 7.80 menghasilkan matriks interaksi sebagai berikut: 0.014517-0.150186-0.004814-0.021742 0.162217-0.028690-0.155001-0.140138 0.093252 0.230564-0.191356-0.277336 0.270206 0.421639-0.223137 0.312974 0.235850 0.174702-0.353611-0.369877 0.582736-0.127614-0.468470 0.104372-0.090978-0.315364 0.500658-0.110342-0.110522 0.035535-0.073343-0.162583 0.515172-0.016845-0.262382-0.263813 0.317211-0.310599 0.057525 0.199637-0.035537 0.350965 0.051077-0.070406-0.296088 0.117565-0.118566-0.214731 0.371982-0.156224-0.312965-0.160172 0.062789 0.082227 0.328082 0.193313-0.253172 0.175077-0.557899 0.442659 Matriks interaksi diatas diperoleh pada model penuh. Sedangkan matriks interaksi data asal proporsi gabah isi dengan model GAMMI Logit-link model penuh sebagai berikut: -0.079536-0.126249 0.011454 0.387973-0.193642-0.318166 0.389463 0.009024-0.133706 0.053385 0.553968 0.030956 0.198006-0.110326-0.672604-0.075247 0.504607-0.088826-0.203903-0.136630 0.046359 0.004622-0.273107 0.355246-0.133120-0.117087-0.107006-0.101694 0.283432 0.042355-0.128413-0.499332 0.595015-0.075319 0.108050-0.015852-0.209936-0.246076 0.323054 0.148809-0.141927 0.015831 0.217416-0.165527 0.074208 0.404657-0.112217-0.442194-0.219253 0.369007-0.342932 0.217629 0.099554-0.010763 0.036512 0.214146-0.108284 0.021402-0.430906 0.303642

49 Perbandingan kedua matriks interaksi dugaan pada data proporsi gabah isi, menunjukkan hasil berlawanan dengan sub-bab sebelumnya. Perbandingan kedua matriks interaksi yang dihasilkan kedua metode ini menggunakan metode procrustes diperoleh nilai R kuadrat sebesar 23.36%. Angka ini mengindikasikan ketidaksesuaian hasil dari kedua pendekatan. Uji kenormalan bagi data poporsi gabah isi menunjukkan ketidaknormalan, sementara bagi data yang ditransformasi menunjukkan Normal (lihat Gambar 2.3). Transformasi Box-Cox berhasil mengatasi ketidaknormalan sehingga AMMI dapat digunakan pada data ternormalkan secara sahih. Namun begitu, matriks interaksi dugaan hasil kedua metode menunjukkan perbedaan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu kehati-hatian dalam interpretasi AMMI data ternormalkan karena hasilnya sangat berbeda dengan GAMMI. 4.3 Simpulan Hasil AMMI pada pendekatan transfomasi Box-Cox pada data rataan proporsi (binomial) memberikan matriks interaksi dugaan yang berbeda dari model GAMMI logit-link. Pada data rataan populasi hama (berdistribusi Poisson), AMMI dengan transformasi Box-Cox tidak banyak berbeda dengan model GAMMI log-link. Namun perlu dicatat bahwa bentuk sebaran data ini sangat mirip dengan distribusi Normal. Tidak demikian halnya dengan data proporsi gabah isi, pendekatan transformasi Box-Cox pada model AMMI untuk data proporsi ini memberikan hasil yang berdeda dari model GAMMI logit-link. Bila distribusi data sangat mirip dengan sebaran Normal (simetrik) maka hasil AMMI dengan pendekatan transformasi Box-Cox tidak jauh berbeda dengan penggunan GAMMI. Sebaiknya pada data yang bukan Normal hasil kedua pendekatan ini sangat berbeda. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menyadari bahwa metode procrustes yang digunakan dalam perbandingan memeriksa kemiripan konfigurasi dua matriks dan tidak memperhatikan tanda.