BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I. PENDAHULUAN. permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. atau daerah (Timmer, 2005). Kota layak huni merupakan kota dengan kondisi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

HALAMAN PENGESAHAN...

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh Yuliana Suryani Dosen Pembimbing Alia Damayanti S.T., M.T., Ph.D

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUANG KOMUNAL KELURAHAN KEMLAYAN SEBAGAI KAMPUNG WISATA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aksesibilitas merupakan hubungan kedekatan suatu tempat dengan tempat lain yang diindikasikan dengan kemudahan dalam mencapai tujuan dari lokasi asal (Simmonds, 2001). Dalam penataan ruang, aksesibilitas merupakan hal penting yang harus diperhatikan, salah satunya adalah dalam menentukan lokasi untuk fasilitas publik. Di antara berbagai fasilitas publik yang keberadaannya perlu diperhatikan dalam suatu kota, elemen infrastruktur hijau kota seperti RTH merupakan hal yang cukup penting. Selain sebagai tempat untuk berinteraksi bagi masyarakat, ruang terbuka hijau juga dapat berfungsi sebagai kawasan hijau yang membantu mengurangi emisi gas kendaraan dalam suatu kota, serta memberikan nuansa estetis dan sehat di tengah keberadaan kota yang penuh dengan kendaraan, bangunan yang padat, serta berbagai permasalahan di dalamnya. Untuk itu, aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau tersebut penting untuk diperhatikan dalam tata ruang kota ataupun kawasan. Kota Yogyakarta sebagai salah satu kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar, kota wisata dan kota budaya, juga disebut-sebut sebagai kota yang memiliki indeks kenyamanan tinggi menurut Ikatan Ahli Perencana (IAP) pada tahun 2014. Pernyataan tersebut didasarkan pada sebuah survei dua tahunan IAP bernama Indonesia Most Livable City Index 2014. Studi tersebut menggunakan tujuh variabel utama perkotaan, yaitu: fisik kota, kualitas lingkungan, transportasiaksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi dan sosial. Hasil studi IAP mengenai kota ternyaman untuk tahun 2014 menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta menempati peringkat keempat setelah Kota Balikpapan, Surakarta dan Malang. Pada survei sejenis yang dilakukan IAP di tahun 2009 dan 2011, Kota Yogyakarta mendapat predikat kota ternyaman di Indonesia. Hal ini tentu harus dijawab dengan pelayanan kota yang lebih optimal dalam rangka mewujudkan kenyamanan dan manfaat bagi kelangsungan hidup masyarakat. 1

Dalam mewujudkan kota yang nyaman, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sesuai dengan beberapa variabel utama perkotaan yang dikemukakan oleh IAP, adalah aspek fisik kota, kualitas lingkungan, transportasi-aksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi dan sosial. Dari beberapa aspek tersebut, aspek fisik kota serta kualitas lingkungan dapat dioptimalkan dengan keberadaan infrastruktur hijau perkotaan. Infrastruktur hijau di Kota Yogyakarta dijumpai pada setiap kecamatan. Salah satu yang merupakan kecamatan penyumbang infrastruktur hijau dengan persentase besar di Kota Yogyakarta adalah Kecamatan Gondokusuman. Roychansyah dkk (2013) menguraikan berdasarkan data dari BPS Kota Yogyakarta, bahwa Kecamatan Gondokusuman memiliki persentase terbesar dengan angka 71,14%. Angka ini diperoleh dengan membandingkan luas area infrastruktur hijau dengan luas wilayah kecamatan. Elemen infrastruktur hijau berupa RTH yang tersebar di beberapa lokasi di Kecamatan Gondokusuman telah cukup memberikan nuansa estetis. Selain itu, infrastruktur hijau di beberapa lokasi di Kecamatan Gondokusuman sering dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat berolahraga dan saling berinteraksi. Hal ini membawa citra positif bagi Kecamatan Gondokusuman dan juga berimbas pada Kota Yogyakarta, yang merupakan kota pelajar sekaligus kota budaya dan wisata. Selain fungsi estetis, keberadaan elemen infrastruktur hijau berupa RTH tentu harus dapat memberikan kenyamanan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Untuk itu, pengadaan RTH kota sebagai elemen infrastruktur hijau perlu direncanakan agar mampu memberikan dampak positif pada lingkungan yang keberlanjutan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Roychansyah dkk (2013), dapat diindikasikan bahwa dari seluruh infrastruktur hijau di Kecamatan Gondokusuman, terdapat infrastruktur hijau yang mudah diakses oleh masyarakat dan memberikan dampak baik. Dengan kata lain fungsi dari infrastruktur hijau tersebut cukup optimal, baik dalam mereduksi polutan udara, meredam kebisingan, memberikan keteduhan dan menumbuhkan kenyamanan ruang kota. 2

Di sisi lain juga terdapat infrastruktur hijau yang sulit diakses oleh masyarakat, bahkan infrastruktur hijau tersebut cenderung tidak berfungsi secara optimal keberadaannya karena faktor tertentu, seperti lokasinya yang tidak strategis. Selain itu juga dimungkinkan adanya lokasi yang belum tersedia infrastruktur hijau dengan intensitas yang mencukupi, jika dilihat dari kondisi lingkungan di sekitarnya. Ketidakoptimalan ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut adalah konfigurasi ruang di sekitar infrastruktur hijau yang ada. Konfigurasi ruang dalam sebuah sistem akan menyebabkan dampak dalam pergerakan guna meningkatkan kualitas sebuah kawasan. Untuk mengidentifikasi bagaimana kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau, dan juga seberapa efektif keberadaan infrastruktur hijau di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta, maka perlu dilakukan penelitian. Penelitian dalam hal ini berkaitan erat dengan aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau. Selanjutnya aspek aksesibilitas tersebut sangat berkaitan dengan konfigurasi ruang, sehingga diperlukan sebuah metode analisis yang dapat mengidentifikasi konfigurasi ruang Kecamatan Gondokusuman. Untuk itu, dipilih metode space syntax sebagai alat kaji, dikarenakan metode ini merupakan sebuah teori dan metode dalam menganalisis ruang yang menggunakan konfigurasi ruang sebagai unsur utama. Pengkajian menggunakan space syntax dirasa relevan untuk melakukan penelitian ini mengingat belum terlalu banyak kajian untuk memaksimalkan fungsi infrastruktur hijau dengan mengintervensi konfigurasi ruang yang ada. Konfigurasi ruang adalah suatu hubungan atau keterkaitan suatu ruang yang ditimbulkan oleh kehadiran bersama (co presence) dari unsur ketiga secara simultan. Adapun langkah dalam penelitian ini di antaranya dengan melakukan direct observation yaitu menggunakan count gate map. Selanjutnya dilakukan analisis data mengunakan simulasi perangkat lunak (depthmap). Pada teori space syntax, terdapat elemen-elemen penting dalam melihat komponen spasial yaitu tampilan garis (axiality) dan tampilan bidang (convex). Selain itu, untuk beberapa kasus perlu dilakukan analisis aksesibilitas kawasan 3

mengunakan pendekatan visibilitas yaitu visual graphic analysis (VGA). Adapun analisis dalam penelitian ini lebih berfokus pada aspek aksial, mengingat skala ruang yang menjadi obyek penelitian adalah wilayah kecamatan, serta lebih mengamati bagaimana pergerakan manusia khususnya dengan kendaraan bermotor. Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menggambarkan kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau, khususnya ruang terbuka hijau di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini juga dimunculkan beberapa alternatif skenario terkait rekayasa konfigurasi ruang dengan metode space syntax serta skenario lain, guna mengoptimalkan fungsi ruang dan infrastruktur hijau Kecamatan Gondokusuman, sehingga tercipta kondisi ruang kota yang nyaman. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi alat evaluasi terkait penataan ruang di Kecamatan Gondokusuman serta Kota Yogyakarta, khususnya menyangkut penentuan lokasi infrastruktur hijau. 1.2 Rumusan Masalah Keberadaan infrastruktur hijau, dalam hal ini RTH perkotaan, menjadikan suatu kota terasa nyaman bagi masyarakat. Infrastruktur hijau dapat memberikan nuansa teduh dan berperan penting dalam mengurangi emisi gas CO di tengah kondisi kota yang padat akan kendaraan. Selain itu, infrastruktur hijau seperti RTH dapat digunakan untuk tempat beraktivitas bagi masyarakat. Ditinjau dari konfigurasi ruangnya, kondisi infrastruktrur hijau di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta memiliki pola tertentu, yang selanjutnya akan dibahas dalam penelitian ini. Dari beberapa infrastruktur hijau yang ada, dimungkinkan terdapat beberapa RTH yang keberadaannya belum banyak diakses oleh masyarakat. Dengan demikian keberadaannya belum berfungsi secara optimal. Mungkin juga dijumpai beberapa area yang memerlukan keberadaan infrastruktur hijau seperti RTH, namun belum terlayani secara optimal. 4

Untuk itu, terdapat dua pertanyaan penelitian yang akan menjadi pembahasan utama dalam penelitian ini. Adapun dua pertanyaan penelitian tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta? 2. Seperti apa skenario yang dapat diterapkan di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta sehingga tercapai fungsi infrastruktur hijau yang optimal, dalam artian lebih memberikan kenyamanan pada ruang kota dengan mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. 2. Menemukan skenario yang dapat diterapkan di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta sehingga tercapai fungsi infrastruktur hijau yang optimal, dalam artian lebih memberikan kenyamanan pada ruang kota dengan mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor. 1.4 Batasan Penelitian Batasan dan lingkup dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1.4.1 Fokus Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah identifikasi mengenai kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau di Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta berdasarkan konfigurasi ruang dengan analisis space syntax. Di samping itu, penelitian ini juga menampilkan simulasi space syntax terkait konfigurasi ruang yang ideal di Kecamatan Gondokusuman, serta skenario lain untuk mencapai fungsi infrastruktur hijau yang optimal. 1.4.2 Lokasi Penelitian Lokasi yang menjadi obyek amatan dalam penelitian ini adalah wilayah Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta dan sekitarnya. 5

1.4.3 Waktu Penelitian Rentang waktu yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah pada tahun 2014. 1.5 Keaslian Penelitian Setelah melihat beberapa referensi serta melakukan pencarian di internet, didapatkan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan. Penelitian terkait aksesibilitas masyarakat terhadap infrastruktur hijau dengan penggunaan space syntax masih belum banyak dijumpai. Penelitian terkait yang sudah pernah dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Interkonektivitas Ruang Publik sebagai Peningkat Kualitas Kawasan Permukiman Tepian Sungai Gajah Wong Menggunakan Space Syntax Penelitian ini dilakukan oleh Maharani Isabella pada tahun 2012. Dalam penelitiannya tersebut, Isabella lebih menekankan pada peran ruang publik pada kawasan permukiman di tepian Sungai Gajah Wong. Hasil dari penelitian tersebut menggambarkan bahwa ruang publik berperan dalam meningkatkan aktivitas yang ada di permukiman tepian Sungai Gajah Wong. 2. Kajian Simulasi Space Syntax Konsolidasi Ruang Huni Kampung Kota di Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut dilakukan oleh Wiwin Barada pada tahun 2013. Dalam penelitiannya, Barada berfokus pada kajian mengenai analisis space syntax serta bagaimana mensimulasikan konfigurasi ruang di kawasan penelitian untuk mencapai kondisi yang optimal sebagai ruang huni. Barada mengambil beberapa kampung kota di Yogyakarta sebagai sampel dalam penelitiannya. Hasilnya berupa alternatif-alternatif pengembangan kawasan melalui pengubahan konfigurasi ruang dengan metode space syntax. 3. Penataan Permeabilitas Pemukiman Nelayan di Pesisir Kota Tuban dengan Pendekatan Space Syntax- Studi Kasus: Kawasan Kampung Nelayan Kota Tuban 6

Penelitian ini dilakukan oleh Bayu Arieffirsandy pada tahun 2012. Arieffirsandy dalam penelitiannya ini lebih menekankan pada desain kawasan Permukiman Nelayan di Pesisir Kota Tuban dengan pendekatan space syntax. Hasil studi ini berupa alternatif penataan konfigurasi ruang pada kawasan Permukiman Nelayan di Pesisir Kota Tuban. 1.6 Struktur Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan, tujuan, dan manfaat serta alur penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Berisikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, mulai dari persiapan, penyajian data, analisis dan pembahasan sampai penarikan kesimpulan dari penelitian yang dibuat. BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELTIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai kondisi obyek penelitian, dalam hal ini terkait kondisi Kecamatan Gondokusuman, baik halhal yang bersifat fisik maupun nonfisik. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dijabarkan mengenai hasil analisis terkait data-data yang ada, serta dielaborasi dengan teori-teori terkait. Pembahasan dituangkan dalam bentuk deskripsi, tabel, peta, gambar serta grafik yang relevan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan akhir dari penuliasn penelitian, yang akan berisi mengenai keimpulan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu juga disampaikan saran dan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut. 7