CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K)

dokumen-dokumen yang mirip
NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1. Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia

PROSEDUR PEMERIKSAAN MRI YANG TERSTANDART

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

Magnetic Resonance Image. By Arman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

TANDA-TANDA RADIOLOGIK

Bahan Ajar (Hand Out) PENCITRAAN (IMEJING) PADA BIDANG ONKOLOGI

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

e) Faal hati f) Faal ginjal g) Biopsi endometrium/

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BLOK ELECTIVE. Oleh : Dr.Evo Elidar Hrp.Sp.Rad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Berapa Lama Terapi ECCT?

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

RONTGEN Rontgen sinar X

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

REFLEKSI DIRI MINGGU I

BAB I PENDAHULUAN. (USRDS) menunjukkan prevalens rate penderita penyakit ginjal di Amerika

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

Dalam pemberian paparan radiologi diagnostik harus dipastikan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Low back pain (selanjutnya disebut LBP) merupakan. salah satu kelainan muskuloskeletal yang paling sering

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

ABSTRAK. Kata kunci : rekam medis elektronik, rumah sakit, sistem informasi. vii. Universitas Kristen Maranatha

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMAGING KEGANASAN PANKREATOBILIARIS RISTA D. SOETIKNO

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

MODUL 3 SKENARIO 3 : HARUSKAH DIAMPUTASI?

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK MIGRAIN DI RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN (RSUP) DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2010 JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

Pendahuluan. Cedera kepala penyebab utama morbiditas dan mortalitas Adanya berbagai program pencegahan

REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. Cedera otak traumatik (traumatic brain injury) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningioma adalah tumor jinak pada CNS yang. berasal dari selubung meninges pada otak dan korda

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan kausanya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

(Assessment of The Ear)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah

Peranan Radiologi Intervensi Pada Kanker Paru. Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Menurut World Health

Ekspertise Efusi Pleura

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

Peran Contrast Enhanced Ultrasound (CEUS) dibandingkan CT Scan dalam diagnosis Karsinoma Hepatoseluler

TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS. dr. Bambang Satoto,Sp.Rad(K),M.Kes Departemen Radiology F.K Undip /RSUP Dr Kariadi Semarang

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Leukimia TUGAS 1. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Browsing Informasi Ilmiah. Editor : LUPIYANAH G1C D4 ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menurun. World Health Organization (WHO) menggolongkan lansia

Dalam tubuh manusia posisi momentum inti atom tersebut berserakan arahnya,bila atom tersebut diletakkan dalam medan magnit, maka inti akan terarah

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

RANGKUMAN. Varikokel adalah pelebaran abnormal vena-vena di dalam testis maupun

TINGKAT PENGGUNAAN CT-SCAN PADA PEMERIKSAAN FRAKTUR MAKSILLA DI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN` gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung. stroke hemoragik (American Heart Association, 2013).

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

NEUROBLASTOMA,NEFROBLASTOMA, RETINOBLASTOMA. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

1. Ankle/ Ankle Bilateral (AP/LAT/Keduanya) Rp RSUD Dr. (H.C.) Ir. SOEKARNO PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jaman kebutuhan hidup manusia. semakin meningkat, manusia tidak akan pernah lepas dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. klinis cedera kepala akibat trauma adalah Glasgow Coma Scale (GCS), skala klinis yang

Transkripsi:

CT AND MRI WHICH IS THE BEST? dr. EDDY SUDIJANTO, Sp.Rad(K)

JADI KAPAN KITA MENGGUNAKAN CT ATAU MRI???

CT: Computed Tomography X ray DASAR CT AND MRI MRI: Magnetic Resonance Imaging medan magnet + radio frequency

CT KELEBIHAN VS MRI Scanning CT lebih cepat Harga lebih murah Kurang sensitif terhadap pergerakan dibanding MRI cocok untuk pasien tidak kooperatif dan tidak bisa mengatur nafas Lebih dapat diterima pasien dengan claustrophobia Lebih baik untuk evaluasi korteks tulang Lebih baik untuk deteksi kalsifikasi dan benda asing metal Lebih aman untuk pasien dengan peralatan media implant seperti alat pacu jantung, klip vaskuler feromagnetik dan stimulator saraf Advanced CT contoh: CT perfusi, CT colonography Tidak menggunakan radiasi pengion Mengevaluasi soft tissue dengan detil lebih baik Bila dibutuhkan kontras, maka kontras MRI (gadolinium) memiliki resikoalergi yang lebih kecil dibanding kontras CT (iodine) MRI dapat untuk mengevaluasi struktur yang tertutup oleh aretefak tulang maupun metal Advanced MRI: evaluasi perfusi, fungsi organ, metabolisme dan struktur jaras saraf

CT KEKURANGAN VS MRI Menggunakan radiasi pengion pertimbangkan proteksi radiasi Kurang baik untuk soft tissue Resiko alergi kontras lebih besar Artefak tulang / metal menutupi organ yang akan dinilai Scanning lama Harga mahal Sangat sensitif terhadap pergerakan Gantry kecil cemas untuk pasien claustrophobia kadang memerlukan sedasi, bila pasien disedasi sulit untuk mengendalikan nafas (untuk MRI toraks dan abdomen) Kurang baik untuk evaluasi tulang kortikal Tidak cocok untuk pasien dengan implant perlu cek list

PENUNJANG LAIN RADIOLOGI RADIOLOGI KONVENSIONAL USG CT LAB MRI DIAGNOSIS PEMERIKSAAN FISIK ANAMNESIS

HEAD AND NECK NEURORADIOLOGY

TRAUMA KEPALA DENGAN PERDARAHAN AKUT CT POLOS MR GRE Scan lebih cepat, kurang sensitf terhadap pergerakan sesuai untuk pasien trauma kepala yang tidak kooperatif Mengevaluasi perdarahan akut intra kranial lebih baik lesi hiperdens Mengevaluasi tulang kortikal lebih baik fraktur cranium lebih jelas Perdarahan sekuen GRE Kurang baik untuk perdarahan akut Sulit evaluasi fraktur Waktu lama dan sangat sensitif terhadap pergerakan tidak cocok untuk pasien penurunan kesadaran yang tidak kooperatif Digunakan untuk evaluasi pasien dengan diffuse axonal injury

KASUS STROKE NON HEMORRHAGIC CT POLOS MR DWI MR ADC Fase hyperakut (3-6 jam): Kurang sensitif belum jelas terlihat hipodens semakin lama lesi hipodens makin nyata onset klinis penting Keuntungan pemeriksaan cepat, terutama untuk pasien dengan nonkooperatif Fase hyperakut (3-6 jam): Sensitif Sekuen DWI hiperintens ADC hipointens FLAIR hiperintens MR perfusion hipoperfusi Pemilihan sekuen harus tepat lihat onset klinis

KASUS STROKE NON HEMORRHAGIC CT POLOS MR PERFUSI MR DWI SNH HYPERAKUT

KASUS STROKE NON HEMORRHAGIC CT POLOS Evolusi SNH pada CT scan polos: Lesi tidak jelas pada fase akut semakin lama lesi hipodens semakin jelas

KASUS STROKE NON HEMORRHAGIC KRONIS CT Fase kronis: Sensitif Tampak sebagai lesi hipodens (lebih hitam dari akut) MRI Fase kronis : Sensitif T1 dan T2 sudah cukup sensitif pade fase ini

KASUS NEOPLASMA INTRACRANIAL Massa : lokasi, area nekrotik, kalsifikasi, perluasan, enhancement Komplikasi: edema, herniasi, perdarahan Keterlibatan tulang cranium (hyperostosis, sklerosis destruksi) CT: Tanpa kontras: Kurang sensitif CT scan + contrast meningkatkan nilai diagnostic Superior untuk tumor dengan kalsifikasi atau perdarahan Superior untuk menilai keterlibagtan cranium MRI: Sekuen T1WI, T2WI, T1+c, MRS, MR perfusi Superior untuk menilai jenis tumor, intra atau extra axial, perluasan ke nervus cranialis atau meningen Penilaian keterlibatan tulang kurang baik

KASUS NEOPLASMA INTRACRANIAL Contoh tumor dengan keterlibatan tulang (hyperostosis): olfactory groove meningioma Olfactory groovre meningioma CT: Massa hiperdens dengan kontras Pada bone window: hyperostosis dan keterlibatan sinus CT dengan kontras sphnoidalis tampak jelas Olfactory groovre meningioma MRI: Massa lebih jelas dari CT Hiperostosis tidak jelas terlihat MRI T1 dengan kontras

KASUS NEOPLASMA INTRACRANIAL MR Spectroscopy MR Perfusi MR fungsional MR DTI / tractografi Advance MRI: MR Spectroscopy metabolisme sel sel MR perfusi supply pembuluh darah cerebri MR fungsional fungsi masing masing area otak DTI / tractografi perluasan lesi ke jaras saraf / serabut saraf

CT dengan kontras LIMFADENOPATI LEHER MRI dengan kontras CT Kelenjar getah bening dapat terlihat jelas dengan CT scan kontras Kalsifikasi dan area nekrosis pada pembesaran kelenjar getah bening juga dapat terlihat dengan baik MRI: Kelenjar getah bening terlihat lebih jelas dari pada CT Kalsifikasi kelenjar getah bening kurang jelas daripada CT

ARTERI NORMAL PADA OTAK Brain CTA Brain MRA

VENA NORMAL PADA OTAK Brain CTV Brain MRV

THORAX DAN CARDIOVASKULER

KASUS : KECURIGAAN NODUL PARU PADA X FOTO THORAKS PADA CT DAN MRI TERBUKTI SEBAGAI PNEUMONIA T1WI CT lung window T2WI FSE CT: Lesi paru terlihat lebih jelas (lesi lebih jelas terlihat sebagai konsolidasi) Batas vaskuler lebih jelas Pada lung window: bronchus dan percabangan lebih jelas MRI: Lesi paru kurang jelas dibandingkan CT. Pleura dan soft tissue lebih jelas Batas vaskuler jelas Sering artefak karena pergerakan nafas

KASUS PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG CT: Anatomi dan kelainan vaskuler lebih jelas Kalsifikasi a. cornaria ca score Bisa digunakan untuk pasien dengan alat pacu jantung MRI: Detail myocard, soft tissue, viabilitas dan fungsi lainnya lebih baik Stress test diagnosis lebih spesifik

ABDOMEN

KASUS BATU KANDUNG EMPEDU (CHOLESISTOLITHIASIS) CT POLOS MRI MRCP CT CT tanpa kontras superior untuk melihat batu MRI MRI tanpa kontras superior untuk melihat batu Sistem biliar terlihat lebih jelas MRCP visualisasi batu dan sistem bilier lebih jelas gambaran 3 D

KASUS BATU COMMON BILIARY DUCT (CHOLEDOCHOLITHIASIS) CT DENGAN KONTRAS MRI FSE MRCP CT Terlihat sebagai lesi hiperdens target sign Obstruksi bilier tidak sejelas MRI MRI MRI lebih superior untuk melihat batu salurn kemih dan keterlibatan sistem bilier daripada CT MRCP visualisasi batu dan sistem bilier lebih jelas gambaran 3 D

MRCP PADA BEBERAPA KASUS Batu kandung empedu dan CBD MRCP normal Batu CBD

Klatskin Tumor MRCP PADA BEBERAPA KASUS Striktur common hepatic duct Ca caput pancreas dengan double duct sign

CT CT dengan kontras superior untuk diferensiasi nodul hepar (CT scan 3 fase) enhance pada fase arteri dan wash out pada fase vena MRI MRI scan dengan kontras superior untuk diferensiasi nodul hepar Digunakan bila pada CT diferensiasi tidak jelas Mahal KASUS TUMOR HEPAR (HCC) CT dengan kontras MRI dengan kontras

KASUS HIPERTENSI PORTA CT dengan kontras MIP MRA CT CT dengan kontras lebih superior untuk melihat vaskuler daripada MRI (Pelebaran dan turtousity vaskuler jelas) MRI Superior untuk melihat vaskuler Artefak pergerakan nafas yang tidak adekuat kadang mengaburkan

KASUS PASIEN RCC DENGAN PERLUASAN KE DINDING PERUT CT dengan kontras MRI T1 dengan kontras CT: Massa RCC terlihat cukup jelas Soft tissue tidak terlalu jelas extensi ke usus, m. psoas (p), dinding perut tidak jelas MRI: Massa RCC terliht lebih jelas Soft tissue terlihat sangat jelas terbukti massa tidak menginvasi m. psoas (p) tetapi menginvasi dinding perut dan usus

KASUS PASIEN THROMBOSIS V. RENALIS CT dengan kontras MRI T1 dengan kontras CT: Lesi vaskuler terlihat jelas pada CT dengan kontras MRI: Lesi vaskuler terlihat jelas pada MRI dengan kontras

MUSKULOSKELETAL DAN SPINE

PATAH TULANG CT bone window, 3D, CTA MRI CT CT lebh superior dari MRI untuk patah tulang kortikal Morfologi fraktur evaluasi lebih jelas secara 3D Keterlibatan pembuluh darah lebih jelas pada CT panah putih : ruptur vaskuler MRI Patah tulang kortikal lebih sulit dinilai dibanding CT Menilai sumsum tulang lebih baik (lingkaran merah: bone bruish) Superior untuk menilai : edema, ketrerlibatan soft tissue (ligament, tendon, otot, tulang rawan)

RUPTUR PCL DISERTAI FRAKTUR CT bone window dan soft tissue window MRI CT Ligamen tidak tervisualisasi dengan jelas Fraktur kecil lebih terlihat pada Ct daripada MRI MRI Ruptur ligament terliaht jelas dengan MRI Fraktur tak terlihat jelas

HNP CT bone window MRI T2WI CT Gambaran herniasi diskus tidak jelas, hanya terlihat sebagai lesi isodens Pendesakan HNP ke canalis spinalis dan penekanan ke saraf tidak terlihat MRI Paling baik untuk menilai HNP Herniasi diskus, penonjolan ke canalis spinalis dan pendesakan ke saraf terlihat jelas

MASSA DESTRUKTIF PADA VERTEBRA DAN MEDULLA SPINALIS CT bone window MRI T2WI CT Destruksi tulang terlihat lebih jelas menggunakan CT Adanya massa tidak terlihat dengan menggunakan CT MRI Pada MRI destruksi tulang tidak jelas terlihat, kondisi sumsum tulang yang terinfiltrasi massa dengan massa paravertebral terlihat jelas Penekanan ke saraf dan medulla spinalis jelas

KESIMPULAN CT dan MRI memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing saling melengkapi Pemilihan jenis dan sekuen pemeriksaan sesuaikan kebutuhan: perhatikan Kondisi pasien (kooperatif? Claustrophobia? Alergi kontras? Penyakit lain?), lama pemeriksaan Dapat memberikan informasi untuk diagnosis dan panduan terapi yang akan diberikan Faktor biaya

TERIMA KASIH