BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LOGISTIK 2-LEVEL. Model hirarki 2-level merupakan model statistik yang digunakan untuk

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

Metode Deret Berkala Box Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

PENGEMBANGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK DIAGNOSTIK MODEL DERET WAKTU YULITASARI

PERBANDINGAN UJI PORTMANTEAU UNTUK KORELASI DIRI SISAAN PADA MODEL AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) KURNIA SEKAR NEGARI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu yang akan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB II LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III GENERALIZED SPACE TIME AUTOREGRESSIVE. Model GSTAR adalah salah satu model yang banyak digunakan untuk

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENULISAN. I. Mendeteksi adanya outlier pada model EGARCH (m,n) dengan menggunakan

PETUNJUK PRAKTIKUM MATAKULIAH : METODE RUNTUN WAKTU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

BAB II LANDASAN TEORI

Application of ARIMA Models

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuntungan atau coumpouding. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

BAB II LANDASAN TEORI

CLASSIFIER BERDASAR TEORI BAYES. Pertemuan 4 KLASIFIKASI & PENGENALAN POLA

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

BAB 2 LANDASAN TEORI

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

TEORI DASAR DERET WAKTU M A T O P I K D A L A M S T A T I S T I K A II 22 J A N U A R I 2015 U T R I W E N I M U K H A I Y A R

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

Alternatif jawaban soal uraian

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB II LANDASAN TEORI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

PERBANDINGAN BAGAN KENDALI MULTIVARIAT

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

BAB III PEMODELAN DATA IHSG DAN LAJU INFLASI INDONESIA MENGGUNAKAN VECTOR AUTOREGRESSIVE WITH EXOGENOUS VARIABLE (VARX)

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI PROGRAM DINAMIK UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TOTAL PADA PENGENDALIAN PRODUKSI MINYAK SAWIT DAN INTI SAWIT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III THRESHOLD AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROCEDASTICTY (TARCH) Proses TARCH merupakan modifikasi dari model ARCH dan GARCH.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

BENTUK NORMAL SMITH DAN MATRIKS BAIK KIRI/KANAN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

PENDETEKSIAN KRISIS KEUANGAN DI INDONESIA BERDASARKAN INDIKATOR PERTUMBUHAN KREDIT DOMESTIK

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

BAB II LANDASAN TEORI

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Bab VII Contoh Aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

Sistem Linear Max-Plus Interval Waktu Invariant

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Rank Mann-Whitney Dua Tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERHITUNGAN VALUE AT RISK HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN VOLATILITAS ARCH-GARCH DALAM KELOMPOK SAHAM LQ 45 ABSTRACT

Transkripsi:

BAB III UJI STATISTIK PORTMANTEAU DALAM VERIFIKASI MODEL RUNTUN WAKTU Salah satu langkah yang paling penting dala ebangun suatu odel runtun waktu adalah dari diagnosisnya dengan elakukan peeriksaan apakah suatu odel yang diidentifikasi telah tepat. Uji portanteau telah enjadi bagian penting dari peeriksaan diagnostik (diagnostic checking) runtun waktu. Tahap ketiga dari proses peeriksaan diagnostik ini (Box dan Jenkins, 1994) tidak hanya eeriksa ketidakcukupan dari odel yang sesuai tetapi juga enyarankan perbaikan pada odel yang sesuai dala langkah selanjutnya pada prosedur peentukan odel. Residual sangat uu digunakan sebagai alat diagnostik untuk enguji seberapa baik kelayakan odel. Suatu odel dikatakan telah tepat jika deret dari residualnya terdistribusi secara bebas dan acak disekitar nol, serta jika tidak ada inforasi yang dapat digunakan untuk eperbaiki suatu odel. Dala prakteknya cara yang paling popular dala peeriksaan diagnostik sebuah odel runtun waktu adalah uji portanteau. Uji ini pertaa kali diusulkan oleh Box dan Pierce pada tahun 1970, diana ereka epelajari distribusi dari residual autokorelasi dala proses ARIMA (Chand, 011). Beberapa uji lack of fit untuk odel ARIMA berdasarkan pada koefisien autokorelasi residual yang diberikan oleh Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu

3 r k = n t=k+1 n t=1 ε t ε t ε t k (k = 1,, ) Dan untuk eeriksa kecukupan dari odel yang cocok tersebut Box dan Pierce engusulkan uji statistik portanteau yang berdistribusi χ p q. Q = n rk k=1 Dala diskusi Prothero dan Wallis pada tahun 1976, Chatfield enyebutkan sifat kekuatan yang buruk dari Q dan erekoendasikan untuk fokus pada autokorelasi residual pada beberapa lag pertaa dan lag usian. Serta enunjukkan perkiraan yang buruk dari distribusi sapel Q. Prothero dan Wallis juga enyarankan penggunaan faktor koreksi n+ n k pada Q (Chand, 011). 3. 1 Uji Portanteau Ljung-Box (Q LB ) Pada uji portanteau Box-Pierce terjadi perasalahan ketika n tidak besar. Ljung-Box enunjukkan bahwa untuk n = 100 pendekatan statistik Q ke distribusi Chi-kuadrat tidak euaskan. Setelah dilakukan beberapa diskusi engenai distribusi sapel dari uji statistik yang diusulkan oleh Box-Pierce, sehingga Ljung-Box pada tahun 1978 engusulkan uji statistik baru dengan enggantikan koefisien autokorelasi residual r k dengan nilai standarnya r k (Peña-Rodríguez, 00). r k = n + n k r k Sehingga uji portanteau Ljung-Box diruuskan sebagai: Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu

4 Q LB = n n + r k k=1 n k Statistik Q LB eiliki distribusi sapel yang jauh lebih dekat ke χ p q. 3. Uji Portanteau Monti (Q MT ) Ljung (198) enunjukkan bahwa enggunakan terlalu banyak autokorelasi residual dapat engurangi kekuatan uji. Sehingga, Monti pada tahun 1994 eperkenalkan uji portanteau Q MT berdasarkan autokorelasi parsial residual φ kk yang diruuskan sebagai berikut: Q MT = n n + φ kk k=1 n k Statistik Q MT berdistribusi Chi-kuadrat dengan derajat kebebasannya p q. Berdasarkan hasil siulasi, Monti enunjukkan bahwa uji Q MT lebih sensitif dibandingkan uji Q LB, naun hasil evaluasi dari Kwan dan Wu (1997) elalui siulasi Monte-Carlo untuk data yang dibangkitkan dengan periode bulanan, hanya eneukan sedikit perbedaan antara uji Q MT dan uji Q LB. 3. 3 Uji Portanteau Peña-Rodríguez D Peña dan Rodríguez engusulkan uji portanteau yang baru pada tahun 00 dengan enggunakan transforasi dari deterinan R untuk enguji adanya autokorelasi pada residual. Untuk data runtun waktu stasioner, atriks korelasi residual orde, R didefinisikan sebagai: Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu

5 R = 1 r 1 r r 1 1 r 1 r r 1 1 (3.1) Uji portanteau Peña-Rodríguez diruuskan sebagai berikut: Dan didapatkan D = n 1 R 1 R = R 1 1 R i diana R i = 1 r() R r(), dengan r () = r 1, r,, r, erupakan koefisien korelasi yang dikuadratkan dari odel linier ε t = i j=1 b j ε t j + u t. Secara rekursif didapatkan R 1 = 1 R 1 i (3.) dan 1 R 1 dapat diinterpretasikan sebagai rata-rata kuadrat koefisien korelasi (Peña-Rodríguez, 00). D dapat juga ditafsirkan berdasarkan koefisien autokorelasi parsial. Perhatikan bahwa 1 R i = JKG (1,i) JKT keudian dengan cara yang saa didapatkan 1 R i 1 = JKG (1,i 1) JKT 1 R i 1 R i 1 sehingga JKG(1, i) = JKG(1, i 1) = 1 φ ii JKG 1,i 1 JKG(1,i) diana φ ii = JKG(1,i 1) erupakan kuadrat koefisien autokorelasi ke-i. sehingga deterinan R dapat dituliskan sebagai Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu

6 R 1 = 1 φ ii +i 1 φ = φ 11,, φ dan enggunakan hasil dari Monti (1994) bahwa n 1 φ cenderung berdistribusi noral ultivariat dengan vektor rata-rata nol dan atriks varians-kovarians I Q, diana Q = X V 1 X, V adalah atriks inforasi untuk paraeter θ dan φ, dan X adalah atriks p + q, dengan eleen-eleen θ dan φ ditentukan oleh 1 φ B i=0 φ i B i dan 1 θ B i=0 θ i B i. Teorea 3.3.1 Jika odel teridentifikasi dengan benar, D akan enyebar secara asitot sebagai χ 1,i, diana χ 1,i i = 1,, erupakan variabel acak χ 1 dan i = 1,, adalah nilai eigen dari I Q W, diana W adalah sebuah atriks diagonal dengan eleen-eleen w ii = i + 1 i = 1,,. Pebuktian terdapat dala lapiran 1. Untuk odel ARMA bentuk untuk nilai eigen dari I Q W sulit. Menurut Box dan Pierce (1970) atriks Q = X V 1 X dapat diperkirakan dengan atriks Q = X X X 1 X apabila cukup besar. Berdasarkan uraian di atas peluang P D > x dapat ditaksir dengan ebalikan fungsi karakteristik dari χ 1,i (Ihof, 1961). Pendekatan distribusi χ 1,i dilakukan oleh distribusi berbentuk aχ b, distribusi Gaa dengan rata-rata dan variansi yang persis saa dengan distribusi sebenarnya Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu

7 dengan paraeter a dan b yang didefinisikan sebagai a = Diana dan dapat didekati oleh = + 1 p + q dan b =. = 1 6 + 1 + 1 p + q Dengan deikian dapat ditentukan pendekatan distribusi D dengan distribusi Gaa, Γ α = b, β = 1 α diana paraeternya didefinisikan dengan dan α = β = Distribusi ini eiliki rata-rata α β = 3 + 1 p + q + 1 + 1 1 p + q 3 + 1 p + q + 1 + 1 1 p + q +1 p+q dan variansi α β = +1 +1 3 p+q. Pendekatan di atas akan lebih baik jika enggunakan koefisien autokorelasi yang distandarkan r k sehingga uji portanteau terbaru enjadi D = n 1 R 1 R adalah atriks korelasi yang dibangun berdasarkan r k. Pendekatan D lebih baik dari D, terutaa untuk sapel berukuran kecil (Peña dan Rodríguez, 00). Nilai D akan bernilai lebih besar dari saa dengan nol untuk seua nilai r k. Judith Novelin Anastia, 01 Perbanidingan Tiga Uji Statistik Dala Verifikasi Model Runtun Waktu