Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS)

Transkripsi

1 Petunjuk Sitasi: Suprihatin, E., & Amsori, M. A. (2017). Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F229-26). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya. Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) Endang Suprihatin (1), Muhamad Ali Amsori (2) (1), (2), () Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAK Auto2000 Banyuwangi adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan penjualan mobil Toyota. Pada bidang jasa Auto2000 Banyuwangi memiliki beberapa key performance indicators (KPI) yang menjadi tolok ukur kinerja perusahaan. Semakin berkembangnya bisnis jasa Auto2000 Banyuwangi semakin tinggi pula target yang dipasang perusahaan. Semakin naiknya target perusahaan, Auto2000 Banyuwangi perlu melakukan penilaian kinerja, agar dapat mencapai target dan dapat bersaing dengan bengkel lain serta menjadi dealer Toyota terbaik. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) yang dalam penggunaannya dikombinasikan dengan AHP, AMAX dan Traffic Light System untuk menentukan KPI yang akan menjadi prioritas dalam perbaikan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini teridentifikasi 21 key performance indicators (KPI) yang disesuaiakan dengan 5 objective. Dengan metode AHP tiap-tiap KPI dapat teridentifikasi dengan baik. Pada penerapan Scoring System dengan menggunakan metode OMAX dan Traffic Light System didapat pencapaian perusahan secara keseluruhan sebesar 6,69% yang berarti kinerja perusahaan berada pada kategori baik. Kata kunci IPMS, AHP,Scoring System, OMAX, Traffic light. I. PENDAHULUAN Auto2000 Banyuwangi adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang melayani penjualan mobil baru merek Toyota dan melayani perbaikan atau perawatan mobil Toyota serta melayani pemesanan spare part khusus mobil Toyota. Auto2000 Banyuwangi mendapat perhargaan sebagai bengkel Toyota terbaik ketiga se-nasional tahun 2016 dengan nilai memuaskan pada setiap Key Performance Indicators (KPI). Penilaian kinerja tersebut dinilai sampai pada kinerja bulan Juni Namun pada bulan Juli sampai September 2016, terjadi penurunan perfoma yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penurunan performa yang dirasa oleh perusahaan yaitu pada KPI CSL (Customers Satisfied Level) (2,) dari nilai maximum (1), Leadtime (2:05:59) dari waktu waksimal (2:00:00)dan Leadtime SBE (1:59:21) dari waktu maksimum (1:50:00) pada bulan September Untuk mempertahankan prestasi menjadi bengkel terbaik, Auto2000 Banyuwangi perlu melakukan penilaian performa perusahaan dengan penerapan metode pengukuran kinerja dengan pendekatan Integrated Performance Measurement System (IPMS). Masalah dalam penelitian ini yaitu berapa besaran bobot yang diberikan untuk setiap KPI dalam perhitungan AHP?Berapa nilai scoring masing-masing KPI berdasarkan Objective Matrix (OMAX)? Serta bagaimana hasil scoring indikator kinerja atau KPI dengan menggunakan Traffic Light dalam sistem IPMS? Tujuan dalam penelitian ini adalah agar dapat mengidentifikasi KIP yang memiliki bobot terkecil dan butuh perbaikan, mengetahui nilai KPI berdasarkan metode Objective Matrix (OMAX), serta agar dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada KIP yang berada dalam zona merah dan zona kuning kepada perusahaan. F-229

2 Suprihatin, Amsori Bagi perusahaan, manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh atas hasil sebuah analisis pengukuran atas dan membantu perusahaan untuk memperoleh manfaat agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Integrated Performance Measurement System (IPMS) IPMS merupakan sistem pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Strategic Manufacturing University of Strathclyde, Glasgow (Suwigno, 2000). Metode IPMS membagi level bisnis menjadi empat tingkatan yaitu : Bisnis Induk (Business Corporate), Unit Bisnis (Bisoness Unit), Proses Bisnis (Business Process), Aktivitas Activitiy). B. Analytic Hierarchy Proccess (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (199). C. Menghitung Nilai Eigen dan Menguji Konsistensinya Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vektor tak nol x di dalam dinamakan Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar ƛ, yakni : Ax = ƛx (1) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data 1.) Wawancara Merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Data diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada pihak-pihak terkait di Bengkel Auto2000 Banyuwangi. 2.) Angket atau Kuesioner Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008)..) Download Data By System Download Data By System adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara mengambil data dari sistem perusahaan. B. Metode Analisa Data Data keperluan penelitian Pembobotan indikator kinerja utama dengan menggunakan AHP Melakukan scoring system Gambar 1 Block Diagram Pengolahan Data Analisis dengan metode Traffic light system C. Analisa Pemecahan Masalah Analisa ini mengenai pencapaian kinerja perusahaan serta rencana tindakan untuk melaksanakan program peningkatan kinerja berdasarkan indikator kinerja utama yang perlu untuk diperbaiki dengan menggunakan metode Traffic Light System. F-20

3 Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi Dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode IPMS IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Pemangku Kepentingan Perusahaan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dari Bengkel Auto 2000 Banyuwangi dapat dilihat dari pihak internal ada karyawan, Learning and Growth dan Manajemen Bengkel Auto 2000 Banyuwangi, sedangkan dari pihak eksternal yaitu pelanggan. B. Identifikasi key Performance Indicator (KPI) Yang Digunakan Untuk Mengukur Tingkat Pencapaian Objective bisnis Selanjutnya pengukuran untuk masing-masing tujuan dengan cara Key Performance Indicators (KPI). Berikut rincian KPI yang menjadi acuan di bengkel Auto 2000 Banyuwangi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 1 Identifikasi KPI Stakeholder Requirement KPI Manajemen Bengkel Auto 2000 Banyuwangi Financial 1. Unit Entry 2. CPUS. Revenue 4. NPBT Internal Process Service Process 5. Data Valid 6. Leadtime 7. Leadtime SBE 8. Ontime Delivery 9. OTD First Promise 10. FIR 11. Parts Fill Rate Unit Service 12. SBI SO Rate 1. SBI Total Rate 14. Retention Rate (10-50)K 15. SBE Rate (SBE/CPUS) 16. Appointment Rate Eksternal Factor Customer 17. CSL Score 18. CSL Dissatisfied Learning and Growth Karyawan 19. Productivity SA 20. RUM 21. RPS C. Pembobotan KPI Pembobotan ini dilakukan dengan pihak perusahaan secara mendalam dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hierarki Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicator) Bengkel Auto2000 Banyuwangi dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 Hierarki KeyPerformance Indicator (KPI) Bengkel Auto2000 Banyuwangi F-21

4 Suprihatin, Amsori Keterangan : O-1 : Financial O-2 : Service Process O- : Unit service O-4 : Customer O-5 : Karyawan KPI -1 : Unit Entry KPI -2 : CPUS KPI - : Revenue KPI -4 : NPBT KPI -5 : Data Valid KPI -6 : Leadtime KPI -7 : Leadtime SBE KPI -8 : Ontime Delivery KPI -9 : OTD First Promise KPI -10 : FIR KPI -11 : Parts Fill Rate KPI -12 : SBI SO Rate KPI -1 : SBI Total Rate KPI -14 : Retention Rate (10-50) K KPI -15 : SBE Rate (SBE/CPUS) KPI -16 : Appointment Rate KPI -17 : CSLScore KPI -18 : CSL Dissatisfied KPI -19 : Productivity SA KPI -20 : RUM KPI -21 : RPS 1.) Pembobotan Antar Objective Hasil Kuesioner Pembobotan penulis lakukan untuk mengetahui masing-masing bobot dari objective dan KPI. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan kuesioner matriks berpasangan yang kami serahkan pada karyawan Auto2000 Banyuwangi yang relevan. 2.) Pembobotan Antar KPI Hasil Kuesioner Hasil beberapa pembobotan antar KPI dapat dilihat dibawah ini: 1. Pembobotan antar KPI untuk Objective Financial Pembobotan antar KPI untuk Objective financial dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 Matrix Perbandingan Berpasangan antar KPI Untuk Objective Financial Responden KPI-1 1,0 0,5 2,0,0 KPI-2 2,0 1,0,0 2,0 KPI- 0,5 0, 1,0 2,0 KPI-4 0, 0,5 0,5 1,0 Responden KPI-1 1,0 1,0 0,5 2,0 KPI-2 1,0 1,0,0 4,0 KPI- 2,0 0, 1,0 2,0 KPI-4 0,50 0, 0,5 1,0 0 Responden KPI-1 1,0 0,,0 4,0 KPI-2,0 1,0 5,0,0 KPI- 0, 0,20 1,0 4,0 KPI-4 0,25 0,25 0,25 1,0 Responden KPI-1 1,0 0, 5,0,0 KPI-2 0, 1,0 5,0 6,0 F-22

5 Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi Dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode IPMS KPI- 0,20 0,20 1,0 4,0 KPI-4 0, 0,16 0,25 1,0 7 Responden KPI-1 1,0 0,25 5,0,0 KPI-2 4,0 1,0 5,0 6,0 KPI- 0,20 0,20 1,0,0 KPI-4 0, 0,16 0, 1,0 7 Responden KPI-1 1,0 0, 4,0,0 KPI-2,0 1,0 5,0,0 KPI- 0,25 0,20 1,0 2,0 KPI-4 0, 0, 0,50 1,0 D. Menentukan Bobot Key Performance Indicator (KPI) Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan perhitungan pembobotan untuk masingmasing objective dan KPI dengan menggunakan rata-rata geomatrik dari nilai bobot yang diberikan oleh 6 responden. Nilai rata-rata geomatrik ini dianggap sebagai hasil penilaian kelompok. Rata-rata geomatrik dihitung dengan menggunakan rumus : GM = (2) Sebagai contoh perhitungan rata-rata geomatrik untuk kelompok kriteria level 2 untuk objective peningkatan pendapatan dari bengkel adalah, maka hasil rata-rata geomatriknya adalah : GM = = 4,7475 Dengan demikian rata-rata geomatrik setiap objective atau kriteria level 2 dapat dicari dan rata-rata pembobotannya dapat dilihat pada tabel berikut : ve Tabel Perhitungan Rata-rata antar Objective pada level 2 Objecti O-1 O-2 O- O-4 O-5 O O O O O Jumlah Tabel 4 Perhitungan Rata-Rata level untuk KPI Financial Sub-kriteria O-1 KPI KPI KP KPI- KPI-4-1 I-2 KPI KPI KPI KPI F-2

6 Suprihatin, Amsori Jumlah Tabel 5 Perhitungan Rata-Rata level untuk KPI Service Process Sub-kriteria Rata-rata Responden O-2 KPI KPI KPI KPI KPI KPI- KPI KPI KPI KPI KPI KPI KPI KPI Jamlah F-24

7 Peningkatan Kinerja Toyota Auto2000 Banyuwangi Dengan Penilaian Kinerja Menggunakan Metode IPMS E. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks Pada langkah perhitungan bobot yang terlibat dalam analisis AHP dapat dihitung dangan cara manual maupun dengan menggunakan bantuan software Expert Chice for Windows v 9.0 untuk menghitung bobot kriteria dan KPI yang bersangkutan. Bila didapat nilai Consistency Ratio <0,1, artinya jawaban responden dianggap konsisten, namun bila nilainya 0,1 artinya matriks tersebut harus dihitung ulang. Berikut bobot priositas setiap kriteria atau objective : Bobot Prioritas Setiap Kriteria, dari perhitungan bobot diatas diketahui nilai CR = 0,04, berarti penilaian dari para responden tersebut konsisten. selanjutnya dapat dihitung bobot dari setiap alternative atau KPI. Hasil bobot prioritas dari masing-masing KPI adalah sebagai berikut : 1. Bobot Prioritas Setiap KPI Pada Objective Financial, hasil pembobotan KPI pada Kriteria Financial konsisten dengan nilai CR = 0,07 2. Bobot Prioritas Setiap KPI pada Objective Service Process, hasil pembobotan KPI pada Kriteria Service Process konsisten dengan nilai CR = 0,0 Kemudian dari data diatas dapat dibuat diagram pembobotan sebagai dibawah ini : Gambar Hierarki Key Performance Indicator Bengkel Auto2000 Banyuwangi F. Melakukan Scoring Systems dengan Objective Matrix (OMAX) dan Traffic Light Hasil Rekapitulasi Scoring System KPI Auto2000 Banyuwangi, nilai keseluruhan kinerja bengkel Auto2000 Banyuwangi adalah 6,69%, dengan rincian 1 KPI yang tergolong warna hijau yakni KPI pada performance ke 8, 1 KPI pada performance ke 9 dan 9 KPI pada performance ke 10. Pada ketegori KPI yang tergolong berwarna kuning terdapat 4 KPI pada performance ke 4 dan KPI pada performance ke 7, serta terdapat 1 KPI yang tergolong berwarna merah pada performance ke. IV. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Stakeholder yang dilibatkan dalam penelitian di bengkel Auto2000 Banyuwangi yaitu Manajemen Bengkel Auto2000 Banyuwangi, Internal Process, Customer dan Karyawan. 2. Identifikasi Objective sebanyak 5 Objective dengan key performance indocatos (KPI) yang menjadi tolak ukur Bengkel Auto2000 sebanyak 21 KPI.. Berdasarkan hasil pembobotan dapat dilihat bahwa objective kepuasan customer merupakan prioritas perusahaan. Besarnya bobot prioritas kinerja ini sebesar 0,40%. 4. Setelah dilakukan scoring dengan menggunakan Objective Mtrix, Auto2000 Banyuwangi mendapat nilai sebesar 6,69% dan dikategorikan kinerja perusahaan baik. 5. Dari hasil scoring system dengan menggunakan OMAX dan traffic light, menghasilkan pembagian nilai Key Performance Indicators (KPI), kedalam berbagai nilai berupa warna, yaitu : warna hijau sebanyak 1 KPI, warna kuning sebanyak 7 KPI dan warna merah sebanyak 1 KPI. F-25

8 Suprihatin, Amsori DAFTAR PUSTAKA Moeheriono, 2009, Pengukuran kinerja Berbasis Kompetensi, Bogor: Ghalia Indonesia Susetyo J., 201, Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Integrated Measurement Systems (IPMS) Pada PT.X., Jurnal Teknik Industri, FTI, IST AKPRIND, Yogyakarta Wibowo, 2011, Manajemen Perubahan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Winarni, Cahyo P., 2012, Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), Tesis Teknik Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta. Yuwono, Sony, Sukarno, Edy dan Ichsan, Muhammad., 2002, Petunjuk Praktis Penyusunan balanced Scorecard: Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. F-26