lib.archiplan.ugm.ac.id
|
|
- Widya Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat lahan terbangun. Kepadatan bangunan yang tinggi terutama pada kota tropis, memicu terjadinya peningkatan suhu udara di lingkungan perkotaan. Karyono (2013) menyatakan bahwa kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi juga menyebabkan kecepatan angin di dalam kota berkurang secara mencolok dibandingkan kawasan rural yang masih terbuka. Kondisi suhu udara yang tinggi disertai dengan menurunnya kecepatan angin di dalam kota akan berdampak pada ketidaknyamanan termal perkotaan. Sebuah kota yang tidak menyediakan outdoor space yang nyaman termal akan membuat sedikitnya orang untuk menghabiskan waktunya berada di ruang luar Pentingnya Ventilasi Perkotaan Memon,dkk (2010) menyatakan bahwa aliran udara merupakan faktor alami yang sangat penting untuk membantu menurunkan temperatur udara perkotaan. Aliran udara membantu proses pendinginan alami pada permukaan kulit manusia, selubung bangunan, dan penutup tanah. Ventilasi perkotaan atau yang biasa dikenal dengan istilah urban ventilation merupakan upaya pengaliran udara di lingkungan perkotaan berkepadatan tinggi. Urban ventilation melalui tubuh manusia akan meningkatkan pelepasan panas dan mengurangi heat stress terutama di perkotaan beriklim tropis lembab (Ng, 2010). Upaya ini 1
2 dilakukan dengan mengaktifkan aliran udara di antara bangunan dan mengalirkannya menuju ruang-ruang kota. Elemen fisik perkotaan, terutama bangunan, mendukung terciptanya jalur udara di perkotaan. Interaksi antar bangunan dapat berperan sebagai koridor angin serta menangkap angin potensial yang terjadi di perkotaan melalui berbagai ketinggiannya. Yamamoto (2006) dalam paparannya yang berjudul Measure Mitigate Urban Heat Island menyatakan bahwa sungai berfungsi sebagai wind path. Sungai menjadi koridor angin yang berperan menunjang terciptanya ventilasi potensial bagi kawasan yang berada di sekitarnya. Sugawara, dkk (2009) mengemukakan bahwa efek wind path sungai efektif dalam mendinginkan lingkungan di sekitar tepian sungai. Upaya ventilasi potensial dari sungai tetap tergantung pada kondisi kepadatan kawasan yang ada disekitar sungai. Idealnya kawasan tepi sungai, melalui penataannya, dapat memanfaatkan potensi sungai sebagai wind path tersebut untuk menunjang ventilasi potensial yang terjadi di setiap ruang kawasannya Permukiman Padat Tepi Sungai Winongo, Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta dilalui oleh 3 (tiga) sungai, salah satunya yaitu Sungai Winongo. Lahan yang berada disepanjang tepian Sungai Winongo dijadikan alternatif lokasi bermukim oleh golongan masyarakat menengah ke bawah karena keterbatasan lahan yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan hunian yang padat dan tumbuh berdesak-desakan hingga menjorok ke badan sungai menjadikan kawasan tepi Sungai Winongo identik dengan sebutan kawasan kumuh. Sungai Winongo saat ini dapat dikatakan sebagai sebuah kawasan di tengah kota yang tidak sehat, tidak turistik dan tidak produktif (Datin SDA, 2012, 2
3 winongo). Kepadatan permukiman di tepi Sungai Winongo ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat. Pemerintah telah membentuk Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) pada tahun 2009 untuk mengurai permasalahan di Sungai Winongo. Gubernur Provinsi DIY menyatakan bahwa konsep pengembangan kawasan Sungai Winongo menjadi tujuan wisata 2030, yang telah dirancang oleh masyarakat bersama Forum Komunikasi Winongo Asri, tidak akan terwujud jika keberadaan rumah-rumah yang ada di pinggir sungai tidak ditata dengan baik dan juga tidak dimundurkan jaraknya dari sungai (Cahyono, 2012, pengembangan-winongo-diperbaiki). Berdasarkan Bappeda Kota Yogyakarta (2009), wilayah Sungai Winongo yang melalui Kota Yogyakarta dibagi menjadi tiga wilayah berdasarkan karakteristik fisik wilayah, sosial, budaya dan kemudahan koordinasi antara masyarakat sisi timur dan barat sungai. Pembagian wilayah koordinasi tersebut terdiri dari wilayah Utara (segmen 1, 2, dan 3), wilayah Tengah (segmen 4 dan 5), dan wilayah Selatan (segmen 6,7, dan 8). 3
4 hi pl an.u gm c. id rc lib Gambar 1.1. Peta Sungai Winongo dengan pembagian segmen Sumber : Laporan Antara Revitalisasi Sungai Winongo Kota Yogyakarta, Bappeda Kota Yogyakarta, Berdasarkan Bappeda Kota Yogyakarta (2009) dalam Laporan Antara Revitalisasi Sungai Winongo, wilayah Utara masih banyak terdapat Ruang Tebuka Hijau jika dibandingkan dengan wilayah Tengah dan wilayah Selatan. Wilayah tengah dan wilayah selatan merupakan wilayah permukiman penduduk 4
5 berkepadatan tinggi yang menggerus keberadaan dari RTH. Dari peta klasifikasi tutupan lahan dan suhu permukaan Kota Yogyakarta (Wicahyani, 2012) juga menunjukkan bahwa wilayah Tengah dan Selatan merupakan wilayah yang lib rc hi pl an.u gm c. id didominasi lahan terbangun dan memiliki suhu permukaan yang tinggi. Gambar 1.2. Peta klasifikasi tutupan lahan wilayah Sungai Winongo Sumber : Digambar ulang berdasarkan Wicahyani, Pulau Bahang Kota (UHI) Di Yogyakarta Hasil Interpretasi Citra Landsat 2012,
6 hi pl an.u gm c. id rc lib Gambar 1.3. Peta klasifikasi suhu permukaan wilayah Sungai Winongo Sumber : Digambar ulang berdasarkan Wicahyani, Pulau Bahang Kota (UHI) Di Yogyakarta Hasil Interpretasi Citra Landsat 2012, Keberadaan Sungai Winongo yang melalui kota Yogyakarta ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau dan ruang publik serta sekaligus dapat berperan sebagai koridor ventilasi kota untuk membantu meredam tingginya suhu udara yang terjadi di Kota Yogyakarta. 6
7 Kampung Suryowijayan Dan Sindurejan Kampung Suryowijayan dan Sindurejan merupakan dua kawasan permukiman padat penduduk di tepian Sungai Winongo yang berada di segmen 7, wilayah koordinasi selatan Sungai Winongo (berdasarkan Laporan Antara Revitalisasi Sungai Winongo, Bappeda Kota Yogyakarta, 2009). Kampung Suryowijayan berada di sisi timur sungai dan Kampung Sindurejan berada di sisi barat sungai Ketua FKWA, Oleg Yohan, menyatakan bahwa wilayah kawasan Suryowijayan dan Sindurejan (segmen 7) merupakan salah satu kawasan yang juga belum tergarap untuk dibangun Ruang Terbuka Hijau (FKWA, 2012, wisata.html). Gambar 1.4. Lokasi segmen kawasan Sungai Winongo, wilayah Suryowijayan dan Sindurejan Sumber : Peta citra Google Earth Keberadaan permukiman padat di kedua kampung ini berada di area di area bantaran sungainya. Hunian-hunian yang ada di kedua kawasan ini didirikan secara berdempet-dempetan oleh warga sehingga mengurangi keberadaan dari ruang terbuka. Pembangunan hunian yang tidak teratur tersebut juga banyak menciptakan lorong-lorong sempit di antara bangunan yang dijadikan sebagai akses bagi masyarakat setempat. Bangunan-bangunan yang ada di kawasan rata-rata berdiri penuh diatas lahan masing-masing. 7
8 Pembangunan hunian yang dilakukan masyarakat setempat secara spontan ini membuat tatanan bangunan yang ada di kedua kawasan tidak teratur dan berkesan kumuh. Hal ini juga akan berdampak pada kesehatan lingkungan masyarakat setempat. Ketika dilakukan pengamatan awal, diperoleh informasi yang mengindikasikan ketidaknyamanan termal serta tidak lancarnya pengaliran udara yang terjadi di ruang luar kawasan. Hal ini terlihat dari perilaku penanggalan pakaian yang dilakukan warga ketika beraktivitas di ruang luar yang berada di dekat rumahnya. Di lokasi juga terlihat perilaku warga yang kebanyakan bergerak menuju tepi sungai untuk mencari angin segar sambil menanggalkan pakaian. Pengukuran suhu udara awal dilakukan di beberapa ruang luar dengan karakter yang berbeda pada siang hari. Suhu udara yang terjadi berkisar antara 30ºC hingga 32ºC. Pada ruang terbuka yang berada dikelilingi bangunan, dengan penggunaan perkerasan dan tidak adanya vegetasi, suhu udara lebih tinggi serta hembusan angin yang terjadi rendah. Pada lorong-lorong sempit diantara bangunan, suhu udara lebih rendah karena terbayangi oleh bangunan namun aliran udara yang terjadi juga rendah. Ruang terbuka yang dilalui oleh hembusan angin dan terbayangi oleh keberadaan pohon ataupun bangunan memiliki suhu udara yang lebih rendah. Sudah semestinya kedua kawasan permukiman yang dilalui Sungai Winongo ini dilakukan penataan dengan memanfaatkan potensi sungai sebagai wind path guna mendukung terwujudnya kenyamanan termal dan kesehatan lingkungan kawasan. Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah kota untuk mengurangi kepadatan serta menambah ruang terbuka hijau di area permukiman tepi Sungai Winongo. 8
9 1.2. Rumusan Permasalahan 1. Pembangunan yang pesat di perkotaan memicu peningkatan suhu udara dan menurunkan kecepatan angin di dalam kota yang berdampak pada menurunnya kualitas kenyamanan termal ruang kota. 2. Kondisi kawasan permukiman tepi sungai yang tidak tertata dengan tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi selain memperburuk kualitas lingkungan, juga turut menghambat kelancaran pengaliran udara/ventilasi yang terjadi di ruang luar kawasan permukiman tepi sungai Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1. Penelitian ini masih berada dalam lingkup penelitian tentang kenyamanan termal sebagai lingkup besar penelitian. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2014 yang merupakan bulan musim panas. Lingkup kajian dibatasi pada aspek tata massa bangunan permukiman tepi sungai. 2. Lingkup wilayah penelitian berada di satu segmen/ penggal kawasan yang dilalui oleh Sungai Winongo yang berada di Kampung Suryowijayan dan Sindurejan. Wilayah ini dipilih karena Sungai Winongo yang melalui kedua wilayah ini termasuk memiliki badan sungai dengan dimensi yang lebih lebar dibandingkan aliran Sungai Winongo yang melalui wilayah lainnya di Kota Yogyakarta (dalam (berkaitan dengan potensi wind path yang besar). Selain itu juga, kondisi lekukan alur sungai yang melalui segmen ini tidak terlalu berkelok (mengisyaratkan bahwa kondisi pergerakan angin melalui sungai tidak banyak mengalami gangguan). 9
10 hi pl an.u gm c. id Gambar 1.5. Peta lokasi segmen/penggal kawasan Sungai Winongo, wilayah Suryowijayan dan Sindurejan Sumber : Peta citra Google Earth 1.4. Pertanyaan Penelitian 1. Seperti apa kondisi ventilasi yang terjadi di ruang luar permukiman tepi Sungai Winongo, yang mencakup wilayah Kampung Suryowijayan dan rc Sindurejan? 2. Elemen apa saja yang berpengaruh terhadap ventilasi di ruang luar lib kawasan permukiman tepi sungai Winongo, yang mencakup wilayah Kampung Suryowijayan dan Sindurejan? 3. Bagaimana arahan desain penataan kawasan yang mampu mengoptimalkan ventilasi di ruang luar permukiman tepi Sungai Winongo, yang mencakup wilayah Kampung Suryowijayan dan Sindurejan? 10
11 1.5. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan kondisi ventilasi yang terjadi di ruang luar kawasan permukiman padat tepi Sungai Winongo. 2. Menjelaskan elemen yang berpengaruh terhadap ventilasi ruang luar di kawasan permukiman padat tepi Sungai Winongo. 3. Menemukan dasar arahan penataan kawasan yang mampu mengoptimalkan ventilasi ruang luar di kawasan permukiman padat tepi Sungai Winongo Manfaat Penelitian 1. Secara akademis/ keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan masukan bagi penerapan teori-teori perencanaan dan perancangan kawasan perkotaan, khususnya materi tentang ventilasi ruang luar di kawasan tepi sungai. 2. Secara praktis studi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi arahan penataan kawasan permukiman tepi Sungai Winongo, khususnya Kampung Suryowijayan dan Sindurejan yang menonjolkan peningkatan kualitas ventilasi ruang luar. 11
12 1.7. Keaslian Penelitian No Nama Judul Metode Fokus Lokus 1 Asri.A. Muhamma d (2012) 2 Mochamad Hilmy (2012) 3 Nurrahmi Kartikawati (2012) 4 Theo Fransisco (2015) Penataan Koridor Urip Sumoharjo Berdasarkan Kenyamanan Termal Dan Kualitas Udara Bagi Pejalan Kaki Urban Ventilation Di Permukiman Bantaran Sungai Kenyamanan Termal Permukiman Kota Penataan Kawasan Permukiman Tepi Sungai Berdasarkan Kajian Ventilasi Ruang metode eksperimental dengan simulasi aplikasi Envi-met 3.1 beta metode eksperimental dengan simulasi aplikasi Envi-met 3.1 beta metode eksperimental dengan simulasi aplikasi Envi-met 3.1 beta metode eksperimental dengan simulasi aplikasi Envi-met 3.1 beta Tabel 1.1. Keaslian penelitian Tatanan ruang dan massa bangunan untuk menciptakan kondisi nyaman termal Urban ventilation Kenyamanan termal permukiman kota Ventilasi ruang permukiman tepi sungai Koridor Jl. Urip Sumoharjo, Yogyakarta Kawasan bantaran Sungai Code, Yogyakarta Kawasan Kauman, Yogyakarta Kawasan Permukiman Tepi Sungai Winongo, Kampung Suryowijayan & Sindurejan, Yogyakarta Secara fokus dan lokus, penelitian ini menyerupai penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Hilmy (2012) yaitu sama-sama berkaitan dengan ventilasi yang terjadi di kawasan tepi sungai. Perbedaannya yaitu penelitian ini penekanannya lebih spesifik kepada elemen tata massa bangunan ditinjau dari sudut pandang urban design/perancangan kota. Pengaliran udara yang terjadi pada ruang luar dengan berbagai karakter merupakan fokus dari penelitian ini. Perbedaan dengan penelitian milik Nurrahmi (2012) dan Muhammad (2012) yaitu pada fokus kajiannya dimana keduanya berfokus pada kenyamanan termal. 12
13 1.8. Sistematika Penulisan 1. BAB I - Pendahuluan: berisi latar belakang mendasar untuk dilakukannya penelitian, rumusan masalah, ruang lingkup dan batasan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. 2. BAB II - Tinjauan Teori: berisi teori mengenai pergerakan angin, wind path sungai, urban ventilation beserta prinsipnya, permukiman tepi sungai, ruang terbuka, serta elemen penataan kawasan, yang kemudian dirangkum sebagai teori penelitian. 3. BAB III - Metode Penelitian: berisi pendekatan metode penelitian, lingkup penelitian, lokasi penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, dan kerangka penelitian. 4. BAB IV - Deskripsi Wilayah Penelitian: berisi gambaran umum wilayah penelitian, kondisi fisik sungai, tata guna lahan, tata massa bangunan, sistem ruang terbuka kawasan, suhu udara dan kelembaban lapangan, kondisi radiasi matahari global, dan pergerakan angin regional Kota Yogyakarta. 5. BAB V - Analisis: berisi analisis kondisi ventilasi ruang eksisting dan analisis kondisi ventilasi ruang dengan berbagai modifikasi elemen dalam upaya optimalisasi. 6. BAB VI. Kesimpulan dan Rekomendasi: berisi kesimpulan dari analisa dan temuan penelitian, rekomendasi penataan kawasan, dan saran. 13
lib.archiplan.ugm.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR BAGAN... xviii INTISARI... xix
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan Pembangunan perkotaan membawa perubahan pada lingkungan fisikdan atmosfer kota. Pada lingukungan
Lebih terperinciBelakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakartaa memiliki empat kelompok kawasan permukiman yaitu lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman di kawasan kolonial, permukiman di kawasan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi
BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kondisi Ventilasi Rug Eksisting Kawas Berdasark hasil-hasil yg telah dipapark pada bab sebelumnya (Bab V) dapat disimpulk bahwa secara umum kondisi ventilasi rug permukim padat tepi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan kota dari tahun ke tahun turut memengaruhi suhu perkotaan. Laporan United Nation tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia tinggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciDAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PARAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vi viii x xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Rumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat... 8 1.3.1 Tujuan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyaman termal menjadi aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan sebuah kawasan (urban development). Kegiatan manusia secara langsung dipengaruhi oleh
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah dirasakan pada hampir seluruh wilayah di dunia dan salah satu dampak yang dirasakan oleh manusia adalah pemanasan global (Dipayana dkk, 2012; DNPI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa tahun terakhir, kegiatan urbanisasi semakin meningkat, tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan berdampak dengan
Lebih terperinciPENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin
PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal dalam permukiman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota adalah pusat pertumbuhan yang ditandai dengan perkembangan jumlah penduduk (baik karena proses alami maupun migrasi), serta pesatnya pembangunan sarana dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena dalam aktivitas perkotaan yang terjadi secara terus menerus. Urbanisasi akan membawa pembangunan perkotaan sebagai tanggapan dari bertambahnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi geografis daerah kajian Kota Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang berkembang pada wilayah pesisir. Keberadaan pelabuhan dan bandara menjadikan Jakarta
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta dalam sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di bidang pendidikan dan pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh topografi (punggung bukit) sehingga air hujan yang jatuh di dalamnya akan diresapkan, disimpan,
Lebih terperinciBAB IV ANALISA TAPAK
BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan running modifikasi, didapatkan beberapa temuan, diantaranya sebagai berikut
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kampung kota adalah fenomena yang timbul dari pesatnya pembangunan perkotaan akibat besarnya arus urbanisasi dari desa menuju ke kota. Menurut Rahmi dan Setiawan dalam
Lebih terperincike segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan
Kota memiliki keterbatasan lahan, namun pemanfaatan lahan kota yang terus meningkat mengakibatkan pembangunan kota sering meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan-lahan pertumbuhan banyak yang dialihfungsikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Kota Pekalongan Perkembangan kawasan perkotaan di Indonesia saat ini cukup pesat, khususnya pada kota-kota yang mempunyai kegiatan perekonomian utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya
Lebih terperinciBAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar
BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT lingkungan yang mampu menyembuhkan SUASANA Menghubungkan ruang luar dengan ruang dalam terutama pada area yang difokuskan untuk kesembuhan pasien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id
BAB 1 PENDAHULUAN Lingkungan adalah bagian tidak terpisahkan dari hidup kita sebagai tempat di mana kita tumbuh, kita berpijak, kita hidup. Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Ruang merupakan wadah atau setting yang dapat mempengaruhi pelaku atau pengguna. Ruang sebagai salah satu komponen arsitektur menjadi sangat penting dalam hubungan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciBAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS
BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah
Lebih terperinciPenerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
Lebih terperinciAR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS
BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok
III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi
ANALISIS PRIORITAS PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH PERMUKIMAN MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN KOTAGEDE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi dengan alam sekelilingnya atau lingkungannya. Seiring dengan perkembangan zaman,
Lebih terperinciPerancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin
G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciGEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.
GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini.
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan dari penelitian ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian berdasarkan hasil observasi, pemaparan, identifikasi, dan analisis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis
Lebih terperinciKAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG
KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR
LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011 Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley 1961 dalam LO 1996). Peta penutupan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan suatu kota dapat terefleksikan dengan mudah pada ruang publik kotanya. Jalan adalah salah satu ruang publik kota yang sudah semestinya ada sebagai elemen utama access
Lebih terperinciBAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI
BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa
Lebih terperinciRESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor tekanan lingkungan pada manusia yang tinggal di daerah perkotaan adalah efek dari kondisi iklim artifisial, yang terjadi pada lingkungan eksternal
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad
Lebih terperinciTabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )
8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan pertambahan penduduk menyebabkan kebutuhan manusia semakin meningkat. Dalam lingkup lingkungan perkotaan keadaan tersebut membuat pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG. I Latar Belakang Perancangan. Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer.
BAB I PNDAHULUAN I. 1. LATAR BLAKANG I. 1. 1. Latar Belakang Perancangan Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan primer. Diantaranya yaitu tempat tinggal. Tempat tinggal atau rumah merupakan kulit ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu topik yang menjadi konsentrasi pembicaraan di berbagai negara pada saat ini adalah mengenai nilai konsep pembangunan berkelanjutan dalam berbagai penyelesaian
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Sentra Agrobisnis Anjuk Ladang menggunakan konsep Power of Climate, dengan konsep tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan tema dari Working With Climate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pengabutan air merupakan suatu sistem pendinginan udara luar ruangan yang ramah lingkungan. Sistem pengabut air yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciBAB 1. Langkah Awal. Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk
BAB 1 Langkah Awal Cuaca panas kota Medan di siang hari merupakan tantangan besar untuk penduduknya, bagaimana tidak dengan rata-rata suhu bisa mencapai 32 derajat celcius 5 dapat dibayangkan seberapa
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Transportasi Kota Pertumbuhan penduduk khususnya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya pertumbuhan penduduk ini disertai
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
6 3.3.5 Persamaan Hubungan RTH dengan Suhu Udara Penjelasan secara ilmiah mengenai laju pemanasan/pendinginan suhu udara akibat pengurangan atau penambahan RTH adalah mengikuti hukum pendinginan Newton,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STUDI KASUS
BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH) pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar
Lebih terperinci