Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIROMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM AHP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KINERJA PERUSAHAAN KEMASAN PLASTIK DENGAN PENDEKATAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

Perancangan Integrated Environmental Performance Measurement System Di Rumah Sakit

Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)

DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.Sc. SILVIA RACHMAWATI NRP

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Analisis Pengukuran Kinerja Departemen Pengadaan dengan Metode Objective Matrix (OMAX)

BAB II LANDASAN TEORI

Skripsi. Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademik. Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Teknik

ANALISIS DAN PERANCANGAN KINERJA SISTEM INFORMASI DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM (IPMS) PADA PT. OMETRACO ARAYA SAMANTA

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

( Studi Kasus di PG. KEBON AGUNG Malang - JawaTimur )

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

Add your company slogan. 3. Stakeholder Strategy LOGO. Add your company slogan. 4. Stakeholder Process LOGO

BAB II KAJIAN LITERATUR

ANALISIS SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS PADA PT. X

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. SINAR GALUH PRATAMA CHANDRA GUNAWAN D

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB III METODE KAJIAN

EVALUASI KINERJA SUPPLIER DENGAN INTEGRASI METODE DEMATEL, ANP DAN TOPSIS (STUDI KASUS: PT. XYZ)

ANALISIS EFEKTIVITAS TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KINERJA CRA (CUSTOMER RELATION ASSISTANCE) DI PT. BANK X

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DI PT KANGSEN KENKO INDONESIA CABANG SURABAYA

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PENGUKURAN KINERJA KARYAWAN PT. PERTAMINA (PERSERO) TBBM SEMARANG GROUP DENGAN PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD

Perancangan Penilaian Karyawan di Bank X

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN METODE HUMAN RESOURCES SCORECARD (HRSC) (Studi Kasus PG. Krebet Baru, Bululawang)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB III SOLUSI BISNIS

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin berkembang pesat. Perusahaan harus memberikan produk berkelas

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

INTEGRASI METODE BALANCE SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENGUKURAN KINERJA DI PERGURUAN TINGGI SWASTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Profl Singkat PT. Delta Dunia Sandang Tekstil. Jalan Raya Semarang-Demak KM 14 Desa Tambakroto Kecamatan Sayung

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

Perancangan dan Pengukuran Sistem Kinerja Lingkungan untuk Mendukung Proper pada Industri Gas

Penentuan Toko Buku Gramedia ter Favorit pilihan Mahasiswa T Di Bogor Dengan Metode AHP (Analytical. Hierarchy Process)

PERANCANGAN SISTEM DAN PENGUKURAN KINERJA LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED ENVIRONMENTAL PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan perusahaan jasa dan

Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, Human Resource Scorecard, Key Performance Index, Traffic Light System.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN JENIS KEGIATAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DI PT. SPIL

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

Analytic Hierarchy Process (AHP)

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE AHP UNTUK PEMILIHAN EKSTRAKURIKULER PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU)

PENGUKURAN KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DI PT JB

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

PRESENTASI SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR. Peneliti: Refi Efendi. Dosen Pembimbing: Syarifa Hanoum ST., MT

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

EVALUASI PROYEK DAN PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN METODE PERFORMANCE PRISM PADA PROYEK RUMAH SAKIT PT SEMEN PADANG TUGAS AKHIR

Yunia Dwie Nurcahyanie : Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Dengan Metode Integrated Performance Measurement System (IPMS)

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

TESIS PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PERENCANAAN PENGUKURAN KINERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN WALISONGO-GEMPOL DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD DAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS(AHP)

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN SEKOLAH DASAR ISLAM MENGGUNAKAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari. Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : FAJAR PRAYOGI

PENENTUAN PRIORITAS KRITERIA PEMILIHAN KANDIDAT PROGRAM MANAGEMENT TRAINEE PADA PT. XYZ DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Transkripsi:

Pengukuran Kinerja Lingkungan Menggunakan Pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System di RSUD Sekarwangi Cibadak, Sukabumi Aftina Damasari Abdullah 1), Aviasti 2), Nur Rahman Assad 3) 1,2,3) Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung, 40116, Indonesia Email: damasariaftina@gmail.com, aviasti82@gmail.com, Nur_asad@yahoo.com ABSTRAK Salah satu bentuk pelayanan masyarakat yang rentan akan berdampak pada pencemaran lingkungan salah satunya adalah rumah sakit. RSUD Sekarwangi merupakan salah satu rumah sakit yang berdasarkan hasil penilaian PROPERDA tahun 2013 sampai 2015 masih mendapatkan penilaian peringkat kinerja pada kategori merah. Hasil penilaian tersebut menunjukan bahwa kinerja lingkungan di RSUD Sekarwangi belum memenuhi standar lingkungan yang baik. Untuk meningkatkan performance kinerja lingkungan tersebut maka perlu dilakukan pengukuran kinerja menggunakan metode Integrated Environmental Performance Measurement System (IEPMS) dan Objective Matriks (OMAX). Hasil pengukuran IEPMS diperoleh Key Environment Performance Indicator () yaitu 18 kuantitatif dan 12 kualitatif. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan metode Objective Matrixs (OMAX) diperoleh 15 merah 1 kuning dan 14 hijau dengan nilai pengukuran keseluruhan 4.535 yang masuk kategori kuning artinya bahwa kinerja lingkungan dari RSUD Sekarwangi memerlukan tindak pengawasan agar kinerja lingkungan perusahaan meningkat. Kata kunci : IEPMS,, Objective Matrix, Pengukuran Kinerja Lingkungan 1. Pendahuluan Pencemaran lingkungan banyak ditimbulkan oleh limbah-limbah hasil kegiatan manusia, seperti kegiatan industri, pertambangan dan kegiatan lainnya. Bentuk pencemaran tersebut berdampak terhadap kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dan mengancam kehidupan manusia juga makluk hidup lainnya, sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Salah satu bentuk pelayanan masyarakat yang rentan akan berdampak pada pencemaran lingkungan salah satunya adalah rumah sakit. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. RSUD Sekarwangi merupakan salah satu rumah sakit yang mendapatkan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPERDA) pada tahun 2013 sampai 2015 dan mendapatkan penilaian peringkat kinerja pada kategori merah yang artinya belum memenuhi ketaatan standar dengan persayaratan perundang-undangan. Beberapa upaya dilakukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan rumah sakit, yaitu mengurangi dampak lingkungan serta melakukan upaya perbaikan, sehingga dipandang perlu melakukan pengukuran performansi lingkungan. Pengukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator performansi lingkungan dari kegiatan rumah sakit sehingga dapat melakukan tindakan perbaikan maupun tindak pencegahan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Peran serta yang aktif dari pihak perusahaan juga dibutuhkan untuk melakukan penilaian kinerja lingkungan agar selalu dapat mengevaluasi dan melakukan perbaikanperbaikan bagi lingkungan perusahaannya. Untuk memperoleh kinerja lingkungan yang baik, dibutuhkan komitmen pihak perusahaan yaitu melakukan pendekatan tersistematis dan perbaikan secara berkelanjutan dari suatu Sistem Manajemen Lingkungan (SML). 152

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah : 1. Mengetahui kegiatan pengelolaan lingkungan RSUD Sekarwangi khususnya pada unit pengelolaan lingkungan. 2. Mengidentifikasi dan menginventerisasi kegiatan pengelolaan lingkungan RSUD Sekarwangi. 3. Melakukan perbaikan perancangan sistem dan pengukuran kinerja lingkungan di RSUD Sekarwangi. 2. Metode Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) yang terdiri dari Key Environment Performance Indicator (), metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System. 1. Metode Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) Integrated Environment Performance Measurement System (IEPMS) adalah metode yang digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan. Penilaian kinerja lingkungan dengan menggunakan metode IEPMS, akan mempertimbangkan dua ukuran yaitu ukuran kuantitatif dan kualitatif, sehingga hasil yang didapatkan akan lebih terintegrasi (Adnin, 2013). Berikut ini adalah Gambar ukuran kualitatif dan kuantitatif metode IEPMS dapat dilihat pada Gambar 1. Visi / Tujuan lingkungan pada organisasi Ukuran Kriteria lingkungan Kuantitatif (fokus pada hasil) Kualitatif (fokus pada aktifitas) - Penggunaan sumber daya - Indikator-indikator resiko - ijin-ijin regulasi - jumlah dan komposisi limbah yang didaur ulang - Biaya perbaikan lingkungan - penanganan limbah dan buangan - Tujuan dan kebijakan lingkungan - Program-program research and development - pertanggungjawaban lingkungan, komitmen, dan kesadaran karyawan. - kecelakaan dan keselamatan kerja (K3) - program pelatihan lingkungan, program audit lingkungan - program manajemen limbah - penghargaan dan pengakuan publik - program benchmarking - sistem akuntansi lingkungan IEPMS Gambar 1. Model IEPMS (Sumber : Rahmawati, 2010) 153

2. Key to Environmental Performance Indicator () Key to Environmental Performance Indicator () adalah informasi kuantitatif dan kualitatif tentang evaluasi lingkungan serta efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya (Stutz et.al., 2004). Menurut Jones dalam Himawan (2011) menyatakan dengan pendekatan tersebut, dapat diindikasikan potensi dampak yang dapat timbul dari tiap-tiap proses, sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan atau tindakan pencegahan pada komponen proses produksi yang mempunyai resiko dampak lingkungan. 3. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu alat bantu (proses) dalam pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 70an. Prosedur ini begitu powerfull sehingga sudah diaplikasikan secara luas dalam pengambilan keputusan yang penting. Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP menurut Saaty, yaitu: Dekomposisis Masalah/Menyusun Hirarki, Penilaian / Pembandingan Elemen, dan Penyusunan Matriks dan Uji Konsistensi. Secara garis besar prosedur AHP, berikut uraian singkat dari penjelasan prosedur AHP menurut Thomas L Saaty : a. Dekomposisis Masalah/Menyusun Hirarki Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan (Goal) yang telah ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional. b. Penilaian / Pembandingan Elemen Apabila proses dekomposisi telah selasai dan hirarki telah tersusun dengan baik. Selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan berpasangan (pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan relatifnya. Pada contoh di atas, maka perbandingan dilakkukan pada Hirarki III (antara alternatif), dan pada Hirarki II (antara kriteria). Prosedur penilaian perbandingan berpasangan dalam AHP, mengacu pada skor penilaian yang telah dikembangkan oleh Thomas L Saaty, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skor penilaian Intensitas Definisi Pentingnya 1 Kedua elemen/alternative sama pentingnya (equal) 3 Elemen A sedikit lebih esensial dari elemen B (moderate) 5 Elemen A lebih esensial dari elemen B (strong) 7 Elemen A jelas lebih esensial dari elemen B (very strong) 9 Elemen A mutlak lebih esensial dari elemen B (very strong) 2,4,6,8 Nilai-nilai antara diantara dua perimbangan yang berdekatan (Sumber : Saaty, 2005) c. Penyusunan Matriks dan Uji Konsistensi Apabila proses pembobotan atau pengisian kuisioner telah selesai, langkah selanjutnya dalah penyusunan matriks berpasangan untuk melakukan normalisasi bobot tingkat kepentingan pada tiap-tiap elemen pada hirarkinya masing-masing. Pada tahapan ini analisis dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan program komputer seperti CDPlus atau Expert Choice. Contoh bagan hierarki dapat dilihat pada gambar 2. 154

Gambar 2. Contoh Bagan hierarki 4. Objectives Matrix (OMAX) Model OMAX fleksibel terhadap kriteria produktivitas yang diukur. Scoring dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan Objective Matrix (OMAX). Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut ( Riggs, James L. 1975). Pada Objective Matrix score performance yang digunakan yaitu antara 0-10. Ada 11 target pencapaian untuk setiap indikatornya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Target Pencapaian dalam OMAX KPI 1 2 3 4 5 6 7 Performance 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Level Weight Value (Sumber: Riggs, dkk ) Keterangan: 1. Skor 10: Kinerja sangat memuaskan. Perusahaan telah mencapai target realistis dan mempunyai inisiatif untuk meningkatkan kinerja. 2. Skor 9 8: Kinerja memuaskan. Hampir di semua aktivitas, perusahaan memperoleh hasil yang memuaskan. Perusahaan telah menguasai kriteria secara konsisten. 3. Skor 7 6: Kinerja yang dihasilkan baik. Perusahaan telah mempelajari fungsi dan kriteria (atribut ukuran kinerja) dan telah mendapatkan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan kinerja sehingga dapat bekerja dengan efektif. 4. Skor 5 4: Kinerja yang dicapai sedang atau di atas standar yang ada (cukup baik). Perusahaan masih harus belajar dan mempunyai minat untuk belajar demi peningkatan kinerja. 155

5. Skor 3: Kinerja standar (rata-rata). Perusahaan telah mencapai kinerja standar yang ada dan tetap dipertahankan dengan tidak berhenti melakukan peningkatan kinerja. 6. Skor 2 1: Kinerja yang dicapai buruk. Perusahaan masih berada di tingkat pemula atau dengan kata lain kinerja perusahaan di bawah rata-rata, masih banyak yang harus dipelajari. 7. Skor 0: Kinerja ditolak (sangat buruk). Kinerja perusahaan berlawanan dengan tujuan dan sasaran KPI. Membutuhkan bimbingan yang intensif. 5. Traffic Light System Traffic Light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indikator kinerja memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari Traffic Light System ini direpresentasikan dengan beberapa warna, antara lain: Warna Hijau Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level delapan sampai sepuluh. Artinya pencapaian suatu indikator kinerja sudah tercapai,sama atau bahkan melampaui target. Warna Kuning Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level empat sampai tujuh. Artinya pencapaian suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilai sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati-hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan. Warna Merah Diberikan untuk KPI yang mencapai nilai antara level nol sampai tiga. Artinya pencapaian suatu indikator kinerja benar-benar dibawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera. 3. Hasil dan pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Sekarwangi dengan menggunakan pendekatan Integrated Environment Performance Measurement (IEPMS) terdiri dari metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light System. 1. Metode AHP Pada penelitian ini, responden yang dipilih adalah pihak eksternal dan internal. Pihak internal terdiri dari pejabat struktural di RSUD Sekarwangi diantaranya Kepala Bidang Peningkatan dan Pengendalian Mutu, Kepala Bidang Sarana Prasarana, dan Kepala Bidang Pelayanan. Sedangkan pihak eksternal terdiri dari pejabat struktural BLH Kabupaten Sukabumi yaitu Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Analisis Dampak Lingkungan, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan. Berdasarkan hasil observasi lapangan, wawancara, dan diskusi dengan para responden maka diperoleh sebanyak 30 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Lingkungan. tersebut terdiri dari 18 kuantitatif dan 12 kualitatif. Masing-masing dilakukan pembobotan AHP dengan menggunakan software expert choice untuk mengetahui bobot dari masing-masing. Berikut adalah hasil pembobotan AHP menggunakan software expert choice dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Aspek Kuantitatif Aspek Lingkungan Ukuran Kuantitatif Bobot Pengali Bobot 1 Pencahayaan 0.409 0.3455 0.141 Fisik Udara 2 Suhu 0.331 0.3455 0.114 3 Kelembaban 0.26 0.3455 0.089 156

Limbah Pencemaran Air Inconsistensi 0.00705 4 Suhu 0.021 0.1545 0.003 5 Zat padat Terlarut 0.033 0.1545 0.005 6 Zat Padat tersuspensi 0.052 0.1545 0.008 7 Derajat Keasaman 0.069 0.1545 0.010 8 Krom heksavalen 0.052 0.1545 0.008 9 seng (Zn) 0.068 0.1545 0.010 10 Tembaga 0.072 0.1545 0.011 11 Sulfida 0.053 0.1545 0.008 12 BOD 0.088 0.1545 0.013 13 COD 0.086 0.1545 0.013 14 TSS 0.075 0.1545 0.011 15 Minyak dan Lemak 0.088 0.1545 0.013 16 MBAS 0.088 0.1545 0.013 17 Amonia Nitrogen 0.066 0.1545 0.010 18 Total Coliform 0.089 0.1545 0.013 Inconsistensi 0.009 Tabel 4. Aspek Kualitatif Aspek Lingkungan Ukuran Kuantitatif Bobot Pengali Bobot Jumlah pelanggaran ketentuan Penataan Lingkungan 19 peraturan pemerintah no.27/2012 0.366 0.1795 0.065 tentang izin lingkungan 20 Memiliki dokumen Izin Lingkungan 0.634 0.1795 0.113 Inconsistency 0 ketaatan terhadap Identifikasi, 21 Pengelolaan Limbah pencatatan dan pendataan 0.291 0.1445 0.042 B3/Sampah 22 Ketaatan terhadap pelaporan 0.345 0.1445 0.049 23 Ketaatan terhadap status perizinan 0.364 0.1445 0.052 Inconsistency 0.02 24 Program pelatihan lingkungan 0.356 0.0945 0.033 Sumber daya manusia 25 Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan 0.369 0.0945 0.034 26 Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja 0.275 0.0945 0.025 Inconsistency 0.01 Berdasarkan Tabel 3 dan 4 pembobotan AHP dapat menjadi rekomendasi kriteria mana yang paling penting untuk dikendalikan dalam penilaian kinerja lingkungan. Dalam penilaian lingkungan dengan pembobotan AHP didapatkan bahwa penilaian pencahayaan dalam unsur fisika udara menjadi hal yang penting untuk dilakukan dan kriteria suhu dalam unsur limbah pencemaran air menjadi prioritas terendah. Setelah diketahui prioritas mana yang paling utama dan prioritas yang paling terendah maka selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai dengan hasil penilaian kinerja menggunakan metode objective matriks dan traffic light system. 2. Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Metode Objective Matrix dan traffic light system Pada tahap ini dilakukan pengukuran kinerja lingkungan dengan metode objective matrix dan traffic light system. Pengukuran kinerja dengan menggunakan objective matrix dan traffic light system dilakukan berdasarkan kinerja lingkungan perusahaan yaitu kinerja dari RSUD Sekarwangi berdasarkan data internal dari perusahaan. Dalam pengumpulan data untuk scoring system dibutuhkan penilaian level score, diantaranya level 0 untuk keadaan terburuk, 157

SCORE Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 level 3 untuk kondisi pengukuran terdahulu, level 10 untuk menciptakan target dan level performance untuk kondisi kinerja pada saat ini. Contoh perhitungan penilaian pada 1 yaitu pencahayaan dalam aspek lingkungan fisik udara (data dapat dilihat pada Tabel 5) yaitu pencahayaan untuk % pemenuhan kesesuaian peraturan index pencahayaan menurut jenis ruangan dan unit yaitu 100 % (level performance) memenuhi. Tidak ada kurang dari minimal yang melebihi konsentrasi maksimal sesuai dengan keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor : 1204/MENKES/SK/X/2004. Untuk level 1,3 dan 10 diasumsikan sama dengan level performance karena perusahaan belum melakukan pengukuran sebelumnya. Tabel 5. Data 1 (Pencahayaan) No. 1 (Pencahayaan) Jenis Ruangan Konsentrasi Hasil Pemeriksaan Maksimal Ruang Operasi 495 lux Min 300 s/d 500 lux Ruang ICU 165 lux 100 s/d 200 lux Ruang Bersalin 145 lux 100 s/d 200 lux Ruang Gawat Darurat 127 lux 100 s/d 200 lux Ruang Perawatan 134 lux 100 d 200 lux Dari hasil penilaiaan dengan metode objective matrix selanjutnya dilakukan penilaian menggunakan traffic light sytem. Adapun ketentuan nilai dalam traffic light system adalah kategori warna merah, Kuning dan hijau. yang masuk dalam kategori merah adalah yang berada di rentang nilai antara 0-3 pada tabel OMAX, yang termasuk dalam kategori kuning adalah yang berada di rentang nilai antara 4-7 pada tabel OMAX. yang termasuk dalam kategori hijau adalah yang berada di rentang nilai antara 8-10 pada tabel OMAX. Berikut adalah hasil dari perhitungan dari metode OMAX dan Traffic light system dapat dilihat pada Tabel 6 dan struktur hierarki hasil dari pengukuran kinerja lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 6. Hasil penilaian metode OMAX dan Traffic Light System PERFORMANCE 1 2 3 4 5 6 7 8.. 30 100 0 0 24,6 0 4,0 7.68 0,05.. 20 10 100 100 100 24.5 2000 4 10 0.04.. 100 9 100 85.72 85.72 24.68 2000 14.29 9.43 0.04.. 88.58 8 100 71.44 71.44 24.85 2000 24.58 8.86 0.04.. 77.15 7 100 57.16 57.16 25.02 2000 34.87 8.29 0.04.. 65.72 6 100 42.87 42.87 25.19 2000 45.16 7.72 0.04.. 54.29 5 100 28.58 28.58 25.36 2000 55.44 7.15 0.04.. 42.86 4 100 14.29 14.29 25.53 2000 65.72 6.58 0.04.. 31.43 3 100 0 0 25.7 2000 76 6 0.04.. 20 2 0 0 0 29.8 2000 117.34 5.34 0.06.. 20 1 0 0 0 33.9 2000 158.67 4.67 0.08.. 20 0 0 0 0 38 2000 200 4.00 0.1.. 20 SCORE 10 0 0 9 0 4 6 3.. 0 WEIGH 0.142 0.114 0.09 0.003 0.005 0.008 0.011 0.008.. 0.02 VALUE 1.42 0 0 0.027 0 0.032 0.066 0.024.. 0 158

Penataan Lingkungan Pengelolaan Limbah B3 SDM Hubungan Masyarakat Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 2579-6429 KINERJA LINGKUNGAN RSUD.SEKARWANGI Aspek Kuantitatif Aspek Kualitatif Fisik Udara Limbah Pencemaran Air Pencahayaan Suhu Kelembaban 1 2 3 Suhu Zat padat terlarut Zat padat tersuspensi (PH) Krom Heksavalen(Cr 6+ ) Seng (Zn) 4 5 6 7 8 9 Jumlah pelanggaran pelaksanaan ketentuan permenlh 05/2011 tentang izin lingkungan Memiliki dokumen lingkungan/izin lingkungan 19 20 Ketaatan terhadap Identifikasi, pencatatan dan pendataan Ketaatan Terhadap Pelaporan Ketaatan terhadap Status perizinan 21 22 23 Program Pelatihan Lingkungan Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja 24 25 26 Jumlah pengaduan masyarakat Jumlah kegiatan bantuan sosial atau CSR yang dilakukan perusahaan Jumlah penghargaan tentang lingkungan yang berhasil diraih 27 28 29 Tembaga (Cu) Sulfida (H 2S) 10 11 Pencapaian tingkat PROPER Tahunan 30 BOD 12 COD 13 TSS 14 Minyak dan Lemak 15 MBAS 16 Amonia Nitrogen 17 Total Coliform 18 Gambar 4. Hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan metode objective matrix dan traffic light sistem Berdasarkan Gambar 4. terdapat 15 merah, 1 kuning dan 14 hijau dengan nilai keseluruhan pengukuran kinerja lingkungan adalah 4.535. Hasil keseluruhan pengukuran kinerja lingkungan dari RSUD Sekarwangi tersebut mendapatkan pengukuran kinerja dalam kategori kuning. 159

3.3 Uji Sensitifitas Analisis uji sensitifitas dilakukan terhadap yang tergolong kategori merah. Analisis tersebut dilakukan dengan membuat skenario perbaikan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang terjadi apabila dilakukan perbaikan sesuai apa yang direkomendasikan pada setiap. Langkah tersebut diharapkan dapat merubah nilai merah menjadi kuning maupun hijau. Hasil dari skenario dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Skenario perbaikan No. Skor Nilai OMAX Dari Tabel 7 hasil yang didapatkan tersebut artinya perusahaan perlu usaha yang maksimal dalam melakukan perbaikan. Diantaranya fokus kepada target yang diprediksi dapat mampu menaikan nilai menjadi warna hijau. Setelah melakukan scenario perbaikan, kemudian dilakukan perbandingan antara nilai eksisting dan nilai pengukuran kinerja lingkungan sesuai scenario perbaikan. Dari hasil penilaian sebelumnya terdapat peningkatan yang signifikan oleh perubahan nilai skor. Berikut hasil perbandingan pengukuran kinerja lingkungan eksisting dan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 8 % Skor Perbaikan Nilai OMAX 2 Suhu (fisik udara) 0 0 100% 100 10 3 Kelembaban (fisik udara) 0 0 100% 100 10 19 Jumlah pelanggaran ketentuan Peraturan Pemerintah no.27/2012 0 0 100% 100 10 tentang izin lingkungan 22 Ketaatan terhadap pelaporan 0 0 100% 100 10 21 Ketaatan terhadap identifikasi, pencatatan dan pendataan limbah 0 0 100% 100 10 B3 25 Peran serta karyawan dalam program pelatihan lingkungan 0 0 100% 100 10 24 Program pelatihan lingkungan 0 0 100% 100 10 26 Jumlah kelengkapan fasilitas bekerja 3 3 0 3 3 29 Jumlah penghargaan tentang lingkungan yang berhasil diraih 0 0 100% 100 10 30 Pencapaian tingkat proper 0 0 25% 25 16 15 17 14 5 MBAS dalam kriteria limbah pencemaran air Minyak dan lemak dalam kriteria limbah pencemaran air Amonia Nitrogen dalam kriteria limbah pencemaran air TSS dalam kriteria limbah pencemaran air Zat padat terlarut dalam kriteria limbah pencemaran air 0 0 50% 5 Mg/L 4 0 0 50% 10 Mg/L 4 9.06 3 50% 4.53 Mg/L 8 0 0 50% 30 Mg/L 4 0 0 50% 2000 4 4 160

Tabel 8. Perbandingan pengukuran kinerja lingkungan eksisting dan perbaikan Aspek Lingkungan Value Eksisting Perbaikan Total aspek kuantitatif 2.417 4.709 Total aspek kualitatif 2.118 4.708 Total 4.535 9.417 Dari tabel tersebut diketahui bahwa setelah melakukan perbaikan, nilai pengukuran kinerja lingkungan naik menjadi 9.417 dan hampir medekati nilai optimal yaitu 10. Artinya jika perusahaan berusaha untuk memenuhinya perusahaan akan mencapai target dengan nilai objektif matriks yang diharapkan. Dan nilai keseluruhan pengukuran kinerja berada pada kategori hijau. 4. Simpulan Pengukuran kinerja lingkungan perusahaan dilakukan dengan merancang usulan sebagai indikator kinerja lingkungan perusahaan. Dari hasil perancangan terdapat 22 yang tidak valid dikarenakan pihak RSUD Sekarwangi belum melakukan pengukuran tersebut, sehingga didapatkan 18 kuantitatif dan 12 kualitatif. Dari hasil penilaian dengan tabel OMAX, diketahui terdapat hasil 14 hijau, 1 kuning, dan 15 merah. Dan dari total penilaian kinerja lingkungan keseluruhan, nilai yang didapatkan dari hasil perkalian bobot dan skor adalah sebesar 4.535 yang mengindikasi bahwa kinerja lingkungan perusahaan secara keseluruhan berada pada warna kuning selama dilakukan penelitian, artinya bahwa RSUD sekarwangi berada pada kondisi kurang baik atau kehati-hatian dalam mengendalikan kinerja lingkungan perusahaan. Daftar Pustaka Adnin. J. 2013. Pengukuran kinerja lingkungan dengan pendekatan integrated environment performance measurement system dan analytical hierarchy process di PT.Petrokimia kayaku. Himawan, F. (2011), Perancangan Sistem dan Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Menggunakan Pendekatan Integrated Environmental Performance Measurement System (IEPMS) dan Analytical Network Process (ANP) di PT. Mermaid Textile Industri Indonesia, Tugas Akhir Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Rachmawati, S 2010. Pengukuran Kinerja Lingkungan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Integrated Environment measurement System (IEPMS) pada PT. Campina Ice Cream Industri. Riggs, James.L. (1992),Production Systems: Planning, Analysis, And Control, 4th Edition,Waveland Press, India. Saaty, Thomas L. (2005), The Analytic Hierarchy and Analytic Network Processes for the Measurement of Intangible Criteria and for Decision-Making, dalam Multiple Criteria Decision Analysis: State of the Art Surveys, eds. Figueira, J., Greco, S., dan Ehrgott, M., Springer Science Business Media Inc. Stutz, Markus, et.al. (2004), Key Environmental Performance Indicators (s): A New Approach to Environmental Assessment, Diakses pada tanggal 20 September 2016. http://www.lcainfo.ch/df/df27/stutz2paper2004.pdf 161