BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. Menurut John Witmore dalam Coaching for

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

KOMPARATIF KINERJA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN (Studi Kasus : Panyabungan-Kayulaut dan Panyabungan-Siabu) ABSTRAK

DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TIMUR

Bab III Metoda Taguchi

PERENCANAAN KARIR DAN KOMPENSASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

Hubungan Antara Panjang Antrian Kendaraan dengan Aktifitas Samping Jalan

INFO TEKNIK Volume 2 No. 1, Desember 2001 (20-26)

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 TINJAUAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

KERANGKA ACUAN PROGRAM KESELAMATAN/KEAMANAN LABORATORIUM PUSKESMAS MUARA AMAN TIM MUTU (AKREDITASI)

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

POLA KETENAGAAN PERENCANAAN PENGHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA PENUNJANG MEDIS

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

Definisi Integral Tentu

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B terutama masyarakat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

Tujuan Pengelolaan Perikanan. Suadi Lab. Sosial Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan UGM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA LOKET PENDAFTARAN PASIEN DI PUSKESMMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Elemen Dasar Model Antrian. Aktor utama customer dan server. Elemen dasar : 1.distribusi kedatangan customer. 2.distribusi waktu pelayanan. 3.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

IV. METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA JAMKESMAS DI DESA KATERBAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT SKRIPSI

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDATAAN INDIKATIF KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian, terlebih dahulu menentukan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Dalam hal ini peneliti akan

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK MONITORING DAN EVALUASI KINERJA DOSEN DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS TANJUNGPURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

Inflasi dan Indeks Harga I

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 5.1 Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

Statistika Inferensial

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kierja adalah kemampua atau potesi agkuta umum utuk melayai kebutuha pergeraka pada suatu daerah, baik berupa trasportasi barag maupu trasportasi orag. Kierja juga merupaka tigkat pecapaia atau hasil kerja perusahaa dari sasara yag harus dicapai atau tugas yag harus dilaksaaka dalam kuru waktu tertetu. Meurut Joh Witmore dalam Coachig for Perfomace (1997 : 104) adalah pelaksaaa fugsi-fugsi yag ditutut dari seorag atau suatu perbuata, suatu prestasi, suatu pamera umum keterampila. Kierja meurut Awar Prabu Magkuegara (2000 : 67) adalah hasil kerja secara kualitas da kuatitas yag dicapai oleh seseorag dalam melaksaaka tugasya sesuai dega taggug jawab yag diberika kepadaya. Peraa utama agkuta umum adalah melayai kepetiga mobilitas masyarakat dalam melakuka kegiataya, baik dalam kegiata sehari-hari yag berjarak pedek atau meegah (agkuta perkotaa/pedesaa da agkuta atar kota da propisi) maupu kegiata sewaktu-waktu atar propisi (agkuta atar kota dalam propisi da atar kota atar propisi). Aspek lai pelayaa agkuta umum adalah peraaya dalam pegedalia lalu litas, peghemata eergi da pegembaga wilayah. Dalam ragka pegedalia lalu litas peraa layaa agkuta umum tidak bisa ditiadaka. Dega ciri khas yag dimilikiya, yaki litasa tetap da 21

mampu megagkut bayak orag seketika, maka efisiesi pegguaa jariga jala mejadi lebih tiggi karea pada saat yag sama luasa jala yag sama dimafaatka oleh bayak orag. Disampig itu, jumlah kedaraa yag lalu lalag di jala dapat dikuragi, dega demikia kelacaraa arus lalu litas dapat ditigkatka. Berkaita dega pegembaga wilayah, agkuta umum juga sagat berpera dalam meujag iteraksi sosial budaya masyarakat. Pemafaata sumber daya alam maupu mobilitas sumber daya mausia serta pemerataa pembagua daerah beserta hasil-hasilya, didukug oleh sistem peragkuta yag memadai da sesuai dega tututa kodisi setempat. II.2. Agkuta Umum Agkuta dapat didefiisika sebagai pemidaha orag da/atau barag dari suatu tempat ke tempat lai dega megguaka kedaraa (Ahmad Muawar, 2005). Sedagka kedaraa umum adalah setiap kedaraa bermotor yag disediaka utuk diguaka oleh umum dega dipugut bayara. Kedaraa umum dapat berupa mobil peumpag, bus kecil, bus sedag, da bus besar. Mobil peumpag yag diguaka utuk megagkut peumpag umum disebut mobil peumpag umum. Sistem agkuta peumpag dapat dikelompokka meurut pegguaa da cara pegoperasiaya, yaitu : a. Agkuta pribadi, yaitu agkuta yag dimiliki da dioperasika oleh da utuk keperlua pribadi pemilik. 22

b. Agkuta umum, yaitu agkuta yag dimiliki oleh operator yag bisa diguaka utuk umum dega persyarata tertetu. Terdapat 2 (dua) sistem pemakaia agkuta umum yaitu : 1) Sistem sewa, yatu kedaraa bisa dioperasika oleh operator maupu peyewa, dalam hal ii tidak ada rute d jawdal tertetu yag harus diikuti oleh pemakai. Sistem ii serig disebut sebagai demad resposive system karea pegguaaya yag tergatug dega adaya permitaa 2) Sistem pegguaa bersama, yaitu kedaraa diperasika oleh operator dega rute da jadwal yag biasaya tetap. II.2.1. Tujua da Peraa Pelayaa Agkuta Umum Peumpag Tujua medasar dari keberadaa agkuta umum peumpag adalah meyeleggaraka pelayaa yag baik bagi masyarakat. Ukura pelayaa yag baik meliputi pelayaa yag ama, dapat dipercaya, teratur, cepat, murah, yama, mudah diperoleh, meyeagka, da bermartabat. Di Negara-egara berkembag kebutuha agkuta umum meigkat dega pesat. Orag yag mampu membeli kedaraa pribadi haya sebagia kecil, sehigga bayak orag yag bergatug pada keberadaa agkuta umum. Da kalaupu setiap orag mampu membeli kedaraa pribadi, hal ii tidak aka meyelesaika permasalaha utuk memeuhi kebutuha agkuta khusuya diwilayah perkotaa, karea jariga jala yag ada aka dipeuhi kedaraakedaraa yag bergerak, akhirya aka bergerak sagat lambat atau bahka tidak dapat bergerak sama sekali. 23

Dega meigkatya kesejahteraa masyarakat, da meigkatya daya beli utuk membeli kedaraa pribadi, megakibatka tigkat kepemilika kedaraa yag tiggi. Tetapi hal ii tidak mugki diikuti terus dega pembagua jariga jala, sehigga medorog pera pegguaa agkuta umum peumpag yag semaki meigkat terutama di wilayah perkotaa (Suwardjoko Warpai, 1990). Apabila dilihat dari jumlah kedaraa da pajag jala, telihat dari tahu 2000-2002 meujukka peigkata jumlah kedaraa yag lebih besar daripada peigkata pajag jala (terjadi ketidakseimbaga atara pertumbuha jumlah kedaraa dega pajag jala). Hal ii berarti telah terjadi peigkata kepadata da dikhawatirka utuk lalu litas tertetu telah megalami kejeuha sehigga terjadi kemaceta. Agkuta umum peumpag jala raya dalam kota memiliki pera yag petig karea merupaka agkuta yag relatif murah, fleksibel da megguaka ruag jala yag ada secara efisie. II.2.2. Pegoperasia Agkuta Umum Peumpag Pegoperasia agkuta umum peumpag jala raya pada dasarya dibagi dalam 3 gologa berdasarka ruag ligkup pelayaaya, yaitu agkuta dalam kota, piggira kota, da atar kota. Perbedaa pokok pegoperasia agkuta dalam kota dega gologa laiya yaitu dalam peyusua rute agkuta umum dalam kota harus lebih mempertimbagka kemampua da kapasitas tiap ruas jala, karea volume lalu 24

litas dalam kota umumya lebih padat. Sehigga dalam recaa pegoperasia, sedapat mugki meghidari kemaceta. Sesuai pasal 6 ayat 1 Peratura Pemeritah Nomor 41 tahu 1993, tetag Agkuta Jala, da Keputusa Meteri Perhubuga Nomor KM 68 tahu 1993, tetag Peyelegaraa Agkuta Orag di jala dega kedaraa umum, meegaska bahwa pelayaa agkuta orag dega kedaraa umum, mempuyai trayek tetap da teratur dilaksaaka dalam jariga trayek. Dega defiisi bahwa jariga trayek merupaka kumpula dari trayek-trayek yag mejadi suatu kesatua jariga pelayaa agkuta orag. Trayek pelayaa jasa agkuta umum berdasarka PP No. 41 Tahu 1993 dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu : a. Trayek atar kota atar propisi (AKAP), dega ciri-ciri pelayaa : 1) Mempuyai jadwal tetap; 2) Pelayaa cepat; 3) Dilayai oleh mobil bus umum; 4) Tersediaya termial tipe A pada awal pemberagkata, persiggaha, da btermial tujua. b. Trayek atar kota dalam propisi (AKDP), dega ciri-ciri pelayaa : 1) Mempuyai jadwal tetap; 2) Pelayaa cepat da/atau lambat; 3) Dilayai oleh mobil bus umum; 4) Tersediaya termial peumpag sekurag-kuragya tipe B pada awal pemberagkata, persiggaha, da termial tujua. 25

c. Trayek kota, terdiri dari : 1) Trayek utama yag diseleggaraka dega cirri-ciri : a) Mempuyai jadwal tetap; b) Melayai agkuta atar kawasa utama, atara kawasa utama da kawasa pedukug dega melakuka perjalaa secara tetap dega pegagkuta yag bersifat massal; c) Dilayai oleh mobil bus umum; d) Pelayaa cepat da/atau lambat; e) Jarak pedek; f) Melampaui tempat-tempat yag ditetapka haya utuk maaikka da mauruka peumpag. 2) Trayek cabag yag diseleggaraka dega ciri-ciri : a) Mempuyai jadwal yag tetap; b) Melayai agkuta atar kawasa pedukug, atar kawasa pedukug da kawasa pemukima; c) Dilayai oleh mobil bus umum; d) Pelayaa cepat da/atau lambat; e) Jarak pedek. 3) Trayek ratig yag diseleggaraka dega ciri-ciri : a) Melayai agkuta dalam kawasa pemukima; b) Dilayai dega bus umum da/atau mobil peumpag umum; c) Pelayaa lambat; 26

d) Jarak pedek; e) Melalui tempat-tempat yag telah ditetapka utuk meaikka da meuruka peumpag. 4) Trayek lagsug yag diseleggaraka dega ciri-ciri : a) Mempuyai jadwal yag tetap; b) Melayai agkuta atar kawasa secara tetap yag bersifat missal da lagsug; c) Dilayai oleh mobil bus umum; d) Pelayaa cepat; e) Jarak pedek; f) Melalui tempat-tempat yag telah ditetapka utuk meaikka da meuruka peumpag. d. Trayek pedesaa, dega ciri-ciri pelayaa : 1) Mempuyai jadwal tetap da/atau tidak berjadwal; 2) Pelayaa lambat; 3) Dilayai oleh mobil bus umum da/atau mobil peumpag umum; 4) Tersediaya termial peumpag sekurag-kuragya tipe C pada pemberagkata da termial tujua; 5) Prasaraa jala yag dilalui memeuhi ketetua ruas jala. II.2.3. Jariga Trayek Dalam perecaaa jariga trayek agkuta umum, harus memperhatika parameter sebagai berikut : a. Pola tata gua laha 27

Pelayaa agkuta umum diusahka mampu meyediaka aksesibilitas yag tiggi. Utuk memeuhi hal tersebut, litasa trayek agkuta umum diusahaka melewati tata gua laha dega potesi permitaa yag tiggi. b. Pola pergeraka peumpag umum Rute agkuta umum yag baik adalah arah yag megikuti pola pergeraka jasa agkuta umum (peumpag agkuta) sehigga tercipta pergeraka yag lebih efisie. c. Kepadata peduduk Salah satu faktor yag mejadi prioritas pelayaa agkuta umum adalah wilayah dega kepadata peduduk yag tiggi, yag pada umumya merupaka wilayah yag mempuyai potesi permitaa yag tiggi. d. Daerah pelayaa Pelayaa agkuta umum, selai memperhatika wilayah-wilayah potesial pelayaa, juga diharapka mampu mejagkau semua wilayah perkotaa. e. Karakteristik jariga jala Kodisi jariga jala aka meetuka pola pelayaa trayek agkuta umum. Karakteristik jariga jala meliputi klasifikasi, fugsi, lebar jala, da tipe operasi jalur. Operasi agkuta umum sagat dipegaruhi oleh karakteristik jariga jala yag ada. 28

Hubuga atara klasifikasi trayek da jeis pelayaa/jeis agkuta dapat dilihat pada table II.1. berikut ii : Tabel II.1. Klasifikasi Trayek Klasifikasi Trayek Utama Cabag Jeis Pelayaa Cepat Lambat Cepat Lambat Jeis Agkuta Bus besar (latai gada) Bus besar (latai tuggal) Bus sedag Bus besar Bus sedag Bus kecil Ratig Lambat Bus sedag Bus kecil MPU Lagsug Cepat Bus besar Bus sedag Bus kecil Kapasitas Peumpag/hari /kedaraa 1.500 1.800 1.000 1.200 500 600 1.000 1.200 500 600 300 400 500 600 300 400 250 300 1.000 1.200 500 600 300 400 Sumber : Pedoma Tekis Peyeleggaraa Agkuta Peumpag Umum di Wilayah Perkotaa dalam trayek tetap da teratur (Dias Perhubuga, 2002) Peetua jeis agkuta berdasarka umura kota da trayek secara umum dapat dilihat pada table II.2. Berikut ii: Tabel II.2. Jeis Agkuta Klasifikasi Trayek Utama Cabag Ukura Kota Kota raya (>1.000.000 peduduk) KA Bus besar Bus Besar /sedag Kota besar (500.000 1.000.000 peduduk Bus besar Bus sedag Kota sedag (100.000 500.000 peduduk Bus Besar /sedag Bus sedag /kecil Kota kecil (<100.000 peduduk) Bus sedag Bus kecil Ratig Bus kecil Bus kecil MPU MPU 29

/sedag Lagsug Bus besar Bus beasr Bus sedag Bus sedag Sumber : Pedoma Tekis Peyeleggaraa Agkuta Peumpag Umum di Wilayah Perkotaa dalam trayek tetap da teratur (Dias Perhubuga, 2002) Tabel II.3. Prasaraa jala yag medukug pelayaa trayek Trayek Kecepata Lebar Fugsi Miimum Jala Jala (Km/Jam) (m) Utama Arteri 30 8 Cabag Kolektor 20 8 Jeis Agkuta Bus patas AC Bus patas o AC Bus besar latai gada Bus besar o AC Bus sedag Bus kecil MPU Ratig Lokal 10 5 Lagsug Arteri 30 8 Bus sedag Bus kecil MPU Bus besar AC Bus besar o AC Sumber : Pedoma Tekis Peyeleggaraa Agkuta Peumpag Umum di Wilayah Perkotaa dalam trayek tetap da teratur (Dias Perhubuga, 2002) 30

II.2.4. Pihak Yag Berkepetiga Dega Pelayaa Agkuta Umum Pihak yag berkaita dalam pegoperasia agkuta umum peumpag dapat diklasifikasika mejadi 3 kelompok yag masig-masig meutut persyarata yag berbeda dalam peyeleggaraa agkuta umum. a. Pihak peumpag. Meghedaki adaya usure-usur berikut ii : 1) Ketersedia, yag megadug arti lokasioal da temporal. Lokasioal yaitu dekat dega pusat-pusat kegiata da sistem termial. Temporal diwujudka dega frekuesi pelayaa. 2) Ketepata waktu, berkaita dega pejadwala pelayaa yag tepat. 3) Kecepata (waktu perjalaa), merupaka komposisi dari 5 aspek yaitu : akses, meuggu, perpidaha, perjalaa, da waktu keberagkata. 4) Tarif, merupaka faktor petig bagi para peumpag, berkaita dega kemampua da kodisi sosial ekoomi peumpag yag bersagkuta. 5) Meyeagka, merupaka kosep yag sukar karea hal ii mecakup bayak faktor yag sifatya kualitatif da berkaita dega faktor kedaraa yag bersagkuta. 6) Keyamaa, hal ii berkaita dega sistem secara keseluruha. Kosep keyamaa ii juga bersifat kualitatif. b. Pihak operator, meghedaki adaya usure-usur berikut ii : 1) Cakupa wilayah pelayaa, kawasa potesial, da aksesibilitas perlu dipertimbagka dalam litasa pelayaa 31

2) Frekuesi pelayaa yag diekspresika dega jumlah keberagkata kedaraa dalam setiap satua waktu. Headway yag teratur merupaka eleme petig utuk mearik perjalaa peumpag. 3) Kecepata perjalaa, pihak operator dalam hal ii memperhatika faktor kecepata kedaraa yag dapat mempegaruhi biaya secara keseluruha, baik terhadap baha bakar, pemeliharaa peumpag serta utuk mearik peumpag. 4) Biaya. Gua memperoleh keutuga, pihak operator perlu meeka biaya operasi seredah mugki da memperoleh peumpag sebayak mugki. 5) Kapasitas, berupa kapasitas jala da kapasitas termial yag memadai utuk keberadaa agkuta umum tersebut. 6) Keamaa, dalam hal ii pihak operator harus memberika perhatia besar, tidak haya utuk kemaa peumpag tapi juga utuk keamaa sistem operasi secara keseluruha. c. Masyarakat bayak. Persyarata yag ditutut oleh masyarakat bayak, dapat berpegaruh lagsug maupu tidak lagsug. Aspek-aspek yag dimiliki meliputi : 1) Tigkat pelayaa dari agkuta umum 2) Keberadaa agkuta umum utyuk jagka waktu pajag. 3) Pegaruh terhadap ligkuga 4) Aspek eergi da peghemataya 5) Efisiesi ekoomi 32

II.3 Termial Trasportasi Jala Raya Utuk terlaksaaya keterpadua itra da atar moda secara lacar da tertib maka perlu dibagu da diseleggaraka termial pada tempat-tempat tertetu. Adapu termial trasportasi merupaka: Titik simpul dalam jariga jala trasportasi yag berfugsi sebagai pelayaa umum Tempat pegedalia, pegawasa, pegatura, da pegoperasia lalu litas Prasaraa agkuta yag merupaka bagia dari sistem trasportasi utuk melacarka arus peumpag da barag Usur tata ruag yag mempuyai peraa petig bagi efisiesi kehidupa kota. Fugsi termial trasportasi jala dapat ditijau dari 2 (dua) usur yaitu : a. Termial peumpag Adalah prasaraa trasportasi jala utuk keperlua meaikka da meuruka peumpag, perpidaha itra da/atau atar moda trasportasi serta pegatura kedataga da pemberagkata kedaraa umum. Berdasarka fugsi pelayaaya termial peumpag dapat dibagi mejadi 1) Termial peumpag tipe A Berfugsi melayai kedaraa umum utuk agkuta atar kota atar propisi, atau agkuta litas batas Negara, agkuta atar kota dalam propisi, agkuta kota, da agkuta pedesaa. 33

2) Termial peumpag tipe B Berfugsi melayai kedaraa umum utuk agkuta atar kota dalam propisi, agkuta kota, da agkuta pedesaa. 3) Termial peumpag tipe C Berfugsi melayai kedaraa umum utuk agkuta pedesaa. b. Termial barag Adalah prasaraa trasportasi jala utuk keperlua membogkar da memuat barag serta perpidaha itra da atar moda trasportasi. Berdasarka sifat barag yag diagkut, termial barag dapat dikelompokka mejadi : 1) Termial barag khusus Yag melayai kedaraa utuk pegagkuta barg-barag yag bersifat khusus. 2) Termial barag umum Yag melayai kedaraa utuk pegagkuta barag yag bersifat umum. II.4. Aksesibilitas Aksesibilitas merupaka suatu kosep yag meggabugka sistem pegatura tata gua laha secara geografis dega sistem jariga trasportasi yag meghubugkaya. Aksesibilitas adalah suatu ukura keyamama atau kemudaha megeai cara lokasi tata gua laha beriteraksi dega yag laiya da mudah atau susahya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jariga 34

trasportasi (Tami, 1997). Ada yag meyataka aksesibilitas dega jarak. Jika jarak dua tempat berdekata maka dikataka aksesibilitas kedua tempat itu tiggi, begitu juga sebalikya. Aktivitas tata guala laha yag tidak sama (heteroge) da tersebar megakibatka aksesibilitasya berbeda. Pegukura aksesibilitas dega parameter jarak teryata kurag dapat diterima. Ii terjadi karea ketersediaa jariga jala yag baik megakibatka perjalaa dapat ditempuh dega kecepata tiggi sehigga jarak buka merupaka parameter dari aksesibilitas, kemudia mulai ditiggalka digatika dega waktu tempuh. Beberapa jeis tata gua laha mugki tersebar secara meluas (perumaha) dajeis laiya mugki berkelompok (pusat pertokoa). Beberapa jeis tata gua laha mugki ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah sakit da badara. Dari sisi jariga trasportasi, kualitas pelayaa trasportasi aka berbeda pula. Sistem jariga trasportasi suatu daerah yag terdapat dipusat kota biasaya lebih baik daripada di piggir kota. Apabila tata gua laha salig berdekata da hubuga trasportasi atar tata gua laha mempuyai kodisi yag baik, maka aksesibilitas tiggi. Sebalikya, jika aktivitas tersebut salig terpisah jauh da hubuga trasportasiya tidak baik maka aksesibilitas redah. Beberapa kombiasi di atara mempuyai aksesibilitas meegah. Skema sederhaa yag memperlihatka kaita atara berbagai hal yag diteragka megeai aksesibilitas dapat dilihat pada tabel II.5. berikut : Tabe II.4. Klasifikasi Tigkat Aksesibilitas Jarak Jauh Aksesibilitas redah Aksesibilitas meegah Dekat Aksesibilitas meegah Aksesibilitas tiggi 35

Kodisi prasaraa Sagat Jelek Sagat baik Sumber: Perecaaa da Permodela Trasportasi, Tami, 1997. Diperoleh kodisi prasaraa berupa ketersediaa kodisi permukaa, lebar jala masuk, da keamaa jariga jala merupaka parameter yag utama dalam meilai aksesibilitas dalam kategori waktu tempuh, sedagka jarak tempuh buka lagi parameter yag sigifika dipertimbagka. II.5. Kerapata Kerapata atau kosetarsi kedaraa rata-rata merupaka suatu ukura yag meyataka rara-rata jumlah kedaraa per lajur gerak/jala dega pajag tertetu pada selag waktu pegamata. Kerapata ii merupaka fugsi dari julah kedaraa, waktu yag diperluka kedaraa utuk melewati jarak tertetu da periode waktu pegamata. Kerapata secara umum dirumuska sebagai berikut: (Morlok, 1988). k =.(II.1) L Dimaa : k adalah kosetarsi kedaraa sepajag L (ked/km) adalah jumlah kedaraa (ked) L adalah pajag jala (km) Pada keyataaya pegukura kedaraa per pajag jala diaggap kurag sigifika karea aka berubah meurut waktu akibat adaya variasi jumlah kedaraa. Utuk medapatka hasil yag yag lebih baik diguaka rumus kerapata sebagai berikut : (Morlok, 1988). k i = 1 = T i= 1 mi Si (II.2) 36

Dimaa : k adalah kosetrasi kedaraa rata-rata pada periode waktu T T adalah waktu pegamata m i adalah waktu yag diperluka kedaraa i di jala (i=1,2,3.,) S i adalah jarak yag ditempuh kedaraa i di jala (i=1,2,3.,) adalah jumlah kedaraa yag ada dijala pada periode T II.6. Kecepata Rata-rata Kecepata rata-rata agkuta umum merupaka fugsi dari jarak tempuh dega waktu tempuh rata-rata agkuta umum pada trayek tersebut. Kecepata ii dipegaruhi oleh waktu gerak da waktu heti utuk meaikka da meuruka peumpag ataupu megisi baha bakar. Stadard Kecepata ratarata yag ditetapka World Bak adalah sebesar 10 12 km/jam. Kecepata ratarata umumya dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). v i = 1 = i= 1 Si.(II.3) mi Dimaa : v adalah kecepata rata-rata (km/jam) S i adalah jarak yag ditempuh kedaraa i di jala (i=1,2,3,) mi adalah waktu yag diperluka kedaraa i di jala (i=1,2,3,) Akibat adaya waktu meaikka/meuruka peumpag da megisi baha bakar, maka kecepata rata-rata sepajag trayek yag sama dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). v = i = 1 S. (II.4) mi 37

Dimaa : v adalah kecepata rata-rata (km/jam) S adalah jarak trayek yag ditempuh kedaraa mi adalah waktu yag diperluka kedaraa i di jala (i=1,2,3,) II.7. Headway Headway didefiisika sebagai ukura yag meyataka jarak atau waktu ketika bagia depa kedaraa yag melewati suatu titik pegamata pada ruas jala. Headway rata-rata berdasarka jarak merupaka pegukura yag didasarka pada kosetrasi kedaraa, dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). 1 h d =.(II.5) k Dimaa : h d adalah headway jarak rata-rata k adalah kosetrasi kedaraa rata-rata di suatu ruas jala. Perhituga headway rata-rata berdasarka jarak pada saat ii mulai digatika oleh headway berdasarka waktu yag dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). 1 h t =.. (II.6) q Dimaa : h t adalah headway waktu rata-rata q adalah volume lalu litas yag melewati suatu titik pegamata. 38

Tabel II.5. Headway mobil da bus Headway Mobil Bus Dalam kota pada jam pucak (meit) Na 0,7 Sumber : Pegatar Tekik da Perecaaa Trasportasi, Morlok, 1988. II.8. Tigkat Operasioal Tigkat operasioal agkuta umum ditijau dari waktu meuggu ratarata agkuta umum oleh peumpag. Ketersediaa agkuta umum yag beroperasi merupaka salah satu kuci dalam meigkatka operasioal agkuta umum. Waktu meuggu rata-rata merupaka fugsi dari headway berdasarka jarak atau waktu dimaa waktu meuggu rata-rata maksimum adalah sebesar headway, dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). h w =.. (II.7) 2 Dimaa : w adalah waktu meuggu rata-rata kedaraa umum. h adalah headway berdasarka waktu atau jarak. Rumus 2.7 dapat diguaka apabila headway atar kedaraa cederug sama, apabila headway tidak teratur atau bervariasi terlalu besar aka diperoleh stadart deviasi yag besar pula, maka sebaikya diguaka rumus : (Morlok, 1988). w = 1 2( t t ) 0 i = 1 ( t i t ) 2 i 1..(II.8) Dimaa : w adalah waktu meuggu rata-rata kedaraa 39

t i adalah waktu utuk beragkat ke i t i-1 adalah waktu utuk keberagkata sebelumya (i-1) t 0 adalah waktu peumpag mulai tiba t adalah waktu meuggu total dari semua peumpag. Utuk t i t i-1 = h i diperoleh w = 1 2( t t i = 1 0 ) h 2 i. (II.9) Sebagai stadarisasi World Bak meetapka waktu meuggu peumpag atau tigkat operasioal kedaraa sebesar 5-15 meit. II.9. Faktor Muat Peumpag Faktor muat peumpag didefiisika sebagai perbadiga atara bayakya peumpag per jarak dega kapasitas tempat duduk agkuta umum yag tersedia, dirumuska sebagai berikut : (Morlok, 1988). M f = S.. (II.10) Dimaa : f adalah faktor muat peumpag M adalah peumpag per km yag ditempuh S adalah kapasitas tempat duduk yag tersedia. Kapasitas kedaraa adalah daya muat peumpag pada setiap agkuta umum baik yag duduk maupu berdiri dapat dilihat pada tabel II.5. berikut : 40

Tabel II.6. Kapasitas Peumpag Jeis Agkuta Kapasitas Peumpag Duduk Berdiri Total (orag) (orag) (orag) Kapasitas peumpag (org/hari/kedaraa) MPU 11-11 250-300 Bis Kecil 14-14 300-400 Bis Sedag 20 10 30 500-600 Bis Besar lt tuggal 49 30 79 1000-1200 Bis Besar lt gada 85 35 120 1500-1800 Sumber : Dasar-dasar Tekik Trasportasi, Muawar,Ahmad, 2005. Jumlah armada yag tepat sesuai dega kebutuha sulit dipastika, yag dapat dilakuka adalah medekati besarya agka kebutuha. Besarya kebutuha agkuta umum dipegaruhi oleh : a. Jumlah peumpag pada jam pucak b. Kapasitas kedaraa c. Stadar beba tiap kedaraa d. Waktu 1 trip kedaraa Dasar perhituga faktor muat atau load factor adalah merupaka perbadiga bayakya atara kapasitas terjual da kapsitas tersedia utuk satu perjalaa yag biasa diyataka dalam %. Sebagai stadar utuk faktor muat peumpag Dias Perhubuga memberi stadarisasi sebesar 70 %. 41